Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
1. Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastra
yaitu berarti perut / lambung dan it is berarti inflamasi / peradangan, Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemua itu
mengakibatkan peradangan pada lambung (Herdman, 2011).
2. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung yang dapat bersifat akut dan kronis (Bararah, T dan Jauhar, 2013).
B. Etiologi
Menurut Ehrlich, S.D. (2011) adapun penyebab dari penyakit gastritisa, yaitu:
1. Infeksi bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri Helocobakter Pylori yang
hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun
tidak sepenuhnya di mengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun
diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering
terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis (Bararah, T dan
Jauhar, 2013).
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar
yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat
tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-
sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan
secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya,
dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat
dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis
terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn’s
disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan
peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi
gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang
terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan
tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh.
Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati
serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah
otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan dan
gastritis.
C. Klasifikasi
Menurut Hermawan dan Tutik (2011), Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a. Gastritis Eksogen akut (biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar, seperti
bahan kimiamisal: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid, mekanis iritasi
bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b. Gastritis Endogen akut
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik
tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari
kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter
pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
D. Patofisiologi
Menurut Ehrlich, S.D. (2011) patofisiologi dari gastritis berdasarkan dari jenisnya
dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Gastritis Akut
Pada orang yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam
lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual,
muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus,
mengurangi produksinya. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster akan
menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa
nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel
mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga
berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu
24-48 jam setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronik
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna
makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2012), adapun manifestasi klinis dari penderita gastritis, yaitu:
1. Gastritis akut meliputi: ulserasi superficial yang dapat menimbulkan
hemoragi, ketidaknyamanan abdomen (sakit kepala, malaise, mual dan anoreksia),
muntah, cekukan, beberapa pasien asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi bila
makanan pengiritan tidak dimuntahkan tapi mencapai usus besar. Pasien biasanya
sembuh dalam sehari walau nafsu makan mungkin menurun selama 2-3 hari.
2. Gastritis kronik meliputi: Tipe A (gastritis autoimun) biasanya asimtomatik
kecuali untuk gejala defisiensi B12 dan pada gastritis Tipe B (gastritis H. pylori)
pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit
dalam mulut, atau mual dan muntah.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita gastritis (Hermawan, D
& Tutik Rahayuningsih, 2011) , yaitu:
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknya tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun
pada klien dengan gastritis kronik.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin
B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
8. Gastroscopy.Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk perdarahan GI
atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
10.Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan
atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi
perdarahan.
11. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis
G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis (Ehrlich, S.D, 2011),
yaitu:
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai
syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak
peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90
% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B12,
akibat kurang pencerapan, B12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan
dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan (Rona,
dkk, 2011). Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Gastritis Akut
a. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis
reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk
sitoprotektor).
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
e. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
f. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat.
g. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
2. Gastritis Kronis
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya
adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur
(karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat
golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. Pylori.
c. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin)
dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.
d. Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi
H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan
penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate.
Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi
untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan
efektifitas antibiotik.
I. Prognosis
1. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
2. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis kronis
tipe A.
3. Gastritis dapat menimbulkan komplikasi pedarahan saluran cerna dan gejala
klinis yang berulang (Ehrlich, S.D, 2011).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. “N” DENGAN GASTRITIS DI
20
Keterangan :
20
= hub.pernikahan = pasien
b. Minum
- Jumlah 1500-2000 cc/hari 1500-2000 cc/hari
- Jenis Air putih dan teh Air putih + susu
2 Eliminasi
a. BAK
- frekuensi 3-4 x/ hari 3-4 x /hari
- jumlah 750-1000 cc/hari 750-1000
- Warna kekuningan kekuningan
b. BAB
- frekuensi 1 x/ hari 1 x / hari
-Warna Kuning Kuning
-Konsistensi padat Padat
3 Personal Hygiene
a. Mandi 2x sehari Selama dirumah
sakit hanya dilap
basah.
b. Mencuci 1x seminggu Tidak dilakukan
rambut
c. Gosok gigi 2x sehari 2x sehari
d. Gunting 1x seminggu Tidak dilakukan
kuku
4 Istirahat dan tidur
a. Siang
- Kualitas Nyenyak Pasien mengeluh
susah tidur karena
merasa nyeri.
- frekuensi 14.00-16.00 1 jam
b. Malam
- Kualitas Nyenyak Pasien mengatakan
tidak nyenyak,
sering terbangun.
- frekuensi 21.00 – 05.00 2-3 jam
- Ekstermitas bawah
Refleks patella (+), refleks tendon achiles (+), babinsky
Kekuatan otot 5 5
5 5
b. Fungsi cranial
N.I. (Olfaktorius) : pasien dapat membedakan
bau-bauan seperti minyak
kayu putih dan parfum.
N.II. (Optikus) : pasien dapat melihat tangan
perawat yang ada disebelah
kiri dan kanan pasien.
N.III (Okulamotorius) : Pupil ishokor (refleks pupil
saat kena cahaya mengecil).
N. IV (Troclearis) : Mata dapat digerakkan ke
atas dan ke bawah dengan
mengikuti obyek.
N.V. (Trigemenus) :
1) Sensorik : pasien dapat merasakan sentuhan kertas
pada pipi sambil mata pasien tertutup.
2) Motorik : pasien dapat mengatupkan rahang dan
mengunyah dengan baik
N. VI (Abdusen) : Mata dapat digerakkan ke
lateral kiri dan kanan dengan
mengikuti objek.
N.VII (Fasialis)
a) Sensorik : Fungsi pengecapan baik, dapat
membedakan rasa manis, asam
dan asin.
b) Mororik : pasien dapat mengangkat alis secara
bersamaan
N.VIII (Akustik) : Pasien dapat menjawab
pertanyaan perawat dengan
menggunakan bahasa verbal.
N.IX. (Glosa pherengeal) : Refleks muntah baik
N.X. (vagus) : Refleks menelan dan muntah
(+)
N.XI. (Asesorys) : Dapat mengangkat kedua
bahu dan menggerakkan leher
kesemua arah
N.XII. (Hipoglosus) : Gerakan lidah baik simetris
kiri dan kanan
5. Data psikologis
Pasien mengatakan cemas terhadap kondisinya, pasien gelisah,
kpasien berharap agar lekas sembuh, pasien sering
menanyakan mengenai kondisinya.
6. Data sosial
Orang yang terdekat dengan pasien adalah ibu pasien, interaksi
dengan lingkungan baik, jika ada masalah dalam keluarga
diselesaikan dengan musyawarah dan kekeluargaan
7. Data spiritual
Pasien mengatakan selalu mndekatkan diri ketuhanya, pasien
selalu berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
8. Pengobatan dan perawatan
- Istirahat ditempat tidur
- Observasi tanda-tanda vital
- IVFD RL 24 tetes/menit
- Ranitidin 50 mg/ l2 jam/ IV
- Teramadol 30 mg/12 jam/ Drip
Klasifikasi data
1) Data subyektif
- Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan terus- menerus dengan durasi 5
menit
- Pasien mengatakan mual dan muntah
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun
- Pasien mengeluh susah tidur dan gampang terbangun.
- Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya
- Pasien mengatakan berharap agar lekas sembuh
2) Data obyektif
- Pasien nampak lemah
- Nyeri tekan pada abdomen kuadran kiri atas
- Nyeri skala 5 (0-10)
- Porsi makan tidak dihabiskan (1/4 porsi)
- Wajah nampak pucat
- Mata pasien nampak sayup
- Pasien nampak gelisah.
- BB : 56 kg (sebelum sakit 60 kg)
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 70 X/menit
P : 22 X/menit
S : 37,1°C
- Pasien selalu bertanya tentang kondisinya.
Analisa data
Data Etiologi Masalah
1 2 3
Data Subjektif : Adanya peradangan pada
- Pasien mengatakan nyeri pada mokosa lambung
ulu hati
- Pasien mengatakan nyeri Peningkatan HCL
dirasakan terus- menerus dengan lambung
durasi 5 menit
Data Objektif : Menstimulus nosiseptor
- Nyeri tekan pada abdomen kiri
atas. Transmisi impuls melalui
- Pasien nampak gelisah saraf perifer afferent
- Skla nyeri 5 (0-10) Nyeri
melalui serabut efferen
- Tanda-tanda vital : epigastrium
TD : 110/70 mmHg Dihantar kekornudorsalis
N : 70 X/menit medulla spinal
P : 22 X/menit
S : 37,1 °C Rangsangan dihantar
kethalamus
Cortex serebri
Nyeri
Data Subjektif : Mukosa lambung iritasi
- Pasien mengatakan mual dan
muntah Meningkatkan aktivitas
- Pasien mengatakan nafsu makan seluler
menurun
Data Objektif : Nutrisi kurang
Merangsang medulla
- Pasien nampak lemah dari kebutuhan
oblongata
tubuh
- Porsi makan tidak dihabiskan (1/4
porsi) Anorexia
- Wajah nampak pucat
- Berat badan setelah sakit 56 kg Intake nutrisi tidak
(sebelum sakit 60 kg). adekuat
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Data Subjektif : Perubahan status
- Pasien mengatakan cemas dengan kesehatan
kondisinya
- Pasien mengatakan berharap agar Mekanisme koping tidak
lekas sembuh efektif
Ansietas
Data Objektif :
- Pasien selalu bertanya tentang Stress psikologis
kondisinya
- Pasien nampak gelisah. Ansietas
Prioritas masalah
1) Nyeri epigastrium berhubungan dengan adanya peradangan pada mukosa
lambung
2) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
3) Perubahan pola tidur berhubungan dengan stimulasi nyeri pada lambung
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan adanya peradangan pada
mukosa lambung ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan nyeri pada uluhati
- Pasien mengatakan nyeri dirasakan terus menerus dengan 5 menit
Data Objektif :
- Nyeri tekan pada abdomen kiri atas.
- Pasien nampak gelisah
- Skla nyeri 5 (0-10)
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 70 X/menit
P : 22 X/menit
S : 37,1°C
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan:
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan mual dan muntah
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun
Data Objektif :
- Pasien nampak lemah
- Porsi makan tidak dihabiskan (1/4 porsi)
- Wajah nampak pucat
- Berat badan setelah sakit 56 kg (sebelum sakit 60 kg).
c. Perubahan pola tidur berhubungan dengan stimulasi nyeri pada
lambung ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengeluh susah tidur dan gampang terbangun.
Data Objektif :
- Wajah nampak pucat
- Mata pasien nampak sayup
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
ditandai dengan :
Data Subjektif :
- Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya
- Pasien mengatakan berharap agar lekas sembuh
Data Objektif :
- Pasien selalu bertanya tentang kondisinya
- Pasien nampak gelisah.
C. Perencanaan
Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri epigastrium Tujuan : 1. Kaji skala nyeri (0-10). 1. Berguna dalam pengawasan
berhubungan dengan Setelah diberikan keefektifan obat dan kemajuan
adanya peradangan tindakan penyembuhan.
pada mukosa lambung keperawatan 2. Pantau tanda-tanda 2. Sebagai data dasar untuk
ditandai dengan : selama 1x 24 jam vital. intervensi selanjutnya
DS : rasa nyeri hilang 3. Berikan posisi istrahat 3. Dengan posisi semi fowler dapat
- Pasien mengatakan kriteria hasil: semi fowler menghilangkan ketegangan
nyeri pada ulu hati Setelah diberikan abdomen yang bertambah
- Pasien mengatakan tindakan dengan posisi terlentang.
nyeri dirasakan keperawatan 4. Ajarkan pasien untuk 4. Dapat mencegah terjadinya nyeri
terus-menerus selama 1x 24 jam menghindari makanan akut/hebat dan menurunkan
dengan selama 5 rasa nyeri yang dapat aktifitas lambung yang
menit. berangsur-angsur merangsang terjadinya berlebihan
DO : berkurang dengan pengeluaran asam
- Nyeri tekan pada kriteria: lambung (HCl)
abdomen kiri atas - Ekspresi wajah 5. Diskusikan dan ajarkan 5. Membantu dalam penurunan
- Skla nyeri 5(0-10) tenang tehnik relaksasi respon nyeri, dan memberikan
- Nampak nampak - Nyeri tekan pada control situasi dan meningkatkan
gelisah abdomen hilang. perilaku posistif
- Tanda-tanda vital : 6. Kolaborasi dengan tim 6. Membantu mempercepat proses
TD : 110/70 mmHg medis tentang penyembuhan dan
S: 37,1 0 C pemberian obat menghilangkan rasa nyeri.
N: 70 x/menit analgetik
P: 22 x/menit
2 Nutrisi kurang dari Tujuan : 1. Monitor intake dan 1. Mengukur keefektifan nutrisi dan
kebutuhan tubuh Setelah diberikan output secara periodic cairan
berhubungan dengan tindakan 2. Berikan makanan 2. Meminimalakan anoreksia, dan
intake nutrisi tidak keperawatan sedikit tapi sering mengurangi iritasi gaster
adekuat ditandai selama 3x 24 jam 3. Kaji pola diet klien 3. Membantu intervensi kebutuhan
dengan kebutuhan nutrisi yang disukai/tidak yang spesifik, menmingkatkan
Data Subjektif : pasien terpenuhi. disukai intake diet pasien
- Pasien mengatakan dengan kriteria: 4. Timbang berat badan 4. Membantu menentukan
mual dan muntah. - Porsi makan klien setiap hari keseimbangan cairan yang tepat.
- Pasien mengatakan dihabiskan 5. Berikan obat antiemetic 5. Obat antiemetic dapat
nafsu makan - pasien tidak sesuai indikasi mengurangi rasa mual
menurun. lemah
Data Objektif :
- Pasien nampak
lemah
- Porsi makan tidak
dihabiskan (1/4
porsi)
- Wajah nampak
pucat
- Berat badan setelah
sakit 56 kg (sebelum
sakit 60 kg).
3 Gangguan pola tidur Tujuan : 1. Kaji pola tidur pasien 1. Sebagai indicator cukup tidaknya
berhubungan dengan Setelah diberikan kebutuhan tidur dalam satu hari
stimulasi nyeri pada asuhan 2. Ciptakan lingkungan 2. Lingkungan yang nyaman dan
lambung ditandai keperawatan yang nyaman dan tenang dapat memberikan
dengan : selama 1x 24 jam renang serta membatasi ketenangan sehingga pasien dapat
Data Subyektif : kebutuhan istirahat/ pengunjung tidur dengan nyenyak
- pasien mengeluh tidur terpenuhi 3. Beri posisi yang 3. Posisi yang nyaman dapat
susah tidur dan Kriteria hasil: nyaman membantu pasien tidur dengan
gampang terbangun. Setelah diberikan nyenyak
Data Obyektif : tindakan 4. HE tentang pentingnya 4. Tidur dapat membantu proses
- Mata pasien nampak keperawatan kebutuhan istirahat dan penyembuihan karena dalam
sayup selama 1 hari tidur keadaan istirahat dan tidur sel-sel
kebutuhan istirahat dalm tubuh mengalami
dantidur terpenuhi metabolism
dengan kriteria:
- pasien dapat tidur
dengan nyenyak
-
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tanggal Jam Tindakan Keperawatan Paraf Jam Evaluasi Paraf
No.DX
l. Minggu 08.00 1. Mengkaji skala nyeri 08.00 Hasil :
30-06-2013 (0-10). Nyeri skala 5 (0-10)