You are on page 1of 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN KEPADA PASIEN HIPERTENSI


BLOK Primary Health Care (PHC)

Oleh :
Andrik Hermanto
135070207131002
PSIK K3LN 2013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia.
Penyakit kardiovaskular di dunia sekitar 17 juta kematian per tahun. Dari
jumlah tersebut, komplikasi hipertensi sebesar 9,4 juta kematian di seluruh
dunia setiap tahun. Pada tahun 2008, di seluruh dunia, sekitar 40% dari
orang dewasa berusia 25 tahun ke atas telah didiagnosis dengan hipertensi,
jumlah orang dengan kondisi ini meningkat dari 600 juta pada tahun 1980
menjadi 1 miliar pada tahun 2008. Prevalensi hipertensi tertinggi di
wilayah Afrika yaitu 46% dari orang dewasa berusia 25 tahun ke atas,
sedangkan prevalensi terendah yaitu 35% ditemukan di Amerika (WHO,
2013). Pada tahun 2009 sampai 2010, 85.8% dari anak-anak dan 44,3%
dari dewasa memenuhi kriteria hipertensi. Tekanan darah tinggi terdaftar
di sertifikat kematian sebagai penyebab utama 63.119 kematian di
Amerika pada tahun 2010 (AHA, 2014).
Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskedas) Departemen Kesehatan tahun 2013 mencapai
sekitar 25,8%. Kementerian Kesehatan (2013) juga menyatakan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi
9,5% pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, sedangkan data
penderita hipertensi di Jakarta diketahui sebanyak 20,0% (Depkes, 2013).
Jumlah penderita hipertensi di Riau sebanyak 20,9% (Depkes, 2013),
sedangkan penderita hipertensi di kota Pekanbaru sebanyak 12.781 orang
(Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2010).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius. Hipertensi
juga merupakan faktor risiko terhadap berbagai penyakit lain, seperti
penyakit jantung, gagal ginjal, maupun stroke. Hipertensi yang tidak
dirawat dapat menyebabkan pengaruh negatif pada fungsi kognitif yang
memberikan masalah dalam belajar, ingatan, pemusatan perhatian,
penalaran abstrak, fleksibilitas mental, dan keterampilan kognitif lain.
Masalah ini terutama terlihat pada penderita hipertensi berusia muda.
Selain itu, mereka yang mudah stres dan memiliki emosi negative yang
memiliki kemampuan pemulihan rendah terlihat lebih banyak yang
menderita hipertensi (Hasan, 2008).
Berbagai tingkatan tekanan darah dan gejala-gejala tekanan darah
tinggi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan
dan kelelahan, yang dapat dirasakan baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Pada
penderita tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, gejala-gejala yang
dirasakan penderita hipertensi adalah pusing, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan, muka pucat, dan suhu tubuh rendah
(Simamora, 2012).
Selain itu, biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan untuk
hipertensi dan sering disebut (silent killer). Pada kasus hipertensi berat,
gejala yang dialami klien antara lain: sakit kepala (rasa berat ditengkuk),
kelelahan, keringat berlebihan, nyeri dada, pandangan kabur atau ganda,
serta kesulitan tidur (Simamora, 2012). Purwandhono (2013), juga
menyatakan bahwa seseorang yang dapat dikatakan menderita hipertensi
jika memiliki gejala, seperti: sakit kepala atau rasa berat di tengkuk,
pusing (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur,
telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
Faktor yang dapat menyebabkan hipertensi salah satunya adalah
merokok. Pada klien ini, menderita hipertensi dikarenakan kebiasaan
merokok setiap hari. Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya
bagi tubuh, seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida. Tar merupakan
bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa
jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Nikotin dapat memacu
pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormon adrenalin. Hormon
adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai 20 X per menit,
dan meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Hal ini berakibat
volume darah meningkat dan jantung menjadi cepat lelah. Pertahankan
gaya hidup sehat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi,
diharapkan pasien dapat memahami tentang penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan masyarakat dapat
menjelaskan kembali :
a. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan hipertensi
b. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
c. Menyebutkan komplikasi hipertensi
d. Menyebutkan pencegahan hipertensi
e. Menjelaskan penatalaksanaan hipertensi

C. RENCANA KEGIATAN
1. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
2. Media dan alat bantu
Leaflet dan materi SAP
3. Waktu dan tempat
Waktu: Rabu, 14 oktober 2015
Pukul: 15.00 – 15.30
Tempat: rumah kos jl. Bendungan darma no.6
4. Materi
a. Pengertian hipertensi
b. Tanda dan gejala hipertensi
c. Pencegahan hipertensi
d. Penatalaksanaan hipertensi
5. Peserta
Pemilik kos penderita hipertensi

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Tahap Waktu Kegiatan Kegiatan Media Metode


Penyuluhan Peserta
Pendahuluan 5 - membuka - menjawab - Ceramah
menit dengan salam salam
- perkenalan -
mendengarkan
- menjelaskan
dan
tujuan
memperhatikan
pembelajaran
-
mendengarkan
dan
memperhatikan
2 - membagikan - menerima dan Leaflet Ceramah
menit lembar leaflet membaca
materi dari
leaflet
Penyajian 15 Menjelaskan - menyimak SAP Ceramah
menit materi dan dan
penyuluhan mendengarkan Leaflet
secara materi dengan
berurutan dan baik
teratur.
a. pengertian
hipertensi
b. tanda dan
gejala
hipertensi
c.
penatalaksanaan
hipertensi
d. pencegahaan
hipertensi
Evaluasi 5 - Meminta - Bertanya dan Ceramah
menit pasien untuk menjawab dan
menjelaskan diskusi
kembali atau
menyebutkan
- meminta klien
untuk bertanya
mengenai hal
yang kurang
dimengerti
Penutup 3 - mengucapkan - Ceramah
menit terimakasih dan mendengarkan
menutup dan menjawab
dengan salam salam

E. EVALUASI
1. Proses
a. Peserta dapat memahami materi yang telah disampaikan
b. Peserta mengikuti jalannya kegiatan dari awal hingga akhir
c. Peserta memberikan respon balik berupa pertanyaan
2. Hasil
Peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar minimal 3
pertanyaan
a. Apakah yang dimaksud dengan hipertensi?
b. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi minimal 3!
c. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?

F. LAMPIRAN
a. Lampiran materi leaflet dan materi SAP

HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wilson LM, 1995).
Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi
dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien
beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling
sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit setelah merokok atau
minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan
sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah
hipertensi primer untuk membedakannya dengan hipertensi lain yang
sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The Seventh Report
of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah
pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi,
hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M, 2006).
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII.

Klasifikasi tekanan Tekanan darah sistolik Tekanan darah


darah (mmHg) diastolik
(mmHg)

Normal >120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89

Hipertensi tahap I 140 – 159 Atau 90-99

Hipertensi tahap II > 160 Atau >100

Sumber: WHO Regional 2005

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140


mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua
kali pengukuran atau lebih. Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
 Normal: sistolik kurang dari 120 mmHg diastolic kurang dari 80
mmHg
 Prehipertensi: sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolic 80 sampai
89 mmHg
 Stadium 1: sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolic 90 sampai 99
mmHg
 Stadium 2: sistolik ≥ 160 mmHg diastolic ≥ 100 mmHg
Hipertensi dapat menimbulkan komplikasi yang terjadi pada
hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak.
Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering
terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang
dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah
proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient
Ischemic Attack/TIA) (Anggreini AD et al, 2009).

2. Tanda dan gejala hipertensi


a. Sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun

3. Penatalaksanaan hipertensi
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan
menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi
penatalaknaan dasar yaitu :
a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko
yang telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan
komplikasi, misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan
kebiasaan merokok, alkohol, dan mengurangi asupan garam serta
rileks.
b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi yang telah
terbukti kegunaannya dan keamanannya bagi penderita.
4. Pencegahan hipertensi
a. Berhenti merokok
Rokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,
seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida.
Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah,
sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi.
Nikotin dapat memacu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti
hormon adrenalin.
Hormon adrenalin memacu kerja jantung untuk berdetak 10 sampai
20 X per menit, dan meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala.
Hal ini berakibat volume darah meningkat dan jantung menjadi cepat
lelah. Pertahankan gaya hidup sehat.
b. Belajar untuk mengendalikan stress
Salah satu tugas saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran
hormon adrenalin. Hormon ini dapat menyebabkan jantung berdenyut
lebih cepat dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi.Hal ini
berakibat terjadi peningkatan tekanan darah.
Saraf simpatis di pusat saraf pada orang yang stres atau mengalami
tekanan mental bekerja keras. Bisa dimaklumi, mengapa orang yang
stres atau mengalami tekanan mental jantungnya berdebar-debar dan
mengalami peningkatan tekanan darah. Hipertensi akan mudah
muncul pada orang yang sering stres dan mengalami ketegangan
pikiran yang berlarut-larut.
c. Batasi konsumsi alcohol
Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila
saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan
mengalami gangguan pula. Pada seorang yang sering minum minuman
dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan
cenderung meningkat tinggi.
Alkohol juga meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih
kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih
kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan
dengan cukup. Ini berarti terjadi peningkatan tekanan darah.
d. Kontrol berat badan
Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).
Kegemukan lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak
dan olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak mengandung
lemak jahat (seperti kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan
lemak di sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini
menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancar.
Pada orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia), dapat
menyebabkan penyumbatan darah sehingga mengganggu suplai
oksigen dan zat makanan ke organ tubuh.
e. Diet garam
Konsumsi garam berlebih membuat pembuluh darah pada ginjal
menyempit dan menahan aliran darah. Maka ginjal memproduksi
hormon Renin dan Angiotensin agar pembuluh darah utama
mengeluarkan tekanan darah yang besar sehingga pembuluh darah
pada ginjal bisa mengalirkan darah seperti biasanya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


edisi 12
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.
Yogyakarta: Mediaction publishing
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan
Keperawatan. Jakarta: EGC
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta: EGC

You might also like