You are on page 1of 22

KONTRASEPSI PROGESTIN SUNTIK

Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara dengan


atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama dengan
hanya 4 sampai 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi minimal. Depo
medroksiprogesteron asetat ( Depo Provera ) dan Noretindron etantat (Norgest)
telah sejak lama digunakan secara luas di seluruh dunia. Depo Provera disetujui
untuk digunakan sebagai kontrasepsi di Amerika Serikat pada tahun 1992, namun
Norgest sampai saat ini belum tersedia. Mekanisme kerja kedua obat tampaknya
multiple, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mucus serviks, dan
pembentukkan endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral yaitu lebih kecil
kemungkinan menyebabkan peninggian tekanan darah atau nyeri kepala, tidak
berefek pada metabolism karbohidrat dan diperkirakan lebih jarang menyebabkan
depresi, disminorea, dan gejala pramenstruasi. Kekurangannya mencakup
amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah pemakaian, dan
anovulasi lama setelah penghentian kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan
lambat tetapi tidak terhambat. Pada para pemakai jangka panjang, trigliserid dan
kolesterol HDL menurun, tetapi kolesterol LDL tidak meningkat. Pada pemakaian
jangka lama, kontrasepsi ini hanya sedikit memodifikasi metabolisme glukosa.

Pertambahan berat adalah masalah yang nyata dan dapat diperkirakan. Terjadi
peningkatan berat sebesar rata-rata 5,4 pon (2,7 kg) untuk tahun pertama, 4 kg
setelah 2 tahun, dan 7 kg setelah 4 tahun pemakaian.pada para pemakai depo
medroksiprogesteron jangka panjang yang berusia 18 sampai 39 tahun, terdapat
kemungkinan penurunan kepadatan mineral tulang.

Depo medroksiprogesteron disuntikkan dalam-dalam di kuadran luar atas bokong


tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dibebaskan secara perlahan. Dosis lazim
adalah 150 mg setiap 90 hari. Dalam beberapa hari, penyuntikan ini menghasilkan
kadar dalam plasma sekitar 1,5 sampai 3 ng/ml, yang secara bertahap berkurang
menjadi 0,2 ng/ ml pada 6 bulan dan menjadi tidak terdeteksi dalam 7 sampai 9
bulan.

Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams vol. 2. Edisi 21. Jakarta :
EGC
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah ikhtiar membuat rencana dalam produksi dan
pengasuhan anak sedemikian rupa sehingga tercapai kesejahteraan dan
kebahagiaan keluarga. Sedangkan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
disebut kontrasepsi. Sebenarnya, program keluarga berencana sudah dipelopori
sejak tahun 1957 dengan berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
(PKBI), tetapi persiapan yang serius untuk pelaksanaan program ini secara
nasional baru dilakukan pada tahun 1967 bertepatan dengan ditandatanganinya
Deklarasi Kependudukan Dunia oleh pemimpin-pemimpin negara di dunia,
termaasuk Presiden Soeharto dari Indonesia. (Aru W, 2009)

Adapun berbagai masalah kependudukan di Indonesia meliputi:

1. Jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang


relative tinggi
2. Penyebaran penduduk yang tidak merata
3. Tingginya penduduk usia muda dengan jumlah perempuan usia produktif
yang relative lebih tinggi sehingga membutuhkan biaya hidup, fasilitas
kesehatan maupun pendidikan yang lebih tinggi;
4. Kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan. (Aru W, 2009)
Pengaruh program keluarga berencana terhadap keesehatan ibu dan anak
adalah:
1. Terhindarnya kehamilan dan persalinan yang tidak dikehendaki dan
sebaliknya terjadi kehamilan dan persalinan yang dikehendaki;
2. Perubahan dalam jumlah kehamilan dan kelahiran anak (paritas)
sehingga menghindari komplikasi pada ibu, janin dan bayi,
memperbaiki asuhan dan kasih saying ibu terhadap anak sehingga
kesehatan, status gizi serta kecerdasan anak akan menjadi lebih baik
dan kualitas hidup keluarga seecara keseluruhan juga akan lebih baik
3. Interval antara kelahiran diatur dan diperbaiki sehingga ibu siap secara
fisik dan mental untuk menghadapi dan menerima kehamilan
berikutnya; dengan demikian komplikasi kehamilan juga dapat
dikurangi;
4. Waktu kehamilan dan kelahiran yang tepat sesuai dengan rencana;
berdasarkan penelitian, kehamilan dan kelahiran yang tepat sesuai
dengan rencana; berdasarkan penelitian, kehamilan dan kelahiran yang
aman adalah bila terjadi pada usia ibu antara 20-30 tahun;
5. Pada kasus dengan kelainan herediter yang berat maka program
keluarga berencana dapat membantu menghindarinya dengan
melakukan konsultasi dan nasihat genetiak yang baik terhadap
pasangan suami istri. (Aru W, 2009)
Sampai saat ini belum ada cara kontrasepsi yang ideal. Kontrasepsi
yang ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seks
5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
(Aru W, 2009)
Metode Kontrasepsi:
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat dan obat:
a. Senggama terputus (koitus interuptus)
b. Pembilasan pasca-senggama
c. Pantang berkala (Ogino-Knaus
2. Kontrasepsi secara mekanis
a. Kondom (untuk laki-laki)
b. Pesarium (untuk perempuan)
3. Kontrasepsi dengan obat spermatisida
4. Kontrasepsi hormonal:
a. Pil kontrasepsi
b. Kontrasepsi suntikan
c. Kontrasepsi implant
5. Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahum (AKDR)
6. Kontrasepsi mantap (sterilisasi):
a. Tubektomi (sterilisasi pada perempuan)
b. Vasektomi (sterilisasi pada laki-laki). (Aru W, 2009)

B. Mekanisme Kerja Alat Kontrasepsi


a. ovulasi
Mekanisme kerja estrogen terhadap ovulasi

1. menghambat ovulasi melalui efek pada hipotalamus, sehingga terjadi


supresi pada FSH dan LH pada Hypotalamus.
2. Dengan hambatan tersebut sehingga tidak adanya estrogen pada
pertengahan siklus.
3. Hanya sedikit estrogen yang masih dihasilkan oleh ovarium pada fase
folikuler dini siklus haid. (Hartanto, 2004)
b. Implantasi
Mekanisme kerja estrogen

1. Keseimbangan yang inadekuat menyebabkan endometrium yang


abnormal sehingga menjadi tidak baik untuk implantasi.
2. Terganngunya endometrium yang normal
Mekanisme progesterone

1. Menghambat implantasi
2. Progresteron menyebabkan endometrium mengalami ‘istirahat’ dan
atropi. (Hartanto, 2004)
c. Transport Gamet
Mekanisme estrogen mempercepat transport gamet/ovum, karena efek
hormonal pada sekresi dan peristaltic tuba serta kontraktilitas uterus.
Mekanisme progesterone pengangkutan ovum diperlambat bila
diberikan progesterone sebelum fertilisasi. Pengankutan ovum yang
lambat meningkatkan insiden implantasi ektopik pada tuba. (Hartanto,
2004)

d. Fungsi korpus luteum


Mekanisme estrogen

1. Melepas jaringan endometrium


2. Penurunan kadar progesterone serum dan mencegah implantasi
yang normal
Mekanisme progesterone

Pemberian progesteron dalam waktu lama menyebankan fungsi


korpus luteum yang tidak adekuat. (Hartanto, 2004)

e. Lendir serviks
Mekanisme progesterone
Dalam 48 jam setelah penggunaan progesteron, lender serviks mudah
menjadi kental, lender serviks yang kental tidak ramah dengan
spermatozoa. (Hartanto, 2004)
C. Macam-macam Alat Kontrasepsi
1. Oral Kontrasepsi (Pil KB)
 Efektif dan reversibel
 harus diminum tiap hari
 pada bulan – bulan pertama efek sampingnya berupa mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang.
 Efek samping serius sangat jarang terjadi.
 Dapat dipakai oleh semua ibu usia produksi, baik yang sudah
mempunyai anak atau belum.
 Dapat di minum setiap saat bila yakin tidak sedang hamil.
 Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat. (Manuaba, 1998)

a) Jenis Pil Kontrasepsi


a. Pil oral kombinasi pada pil ini terdapat kombinasi hormon
estrogen- progesteron berkhasiat menekan hipotalamus hipofisis,
sehingga tidak mengeluarkan hormone FSH yang menyebabkan sel
telur tidak matang dan ovulasi tidak terjadi.
Adapun jenis pil oral kombinasi
 Monofasik : dengan satu dosis yang sama dalam satu kemasan.
 Bifasik : dengan 2 jenis dosis yang berbeda dalam satu
kemasan.
 Trifasik : dengan 3 jenis dosis berbeda dalam satu kemasan.
(Manuaba, 1998)
b. Pil sekuensial
Pil KB sekuensial mengandung komponen yang disesuaikan dengan
system hormonal tubuh. Dua belas pil pertama hanya mengandung
estrogen, sedngakan pil ke tiga belas sampai seterusnya merupakan
kombinasi (Manuaba, 1998).
c. Pil mini yang mengandung progesteron (mini pil) selain mencegah
ovulasi, juga juga mengentalkan lender serviks sehingga sperma
tidak dapat masuk ke dalam rahim. (Manuaba, 1998)
d. Pil post coital pil yang mengandung estrogen dosis tinggi
mengakibatkan sel telur lebih kontraktil dan sel mani terhambat
mencapai sel telur atau pembuahan tidak terjadi. (Manuaba, 1998)

b) Indikasi Pemakaian
a. Semua usia produksi
b. Semua paritas.
c. Waktu tidak terbatas (Manuaba, 1998)

c) Kontra Indikasi
a. Hamil atau diduga hamil.
b. Penyakit darah tinggi.
c. Penyakit jantung.
d. Penyakit hati / yang dialami tiga tahun terakhir.
e. Radang pembulah darah atau pembekuan darah.
f. Penyakit gondok.
g. Penyakit kencing manis.
h. Pusing kepala hebat
i. Neoplasma jinak atau ganas pada buah dada dan organ repro duksi
dalam. (Manuaba, 1998)

Syarat pemakaian adalah tidak adanya kehamilan dan tidak adanya


kontra indikasi. (Manuaba, 1998)

d) Cara pemakaian
1. Kemasan yang berisi 28 tablet, berisi 21 pil kombinasi dan 7
vitamin diminum pada hari kelima setelah mentruasi. Diminum
secara, setelah pil 21 kombinasi habis dilanjutkan dengan
minum 7 pil vitamin sampai habis setiap hari.
2. Apabila tidak ada pil vitamin hanya terdapat 21 pil kombinasi
hormon. Maka mulai minum pil hormon kombinasi pada hari
kelima setelah haid. (Manuaba, 1998)

Perhatian

1. Hendaknya minum secara teratur sebelum tidur untuk


mengurangi mual.
2. Bila lupa keesokan harinya segera minum 2 tablet.
3. Bila terlambat 2 hari atau lebih, hendaknya berikan kontrasepsi
lain atau nasehati untuk tidak berhubungan seksual. Sebelum
haid akan datang.
4. Biasanya akan terjadi perdarahan bila pil tidak diminum dua hari
atau labih. Pil sebaiknya tidak diminum lain dan sementara
memakai cara kontrasepsi lain sampai haid berikutnya datang.
(Manuaba, 1998)
e) Kadar estrogen dalam pil oral kombinasi:
1. POK dengan Kadar estrogen 80 – 100 mcg
Merupakan POK dengan dosis estrogen paling tinggi. POK
dengan dosis ini harus dihindari sebanyak mungkin oleh karena
dapat menimbulkan komplikasi serius. POK ini hanya diberikan
pada keadaan yang serius, misalnya :
a. Sulit mengontrol adanya spotting, atau ketika tidak terjadi
perdarahan pada POK dosis rendah.
b. Acne, perdarahan disfungsional uterus, kista ovarium, kadang
– kadang di obati dengan kadar estrogen > 50 mcg.
c. Gejala menopause dimana kadar estrogen sudah rendah,
gejala tesebut dapat dihilangkan dengan POK kadar estrogen
80 -100 mcg.
d. Akseptor yang sedang mengikuti pengobatan rimfamisin,
karena obat ini mempercepat pemecahan estrogen dalam
POK. (Manuaba, 1998)
2. POK dengan kadar estrogen < 30 mcg
Merupakan kadar estrogen paling rendah dalam POK.
Pengguna POK dengan kadar tersebut sering mengeluh terjadi
perdarahan bercak atau spotting dan bila pil oral tidak diminum
bias memperbesar terjannya ovulasi. (Manuaba, 1998)
3. POK dengan kadar estrogen 30 -50
Biasanya POK ini digunakan pada akseptor POK awal.
(Manuaba,

1998)

f) Efek samping dan cara pengulangan.


1. Perdarahan
Lakukan koseling kemudian jelaskan kepada akseptor bahwa hal
ini disebabkan pengaruh hormone dalam tubuh, dan hal ini tidak
berbahaya bagi kesehatan. Bisa dilakukan teraphi dengan
pemberian preparat/estrogen. Misalnya etinil estradiol 50 mcg
dengan dosis 2x1 atau 1x1 tablet selama beberapa hari.
2. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dalam keadaan istirahat.
Penderita biasa merasa pising dan berat pada kuduknya.
Lakuakan konseling , kemudian jelaskan kepada akseptor
sebelum akseptor mengikuti cara KBbahwa pil tidak
memnyababkan darah tinggi. Akan tetapi pada wanita yang
memiliki bakat darah tinggi, maka gejala darah tinggi akan lebih
jelas.
Terapi medis dengan pemberian HCT 1x1 tablet setiap hari
selama tiga hari. Bila tidak tertolong anjurkan untuk ganti
caradengan kontrasepsi bukan hormonal.
3. Perubahan berat badan
Lakukan konseling kemudian berikan penjelasan pada pada
pasien bahwa itu merupakan salah satu efeksampingnya, akan
tetapi tidak selalu kenaikan berat badan akibat pil KB namun
dapat disebabkan oleh hal lain, demikian juga dengan penurunan
berat badan.
Terapi medis
Diet merupakan pilihan utama, dengan diet rendah kalori
disertai olahraga, sedangkan bila kurus sebaiknya di anjurkan
diet tinggi kalori.
4. Kloasma
Konseling
Menjelaskan pada akseptor bahwa salaas satu efeksamping
pemakaian pil adalah kloasma dan itu tidak berbahaya, tetapi
perlu dideteksi secara dini.
Pengobatan medis
Ganti cara ke kontra sepsi bukan hormonal, atau rujuk ke
spesialis kulit.
5. Tromboemboli
Menjelaskan secara jujur kepada pasien bahwakemungkinan
terjadi tromboemboli, walaupun kemungkinanya sangat kecil.
Tindakan medis
Segera hentikan pemakaian pil KB, sedangkan bila diagnose
sudah pasti segera rujuk ke rumah sakit.
6. Berkurangnya produksi ASI
Konseling
Jelaskan padaa akseptor bahwa penggunaan pil KB tidak bagus
untuk bagus untuk ibu menyusui. Bila menyusui beri mini pil
atau kontrasepsi nonhormonal.
Pengobatan
Pemberian vitamin B6 50 mg 3x1 tablet sehari, ganti pemakaian
dengan mini pil atau KB nonhormonal.

7. Kerontokan rambut
Konseling
Jelaskan bahwa rontok rambut sangat jarang terjadi, tidak terjadi
pada semua orang dan biasanya hanya terjadi sementara dan
akan segera sembuh bila penggunaan pil KB dihentikan.
8. Varises
Konseling
Jelaskan bahwa varises hanya terjadi pada wanita yang memiliki
bakat varises.
Pengobatan medis
Ganti cara dengan penggobatan nonhormonal dan bila varises
banyak rujuk kerumah sakit.
9. Penurunan libido
Konseling menjelaskan pada akseptor bahwa penurunan atau
peningkatan libido hanya disebabkan oleh faktor psikis
danbiasanya bersifat sementara.
Pengobatan
Terapi psikologis, ganti cara dengan kontrasepsi nonhormonal.
10. Deprsesi
Konseling menjelaskan kepada calon akseptor KB guna
menghidari rasa besalah dari akseptor.
Pengobatan medis
Therapy psikologis bagipenderita depresi dan pemberian
vitamin B6 50 mg.
11. Pusing dan sakit kepala
Konseling
Menjelaskan pada akseptor dengan jujur bahwa kemungkinan
tersebut ada, tetapi jarang terjadi dan biassanya bersifat
sementara.
Penanggulangan medis
Pemberian anti prostaglandin untuk menangulanginya. Misalnya
acetosal 500 mg 3x1 tablet/hari. (Manuaba, 1998)
2. Suntikan atau Injeksi
Suntikan atau Injeksi Adalah suatu cara metode kontrasepsi dengan cara
menyuntikan hormon pencegah kehamilan dengan cara menyuntikan pada
otot intra muskuler di bokong (muskulus gluteus maximus) Yang dalam
atau otot pangkal lengan (deltoid) pada wanita usia subur.
Macam – macamnya antara lain :
a. Devo provera mengandung medroksiprogesteron acetat 150 mg di
berikan tiap 12 minggu.
b. Noristerat diberikan dalam dosis 200 mg sekali suntik dengan cara
pemberian pada awal pemakaian tiap 8 minggu sampai sentikan ke
empat selanjunya setiap 12 minggu.
c. Clylofem yang mengandung medroxyprogesterone acetat 50 mgr dan
dan komponen estrogen. (Manuaba, 1998)

a) Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan


1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi
pelepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
2. Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh
spermatozoa.
3. Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak
sempurna untuk implantasi dari hasil konsepsi. (Hartanto
H.2004)
b) Keuntungan
 Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali
setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama 3x suntikan pertama
kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
 DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan
dosis 150 mg.
 Tingkat efektifitasnya tinggi
 Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang
bayi.
 Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
 Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
 Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan
cara tidak disuntik ulang, sedangkan IUD dan implant yang non-
bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.
 Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan
tanpa perlu memberitahukan kepada siapapun termasuk suami
atau keluarga lain.
 Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang
disebabkan estrogen, antara lain mual atau efek samping yang
lebih serius seperti timbulnya bekuan darah disamping estrogen
juga dapat menekan produksi ASI. (Hartanto H.2004)

c) Kerugian
 Perdarahan yang tidak menentu
 terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
 Berat badan yang bertambah
 Sakit kepala
 Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
 Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat
ditarik lagi.
 Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka
kegagalan 0.7%.
 Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
 Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
 Memerlukan biaya yang cukup tinggi. (Hartanto H.2004)

d) Saat Pemberian Yang Tepat


 Pasca persalinan
o Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6
minggu post partum dan sebelum berkumpul dengan suami.
o Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
 Pasca Abortus
o Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
o Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
 Interval
o Hari kelima menstruasi
o Jadwal waktu suntikan diperhitungkan. (
Wiknjosastro,2001)

e) Kontra Indikasi
 Tersangka hamil
 Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak
diketahui penyebabnya
 Tumor / keganasan
 Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru
hebat.
( Saifuddin,A.B,2003)

f) Cara Penggunaan
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular
tiap 12 minggu dengan kelonggaran batas waktu suntik, biasa
diberikan kurang satu minggu. ( Saifuddin AB,2003).

g) Efek samping
1. Gangguan Haid
 Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama
menggunakan kontrasepsi suntikan kecuali pada
pemakaian cyclofem.
 Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid
yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntikan.
 Metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan
jumlahnya
2. Keputihan, Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar
dari jalan lahir dan terasa mengganggu ( jarang terjadi)
3. Perubahan berat badan, Berat badan bertambah beberapa
kilogram dalam beberapa bulan setelah menggunakan
kontrasepsi suntikan
4. Pusing dan sakit kepala, Rasa berputar /sakit kepala, yang
dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari
bagian kepala . Ini biasanya bersifat sementara.
5. Hematome, Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan
akibat perdarahan di bawah kulit.

h) Penanggulangannya ( Saifuddin,A.B,2003)
1. Gangguan haid
 Konseling, Memberikan penjelasan kepada calon
akseptor bahwa pada pemakaian kontrasepsi suntikan
dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut adalah akibat
pengaruh hormonal suntikan dan biasanya gejala-gejala
perdarahan tidak berlangsung lama
 Pengobatan, Apabila pasien ingin mendapat haid, dapat
diberikan pemberian Pil KB hari I sampai ke II masing
masing 3 tablet, selanjutnya hari ke IV diberikan 1 x 1
selama 3 – 5 hari. Bila terjadi perdarahan, dapat pula
diberikan preparat estrogen misalnya : Lymoral 2 x 1
sehari sampai perdarahan berhenti. Setelah perdarahan
berhenti, dapat dilaksanakan “tepering off” ( 1 x 1
tablet ).
2. Keputihan
 Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa
kontrasepsi suntikan jarang terjadi keputihan. Bila hal
ini terjadi juga, harus dicari penyebabnya dan segera di
berikan pengobatan.
 Pengobatan :Pengobatan medis biasanya tidak
diperlukan. Pada kasus dimana cairan berlebihan dapat
diberikan preparat Anti Cholinergis seperti
extrabelladona 10 mg dosis 2 x 1 tablet untuk
mengurangi cairan yang berlebihan. Perubahan warna
dan bau biasanya disebabkan oleh adanya infeksi.

3. Perubahan Berat Badan


 Konseling : Menjelaskan kepada akseptor bahwa
kenaikan berat badan adalah salah satu efek samping
kontrasepsi suntikan. Kenaikan berat badan dapat juga
disebabkan hal-hal lain. Hipotesa para ahli : DMPA
merangsang pusat pengendalian nafsu makan di
hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak dari biasanya. Disamping itu dapat pula terjadi
penurunan berat badan.
 Pengobatan: Pengobatan diet merupakan pilihan utama.
Dianjurkan untuk melaksanakan diet rendah kalori serta
olahraga yang teratur. Bila terlalu kurus, dianjurkan
untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil dianjurkan
untuk ganti cara kontrasepsi non hormonal.
4. Pusing dan Sakit Kepala
 Konseling: Menjelaskan kepada akseptor bahwa efek
samping tersebut mungkin ada tetapi jarang terjadi dan
biasanya bersifat sementara.
 Pengobatan: Pemberian anti prostaglandin untuk
mengurangi keluhan acetosal 500mg, 3 x 1 tablet/hari

5. Hematoma
 Konseling: Menjelaskan kepada calon akseptor
mengenai kemungkinan efek sampingb)
 Pengobatan: Kompres dingin pada daerah yang
membiru selama 2 hari. Setelah itu diubah menjadi
kompres hangat, sehingga warna biru/kuning menjadi
hilang. ( Hartanto,H.2004)
i) Komplikasi dan Penanggulangannya
Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain adalah abses, yang
ditandai dengan rasa sakit dan panas didaerah suntikan. Bila
terdapat abses teraba adanya benjolan yang nyeri di daerah
suntikan. Biasanya diakibatkan karena pemakaian jarum suntik
yang berulang dan tidak suci hama.
Penanggulangan dapat dilakukan dengan pemberian antibiotic
dosis tinggi ( Ampicilin 500 mg, 3 x 1 tablet / hari ). Bila abses :
Berikan kompres untuk mendinginkan infeksi / mematangkan
abses misalnya kompres permanganas atau rivanol. Bila ada
fluktuasi pada abses, dapat dilakukan insisi abses, setelah itu
diberikan tampon dan drain jangan lupa berikan antibiotic seperti
penatalaksanaan pada infeksi.
( Saifuddin A.B,2003)

j) Tempat Pelayanan
1. Rumah Sakit / Rumah Sakit Bersalin / Rumah Bersalin
2. Puskesmas / Balai kesehatan Masyarakat / Poliklinik Swasta /
Poliklinik Pemerintah.
3. Poliklinik Keliling
4. Dokter / Bidan Praktek Swasta ( Wijono Wibisono, 2001)

3. Subkutis atau Implant


Sering disebut AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) ada dua
macam implant :

a. Non –biodegradble implant.


1. Norplant 6 kapsul berisi hormone levinorgestel, masa
waktu 6 tahun.
2. Norplant 2 terdiri dari 2 batang mengandung hormon
levonorgestrel masa waktu tiga tahun.
3. Satu batang terdiri hormon ST-1435, daya kerja 2
tahun.
b. Biodegreble implant
1. Capronol : suatu kapsul polimer berisi hormone
levorgestel dengan daya kerja 18 bulan.
2. Pellets : berisi norethidrone dan sejumlah kecil
kolesterol, dengan daya kerja 1 tahun. (Manuaba,
1998)
a) Mekanisme kerja implant
a. Mencegah ovulasi.
b. Mengentalkan lender serviks, sehingga menghambat
pergerakan spermatozoa.
c. Menghambat perkembangan siklus dari endometrium.
(Manuaba, 1998)

b) Efek samping implant


a. Efeksamping paling utama adalah perubahan siklus haid.
b. Paling sering terjadi
1. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam satu siklus.
2. Perdarahan bercak-bercak (spotting).
3. Berkurangnya panjang siklus haid.
4. Amenorrhoe.
c. Perdarahan hebat jarang terjadi.
d. Sakit kepala sering dikeluhkan oleh akseptor implant
(Manuaba, 1998)

c) Kontra Indikasi
a. Hamil atau tersangka hamil
b. Terdapat perdarahan yang tidak diketahui penyebtabnya
c. Terdapat tumor atau tanda-tanda keganasan
d. Terdapat penyakit jantung, paru-paru, hati, darah tinggi,
kencing manis.
(Manuaba, 1998)

d) Insersi dan pengeluaran implant


a. Merupakan bedah minor yang memerlukan anastesi local dan
insisi yang kecil.
b. Waktu pemasangan yang terbaik untuk insersi adalah pada
saat haid atau jangan lebih 5-7 hari setelah mulainya haid.
c. Implant ditempatkan tepat dibawah kulit, umumnya pada
bagian dalam lengan atas atau lengan bawah, kira – kira 6- 8
di atas atau di bawah siku, melali insisi tunggal dalam bentuk
tunggal, dalam bentuk kipas dan dimasukan di bawah kulit.
d. Lakukan tindakan akseptik pada aderah yang akan di insisi,
kemudian lakukan anastesi local (lidokain 1%)
e. Lakukan insisi dengan pisau scapel dibuat insisi 2mm sejajar
dengan lekukan siku.
f. Masukan ujung trokar melalui insisi, terdapat dua garis tanda
batas pada trokar, satu dekat ujung lainya dekat pangkal
trokar. Dengan perlahan trokar dimasukan sampi dekat
pangkal trokar kurang lebih 4 – 4,5 cm. Trokar dimasukan
sambil melakukan tekanan ke atas dan tanpa berubah sudut
pemasukan.
g. Atur jarak antara implant pertama dan sebelumnya dengan
jarak 15°, selanjutnya ulangi prosedur tesebut sampai implant
semua telah terpasang.
h. Lalu kedua pinggir insisi ditekan sampai berdekatan,
kemudian ditutup dengan handyplast. Tidak diperlukan
penjahitan luka insisi.
i. Lalu balut luka dengan kasa untuk mencegah perdaran. Darah
insisi dibiarakan kering, tinggalkan balutan luka sampai 48
jam. Sedangkan hanyplast hingga luka insisi sembuh 3-5 hari.
j. Lakukan tekhnik antisepsis
k. Tentukan lokasi dari implant dengan jari tangan dan dapat
diberi tanda.
l. Sutikan lidokain 1% pada daerah yang akan dilakukan insisi,
buat insisi 4mm sedekat mungkin pada ujung implant, pada
daerah alas kipas.
m. Keluarkan implant yang paling dekat dengan daerah insisi,
dorong implant dengan hati-hati sampai terlihat ujungnya,
kemudian jepit dengan klem arteri.
n. Kemudian tutup daerah insisi seperti saat pemasangan,
namun jika ada yang tidak biasa dikeluarkan suruh ibu datang
2-4 minggu lagi sampai luka sembuh dulu.
(Manuaba, 1998)
e) Keutungan Norplant (implant)
a. Efektifitas tinggi
b. Tidak perlu melakukan pemeriksaan dari pemasanga sampai
pelepasan.
c. System 6 kapsul memberikan waktu 5 tahun.
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak menimbulkan
efeksamping yang terjadi karena hormone estrogen.
e. Efek kontra indikasi segera berakhir setelah implant
dikeluarkan.
f. Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan
konstan, sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi.
g. Norplant dapat membantu mencegah anemia.
(Manuaba, 1998)
f) Kerugian Norplant (implant)
a. Isersi dan pengeluaran harus dilakuakan oleh tenaga terlatih.
b. Petugas medis perlu melakukan latihan dan praktik untuk
insersi dan pengankatan implant.
c. Lebih mahal.
d. Sering timbul perubaha pola haid.
e. Akaseptor tidak dapat menghentikan sekendak sendiri.
(Manuaba, 1998)
Aru W. Sudoyo et all. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
BKKBN, 2011. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Palembang: BKKBN.
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

You might also like