You are on page 1of 4

FORCLIME Lembaran Singkat

Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Mengapa kami mendukung pengelolaan hutan berbasis masyarakat


Menurut data Kementerian Kehutanan tahun 2009, sekitar 25.000 Pemerintah Indonesia telah memprakarsai proses reformasi
desa berada di dalam dan di sekitar hutan-hutan Indonesia dan sektor kehutanan dan agraria dengan tujuan agar sekurang-
dari 48,8 juta orang yang tinggal di desa-desa tersebut, 10,2 kurangnya 30% hutan Indonesia dikelola melalui skema
juta di antaranya dikategorikan sebagai desa “miskin” (CIFOR). PHBM lebih dari 10 juta hektare pada tahun 2015, 40 juta
Selama empat dasawarsa terakhir, pola eksploitasi hutan yang hektar hingga tahun 2019). Di samping itu, proses reformasi
paling menonjol adalah melalui pemberian hak pemanfaatan ini juga meliputi pemulihan hak-hak pemanfaatan wilayah
oleh pemerintah pusat kepada perusahaan swasta atau badan adat, penyelesaian konflik, pengalihan hak-hak pengelolaan
usaha milik negara sedangkan masyarakat sekitar hutan hanya secara penuh untuk hutan-hutan di Jawa kepada desa-desa
kebagian sedikit manfaat dan hanya dapat menyaksikan dan percepatan izin pemanfaatan untuk skema-skema
sumber-sumber daya alam tempat mereka menggantungkan PHBM.
mata pencaharian mereka menghilang. Tingginya tingkat
Pemerintah Indonesia telah membuat ketentuan-ketentuan
deforestasi dan degradasi hutan dan semakin kuatnya dorongan
untuk beberapa skema PHBM (lihat keterangan dalam kotak
untuk memberikan pengakuan pada hak-hak masyarakat
di bawah). Selain itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat
atas sumber daya alam - seiring dengan kisah keberhasilan
pedesaan di dalam dan sekitar kawasan hutan merupakan
pengelolaan hutan berbasis masyarakat - telah menciptakan
salah satu kebijakan prioritas dari kabinet yang baru.
kesadaran baru tentang perlunya keterlibatan masyarakat secara
lebih intensif dalam pengelolaan hutan.
Pelimpahan kendali atas sumber daya alam kepada masyarakat
melalui skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM)
diharapkan dapat membantu meningkatkan kelestarian
hutan di masa mendatang serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam konteks inilah, pada tanggal 16 Mei 2013
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mengeluarkan
putusan bersejarah bagi masyarakat adat karena putusan ini
secara efektif mengembalikan yurisdiksi dan kepemilikan
hutan adat kepada masyarakat adat (MK 35/2012). Selain itu,

JENIS HUTAN DESA (HD) Hutan Kemasyarakatan HUTAN ADAT Hutan Tanaman Rakyat HUTAN RAKYAT Pola Kemitraan
PHBM (HKm) (HTR) (HR)

Lokasi Kawasan Hutan Kawasan Hutan (Hutan Bukan Kawasan Kawasan Hutan (hutan Lahan milik rakyat Kawasan hutan (hutan
dan status Negara (Hutan Lindung, Hutan Produksi Hutan Negara konversi dan Hutan konversi dan hutan
kawasan Lindung atau Hutan atau Hutan Konservasi Produksi, yang tidak produksi), hutan
Produksi) kecuali cagar alam dan produktif dan tidak tanaman yang dikelola
zona inti taman nasional) dibebani hak dikonversi oleh pengusahaan hutan
menjadi hutan tanaman) yang sedang berjalan

Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaatan Kayu, Hasil Belum jelas Pemanfaatan Kayu, Hasil Belum jelas Pemanfaatan hasil hutan
Kayu, Hasil Hutan Hutan Non Kayu, Jasa pengaturannya Hutan Non Kayu, Jasa pengaturannya kayu, pemanenan hasil
Non Kayu, Jasa Lingkungan Lingkungan hutan bukan kayu,
Lingkungan

Durasi Ijin 35 Tahun dan dapat 35 Tahun dan dapat Belum jelas 60 Tahun dapat Belum jelas 35 tahun dan dapat
diperpanjang diperpanjang pengaturannya diperpanjang 1 kali pengaturannya diperpanjang
selama 35 tahun

Lembaga Lembaga Desa Kelompok masyarakat Lembaga Adat Koperasi atau perorangan Perorangan atau KPH, perusahaan
Pengelola dibentuk dari setempat kelompok pengusahaan hutan
Peraturan Desa bekerja sama dengan
masyarakat

FORCLIME TC Module Lembaran Singkat No. 6: April 2015


Tujuan dan Visi PHBM
Strategi PHBM bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan
dan kepemilikan masyarakat setempat dalam pengelolaan
hutan lestari. Kebijakan pemerintah dewasa ini tentang
berbagai skema PHBM mengakomodasi kearifan lokal dalam
mengelola dan melestarikan sumber daya hutan, mendukung
peningkatan mata pencaharian dalam kerangka sasaran
pembangunan nasional yang berpihak pada penduduk miskin,
berpihak pada penyediaan lapangan kerja, berpihak pada
pertumbuhan dan berpihak pada lingkungan (pro-poor, pro-
job, pro-growth and pro-environment).
Visi PHBM adalah agar masyarakat setempat dapat secara
aktif mengelola hutan mereka secara berkelanjutan,
mampu memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sekaligus
mendiversifikasi sumber-sumber pendapatan yang dihasilkan
melalui pemasaran sumber daya hutan dan hasil hutan
olahan. Oleh karena itu, PHBM akan memberikan kontribusi Kegiatan yang dilakukan
terhadap pembangunan masyarakat yang berkelanjutan
dan peningkatan mata pencaharian serta konservasi Di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Malinau, dinas
keanekaragaman hayati dan pengurangan dampak negatif kehutanan telah memilih dan menetapkan masyarakat
dari dan adaptasi terhadap perubahan iklim. percontohan untuk menerapkan hak pemanfaatan PHBM.
Di Kabupaten Berau telah dilakukan penilaian awal terhadap
potensi pelaksanaan PHBM dan KPH serta perusahaan
PHBM dalam konteks Kesatuan Pengelolaan pengusahaan hutan membantu masyarakat dalam bentuk pola
Hutan (KPH) kemitraan untuk mengelola hutan. FORCLIME mendukung
proses-proses PHBM, mulai dari menyebarluaskan informasi
Pengembangan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah
tentang berbagai skema PHBM. Masyarakat dapat memilih
prasyarat bagi pengelolaan hutan berkelanjutan, tata kelola
skema yang paling tepat bagi mereka dan akan dibantu dalam
hutan yang baik, mitigasi perubahan iklim, konservasi
menegosiasikan dan menentukan batas-batas wilayah desa
keanekaragaman hayati dan peningkatan mata pencaharian.
mereka dengan desa tetangga. Penentuan batas wilayah desa
Pengembangan KPH telah menjadi prioritas nasional,
ditentukan bersama-sama oleh perwakilan dari tiap-tiap desa
dengan target untuk membangun 600 KPH di seluruh hutan
dan juga oleh instansi pemerintah daerah terkait dan para
negara Indonesia. Secara hukum, KPH tidak saja merupakan
pihak lainnya.
badan yang didirikan secara permanen dan bertanggung
gugat melainkan juga merupakan penyedia layanan publik Salah satu kontribusi penting FORCLIME agar PHBM
yang beroperasi di lingkungan hutan yang batas-batasnya berhasil adalah melalui peningkatan kapasitas organisasi dan
telah dengan jelas ditetapkan. Pembangunan PHBM akan peningkatan kemampuan sumber daya manusia bagi warga desa
diintegrasikan ke dalam pembangunan KPH. KPH bertanggung yang dipilih melalui berbagai pelatihan. Pelatihan-pelatihan
jawab untuk memberdayakan masyarakat yang bergantung tersebut meliputi topik administratif dan manajerial serta
pada hutan dan diharapkan menjadi mitra, memberikan aspek teknis seperti pemetaan partisipatif, pelatihan untuk
nasihat dan layanan teknis, menyetujui, memantau dan fasilitator, dan pelatihan bagi para enumerator pada saat
mengendalikan rencana pengelolaan hutan dan operasi hutan mereka sedang bekerja. Pelatihan yang diberikan juga mencakup
dalam berbagai skema PHBM. keterampilan tentang bagaimana menilai dan membuat
daftar kuantitas dan kualitas sumber daya hutan yang ada dan
bagaimana mempersiapkan rencana pengelolaan hutan lestari
yang baik. Melalui kunjungan lapangan dan dengan belajar
dari hutan desa dan hutan masyarakat yang ada, masyarakat
dapat mengembangkan ide-ide baru untuk pengembangan di
masa yang akan datang berdasarkan pembelajaran yang telah
didapatkan.
Dukungan dari pemerintah daerah sangat penting bagi
pengembangan PHBM. Oleh karena itu, FORCLIME secara
aktif memfasilitasi penyusunan peraturan gubernur mengenai
prosedur pemberian izin atas hak-hak pengelolaan hutan desa di
Kalimantan Timur, yang saat ini sedang dikaji oleh Kementerian.
Selain itu, masyarakat juga diberi bantuan dalam pemanfaatan
hasil hutan dan pengembangan rantai nilai guna meningkatkan
pendapatan dan memperbaiki mata pencaharian. Hasil hutan
bukan kayu dengan potensi produksi yang tinggi antara lain
Skema PHBM dalam konteks KPH meliputi madu, kakao, karet, bambu dan lain-lain.
Capaian hasil
• Konsep dari berbagai model PHBM telah diperkenalkan dan dibahas dengan ± 200 wakil-wakil masyarakat,
khususnya di Manua Sadap (± 1,395 ha) dan Desa Nanga Lauk (± 1.430 Ha) di Kabupaten Kapuas Hulu dan
Desa Setulang (± 4,415 Ha) di Kabupaten Malinau.
• Pemetaan partisipatif telah dilaksanakan untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah potensial untuk PHBM di
desa Manua Sadap dan desa Pulau Manak di Kabupaten Kapuas Hulu.
• Proses pengembangan rencana pengelolaan hutan desa telah difasilitasi untuk tiga desa.
• Inventarisasi Sumber Daya Hutan Secara Partisipatif telah selesai dilakukan untuk desa Setulang dan desa
Menua Sadap.
• Peningkatan kapasitas bagi lembaga pengelolaan hutan desa termasuk bantuan dalam penyusunan
rancangan peraturan desa telah dilaksanakan di tiga desa.
• Pengakuan resmi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap kawasan pengelolaan hutan desa
untuk tiga desa telah berhasil diwujudkan melalui bantuan yang kami berikan.
• Telah pula diterbitkan buku lapangan berjudul “Pedoman dan Tata Cara Penyusunan Skema Pengelolaan
Hutan Berbasis Masyarakat”.
• Pembelajaran tentang pembangunan hutan desa di Malinau dan Kapuaas Hulu telah berhasil diidentifikasi
dan digunakan sebagai umpan balik bagi para pembuat kebijakan di Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (bekerja sama dengan Dewan Kehutanan Kalimantan Timur, WWF, dan Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan Timur).
• Pelatihan Teknis tentang Perencanaan Konservasi Secara Partisipatif telah dilakukan untuk desa Manua
Sadap guna menanamkan pentingnya keanekaragaman hayati dalam rencana pengelolaan hutan desa.
• Di Berau telah diprakarsai skema pemanenan berkelanjutan untuk madu dan pengembangan madu yang
dihasilkan oleh lebah jenis Trigona.
• Perwakilan masyarakat Jambi dan Jawa telah difasilitasi untuk mendapatkan pembelajaran dan pengalaman
dari masyarakat Kalimantan mengenai Pembangunan Hutan Desa melalui lokakarya dan kunjungan
lapangan.
• Buku tentang “Pilihan untuk Skema Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Dampak
Buruk dari Perubahan Iklim” telah diterbitkan.
• Analisis mengenai konflik penggunaan lahan hutan akibat klaim tumpang tindih antara masyarakat dan
pemerintah serta sektor swasta telah berhasil dilakukan di 5 desa di Kapuas Hulu dan Berau; di samping
itu, telah diprakarsai mekanisme mediasi dan penyelesaian konflik melalui kerja sama dengan GIZ Forest
Governance Programme dan lembaga swadaya masyarakat.
• Pembelajaran tentang PHBM di 5 KPH (Berau, Kapuas Hulu, Rinjani Barat, Gularaya, Yogyakarta) telah
disusun.
• Analisis tentang kerentanan sosial ekonomi bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada hutan terhadap
dampak perubahan iklim telah dilakukan di 64 desa di Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Malinau dan
Kabupaten Berau.
Dukungan selanjutnya:
• Mendukung peningkatan kapasitas personel KPH, paling tidak di tiga KPH, di bidang
pelibatan masyarakat dan keterampilan/bakat (soft skills) yang.
• Mendukung finalisasi rencana pengelolaan jangka panjang hutan desa dan rencana kerja
tahunan untuk desa Manua Sadap dan desa Nanga Lauk (Kabupaten Kapuas Hulu) desa
Setulang (Kabupaten Malinau) serta membantu persiapan untuk mendapatkan persetujuan
dari masing-masing gubernur.
• Mendukung Dinas Kehutanan Kalimantan Utara dalam penyusunan peraturan daerah
tentang perizinan berdasarkan skema PHBM.
• Mendukung mensosialisasikan peraturan baru tentang hutan desa (P.89/Menhut-II/2014)
• Mendukung inkubator bisnis untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) di desa-
desa yang dipilih dalam KPH percontohan - seperti pembuatan teh Mangar atau produksi
madu hutan di KPH Berau Barat.
• Mendukung masyarakat di Berau dan Kapuas Hulu dalam proses mediasi konflik lahan hutan
melalui pelatihan khusus dan dengan mendirikan forum penyelesaian konflik.
• Memfasilitasi pemerintah desa dalam menyesuaikan penyusunan anggaran hutan desa
dengan mekanisme penyusunan Anggaran Dana Desa.
• Mendukung peningkatan keterampilan kewirausahaan bagi pegawai KPH dan masyarakat.
• Memprakarsai pola kemitraan antara masyarakat dan KPH di ‘Kawasan Tertentu’ di
kecamatan Long Beliu dan Long Kelay.
• Mendukung inisiatif Pembayaran Jasa Ekosistem (PES) melalui pengembangan ekowisata di
lingkungan hutan desa di Kapuas Hulu dan Malinau.
• Mendukung pengembangan kapasitas bagi asosiasi madu di hutan desa Nanga Lauk di
Kapuas Hulu.
• Memprakarsai model belajar terkait dengan pengurangan dampak negatif dari dan adaptasi
terhadap perubahan iklim sekurang-kurangnya di salah satu hutan desa.

Forests and Climate Change Programme (FORCLIME)


Forests and Climate Change (FORCLIME) Manggala Wanabakti Building, Block VII, 6th Floor
FORCLIME Kerja Sama Teknis (TC) adalah program yang Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan
dilaksanakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta 10270, Indonesia
Indonesia dan GIZ, dan didanai oleh Kementerian Federal Jerman Tel: +62 (0) 21 572 0214
untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (BMZ) Fax: +62 (0) 21 572 0193
http://www.forclime.org

You might also like