Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koordinasi di bidang politik, hukum dan keamanan memiliki peran yang strategis
dalam memperkokoh ketahanan bangsa dan negara serta keutuhan atau integritas nasional
dari ancaman konflik horizontal maupun vertikal yang mengarah pada disintegrasi bangsa.
Bila pada tahun pertama RPJMN 2015-2019 fokus pemerintah pada peletakan fondasi
utama pembangunan, maka pada tahun kedua fokus pemerintah sebagai tahun percepatan
pembangunan nasional. Hal tersebut dilakukan tidak lain untuk mewujudkan Nawacita yang
merupakan konsep besar untuk memajukan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian yang memerlukan kerja nyata. Dimulai dengan pembangunan pondasi dan
dilanjutkan dengan upaya percepatan di berbagai bidang.
Pencapaian kinerja tidak pernah lepas dari permasalahan dan tantangan kedepan yang
mengindikasikan perlunya upaya perbaikan dan penyempurnaan kinerja organisasi.
Permasalahan bidang politik, hukum dan keamanan baik dalam tataran nasional maupun
dalam tataran regional dan global yang dalam pengelolaannya memerlukan koordinasi,
2. Struktur Organisasi
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan
(Kemenko Polhukam) diatur pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan
Keamanan RI No 4 Tahun 2015. Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan dibantu oleh 8
(delapan) Pejabat Eselon I-a yang terdiri dari Sekretaris Menko Polhukam dan 7 (tujuh) Deputi yang
dengan susunan:
Selain para Pejabat Eselon I di atas, terdapat 39 (tiga puluh sembilan) Pejabat Eselon II,
terdiri dari 28 (dua puluh delapan) Asisten Deputi dan 7 (tujuh) Sekretaris Deputi, dengan masing-
masing Deputi membawahi Sekretaris Deputi dan 4 (empat) Asisten Deputi, dan 3 (tiga) Kepala Biro
berada di bawah Sesmenko Polhukam. Dalam rangka pengawasan internal, Menko Polhukam
dibantu Aparatur Pengawas Intern Pemerintah (APIP) yang dipimpin oleh Inspektur.
Hal ini sesuai dengan hasil pelaksanaan penyempurnaan Organisasi dan Tata Kerja (OTK)
Kemenko Polhukam sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No 43 Tahun 2015
tentang Kemenko Polhukam. Pelaksanaan penyempurnaan OTK juga menghasilkan perubahan
nomenklatur beberapa Eselon I, II, III dan IV untuk menjawab tantangan ke depan sesuai isu yang
berkembang di bidang politik, hukum dan keamanan.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 18
Tahun 2011, Kemenko Polhukam membawahi secara administratif 2 (dua) Sekretariat Komisi, yaitu
Sekretariat Komisi Kejaksaan Republik Indonesia dan Sekretariat Komisi Kepolisian Nasional.
A. RPJMN 2015-2019
RPJMN 2015 – 2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh
di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetetif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 periode ke III merupakan
penjabaran dari program-program yang tertuang dalam visi-Misi Presiden/Wakil Presiden
yang disebut Nawa Cita (Sembilan Agenda Prioritas). Sembilan Agenda tersebut ialah
1. Norma Pembangunan
2. Tiga Dimensi Pembangunan
3. Kondisi Perlu agar pembangunan dapat berlangsung
4. Program-Program Quick Wins
Tiga dimensi pembangunan dan kondisi perlu dari strategi pembangunan memuat
sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019. Adapun Agenda
2. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam koordinasi kebijakan bidang Politik, Hukum dan
Keamanan ialah
3. Sasaran Strategis
Dalam rangka mencapai tujuan Kemenko Polhukam, maka disusunlah sasaran
strategis beserta indikator untuk lima tahun kedepan yaitu:
4. Arah Kebijakan
Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang, yakni Indonesia yang mandiri, maju,
adil dan makmur, RPJPN 2005-2025 mengamanatkan bahwa RPJMN ke-3 periode 2015-
2019 diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan
menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber
daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana disebutkan dalam buku 1 RPJMN 2015-2019, bahwa terdapat
tantangan utama pembangunan yang dapat dapat dikelompokkan;
Perkembangan IDI dari 2009 hingga 2015 mengalami fluktuasi yaitu pada 2009
sebesar 67,3; 2010 sebesar 63,17; 2011 sebesar 65,48; 2012 sebesar 62,63; 2013 sebesar
63,72, 2014 sebesar 73,04 dan pada 2015 sebesar 72,82. Fluktuatifnya angka IDI
merupakan cermin situasi dinamika demokrasi di negara kita. Gambaran demokrasi yang
ditunjukkan hasil IDI selama tujuh tahun pengukuran juga memperlihatkan pola yang
konsisten. Sungguhpun struktur (structure) dan perangkat aturan (rule) sebagai prosedur
demokrasi telah disediakan relatif baik oleh pemerintah, namun dalam pelaksanaannya
kurang ditopang oleh kultur (culture) berdemokrasi yang baik. Dalam kaitan inilah “urgensi
untuk melakukan penguatan kultur politik” menemukan konteksnya yang signifikan; selain
Sementara itu, capaian aspek Lembaga Demokrasi selama enam tahun terakhir
paling fluktuatif dibandingkan dua aspek lainnya. Selain berfluktuasi, juga terjadi tren
pengelompokkan yang jelas diantara variabel-variabel di aspek ini, sebagaimana
ditunjukkan oleh Grafik 1.5. berikut ini
Grafik III.4 Tren Aspek Lembaga Demokrasi 2009 -2015
4. PPWK 28 82 % 53 10 %
Rata-rata 94 % 63 %
Periote Jumlah
Januari 5 register
februari 2 register
Maret 11 register
April 8 register
Mei 7 register
Juni 2 register
Juli 2 register
Agustus 4 register
September 8 register
Oktober 4 register
November 3 register
Desember 8 register
Total 64 register
Dari 64 kasus tersebut, sebanyak 38 berasal dari perseorangan dan 26 dari Badan
Hukum, terdapat satu permohonan yang tidak layak register karena tidak melengkapi legal
Survei Perilaku anti korupsi itu sendiri merupakan salah satu cara pemerintah
dalam mengimplementasikan Perpres Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Menengah Tahun 2012-
2014 dan Jangka Panjang Tahun 2012-2025. Latarbelakang pelaksanaan kegiatan tersebut
ialah meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi melalui pelaksanaan Survei
Perilaku Anti Korupsi (SPAK) yang dimulai sejak Tahun 2015.
Pemerintah secara aktif terus berupaya mengendalikan bahkan menghilangkan
budaya koruptif di dalam dirinya dan masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
pemahaman dan penilaian masyarakat cenderung semakin idealis dalam membenci
perilaku korupsi, tetapi tidak sejalan dengan perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut menunjukan masyarakat masih melakukan perilaku korupsi ketika
berhadapan dengan pelayanan publik. Pendekatan pemberantasan korupsi melalui upaya
membangun integritas perlu terus didorong. Ke depan, masyarakat dengan kultur yang
permisif, perlu diubah pola pikirnya agar terbebas dari nilai-nilai koruptif. Survei ini
nantinya dapat menjadi salah satu variabel yang bermanfaat signifikan untuk menentukan
keberhasilan pencapaian sasaran yang ditargetkan
"Skor Corruption Perception Index (CPI) Indonesia tahun 2016 meningkat tipis satu
poin sebesar 37 dibandingkan
Tahun 2015 sebesar 36. Skor CPI
berada pada rentang 0-100. 0
berarti negara dipersepsikan
sangat korup, sementara skor 100
berarti dipersepsikan sangat
bersih. Kenaikan skor ini
Gelar Press Briefing Menko Polhukam dalam kerangka Reformasi Hukum
menandakan masih berlanjutnya
tren positif pemberantasan korupsi di Indonesia.
Rumus kenaikan skor CPI 2016 adalah 3-2-3. Artinya, 3 sumber data penyusun CPI
yang mengalami kenaikan, 2 sumber mengalami stagnasi, dan 3 sumber mengalami
penurunan. Peningkatan skor CPI 2016, disumbangkan oleh paket debirokratisasi
(penyederhanaan layanan perizinan, perpajakan, bongkar muat, dll), pembentukan satgas
antikorupsi lintas lembaga (Stranas PPK, Saber Pungli, dan reformasi hukum, dll) yang
dinilai efektif menurunkan prevalensi korupsi.
Langkah yang dilaksanakan oleh Kemenko Polhukam melalui Deputi Koordinasi
Bidang Hukum dan HAM untuk meningkatkan skor Indeks Persepsi Korupsi adalah
menyiapkan rekomendasi tentang paket kebijakan hukum. Paket kebijakan ini diharapkan
dapat meningkatkan penegakan hukum dan mengembalikan kepercayaan masyarakat
terhadap hukum. Paket kebijakan hukum kini tengah dibahas instrumen apa saja yang
menjadi fokus. Mulai dari penegakan hukum hingga perbaikan terhadap aparat hukum.
Untuk menyempurnakan paket kebijakan hukum, berbagai diskusi dan kajian masih terus
dilakukan.
CAPAIAN MEF
TAHAP I TAHAP II
ORGANISASI
TAHUN 2015-2019
TAHUN 2010-2014
PLN PDN
Mabes TNI - 0.00% 21.50%
TNI AD 15,00% 0.10% 27.70%
TNI AL 48,60% 0.20% 16.60%
TNI AU 45,00% 0.10% 0.20%
0.10% 18.80%
RATA2 CAPAIAN 41.00% 9.45%
Pencapaian realisasi dari Skala Minimum Essential Forces (MEF) TNI tahun 2016
sebesar 50,45%, dibandingkan dengan target IKU di Kemenko Polhukam yaitu sebesar
51,20%, maka capaian yang dihasilkan sebesar 98,53%. Nilai MEF ini dapat dijadikan
Pada grafik terlihat bahwa dari tahun 2010 sampai 2019 pemerintah berkomitmen
secara berkelanjutan menaikkan anggaran dibidang pertahanan dalam rangka menciptakan
pertahanan Indonesia yang mumpuni. Selama lima tahun ke depan, Indonesia kemungkinan
akan meningkat pertumbuhannya secara konsisten. Mencapai tingkat pertumbuhan yang
tinggi berkelanjutan tampaknya sangat mungkin mengingat anggaran pertahanan mendapat
dukungan politik yang kuat. IHS Aerospace, Defence & Security memperkirakan pengeluaran
Pertahanan Indonesia akan melewati Rp 180 triliun ($ 14,3 miliar) per tahun pada tahun
Berdasarkan data aksi terkait terorisme selama tahun 2013-2016, teror Bom
berjumlah 16 aksi, Penembakan dan Pembunuhan 18 aksi, Pencurian dengan pemberatan
dalam rangka pendanaan berjumlah 35 serta Perencanaan terror atau penemuan bom
berjumlah 13 aksi. Adapun aksi terorisme pada tahun 2016, teror bom 4, Penembakan dan
pembunuhan 1 aksi, Pencurian dengan pemberatan dalam rangka pendanaan berjumlah 0
aksi, serta perencanaan terror atau penemuan bom berjumlah 3 aksi sehingga total aksi
terorisme selama tahun 2016 adalah 8. Secara garis besar aksi terorisme dari tahun 2015
ke tahun 2016 mengalami penurunan 2 aksi dimana total aksi terorisme pada tahun 2015
sebanya 10 aksi. Hal tersebut menunjukkan komitmen pemerintah terhadap aksi teroris di
Indonesia. Adapun penindakan yang dilakukan terhadap aksi terorisme ialah sebagai
berikut:
Grafik III.7 Data Penintakan Terorisme selama tahun 2013-2016
100 85
57 57
50 32
20
5 9 9 6 8 7
0
Ditangkap Dipulangkan Meninggal Dunia
b) Tingkat Kepuasan
Masyarakat thd 53,5% 55,33% 103,42%
layanan publik K/L
Tingkat kepuasan
masyarakat 51,5% 39,9% 77,47%
terhadap layanan
publik provinsi
Skor
a.Kementerian/Lembaga 75 58 66,77 61
1-100
Skor
b. Provinsi 60 35 53,33 40
1-100
Skor
c.Kabupaten/Kota 45 n.a 56 25
1-100
Menurut grafik diatas bahwa tingkat laporan pengaduan terus bertambah naik dari
tahun 2011 hingga 2016 dimana pada tahun 2016 terjadi peningkatan yang cukup tinggi
yaitu sebesar 31,65% atau sebesar 2171 pengaduan. Melihat dinamika tersebut,
pemerintah wajib mengambil langkah tegas mengingat tugas pokok pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat dari mulai
lahir hingga meninggal.
Capaian lain yang telah Kemenko Polhukam melalui kedeputian Bidang Koordinasi
Komunikasi, Informasi dan Aparatur ialah sebagai berikut:
1. Kemenko Polhukam melalui Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan
Aparatur dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah melakukan upaya maksimal
untuk melakukan pemantauan konten siaran lembaga-lembaga penyiaran yang ada
di wilayah Provinsi. Dari hasil koordinasi di beberapa provinsi dapat diperoleh data
sebagai berikut
a. Adanya keterbatasan tenaga pemantauan belum semua mata acara dari
lembaga penyiaran dapat dicover oleh tim pemantau. Sementara peran
masyarakat yang diharapkan dapat membantu peningkatan mutu konten
E. Realisasi Anggaran
Pada tahun 2016, Kemenko Polhukam mendapat alokasi anggaran dari
APBN dengan total pagu belanja dalam pagu anggaran DIPA sebesar Rp
280.915.962.000,-. Realisasi Akhir tahun anggaran 2016 sebesar Rp
244.277.563.372,- atau sebesar 96,39% . Pagu Belanja dalam DIPA dialokasikan
kedalam 3 program, yaitu :
Tabel III.15
Realisasi Anggaran
Terwujutnya a) Skala Minimum Essential 51.20% 50,45% Kedeputian 14.790.452.000 11.573.331.062 78,25
stabilitas Forces (MEF) Pertahanan Negara
keamanan b) Potensi Kontribusi Industri 38% n.a
Pertahanan Nasional
c) Jumlah Kejadian Terorisme 0 8 Kedeputian 24.886.707.000 21.235.055.460 85,33
Keamanan Nasional
Sasaran Anggaran
Intikator Kinerja Target Realisasi % Program
Strategis Pagu Realisasi %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Meningkatnya
1. Indeks Demokrasi Indonesia 73,6 72,82 98,94 35.699.424.000 27.549.415.903 77.17
kualitas
demokrasi dan 2. Persentase Peningkatan daya
diplomasi tangkal Masyarakat Dari 30% 36% 120
10.389.058.000 8.595.496.415 82.74
Indonesia pengaruh terotis
Meningkatnya
58% 6,77% 115,12
pendayagunaan 1. Indeks Reformasi Birokrasi K/L
aparatur dan
tata kelola Indeks Reformasi Birokrasi
35% 53,33% 152,37
kepemerintah- Provinsi
an
7.468.949.000 6.422.737.006 85.99
2. Tk. Kepuasan masyarakat 53,5% 55,33% 103,42
terhadap layanan publik K/l