You are on page 1of 105

BAHAN AJAR

AKUNTANSI PAJAK
MENENGAH
(Berbasis PSAK Konvergensi IFRS)

Untuk Diklat Fungsional Pemeriksa Dasar

Disusun oleh:
Arief Sultony

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT PAJAK
2016
DAFTAR ISI

1. Kegiatan Belajar 1
LAPORAN KEUANGAN
A. Penyajian Laporan Keuangan ……………………………………………………... 1
B. Laporan Keuangan Menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan …. 14
2. Kegiatan Belajar 2
PRINSIP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN
A. Pengakuan Elemen Laporan Keuangan …………………………………………. 16
B. Pengukuran Elemen Laporan Keuangan ………………………………………… 17
C. Nilai Wajar (Fair Value) ……………………………………………………………. 18
D. Penurunan Nilai (Impairment Value) ……………………………………………… 21
E. Pengukuran menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan ………… 23
3. Kegiatan Belajar 3
ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN
A. Aset Keuangan (Financial Aset) ………………………………………………….. 28
B. Liabilitas Keuangan (Financial Liabilites) ………………………………………… 37
C. Ketentuan Perpajakan Terkait Dengan Aset dan Liabilitas Keuangan ……… 41
4. Kegiatan Belajar 4
PERSEDIAAN
A. Definisi Persediaan ………………………………………………………………… 45
B. Pengukuran Awal (Initial Measurement) ………………………………………… 45
C. Sistem Pencatatan Persediaan …………………………………………………… 46
D. Rumus Biaya (Pembebanan ke Harga Pokok) ………………………………… 47
E. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement) ………………………… 51
F. Ketentuan Perpajakan Terkait Persediaan ....................................................... 53
5. Kegiatan Belajar 5
INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI
A. Pengertaian Investasi Pada Entitas Asosiasi ................................................... 56
B. Metode Ekuitas (Equity Method) ………………………………………………….. 56
C. Penurunan Nilai ……………………………………………………………………... 57
D. Ketentuan Perpajakan Untuk Investasi Pada Entitas Asosiasi ......................... 59
6. Kegiatan Belajar 6
ASET TETAP
A. Pengertian Aset Tetap …………………………………………………………….. 63
B Pengukuran Awal (Initial Measurement) ………………………………………… 63
C. Penyusutan …………………………………………………………………………. 64
D. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement) 65
E. Penghentian Pengakuan …………………………………………………………… 70
F. Perolehan Aset Tetap melalui Sewa Pembiayaan (Finance Lease) ............... 70
G. Ketentuan Perpajakan yang Terkait dengan Aset Tetap ………………………. 74
7. Kegiatan Belajar 7
DASAR-DASAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46)
A. Pendahuluan ………………………………………………………………………… 80
B. Beda Tetap dan Beda Temporer …………………………………………………. 81
C. Kompensasi Kerugian ……………………………………………………………… 84
D. Pajak Kini (Current Tax) …………………………………………………………… 84
E. Pajak Tangguhan (Deferred Tax) ………………………………………………… 87
F Pengukuran dan Pencatatan Pajak Tangguhan ………………………………… 90
G Pengakuan Aset Pajak Tangguhan Dari Saldo Rugi Fiskal yang Dapat
Dikompensasi ………………………………………………………………………
91
Kegiatan Belajar 1
LAPORAN KEUANGAN

A. Penyajian Laporan Keuangan

Perangkat laporan keuangan yang lengkap terdiri dari


1) Laporan posisi keuangan (Statement of financial position)
2) Laporan laba rugi komprehensif (statement of comprehensive income)
3) Laporan perubahan ekuitas (Statement of changes in equity)
4) Laporan arus kas (Statement of cash flows)
5) Catatan atas laporan keuangan (Note to financial statement)

1. Laporan posisi keuangan (Statement of financial position)


Dalam PSAK no. 1, nama neraca (balance sheet) berubah menjadi laporan posisi
keuangan (Statement of financial position), laporan ini menyajikan aset, liabilitas dan
ekuitas pertanggal laporan tertentu.
Pos-pos minimum yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan;
Aset: Liabilitas:
Kas dan setara kas Utang dagang dan utang lain-lain
Piutang dagang dan piutang lain-lain Provisi
Aset Keuangan lainnya Liabilitas pajak periode berjalan
Persediaan Liabilitas keuangan lainnya
Aset biologi Liabilitas pajak tangguhan
Aset Pajak Periode berjalan Liabilitas yang dimiliki untuk dijual
Investasi yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas
Investasi property Ekuitas:
Aset Tetap Kepentingan non pengendali
Aset tak berwujut Modal yang ditempatkan dan cadangan
Asset yang dimiliki untuk dijual yang dibentuk oleh entitas induk
Aset pajak tangguhan

Urutan penyajian laporan posisi keuangan menurut PSAK No. 1 sbb:

Aset Liabilitas
Aset lancar Liabilitas jangka pendek
Aset tidak lancar Liabilitas jangka panjang
Ekuitas
Hak non-pengendali
Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Suatu asset diklasifikasikan sebagai lancar bilamana:
 Akan direlisasikan dalam siklus operasi normal entitas
 Dimiliki terutama untuk tujuan diperdagangkan
 Akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan
 Menjadi kas atau setara kas yang direalisasikan, jika dibatasi untuk suatu periode yang
lebih lama dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 1


Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai lancar bilamana:
 Akan direlisasikan dalam siklus operasi normal entitas
 Dimiliki terutama untuk tujuan diperdagangkan
 Akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan
 Tidak mempunyai hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas, setidaknya
12 bulan setelah tanggal pelaporan.

Contoh format laporan posisi keuangan:


Aset
Aset Lancar:
Kas dan setara kas 312.400
Piutang usaha 91.600
Persediaan 135.230
Aset lancer lainnya 25.650
Total asset lancer 564.880
Aset Tidak Lancar:
Aset keuangan tersedia untuk dijual 142.500
Investasi dalam entitas asosiasi 100.150
Aset tetap 350.000
Aset tak berwujut lainnya 227.470
Goodwill 80.000
Total asset tidak lancar 901.620
Total aset 1.466.500
Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha dan terutang lainnya 115.100
Bagian pinjaman jangka panjang 10.000
Utang pajak jangka pendek 35.000
Provisi jangka pendek 5.000
Total liabilitas jangka pendek 315.100
Liabiltas Jangka Panjang
Pinjaman jangka panjang 120.000
Pajak tangguhan 28.800
Provisi jangka panjang 28.850
Total liabilitas jangka panjang 177.650
Total liabilitas 492.750
Ekuitas
Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik
entitas induk
Modal saham 650.000
Laba ditahan 243.500
Komponen ekuitas lainnya
(termasuk other comprehensive income) 10.200
903.700

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 2


Kepentingan non pengendali 70.050
Total ekuitas 973.750
Total liabilitas dan ekuitas 1.466.500

2. Laporan laba-rugi komprehensif (statement of comprehensive income)


Dalam PSAK No. 1, nama laporan laba-rugi (Income Statement) berubah menjadi laporan
laba rugi komprehensif (statement of comprehensive income). Laporan ini memberikan
informasi mengenai kinerja entitas dalan suatu periode. Kinerja didefinisikan sebagai
hubungan pendapatan yang diperoleh dengan beban yang terjadi selama suatu periode,
biasanya satu tahun.
Laporan laba rugi komprehensif menyajikan total laba-rugi komprehensif untuk suatu
periode, yang dipisahkan menjadi laba atau rugi (Profit and loss) dan laba-rugi
komprehensif lainnya (Other comprehensive income).
Laba atau rugi (Profit and loss) merupakan total pendapatan dikurangi dengan biaya.
Laba-rugi komprehensif lain adalah perubahan aset atau liabilitas yang tidak
mempengaruhi laba rugi periode berjalan
Komponen Laba-rugi komprehensif lain mencakup:
 Surplus revaluasi asset tetap
 Perubahan asset keuangan yang dikatagorikan sebagai tersedia untuk dijual.
 Keuntungan dan kerugian actuarial atas program pensiun manfaat pasti
 Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
entitas asing.
 Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas
 Bagial laba rugi komprehensif lain dari perusahaan asosiasi.

Laporan Laba Rugi Komprehensif dapat disajikan dengan dua cara yaitu:
 penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan (tunggal)
 penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam dua laporan

Contoh format penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan:

Kelompok Usaha XYZ


Laporan laba rugi komprehensif
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X7 dan 31 Desember 20X6
20X7 20X6
Pendapatan 390.000 355.000
Beban pokok penjualan (245.000) (230.000)
Laba bruto 45.000 125.000
Pendapatan lainnya 20.667 11.300
Biaya distribusi (9.000) (8.700)
Beban administrasi (20.000) (21.000)
Beban lain-lain (2.100) (1.200)
Biaya pendanaan (8.000) (7.500)

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 3


Bagian laba entitas asosiasi 35.100 30.100
Laba sebelum pajak 161.667 128.000
Beban pajak penghasilan (40.417) (32.000)
Laba tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan 21.250 96.000
Kerugian tahun berjalan dari operasi yang dihentikan - (30.500)
LABA TAHUN BERJALAN 121.250 65.500

Pendapatan komprehensif lainnya:


Selisih kurs karena penjabaran laporan
keuangan dalam mata uang asing 5.334 10.667
Aset keuangan tersedia untuk dijual (24.000) 26.667
Lindung nilai arus kas (667) (4.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 3.367
Keuntungan (kerugian) aktuarial dari program
pensiun manfaat pasti (667) 1.333
Bagian pendapatan komprehensif
lain dari entitas asosiasi 400 (700)
Pajak penghasilan terkait 4.667 (9.334)
Pendapatan komprehensif lain tahun
berjalan setelah pajak (14.000) 28.000
TOTAL PENDAPATAN KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN 107.250 93.500
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 97.000 52.400
Kepentingan non pengendali 24.250 13.100
121.250 65.500
Jumlah laba rugi komprehensif yang dapat
diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 85.800 74.800
Kepentingan non pengendali 21.450 18.700
107.250 93.500
Laba per saham (dalam satuan rupiah):
Dasar dan dilusian 0,46 0,30

Apabila laporan laba rugi komprehensif disajikan dalam dalam dua laporan, laporan
pertama adalah Laporan Laba rugi sampai dengan laba tahun berjalan, kemudian
laporan laba komprehensif disajikan tersendiri sbb:

Kelompok Usaha XYZ


Laporan laba rugi komprehensif
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X7 dan 31 Desember 20X6
20X7 20X6
Laba tahun berjalan 121.250 65.500
Pendapatan komprehensif lain:
Selisih kurs penjabaran laporan
keuangan dalam mata uang asing 5.334 10.667
Aset keuangan tersedia untuk dijual (24.000) 26.667
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 4
Lindung nilai arus kas (667) (4.000)
Keuntungan revaluasi aset tetap 933 3.367
Keuntungan (kerugian) aktuarial program
pensiun manfaat pasti (667) 1.333
Bagian pendapatan komprehensif lain entitas asosiasi 400 (700)
Pajak penghasilan terkait 4.667 (9.334)
Pendapatan komprehensif lain tahun
berjalan setelah pajak (14.000) 28.000
TOTAL LABA RUGI KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN 107.250 93.500
Total laba rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 85.800 74.800
Kepentingan nonpengendali 21.450 18.700
107.250 93.500

3. Laporan perubahan ekuitas (Statement of changes in equity)


Tujuan dari laporan perubahan ekuitas adalah untuk menyajikan informasi mengenai
pengaruh pos-pos berikut atas ekuitas:
 Laba atau rugi untuk suatu periode pelaporan
 Pos lain dari penghasilan dan beban yang langsung diakui dalam ekuitas
 Pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
 Jumlah investasi menurut ekuitas investor
 Dividend an distribusi lainnya kepada pemegang ekuitas
Item yang harus dimasukan kedalam laporan perubahan ekuitas
 Total penghasilan komprehensif, dengan penyajian secara terpisah total jumlah yang
tersedia bagi pemilik entitas induk dan bagi kepentingan non pengendali.
 Pengaruh penerapan dan penyajian ulang restropektif (atas kejadian masa lalu)
terhadap tiap-tiap komponen ekuitas (yang biasanya ditunjukan sebagai penyesuaian
terhadap saldo awal laba ditahan)
 Rekonsiliasi atas perubahan selama periode berjalan untuk tiap-tiap komponen ekuitas
sebagai hasil dari:
- laba-rugi,
- tiap item penghasilan komprehensif lain,
- Jumlah investasi menurut investor.
- Dividend dan distribusi lain kepada pemilik
- Perubahan kepentingan kepemilikan pada entitas anak yang tidak
menyebabkan kehilangan kendali.

Contoh format laporan perubahan ekuitas:

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 5


PT ABC
Laporan perubahan ekuitas
untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X2 dan 31 Desember 20x1
Kepentingan
Modal Laba Total Non Total
saham ditahan Pengendali Ekuitas
Saldo per 01-01-20x1 350.000 50.000 400.000 40.000 440.000
Perubahan kebijakan akuntansi - (3.000) (3.000) - (3.000)
Saldo 350.000 47.000 397.000 40.000 437.000
Perubahan Ekuitas Th. 20x1:
Dividen - (25.000) (25.000) - (25.000)
Total penghasilan komprehensif 350.000 42.000 42.000 4.000 46.000
Saldo per 31-12-20x1 125.000 64.000 414.000 4.000 458.000
Perubahan ekuitas Th. 20x2:
Dividen - (18.000) (18.000) - (18.000)
Penerbitan saham - 125.000 - 125.000
Total penghasilan komprehensif 37.000 37.000 4.000 41.000
Saldo per 31-12-20x2 475.000 83.000 558.000 48.000 606.000

4. Laporan arus kas (Statement of cash flows)


Laporan arus kas mengandung informasi tentang aktivitas-aktivitas yang menghasilkan dan
menggunakan kas. Aktivitas utama tersebut adalah:
a) Aktivitas operasi (operational activities)
Aktivitas yang menghasilkan pendapatan utama dari entitas.
Contoh aktivitas operasi:
 penerimaan kas dari penjualan barang dagangan,
 pembayaran kas kepada karyawan dan pemasok,
 pembayaran kas atau restitusi pajak penghasilan
 pembayaran kas atas instrument keuangan utuk tujuan diperdagangkan.
b) Aktivitas investasi (investment activities)
Aktivitas pengambilalihan didalam akuisisi dan pelepasan asset jangka panjang dan
investasi lain yang tidak memenuhi definisi setara kas.
Contoh aktivitas investasi:
 Pembayaran kas untuk perolehan dan penerimaan kas dari penjualan asset tetap,
asset tak berwujut dan asset jangka panjang lainnya
 Pembayaran kas untuk perolehan dan penerimaan kas dari penjualan instrument
ekuitas dan instrument hutang.
 Uang muka kas dan pinjaman yang dilakukan oleh pihak ketiga dan pelunasannya.
c) Aktivitas pendanaan (financing activities)
Aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah ekuitas dan pinjaman perusahaan.
Contoh aktivitas pendanaan:
Penerimaan kas dari penjualan saham atau penerbitan surat hutang, dan
pengeluaran kas untuk membeli kembali saham dan untuk melunasi hutang.

Ada dua metode penyajian laporan arus kas yaitu: metode langsung (direct method) dan
metode tidak langsung (indirect method).

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 6


a) Metode langsung
Metode langsung menyajikan arus kas tertentu yang terkait dengan item yang
mempengaruhi arus kas. Item yang mempengaruhi arus kas mencakup:
 Tagihan kas dari pelanggan
 Penerimaan bunga dan dividen
 Pembayaran kas kepada karyawan
 Pembayaran kas kepada supplier
 Pembayaran bunga
 Pembayaran pajak penghasilan
b) Metode tidak langsung
Menurut metode tidak langsung, penyajian dimulai dengan laba-rugi bersih, diikuti
dengan penambahan atau pengurangan terhadap item pendapatan dan beban non
kas, sehingga menghasilkan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi.
Contoh laporan arus kas dengan metode langsung:

PT DFD1
Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir 31-12-X1

Arus kas dari aktivitas operasi


Kas diterima dari pelanggan 45.800
Kas dibayar kepada supplier (29.800)
Kas dibayar kepada karyawan (11.200)
Kas dari operasi 4.800
Pembayaran bunga (310)
Pembayaran pajak penghasilan (1.700)
Kas bersih dari aktivitas operasi 2.790
Arus kas dari kegiatan investasi
Pembelian asset tetap (580)
Hasil penjualan peralatan 110
Penerimaan bunga 12
Penerimaan dividen 5
Kas bersih yang dipakai dalam aktivitas investasi (453)
Arus kas dari kegiatan pendanaan
Hasil dari penerbitan modal saham 1.000
Hasil dari pinjaman 500
Pembayaran dividen (450)
Kas bersih dari aktivitas pendanaan 1.050
Kenaikan bersih kas dan setara kas 3.387
Kas dan setara kas awal periode 1.613
Kas dan setara kas akhir periode 5.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 7


Contoh laporan arus kas dengan metode tidak langsung:
PT DFD1
Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir 31-12-X1
Arus kas dari aktivitas operasi
Laba sebelum pajak 3.000
Penyesuaian untuk:
Penyusutan 125
Rugi selisih kurs 20
Pendapatan investasi (80)
Beban bunga 40
105
Kenaikan dari piutang dagang (250)
Penurunan persediaan 325
Penurunan utang dagang (50)
25
Kas yang dihasilkan dari aktifitas operasi 3.130
Pembayaran bunga (12)
Pembayaran pajak penghasilan (870)
Kas bersih dari kegiatan operasi 2.248
Arus kas dari kegiatan investasi
Pembelian asset tetap (500)
Hasil penjualan peralatan 35
Penerimaan bunga 10
Penerimaan dividen 8
Kas bersih yang dipakai dalam aktivitas investasi (447)

Arus kas dari kegiatan pendanaan


Hasil dari penerbitan modal saham 150
Hasil dari pinjaman 175
Pembayaran dividen (45)
Kas bersih dari aktivitas pendanaan 280

Kenaikan bersih kas dan setara kas 2.081


Kas dan setara kas awal periode 2.919
Kas dan setara kas akhir periode 5.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 8


DFD\Akuntansi Pajak Menengah 9
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 10
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 11
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 12
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 13
B. Laporan Keuangan Menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan

1. Perangkat lengkap laporan keuangan.

Berdasarkan pasal 1 angka 29 UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009, “Pembukuan adalah
suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang di tutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.”

Kemudian syarat minimal informasi yang dapat diperoleh dari pembukuan ditegaskan
kembali pada pasal 28 ayat (7) UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009 sbb: “Pembukuan
sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.

Dari ketentuan di atas perangkat lengkap laporan keuangan yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan perpajakan terdiri dari:

1) Neraca:, yang berisi:


a. Harta
b. Kewajiban
c. Modal
2) Laporan Laba Rugi, yang berisi:
a. Penghasilan
b. Biaya
3) Tambahan informasi jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa

Penyusunan laporan keuangan di atas adalah agar dapat besarnya pajak penghasilan dan
pajak-pajak lainnya.

i. Syarat-syarat penyusunan laporan keuangan.

Syarat-syarat penyusunan laporan keuangan tercermin dalam syarat pembukuan menurut


Ps. 28 UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009, sebagai berikut:
1) Diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenarnya (full disclosure)
2) Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3) Taat asas (consistency) dan dengan stelsel akrual stesel kas.
4) Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.

DFD\Akuntansi Menengah dan ALK 14


5) Sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.
6) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
7) Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengelolaan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
tahun di Indonesia, yaitu ditempatkan kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang
pribadi, atau di tempat kedudukan wajib pajak badan.
8) Diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan
perpajakan menentukan lain (Penjelasan Ps. 28 ayat (7) KUP).

DFD\Akuntansi Menengah dan ALK 15


KEGIATAN BELAJAR 2
PRINSIP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN

Proses pencatatan dalam akuntansi melibatkan dua kegiatan yaitu penentuan pos-pos laporan
keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi dan penentuan nilai untuk setiap pos tersebut.
Proses penentuan pos-pos ini dikenal dengan istilah pengakuan (recognation) sedangkan
proses penentuan nilainya dikenal dengan istilah pengukuran (measurement).

A. Pengakuan Elemen Laporan Keuangan


Pengakuan (Recognation) adalah proses pemasukan suatu pos dalam laporan keuangan
yang:
1. memenuhi definisi elemen (asset, liabilitas, penghasilan dan beban); dan
2. memenuhi kriteria pengakuan.
Pos yang memenuhi kriteria pengakuan harus diakui dalam laporan posisi keuangan atau
laporan laba rugi.

1. Definisi Elemen Laporan Keuangan


Aset (asset) adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa
masa lalu dan diharapkan darinya akan mengalir manfaat ekonomi masa depan kepada
entitas
Liabilitas (liability) adalah kewajiban kini dari entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
yang penyelesaiaannya diperkirakan akan mengakibatkan arus keluar dari entitas berupa
sumber daya yang memiliki manfaat ekonomis.
Ekuitas (Equity) adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua
liabiitas.
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk aliran masuk atau peningkatan asset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan kontribusi dari pemilik
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam
nentuk aliran keluar atau pengurangan asset atau timbulnya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada pemilik ekuitas.

2. Kriteria pengakuan
Pos yang memenuhi definisi suatu elemen akan diakui dalam laporan keuangan apabila:
 Ada kemungkinan bahwa suatu manfaat ekonomis dimasa datang yang
berhubungan dengan pos akan mengalir dari atau ke entitatas
Konsep probabilitas mengacu pada tingkat ketidak pastian yang terkait dengan
manfaat ekonomis dimasa depan. Tingkat ketidak pastian didasarkan pada suatu
bukti konndisi yang ada pada tanggal pelaporan.
 Pos mempunyai biaya (cost) atau nilai (value) yang dapat diukur secara andal.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 16


Biaya atau nilai mungkin diketahui, tetapi dalam banyak hal memerlukan estimasi.
Penggunaan estimasi yang logis merupakan bagian yang penting dalam
penyusunan laporan keuangandan tidak mengurangi keandalan laporan keuangan.
Jika biaya tidak dapat diukur atau diperkirakan secara andal, maka pos itu tidak akan
diakui dalam laporan keuangan.
Kriteria pengakuan apabila diterapkan pada elemen-elemen laporan keuangan dapat
diringkas sebagai berikut.
 Aset diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan manfaat ekonomi
masa depan akan mengalir ke entitas dan asset memiliki biaya atau nilai yang dapat
diukur secara andal.
 Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan bahwa aliran
keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi akan timbul dari penyelesaian
kewajiban kini dan jumlah penyelesaian dapat diukur secara andal
 Penghasilan diakui dalam laporan laba-rugi ketika kenaikan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan asset atau penurunan lliabilitas dan dapat
diukur secara andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan asset atau penurunan liabilitas.
 Beban diakui dalam laporan laba-rugi pada saat penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban yang
dapat diukur secara andal. Ini berarti, pada dasarnya pengakuan beban terjadi
bersamaan dengan kenaikan kewajiban atau penurunan asset.

B. Pengukuran Elemen Laporan Keuangan


1. Basis Pengukuran
Pengukuran (measurement) adalah proses penentuan jumlah moneter dari asset, liabilitas,
penghasilan dan beban yang dinyatakan dalam laporan keuangan. Secara umum ada tiga
basis pengukuran yang digunakan dalam akuntansi, yaitu: biaya historis (historical cost);
biaya yang diamortisasi (amortized cost) dan nilai wajar (fair value)
 Biaya Historis (historical cost)
Biaya historis dari suatu asset adalah jumlah dari kas atau setara kas yang dibayarkan
atau nilai wajar dari jumlah yang dikeluarkan untuk memperoleh asset pada waktu
perolehannya
Biaya historis dari liabilitas adalah jumlah dari kas atau setara kas yang diterima atau
nilai wajar dari asset non tunai yang diterima pada waktu kewajiban terjadi. Dalam hal
adanya ketidak pastian, biaya historis adalah jumlah dari kas atau setara kas yang
diharapkan untuk dibayar atau nilai wajar dari asset lain yang diharapkan untuk
didistribusikan dalam rangka penyelesaiaan liabilitas.
Contoh:
PT. DFD membeli mesin dengan harga beli Rp 50.000.000,-, sedangkan untuk
mempersiapkan mesin sampai dengan mesin tersebut siap pakai perusahaan harus
mengeluarkan biaya Rp. 5.000.000,-. Maka mesin sebagai aset perusahaan akan
dicatat sebesar biaya perolehannya atau biaya historis yang dikeluarkan pada saat
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 17
perolehannya yang mencerminkan seluruh pengeluaran kas yang dibayar untuk
memperoleh aset (mesin) tersebut yaitu Rp. 55.000.000
 Biaya yang diamortisasi (amortised cost)
Biaya yang diamortisasi adalah arus kas aktual dari suatu asset atau liabilitas, yang
terdiri dari arus kas awal dan arus kas berikutnya yang disesuaikan menurut nilai waktu
dari uang dengan menerapkan metode tingkat bunga efektif untuk menghasilkan nilai
sekarang
Contoh:
PT DFD menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp. 1.000.000,- yang jatuh tempo 5
tahun. Utang obligasi ini akan dicatat sebesar nilai sekarang atau present value dari
pembayaran bunga dan pokoknya misalnya setelah dilakukan penghitungan diskonto
arus kas masuk dengan tingkat bunga efektif Rp. 1.100.000,-. Maka utang obligasi akan
dicatat sebesar Rp. 1.100.000,-.
 Nilai Wajar (fair value)
Nilai wajar (fair value) adalah harga yang diterima atas penjualan aset atau pembayaran
untuk mentransfer liabilitas dalam transaksi antar pihak yang berkepentingan pada
tanggal pengukuran .
Contoh:
Pada tanggal 1 Oktober 2012, PT DFD membeli saham PTX dari pasar terbuka (Bursa
Efek) dengan harga perolehan Rp 1.200.000. dengan tujuan untuk diperjual-belikan.
Pada tanggal 31Desember 2012 nilai saham PT X dibursa Rp 1.000.000, maka PT DFD
akan menilai investasi dalam sekuritas yang diperdagangkan dalam laporan keuangan
per 31 Desember 2012 sebesar nilai wajar yaitu Rp 1.000.000.

2. Pengukuran Awal (Initial measurement)


Pengukuran awal adalah pengukuran nilai asset dan liabilitas pada saat pengakuan awal.
Pada pengakuan awal, asset dan liabilitas diukur atas dasar biaya historisnya kecuali
standar akuntansi mengharuskan nilai yang lain.

3. Pengukuran Selanjutnya (subsequent measurement)


Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran asset dan liabilitas setelah pengakuan awal.
Pengukuran selanjutnya diterapkan pada saat entitas menyusun laporan keuangan. Basis
pengukuran selanjutnya dapat berbeda dengan pengukuran awal untuk memastikan
bahwa suatu asset tidak diukur atas dasar suatu jumlah yang lebih besar dari pada jumlah
pemulihan yang diharapkan dari penjualan atau penggunaan asset tersebut.
Basis pengukuran yang berbeda dapat dilihat pada pembahasan masing-masing elemen
laporan keuangan dalam bahan ajar ini.

C. Nilai Wajar (Fair Value)


Salah satu karakteristik PSAK hasil konvergensi IFRS adalah banyak menggunakan nilai
wajar (fair value) dalam penilaian elemen laporan keuangan. PSAK No. 68 yang
merupakan konvergensi IFRS13 akan diterbitkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2015

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 18


untuk mengklarifikasi definisi nilai wajar dan digunakan sebagai acuan tunggal atas
pengukuran nilai wajar ketika PSAK lain mensyaratkan atau mengizinkan pengukuran atau
pengungkapan nilai wajar

1. Pengertian Nilai Wajar


Sebelumnya nilai wajar didefinisikan sebagai berikut:
Nilai wajar adalah jumlah atas mana suatu asset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
dapat dapat diselesaikan, antara pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan berkemauan
dalam transaksi yang wajar (arm’s length transaction).
Ed. PSAK 68 mendefinisikan kembali nilai wajar sebagai berikut:
Nilai wajar (fair value) adalah harga yang diterima atas penjualan aset atau pembayaran
untuk mentransfer liabilitas dalam transaksi antar pihak yang berkepentingan pada tanggal
pengukuran.
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa:
1) Aset atau liabilitas dipertukarkan dalam suatu transaksi teratur antara pelaku pasar
untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran berdasarkan
kondisi pasar saat ini; dan
2) Transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi:
a. di pasar utama untuk aset atau liabilitas tersebut; atau
b. jika tidak terdapat pasar utama, di pasar yang paling menguntungkanuntuk aset
atau liabilitas tersebut.
Transaksi teratur (orderly transaction) adalah “transaksi yang mengasumsikan eksposur ke
pasar untuk periode sebelum tanggal pengukuran untuk memungkinkan kegiatan
pemasaran yang lazim dan umum untuk transaksi yang melibatkan aset atau liabilitas;
transaksi tersebut bukan merupakan transaksi yang dipaksakan (contohnya likuidasi yang
dipaksakan atau penjualan karena keterpaksaan)”.
Pasar utama (principal market) adalah “pasar dengan volume dan tingkat aktivitas terbesar
untuk aset atau liabilitas”.
Pasar yang paling menguntungkan (most advantageous market) adalah “pasar yang
memaksimalkan jumlah yang akan diterima untuk menjual aset atau meminimalkan jumlah
yang akan dibayar untuk mengalihkan liabilitas, setelah memperhitungkan biaya transaksi
dan biaya transpor”.
Entitas mengukur nilai wajar suatu aset atau liabilitas menggunakan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilitas tersebut, dengan
asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomik terbaiknya.
ED PSAK 68 mendefinisikan pelaku pasar (market participants) sebagai “pembeli dan
penjual di pasar utama (atau pasar yang paling menguntungkan) untuk aset atau liabilitas
yang memiliki seluruh karakteristik sebagai berikut:
a. Pembeli dan penjual independen satu sama lain, yaitu bukan pihak berelasi.
b. Pembeli dan penjual memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai
mengenai aset atau liabilitas dan transaksi menggunakan seluruh informasi yang
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 19
tersedia, termasuk informasi yang dapat diperoleh melalui upaya uji tuntas yang
lazim dan umum.
c. Pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi atas aset atau liabilitas.
d. Pembeli dan penjual bersedia untuk melakukan transaksi atas asset atau liabilitas,
yaitu mereka termotivasi namun tidak terpaksa, atau dipaksa untuk melakukan hal
tersebut.”.

2. Hirarki Penentuan Nilai wajar.


Definisi baru nilai wajar menekankan harga yang terjadi antara pelaku pasar, namun
bagaimana menentukan nilai wajar bila harga kuotasi asset dan liabilitas tidak tersedia di
pasar?
PSAK 68 memberikan tuntunan hirarki penentuan nilai wajar sebagai berikut:
a. Level 1.
Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset
atau liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
Penekanan pada Level 1 adalah untuk menentukan kedua hal sebagai berikut:
1) pasar utama atau jika tidak ada, pasar yang paling menguntungkan; dan
2) transaksi dapat dilakukan pada harga tersebut pada tanggal pengukuran.
Nilai wajar yang tersedia dalam level ini harus digunakan tanpa penyesuaiaan.
Contoh: harga saham di bursa saham, harga komoditi di bursa komoditi.

b. Level 2.
Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
Input yang dapat diobservasi (observable inputs) adalah input yang dikembangkan
menggunakan data pasar, seperti informasi yang tersedia untuk publik mengenai
peristiwa atau transaksi aktual, dan yang mencerminkan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga aset atau liabilitas.
Input Level 2 termasuk hal sebagai berikut:
1) harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang serupa di pasar aktif.
2) harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang identik atau yang serupa di
pasar yang tidak aktif.
3) input selain dari harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk asset atau
liabilitas, sebagai contoh: suku bunga dan kurva imbal hasil yang dapat
diobservasi pada interval kuotasi yang umum; volatilitas yang tersirat; dan
credit spreads.
4) input yang diperkuat pasar (market-corroborated inputs).
adalah input yang diperoleh terutama dari atau diperkuat oleh data pasar yang
dapat diobservasi secara korelasi atau dengan cara lain.
Contoh:
Nilai wajar bangunan yang dimiliki dan digunakan. Input Level 2 adalah harga per
meter persegi untuk bangunan (pengali dalam penilaian) yang diperoleh dari data
pasar yang dapat diobservasi, contohnya pengali yang diperoleh dari harga transaksi

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 20


yang dapat diobservasi yang melibatkan bangunan yang sebanding di lokasi yang
serupa
Nilai wajar Persediaan barang jadi di gerai ritel. Untuk persediaan barang jadi yang
diperoleh dalam kombinasi bisnis, input Level 2 adalah harga untuk pelanggan di
pasar ritel atau harga untuk retailer di pasar grosir, disesuaikan dengan perbedaan
antara kondisi dan lokasi pos persediaan dan pos persediaan yang sebanding (yaitu
serupa)
c. Level 3.
Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas
Input yang tidak dapat diobservasi (unobservable inputs) adalah input ketika data
pasar tidak tersedia dan yang dikembangkan dengan menggunakan informasi terbaik
yang tersedia mengenai asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika
menentukan harga aset atau liabilitas.
Entitas dapat mengembangkan input yang tidak dapat diobservasi menggunakan
informasi terbaik yang tersedia, termasuk data milik entitas sendiri.
Contoh:
Nilai wajar unit penghasil kas. Input Level 3 adalah perkiraan keuangan (contohnya
arus kas atau laba rugi) yang dikembangkan dengan menggunakan data milik entitas
jika tidak terdapat informasi yang umumnya tersedia.

D. Penurunan Nilai (Impairment in Value).

1. Pengertian Penurunan Nilai


PSAK No. 48 revisi tahun 2009 menetapkan, rugi penurunan nilai diakui jika jumlah tercatat
aset melebihi jumlah terpulihkan.
Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan selisih lebih nilai tercatat suatu
aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.
Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu aset setelah dikurangi akumulasi
penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi
antara nilai wajarnya dikurangi biaya penjualan (Fair value less cost to sell) dan nilai
pakainya (value in use).

2. Indentifikasi Asset yang Mungkin Mengalami Penurunan Nilai

Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi
suatu aset mengalami penurunan nilai.Jika terdapat indikasi tersebut, entitas mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut.

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai,
entitas harus mempertimbangkan, minimum, hal-hal berikut ini:
• Informasi dari sumber-sumber eksternal
 Perubahan signifikan Nilai pasar
 Perubahan signifikan teknologi, pasar, ekonomi dan lingkup hukum
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 21
 Perubahan suku bunga
 Jumlah tercatat aset neto enttitas melebihi kapitalisasi pasarnya
• Informasi dari sumber-sumber internal
 Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset
 Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat aset
 Bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang
diharapkan.

3. Pengukuran Jumlah Terpulihkan


PSAK 48 mendefinisikan jumlah terpulihkan suatu aset sebagai jumlah yang lebih tinggi
antara:
 Nilai wajar dikurangi Biaya Penjualan (Fair Value Less Cost to Sell):
penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi antara pihak-pihak
yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya pelepasan
aset.
 Nilai Pakai (Value in Use):
adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima dari aset
atau unit penghasil kas.
Bukti terbaik untuk memperoleh Nilai wajar dikurangi Biaya Penjualan (Fair Value Less
Cost to Sell):
a) harga dalam suatu perjanjian penjualan yang mengikat yang dibuat dalam suatu
transaksi antara pihak-pihak yang independen, disesuaikan dengan biaya tambahan
yang dapat dikaitkan secara langsung dengan pelepasan aset.
b) Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yanmengikat namun aset
diperdagangkan di pasar aktif, berdasarkan harga pasar aset dikurangi biaya
pelepasan aset tersebut.
c) Apabila tidak terdapat perjanjian penjualan yang mengikat atau pasar aktif untuk
asset, berdasarkan pada informasi terbaik yang ada untuk menggambarkan jumlah
yang dapat diperoleh entitas, pada akhir periode pelaporan, dari pelepasan aset
pada nilai wajar dikurangi biaya pelepasan
Elemen-elemen yang harus diperhitungkan dalam penghitungan nilai pakai aset:
a) Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset;
b) Ekspektasi mengenai kemungkinan variasi dari jumlahatau waktu arus kas masa
depan tersebut;
c) Nilai waktu uang, diwakili oleh suku bunga pasar bebas risiko yang berlaku;
d) Harga untuk menanggung ketidakpastianyang melekat pada aset
e) Faktor-faktor lain, seperti ilikuiditas, yang akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar
dalam menilai aruskas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari
aset tersebut.

4. Pengakuan Rugi Penurunan Nilai


Pengakuan rugi penurunan nilai diakui Jika, dan hanya jika, nilai terpulihkan aset lebih kecil
dari nilai tercatatnya.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 22


Apabila terjadi penurunan nilai, maka:
- nilai tecatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan.
- Penurunan tersebut adalah rugi penurunan Nilai.
- Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laporan laba rugi, kecuali aset disajikan
pada jumlah direvaluasi sesuai dengan standar lain (Contoh PSAK 16: Aset Tetap)
Setiap rugi penurunan nilai aset revalusian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi
sesuai standar lain tersebut.
- diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai
tidak melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama
- rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk aset
tersebut

5. Pembalikan Rugi Penurunan Nilai


Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada
periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau
mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini:
a) Infomasi yang bersumber dari luar;
b) Informasi yang bersumber dari dalam.
Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset
selain goodwill harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang
digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi penurunan
nilai terakhir diakui. jika diketahui adanya pemulihan nilai maka jumlah tercatat aset
dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi
penurunan nilai.
Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi
penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau
depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun
sebelumnya.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba rugi,
kecuali asset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataan lain (contohnya,
model revaluasi di PSAK 16). Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian harus
diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait.

E. Pengukuran menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.


Pengukuran dalam perpajakan adalah proses memberikan nilai pada harta dalam rangka
menghitung penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta dalam perusahaan,
menghitung keuntungan atau kerugian apabila terjadi penjualan atau pengalihan harta, dan
penghitungan penghasilan dari penjualan barang dagangan.
Dalam perpajakan dikenal beberapa macam pengukuran, yang akan dijelaskan sebagai
berikut:

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 23


1. Harga yang sesungguhnya (Ps. 10 ayat (1) UU PPh)
Pengukuran ini diterapkan untuk transaksi jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh.
Bagi pembeli, ukuran harga perolehan adalah jumlah uang yang sesungguhnya dikeluarkan
untuk memperoleh harta termasuk biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta
tersebut, seperti bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan. Dipihak lain,
penjual mengukur harga penjualan harta dengan jumlah yang sesungguhnya diterima.
Pengukuran dengan harga sesungguhnya adalah pengukuran yang umum dan lazim
diterapkan dalam perpajakan untuk perolehan harta kecuali diatur lain atau pihak yang
bertransaksi memiliki hubungan istimewa.

2. Harga Seharusnya (Ps. 10 ayat (1) UU PPh)


Pengukuran ini diterapkan untuk transaksi jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UU PPh.
Adanya hubungan istimewa antara pembeli dan penjual dapat menyebabkan harga
perolehan berupa uang yang dibayar atau harga penjualan berupa uang yang diterima
sering kali tidak mencerminkan harga yang wajar apabila dibandingkan dengan harga
pada transaksi yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. Ketentuan Pasal 10 ayat
(1) UU PPh mengatur bahwa nilai perolehan atau nilai penjualan harta bagi pihak-pihak
yang melakukan transaksi jual beli yang dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan atau yang seharusnya diterima.
Jumlah yang seharusnya dikeluarkan oleh pembeli dan yang seharusnya diterima oleh
penjual mencerminkan harga yang terbentuk apabila yang melakukan transaksi adalah
pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.
Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah yang seharusnya diterima atau yang
seharusnya dikeluarkan dalam hal transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa
menurut pasal 18 ayat (3) UU No. 36/2008 adalah sebagai berikut :
a. Metode harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method)
Membandingkan harga dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga barang atau jasa dalam transaksi
yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
dalam kondisi atau keadaan yang sebanding
Contoh :
PT A menjual hasil produksinya ke B Corp (ada hubungan istimewa) dengan harga
Rp 150/unit, PT B menjual kepada C Corp (tidak ada hubungan istimewa) atas
barang yang sama Rp 200. Maka harga jual yang seharusnya kepada B Corp adalah
Rp 200.
b. Metode harga penjualan kembali (resale price method)
Membandingkan harga dalam transaksi suatu produk yang dilakukan antara pihak-
pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa dengan harga jual kembali produk
tersebut setelah dikurangi laba kotor wajar, yang mencerminkan fungsi, aset dan
risiko, atas penjualan kembali produk tersebut kepada pihak lain yang tidak

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 24


mempunyai Hubungan Istimewa atau penjualan kembali produk yang dilakukan
dalam kondisi wajar

Contoh :
PT A membeli barang dari produsen B Corp (pihak yang memiliki hubungan istimewa)
dengan harga USD 120, kemudian PT A menjual kembali kepada pihak yang
indepeden seharga USD 130.
Selain membeli dari B corp, PT A juga membeli barang yang sejenis dari produsen C
Corp. (Independen) dengan harga USD 110 dan menjual kembali barang tersebut
kepada pihak independen dengan harga USD 135. Tidak terdapat perbedaan
aktivitas distribusi yang dilakukan oleh PT A atas kedua produk tersebut.
%Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari B Corp = 10/130 X 100%= 7,69 %
%Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari C Corp = 25/135 X 100%= 18,52%
Harga perolehan seharusnya atas barang dari B Corp =
Harga jual kembali – (% laba kotor Independen X Harga jual kembali)
USD 130 – (18,52% X 130)
USD 106
c. Metode biaya plus (cost plus method)
Menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari
transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba
kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah
sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.
Contoh :
PT A memproduksi barang X dan barang Y.
Harga pokok penjualan produk X = USD 200
Harga pokok penjualan produk Y = USD 250
Produk X dijual kepada B Corp dengan harga USD 220
Produk Y dijual kepada pembeli independen dengan harga USD 300
Tidak terdapat perbedaan fungsi yang dilakukan, aset/harta yang digunakan, risiko
yang ditanggung, persyaratan kontrak, strategi bisnis serta kondisi ekonomi ketika
bertransaksi dengan B Corp. maupun dengan pihak independen.
Gross Mark-Up (Laba kotor:HPP) produk X = (20:200) X 100% = 10%
Gross Mark-Up (Laba kotor:HPP) produk Y = (50:250) X 100% = 20%
Harga jual seharusnya untuk produk X yang dijual kepada B Corp=
USD 200 + (200 X 20%) = USD 240
d. Atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode
laba bersih transaksional (transactional net margin method)

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 25


3. Harga pasar (Ps. 10 ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf b., ayat (5) UU PPh)
Pengukuran ini diterapkan untuk perolehan harta dari:
 Tukar-menukar harta
 Pengalihan selain dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada
lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga
dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial sesuai ketentuan Menkeu (tidak memenuhi syarat Ps. 4 ayat (3) huruf
a. UU PPh)
 harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang tidak diizinkan menggunakan nilai
buku
 Pengalihan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
Undang-undang PPh menyatakan secara tegas atas perolehan harta dari transaksi-
transaksi di atas menggunakan harga pasar, namun tidak pernah dijelaskan apa yang
dimaksud harga pasar. Apakah harga pasar sama dengan yang dimaksud dengan nilai
wajar menurut akuntansi?. Kita ketahui bahwa teknik penentuan nilai wajar menurut
akuntansi tidak hanya menggunakan pendekatan pasar (market approach) tetapi juga
menggunakan pendekatan lain seperti pendekatan biaya (cost approach) dan pendekatan
penghasilan (income approach). Bagaimana jika harga pasar tidak tersedia?. Apakah
diperkenankan menentukan harga pasar dengan pendekatan selain pendekatan pasar?

4. Nilai buku. (Ps. 10 ayat (3), ayat (4) huruf a. UU PPh)


Nilai buku adalah harga perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan.
Pengukuran ini diterapkan untuk perolehan harta dari:
 Pengalihan dalam bentuk sumbangan keagamaan yang bersifat wajib kepada
lembaga yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada keluarga
dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial sesuai ketentuan Menkeu.
 Warisan
 Harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang mendapat izin Menkeu untuk
menggunakan nilai buku.

5. Pengukuran berdasarkan penilaian kembali (revaluasi), yaitu dengan cara


memberikan harga baru terhadap harta yang dimiliki (Ps. 19 ayat (1), Pasal 11 ayat
(5)).
Dengan pertimbangan adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan
kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan kekurangserasian antara biaya dan
penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar. Wajib
Pajak dapat mengajukan permohonan untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang
dimilkinya.
Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi dibatasi hanya untuk Wajib Pajak badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang memperoleh

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 26


izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika
Serikat.
Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau
nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari
pemerintah dan hanya dapat dilakukan paling singkat 5 tahun sekali.

Empat basis pengukuran pertama di atas merupakan pengukuran saat perolehan (initial
measurement). Ketentuan perpajakan tidak mengenal pengukuran setelah pengakuan awal
kecuali untuk revaluasi yang harus mendapat persetujuan Dirjen Pajak sebagaimana
dijelaskan di atas.
Perbedaan basis pengukuran antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan akan
menyebabkan perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak. Dengan demikian,
apabila terdapat perbedaan basis pengukuran Wajib Pajak harus melakukan penyesuaian
fiscal dalam rangka menghitung penghasilan kena pajaknya.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 27


Kegiatan Belajar 3
ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN

A. Aset Keuangan

1. Definisi
Aset keuangan adalah asset yang terdiri atas:
a) Kas;
b) Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain;
c) Hak kontraktual untuk:
 Menerima kas atau asset keuangan dari entitas lain
 Mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas
lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan kepada entitas
d) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument
ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
 nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas; atau
 derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan
mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan
sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas
Contoh aset keuangan adalah: kas, investasi dalam obligasi dan ekuitas yang
diterbitkan oleh entitas lain, piutang dan aset keuangan derivatif.
Aset fisik, seperti persediaan, asset tetap, asset sewa pembiayaan, asset tak berwujut,
biaya dibayar dimuka tidak termasuk asset keuangan

2. Katagori Aset Keuangan

Aset Berdasarkan PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikatagorikan sebagai berikut :

a. Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi (Fair Value Through Provit and Loss/FVTPL).
Dikatagorikan sebagai FVTPL apabila memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
1) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan (trading), atau
2) Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi.
b. Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (Held to Maturity)
Aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
jatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas mempunyai intensi positif dan
kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali:
1) investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan
yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL);

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 28


2) investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia untuk dijual
(AFS); dan
3) investasi yang memenuhi definisi pinjaman yang diberikan dan piutang (LnR).

c. Pinjaman yang diberikan dan Piutang (Loans and Receivables)

Aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:

1) Entitas berniat untuk menjual dalam waktu dekat (held for trading);
2) Pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi (FVTPL);
3) Pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual;
atau
4) Pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara
substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang
diberikan dan piutang.

d. Aset keuangan tersedia untuk dijual (Available For Sale/AFS)


aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau
yang tidak diklasifikasikan dalam tiga katagori di atas.

Ilustrasi A.1.
Sepanjang tahun 2012 PT DFD melakukan transaksi antara lain sebagai berikut:
1. Tanggal 1 Juli 2012 memberikan pinjaman khusus kepada PT X yang merupakan
supliernya sebesar Rp 100.000 dengan bunga 1% perbulan yang dibayar tiap
akhir bulan. Pokok pinjaman akan dilunasi pada tanggal 30 Juni 2013. PT PFD
mengeluarkan biaya notaris sebesar Rp 1.000 untuk membuat perjanjian ini.
2. Tanggal 1 Oktober 2012, membeli sekuritas secara kas sebagai berikut :
 100 lembar saham biasa PT A Tbk (10% kepemilikan) dengan harga nominal
@ Rp 1.000 dengan harga Rp 120.000 dan biaya broker Rp 4.000. Manjemen
PT DTSD berniat menjual kembali dalam waktu dekat untuk memperoleh
keuntungan jangka pendek
 100 lembar (10% kepemilikan) saham biasa PT D Tbk dengan harga nominal
@ Rp 1000 dengan harga Rp 110.000 dan biaya broker Rp 1.000.
Manajemen tidak berniat untuk menjual kembali dalam waktu dekat.
 50 lembar obligasi yang diterbitkan oleh PT Y Tbk dengan nilai nominal @ Rp
1.500 dengan bunga 12% pertahun. Jatuh tempo selama 5 tahun. Biaya
broker Rp 1.000. Manajemen berniat memegang obligasi tersebut sampai
tanggal jatuh tempo.

3. Tanggal 1 November membeli tanah sebagai investasi yang nantinya akan dijual
untuk memperoleh keuntungan .

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 29


4. Sepanjang tahun 2012, PT DFD melakukan penjualan secara kredit dengan
tempo 14 hari. Saldo piutang usaha per tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp
60.000
Diminta:
Bagaimana PT DFD mengklasifikasikan aset-aset di atas kedalam katagori aset
keuangan (Financial assets).
Solusi yang disarankan:
1. Pinjaman kepada PT X
Alasan:
 Pinjaman yang diberikan merupakan aset keuangan nonderivatif dengan
pembayaran yang telah ditentukan, yaitu bunga dibayar setiap bulan dan pokok
dibayar pada akhir satu tahun.
 Pinjaman diberikan secara khusus sehingga tidak mempunyai kuotasi di pasar
aktif.
Solusi:
Dikatagorikan sebagai Aset Keuangan Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
(Loans and Receivables)
2. Pembelian sekuritas
a. Investasi dalam sekuritas saham PT A
Alasan:
Manajemen berniat menjual kembali dalam waktu dekat sehingga tidak dapat
diklasifikasikan sebagai trading security
Solusi:
Dikatagorikan sebagai aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi (Fair Value Through Provit and Loss/FVTPL).
b. Investasi dalam sekuritas saham PT D
Alasan:
 Manajemen tidak berniat menjual kembali dalam waktu dekat sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai trading security
 Tidak ada tanggal jatuh tempo untuk sekuritas saham.
 Pembayaran kembali tidak ditentukan.
Solusi:
Dikatagorikan sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual (Available For Sale)
c. Investasi dalam sekuritas utang PT Y
Alasan:
 Obligasi PT Y merupakan aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran
tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan.
 Manajemen berniat memegang obligasi tersebut sampai tanggal jatuh tempo.
Solusi:
Dikatagorikan sebagai aset keuangan Investasi dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo (Held to Maturity)

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 30


3. Pembelian tanah
Aset pisik bukan merupakan aset keuangan
4. Piutang usaha.
Alasan:
 Piutang usaha merupakan aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran
yang telah ditentukan yaitu selama 14 hari.
 tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.
Solusi:
Dikatagorikan sebagai Aset Keuangan Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
(Loans and Receivables)

3. Pengukuran Awal (Initial Measurement)


Pada saat pengakuan awal, entitas akan mengukur aset keuangan sesuai katagorinya
sebagai berikut:

NNo Katagori Aset Keuangan Pengukuran awal


1. Diukur pada Nilai Wajar melalui Nilai wajar kredit (Fair value)
Laporan Laba Rugi (FVTPL) Biaya transaksi diakui sebagai beban
i (expenses).
l2. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo(HTM) Nilai wajar ditambah biaya transaksi yang
a3. Pinjaman yang Diberikan dan dapat diatribusikan secara langsung
i Piutang (L&R) dengan perolehan.
4. Tersedia untuk Dijual(AFS) (FV + Attributive Transaction Cost)
w
Nilai wajar pada saat pengakuan awal yang paling baik adalah sama dengan harga
transaksinya.

Ilustrasi A.2.
Dari kasus ilustrasi A.1.
Diminta:
Lakukan pengukuran awal dan susun ayat jurnal untuk pengakuan awal atas masing-
masing aset keuangan:
Solusi yang disarankan:
No Aset Keuangan Dasar Pengukuran Nilai Awal
1. Other Receivables-PT X Fair value + Attributive Rp 100.000+1.000=
Transaction Cost Rp 101.000
2. Investment in trading Fair value
securities-PT A Rp 120.000
3. Investment in available Fair value + Attributive Rp 110.000+Rp1.000 =
for sale securities-PTD Transaction Cost Rp 111.000
4. Investment in debt Fair value + Attributive (50xRp 1.500)+Rp 1.000 =
securities-PT Y Transaction Cost Rp 76.000
5. Account Receivables Fair value + Attributive Rp 60.000
Transaction Cost Tidak terdapat transaction
cost

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 31


Ayat jurnal:
1 Juli 2012 Dr: Other Receivables-PT X Rp 101.000
Cr: Cash Rp 101.000
1 Oktober 2012 Dr: Investment in trading securities-PT A Rp 120.000
Dr: Investment acquired expenses Rp 4.000
Dr: Investment in available for sale
securities-PTD Rp 111.000
Dr: Investment in debt securities-PT Y Rp 76.000
Cr: Cash Rp 311.000
Untuk piutang usaha penjurnalan dilakukan setiap terjadi penjualan
Dr: Account receivables Rp xx.xxx
Cr: Sales Rp xx.xxx

4. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement)


Pada saat pelaporan, aset keuangan diukur sebagai berikut:

No Katagori Aset Pengukuran pada tanggal Laba Rugi perubahan


Keuangan pelaporan nilai wajar
1. Diukur pada Nilai Sebesar nilai wajar. Diakui pada laporan
Wajar melalui Laporan laba rugi (Profit or
LabaRugi (FVTPL) Loss)
2. Dimiliki Hingga Sebesar biaya perolehan Tidak diukur dengan
JatuhTempo (HTM) diamortisasi (amortized cost), nilai wajar sehingga
3. Pinjaman yang yaitu nilai wajar kredit yang tidak terdapat
Diberikan danPiutang diukur pada saat pengakuan pengakuan laba rugi
(L&R) awal dikurang pembayaran perubahan nilai,
pokok, ditambah atau dikurang kecuali terjadi
amortisasi kumulatif dengan penurunan nilai
menggunakan metode suku (impairment loss)
bunga efektif
4. Tersedia untuk Dijual Sebesar nilai wajar. Diakui dalam laba rugi
(AFS) komprehensif lainnya
(OCI)

5. Penurunan Nilai (Impairment in Value)

Pada setiap tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang
objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan
nilai.

Aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai apabila:

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 32


 Nilai yang dapat diperoleh kembali lebih kecil dari Nilai tercatat (Carrying amount)
 Terdapat bukti objektif penurunan nilai pada setiap tanggal neraca

Bukti objektif antara lain:

 Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau peminjam;


 Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran
pokok atau bunga;
 Restrukturisasi atau keringanan (konsesi) akibat pihak peminjam mengalami
kesulitan;
 Peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
 Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
 Kemungkinan besar bangkrut

Apabila terdapat bukti objektif penurunan nilai, maka harus dilakukan estimasi nilai
yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai, kecuali asset
keuangan dengan nilai wajar melaui laba rugi (FVTPL).

Kerugian penurunan nilai (impairment loss) dihitung berdasarkan selisih antara nilai
tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskonto
menggunakan suku bunga efektif. Kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba
rugi (Profit and Loss)

Impairment Loss = Carrying amount - PV of estimated future cash flows

Pemulihan penurunan nilai dapat terjadi jika nilai kini estimasi arus kas masa datang
melebihi nilai tercatat sehingga jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, dan
pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi
setelah penurunan nilai diakui. Pemulihan kerugian penurunan nilai diakui dalam
laporan laba rugi (Profit and Loss)
Ilustrasi A.3.

Melanjutkan ilustrasi A.1. dan A. 2.


Pada tanggal pelaporan 31 Desember 2012 PT DFD melakukan evaluasi atas asset
keuangan sebagai berikut:
1. PT X masih lancar membayar bunga setiap bulannya, tidak ada keraguan bahwa
PT X tidak sanggup membayar pokok hutangnya pada saat jatuh tempo.
2. Dari informasi di bursa diketahui harga perlembar saham PT A Tbk Rp 1.400 dan
saham PT D Tbk Rp 1.150 dan harga perlembar obligasi PT Y Rp 1.450.
3. Terdapat bukti objektif penurunan nilai piutang usaha, yaitu beberapa pelanggan
mengalami kesulitan usaha dan kemungkinan bangkrut. Selain itu terdapat juga
pelanggan yang sudah lebih dari 3 bulan belum dilunasi utangnya. Estimasi piutang
per 31 Desember 2012 yang dapat ditagih Rp 50.000.
Diminta:
 Tentukan nilai pada tanggal pelaporan 31-12-2012, dan hitung keuntungan atau
kerugian dari perubahan nilai tersebut serta tentukan dimana keuntungan atau

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 33


kerugian dari perubahan nilai tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan.
 Susun ayat jurnal tanggal 31-12-2012
Solusi yang disarankan:
1. Piutang PT diklasifikasikan sebagai Loans and Receivables maka pengukuran pada
tanggal pelaporan menggunakan biaya yang diamortisasi (amortised cost) dengan
menggunakan tarif bunga efektif.
Tabel penghitungan amortised cost.
Amortisation
Bulan Amortised Cash flows of interest Amortised cost
cost awal income akhir
101.000
Jul-12 101.000 (1.000) 921 100.921
Agust-12 100.921 (1.000) 920 100.841
Sep-12 100.841 (1.000) 919 100.760
Okt-12 100.760 (1.000) 919 100.679
Nov-12 100.679 (1.000) 918 100.597
Des-12 100.597 (1.000) 917 100.514
Jan-13 100.514 (1.000) 916 100.430
Feb-13 100.430 (1.000) 916 100.346
Mar-13 100.346 (1.000) 915 100.260
Apr-13 100.260 (1.000) 914 100.174
Mei-13 100.174 (1.000) 913 100.088
Jun-13 100.088 (101.000) 912 0
EIR = -0,91%

 Nilai Other receivables-PTX di Laporan posisi keuangan per 31-12-12 =


Rp 100.514
 Tidak terdapat pengakuan laba-rugi atas perubahan nilai wajar
 Jurnal pertanggal 31-12-2012:
Dr: Cash Rp 1.000
Cr: Interest income Rp 917
Cr: Other receivables-PT X Rp 83
2. Investment in trading securities-PTA
 Aset keuangan katagori FVTPL pada tanggal laporan diukur berdasarkan nilai
wajar = Rp 140.000
 Keuntunga diakui dalam laba rugi (profit or loss) sebesar:
Rp 140.000 – Rp 120.000 = Rp 20.000
 Jurnal tanggal 31-12-2012:
Dr: Investment in trading securities Rp 20.000
Cr: Unrealized gain (Loss) from FV Adjustment Rp 20.000
3. Investment in available for sale securities-PTD
 Aset keuangan katagori AFS pada tanggal laporan diukur berdasarkan nilai wajar
= Rp 115.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 34


 Keuntunga diakui dalam laba rugi komprehensih lainnya (Others comprehensive
Income) sebesar: Rp 115.000 – Rp 111.000 = Rp 4.000
 Jurnal tanggal 31-12-2012:
Dr: Investment in available for sale securities-PTD Rp 4.000
Cr: Other Comperehensive Income-
Unrealized Gain (Loss) of FV adjustment. Rp 4.000
4. Investment in debt securities-PT Y
 Aset keuangan katagori HTM pada tanggal laporan diukur berdasarkan nilai
amortised cost.
Tabel penghitungan amortised cost.
Amortisation
Bulan Amortised of interest Amortised
cost awal Cash flows income cost akhir
76.000
Okt 12-Sep 13 76.000 (9.000) 8.841 75.841
Okt 13-Sep 14 75.841 (9.000) 8.823 75.664
Okt 13-Sep 14 75.664 (9.000) 8.802 75.467
Okt 13-Sep 14 75.467 (9.000) 8.779 75.246
Okt 13-Sep 14 75.246 (84.000) 8.754 0
EIR = -11,63%

Untuk mempermudah perhitungan per 31-12-2012 penerimaan bunga dan


amorisasi penghasilan bungan diakui proporsional untuk 3 bulan:
Cash flow bunga th 2012 = 3/12 X Rp 9.000 = (Rp 2.250)
Amortisasi bunga th. 2012 = 3/12 X Rp 8.841 = Rp 2.210
Nilai investasi dalam obligasi PT Y per 01-10-2012 = Rp 76.000
Nilai investasi dalam obligasi PT Y per 31-12-2012 = Rp 75.960
 Tidak terdapat pengakuan laba-rugi atas perubahan nilai wajar
 Jurnal tanggal 31-12-2012:
Dr: Interest receivables Rp 2.250
Cr: Interest income Rp 8.210
Cr: Investment in debt securities-PT Y Rp 40

5. Account Recevables
 Aset keuangan katagori Loan and Receivables pada tanggal laporan diukur
berdasarkan nilai amortised cost. Akan tetapi tidak ada pembebanan bunga
dalam piutang dan waktu pembayaran sangat pendek, maka piutang usaha
dinilai berdasarkan nilai perolehannya.
 Pada akhir tahun terdapat bukti objektif penurunan nilai, dengan demikian
piutang usaha akan dinilai sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, yaitu
sebesar Rp 50.000
 Kerugian penurunan nilai (impairment loss) dibebankan dalam laporan laba-rugi
(profit and loss) yaitu sebesar Rp 60.000 – Rp 50.000 = Rp 10.000
 Jurnal tanggal 31-12-2012:
Dr: Impairment Loss Rp 10.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 35


Cr: Allowance for Impairment loss Rp 10.000
 Penyajian dalam laporan posisi keuangan:
Curret Assets:
Account receivables……………………………. Rp 60.000
Allowance for Impairment loss………………… (Rp 10.000)
Account receivables-net.………………………. Rp 50.000

6. Penghentian Pengakuan Aset Keuangan


Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:
a) hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari asset keuangan tersebut berakhir;
atau.
b) Entitas mentransfer aset keuangan, dan transfer tersebut memenuhi kriteria
penghentian pengakuan:
 jika entitas secara substansial mentransfer seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset keuangan, maka entitas menghentikan pengakuan aset
keuangan
 jika entitas secara substansial memiliki seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset keuangan, maka entitas tetap mengakui aset keuangan
tersebut;
 jika entitas secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh
risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut, maka entitas
menentukan apakah entitas masih memiliki pengendalian atas asset keuangan
tersebut. Dalam hal ini:
 jika entitas tidak lagi memiliki pengendalian, maka entitas menghentikan
pengakuan aset keuangan
 jika entitas masih memiliki pengendalian, maka entitas tetap mengakui aset
keuangan sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan
tersebut
Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan secara keseluruhan, maka:
 selisih antara nilai tercatat dengan jumlah dari pembayaran yang diterima
(termasuk setiap aset baru yang diperoleh dikurangi setiap liabilitas baru yang
harus ditanggung); dan
 setiap keuntungan atau kerugian kumulatif yang telah diakui secara langsung
dalam ekuitas (other comprehensive income)
harus diakui pada laba rugi.
Ilustrasi A.4
Melanjutkan Ilustrasi A.3
Pada tanggal 10 Januari 2013 PT DFD menjual seluruh saham PT A dengan harga
jual Rp 130.000 dan seluruh saham PT D sebesar Rp 120.000.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 36


Diminta:
Hitung laba rugi atas penjualan asset keuangan tersebut dan susun ayat jurnalnya
Solusi yang disarankan:
1. Investment in trading securities-PTA
Harga jual = Rp 130.000
Nilai tercatat = Rp 140.000
Rugi = (Rp 10.000)
Jurnal:
Dr: Cash Rp 130.000
Dr: Loss on sale of investment in trading securities Rp 10.000
Cr: Investment in trading securities Rp 140.000
2. Investment in available for sale securities-PTD
Harga jual = Rp 120.000
Nilai tercatat = Rp 115.000
Laba = Rp 5.000
Unrealized gain yang tercatat dalam OCI = Rp 4.000
Total laba = Rp 9.000
Jurnal:
Dr: Cash Rp 120.000
Dr: Other Comperehensive Income-
Unrealized Gain (Loss) of FV adjustment. Rp 4.000
Cr: Gain on sale of AFS investment Rp 9.000
Cr: Investment in available for sale securities-PTD Rp 115.000

B. Liabilitas Keuangan

1. Definisi
Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:
a) Hak kontraktual untuk:
 Menyerahkan kas atau asset keuangan lain kepada entitas lain
 Mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan kepada entitas
b) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument
ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan suatu:
 Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
mennyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas; atau
 Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 37


Contoh liabilitas keuangan adalah: utang dagang, pinjaman yang diterbitkan oleh
entitas dan liabilitas derivatif, kewajiban menyerahkan saham entitas pada nilai kas
yang ditetapkan, yang tidak termasuk liabilitas keuangan antra lain: liabilitas garansi
dan liabilitas konstruktif.

2. Katagori Liabilitas Keuangan


Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam dua katagori utama sebagai berikut:

a) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (Fair
Value Through Provit and Loss/FVTPL).
Jika memenuhi salah satu kondisi:
 Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan (trading), atau
 Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi.
Contoh: liabilitas derivative dan liabilitas diperdagangkan lainnya
b) Liabilitas keuangan Lainnya yang diukur dengan biaya yang diamortisasi
(amortised cost)
Liabilitas lainnya yang tidak dikatagorikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur
pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Contoh: Utang usaha, utang wesel dan obligasi yang diterbitkan.

3. Pengukuran Awal (Initial Measurement)


Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan akan diukur sebagai berikut:

No Katagori Liabilitas Keuangan Pengukuran awal


1. Diukur pada Nilai Wajar melalui Nilai wajar kredit (Fair value)
Laporan Laba Rugi (FVTPL) Biaya transaksi diakui sebagai beban
(expenses).
2. Liabilitas lain/Diukur pada biaya Nilai wajar ditambah biaya transaksi yang
yang diamortisasi (amortised cost) dapat diatribusikan secara langsung dengan
perolehan.
(FV + Attributive Transaction Cost)

Ilustrasi B.1.
Tanggal 2 Januari 2012 PT DFD memperoleh pembiayaan sebagai berikut:
1. Memperoleh pinjaman dari Bank ABC sebesar Rp 150.000 untuk jangka waktu 5
tahun, suku bunga 12%, bunga dibayar tiap tahun dan pokok utang akan dibayar
pada tanggal 31 Desember 2016. Bank membebankan biaya provisi sebesar 1,5%
dari pokok pinjaman dan biaya administrasi sebesar Rp 500.
2. Menerbitkan 1000 lembar obligasi dengan nominal @Rp 100 dengan harga Rp 99,
jatuh tempo 5 tahun, suku bunga 10% dan dibayar tahunan . Obligasi ini
diperjualbelikan sehingga PT DFD dapat membeli kembali sebelum jatuh tempo. PT
DFD mengeluarkan biaya sehubungan penerbitan obligasi sebesar Rp 800.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 38


Diminta:
 Bagaimana PT DFD mengklasifikasikan liabilitas di atas kedalam katagori
liabilitas keuangan (Financial Liabilities) dan berapa nilai pada saat pengakuan
awal?
 Susun ayat jurnal pada saat pengakuan awal
Solusi yang disarankan:
1. Utang kepada Bank ABC
 Dikatagorikan sebagai liabilitas keuangan lain yang diukur pada biaya yang
diamortisasi (amortised cost).
 Nilai awal = Rp 150.000 - (1,5% x Rp 150.000) - Rp 500 = Rp 147.250
 Jurnal tanggal 2 januari 2012:
Dr: Cash Rp 147.250
Cr: Bank Loans Rp 147.250
2. Obligasi
 Obligasi yang diterbitkan adalah obligasi yang diperdagangkan dan PT DFD
dapat menebus kapan saja, disarankan untuk mengklasifikasikan dalam katagori
liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL).
 Nilai awal obligasi = Nilai wajar = Rp 99.000
 Jurnal tanggal 2 januari 2012:
Dr: Cash Rp 98.200
Dr: Bond issuance expenses Rp 800
Cr: Bond payable Rp 99.000

4. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement)


Pada saat pelaporan, liabilitas keuangan diukur sebagai berikut:
No Katagori Liabilitas Pengukuran pada tanggal Laba Rugi perubahan
Keuangan pelaporan nilai wajar
1. Diukur pada Nilai Sebesar nilai wajar. Diakui pada laporan
Wajar melalui Laporan laba rugi (Profit or
LabaRugi (FVTPL) Loss)
2. Liabilitas lain/Diukur Biaya yang diamortisasi Tidak terdapat
pada biaya yang (amortized cost) penyesuaiaan nilai
diamortisasi wajar.
(amortized cost)

Ilustrasi B.2.
Melanjutkan ilustrasi B.1.
Pada tanggal 31-12-2012, harga obligasi PT DFD dibursa tercatat Rp 98.
Diminta:
 Tentukan nilai pada tanggal pelaporan 31-12-2012, dan hitung keuntungan atau
kerugian dari perubahan nilai tersebut serta tentukan dimana keuntungan atau
kerugian dari perubahan nilai tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 39


 Susun ayat jurnal tanggal 31-12-2012
Solusi yang disarankan:
1. Utang kepada Bank ABC.
Diukur dengan biaya yang diamortisasi (amortised cost)
Tabel penghitungan
Amortisasi
Tahun Amortised Cash flows beban Amortised
cost awal bunga cost akhir
147.250
2012 147.250 (18.000) 18.428 147.678
2013 147.678 (18.000) 18.482 148.161
2014 148.161 (18.000) 18.542 148.703
2015 148.703 (18.000) 18.610 149.313
2016 149.313 (168.000) 18.687 (0)
EIR = 12,52%

Nilai Bank Loan akhir tahun = Rp 147.678


Amortisasi beban bunga dibebankan dalam laporan laba rugi (profit and loss)
Jurnal:
Dr: Interest expenses Rp 18.428
Cr: Bank Loans Rp 428
Cr: Cash Rp 18.000
2. Obligasi
 Diukur dengan nilai wajar pada tanggal laporan = Rp 98.000
 Selisih harga karena perubahan nilai wajar diakui dalam laporan laba rugi (profit
and loss) = Rp 99.000 – Rp 98.000 = Rp 1.000 (gain)
 Jurnal:
Dr: Interest expenses Rp 10.000
Cr: Cash Rp 10.000
Dr: Bond payable Rp 1.000
Cr: Unrealized gain of FV adjustment. Rp 1.000

5. Penghentian Pengakuan Liabilitas Keuangan


Suatu liabilitas keuangan atatu bagiannya dihentikan ketika debitur:
a. Menghentikan liabilitas atau bagiannya dengan membayar kreditur, biasanya
dengan kas, asset keuangan lain, barang atau jasa;
b. Secara resmi dibebaskan dari tanggung jawab utama untuk liabilitas atau
bagiannya melalui proses hukum atau kreditur.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 40


C. Ketentuan Perpajakan yang Terkait Dengan Aset dan Liabilitas Keuangan

1. Nilai Perolehan (pengukuran Awal)


Pada prinsipnya asset keuangan adalah harta yang dimiliki wajib pajak yang akan akan
dipajaki ketika memperoleh penghasilan.. Ketentuan perpajakan tidak mengatur
pengklasifikasian asset dan liabilitas sebagaimana yang diatur dalam PSAK.
Pengukuran dalam perpajakan lebih memperhatikan lawan transaksi dan jenis
transaksinya.
Pengukuran nilai peroleh menurut peraturan perpajakan yang dapat diterapkan pada
asset dan kewajiban keuangan adalah sebagai berikut:
1. Harga sebenarnya.
Harga sebenarnya diterapkan apabila asset dan liabilitas keuangan diperoleh dari
transaksi jual beli yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.
Ilustrasi C.1
Dari ilustrasi A.1, Pada kasus perolehan sekuritas saham dan sekuritas hutang
yang dilakukan oleh PT DTSD, antara PT DTSD dan pemilik sebelumnya tidak
terdapat hubungan istimewa.
Harga perolehan menurut perpajakan berdasarkan harga yang seharusnya:
 Harga perolehan saham PT A Tbk = Rp 120.000 + Rp 4.000 = Rp 124.000
 Harga perolehan saham PT D Tbk = Rp 110.000 + Rp 1.000 = Rp 111.000
 Harga perolehan obligasi PT Y Tbk = Rp 75.000 + Rp 1.000 = Rp 76.000

2. Harga Pasar/ Harga seharusnya


Harga pasar/harga seharusnya diterapkan apabila aset keuangan timbul dari
transakasi:
a. Aset dan liabilitas keuangan diperoleh dari transaksi jual beli yang dipengaruhi
hubungan istimewa.
b. Tukar menukar harta;
c. Pengalihan harta dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang tidak diizinkan
menggunakan nilai buku
d. Pengalihan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.

Contoh:
Ilustrasi C.2.
Dari ilustrasi A.1, Pada kasus perolehan sekuritas saham dan sekuritas hutang
yang dilakukan oleh PT DTSD, antara PT DTSD dan pemilik sebelumnya terdapat
hubungan istimewa.
Misalnyanya sekuritas-sekuritas tersebut terdaftar di bursa efek, harga bursa atas
sekuritas pada tanggal perolehan sebagai berikut:

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 41


 saham PT A Tbk = Rp 1.050
 saham PT D Tbk = Rp 950
 obligasi PT Y Tbk = Rp 900
Harga perolehan menurut perpajakan berdasarkan harga yang seharusnya:
 Harga perolehan saham PT A Tbk = (100 x 1.050) + Rp 4.000 = Rp 109.000
 Harga perolehan saham PT D Tbk = (100 x 950) + Rp 1.000 = Rp 96.000
 Harga perolehan obligasi PT Y Tbk = (50 x 900) + Rp 1000 = Rp 46.000

3. Nilai Buku.
Nilai buku diterapkan untuk asset dan liabilitas keuangan yang diperoleh dalam
rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha, yang mendapat izin Menkeu untuk menggunakan nilai
buku.

Ilustrasi C.3.

Dari ilustrasi C.2, Pada kasus perolehan sekuritas saham dan sekuritas hutang
yang dilakukan oleh PT DTSD, ketiga sekuritas diperoleh dengan cara pertukaran
dengan sekuritas saham-PT AB yang dimiliki oleh PT DFD, harga perolehan
saham PT AB Rp 230.000. pada saat pertukaran harga pasar saham PT AB Rp
235.000. Harga pasar sekuritas yang diperoleh PT DFD pada saat pertukaran
sesuai harga ilustrasi C.2. Tidak ada tambahan biaya yang dikeluarkan oleh PT
DFD.
Harga perolehan menurut perpajakan berdasarkan harga pasar yang diakui PT
DFD:
 Harga perolehan saham PT A Tbk = 100 x 1.050 = Rp 105.000
 Harga perolehan saham PT D Tbk = 100 x 950 = Rp 95.000
 Harga perolehan obligasi PT Y Tbk = 50 x 900 = Rp 45.000
Laba pertukaran yang diakui PT DFD berdasarkan perpajakan (fiscal) =
= (Rp 105.000+95.000+45.000) – Rp 230.000 = Rp 15.000

2. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement)


Pada prinsipnya pajak menganut biaya historis (Historical cost), Keuntungan atau
kerugian karena pemilikan asset (capital gain) diakui pada saat realisasi yaitu saat dijual
atau dialihkan.
Dalam ketentuan perpajakan, pengukuran setelah pengukuran awal diterapkan sangat
terbatas untuk usaha-usaha tertentu. Aset keuangan yang diperkenankan untuk diukur
pada saat pelaporan hanya terbatas pada piutang untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang. Pengukuran piutang untuk

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 42


usaha-usaha tersebut dilakukan dengan cara mengurangi piutang bruto dengan
penyisihan atau estimasi piutang yang tidak dapat ditagih.
Perbedaan basis pengukuran antara akuntansi dengan ketentuan perpajakan
menyebabkan perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal.

Ilustrasi C. 4.
Penerapan pengukuran awal dan selanjutnya dalam akuntunsi sebagaimana
digambarkan dalam ilustrasi A.3. menimbulkan pengakuan penghasilan atau keuntungan
dan kerugian beban atau atau kerugian sebagai berikut:
 Profit and Loss:
- Interest income (from other receivables) Rp 917
- Interest income (from investment in Debr securities) Rp 8.210
- Unrealized gain (Loss) from FV Adj. –trading securities Rp 20.000
- Impairment Loss (Rp 10.000)
 Other Comprehensive Income:
- Unrealized Gain (Loss) of FV adj.-AFS securities Rp 4.000
Penjelasan:
*) Interest income merupakan alokasi pengakuan penghasilan bunga untuk tahun 2012,
tidak ada perbedaan pengakuan antara akuntansi dan pajak
**) Keuntungan karena penyesuaian harga wajar untuk aset keuangan FVTPL secara
akuntansi diakui dalam laporan laba rugi, pajak tidak memperkenankan untuk
penyesuaian ke harga wajar sehingga pajak tidak mengakui keuntungan ini.
***) Kerugian penurunan nilai aset secara akuntansi diakui dalam laporan laba rugi,
pajak tidak memperkenankan untuk menurunkan nilai aset sehingga pajak tidak
mengakui kerugian penurunan nilai.
****) Keuntungan karena penyesuaian harga wajar untuk aset keuangan AFS secara
akuntansi diakui dalam penghasilan komprehensif lainnya (OCI) yang langsung
mem pengaruhi ekuitas. Oleh karena tidak mempengaruhi laporan laba rugi (profit
and loss), maka tidak perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan sebagai berikut:
Pos laba-Rugi Komersial Koreksi +/(-) Pajak
Interest income 9.127 9.127
Unrealized gain (Loss) from FV Adj.
–trading securities 20.000 (20.000) 0
Impairment Loss (10.000) 10.000 0

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 43


Latihan

Data dan informasi atas investasi PT DFD sebagai berikut

Tgl 10 Oktober 2011


Dilakukan pembelian saham sbb:

% Nominal Harga Biaya Tujuan


Investee Lembar hak perlembar pembelian Perolehan Investasi
PT Bunga 200 2 1.000 210.000 2.000 Diperjual belikan
PT Citra 150 1,5 1.000 145.000 1.000 Diperjual belikan

Tgl 31-12-2011
Diketahui informasi sbb:
1. PT Bunga memperoleh laba neto Rp 1.000.000 dan membagikan dividen Rp 800.000,
nilai saham per lembar 1.200.
2. PT citra memperoleh laba neto Rp 1.500.000 dan membagikan dividen Rp 1.000.000,
nilai saham per lembar 1.250.
Tgl 12 April 2012
Dilakukan pembelian saham sbb:

% Nominal Harga Biaya Tujuan


Investee Lembar hak perlembar Pembelian Perolehan Investasi
PT Mawar 300 3 1.000 280.000 2.000 Available for sale
PT Melati 250 2,5 1.000 235.000 1.500 Diperjualbelikan

Tgl 4 agustus 2012


saham PT Bunga dijual seluruhnya dengan harga Rp 220.000
saham PT Melati sebanyak 150 lembar dijual dengan harga Rp 750 perlembar
Tgl 31-12-12
Diketahui informasi sbb:
1. PT citra memperoleh laba neto Rp 1.200.000 dn membagikan dividen Rp 600.000,
nilai saham per lembar 1.150
2. PT Mawar memperoleh laba neto Rp 900.000 dn membagikan dividen Rp 700.000 ,
nilai saham per lembar 1.150
3. Saham PT melati secara objektif mengalami penurunan nilai menjadi Rp 400
perlembar
Pertanyaan:
1. Berapa nilai perolehan investasi pada masing-masing tanggal perolehan.
2. Berapa nilai investasi pada tgl neraca th 2011 dan 2012
3. Buat jurnal utk setiap transaksi
4. Buat rekonsiliasi fiskal untuk tahun pajak 2011 dan 2012 atas laba rugi investasi dalam
instrumen ekuitas di atas

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 44


Kegiatan Belajar 4
PERSEDIAAN DAN HARGA POKOK PENJUALAN

A. Definisi Persediaan
Pengertian persediaan menurut PSAK No. 14 adalah aset:
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
2. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut (work in process); atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa (raw material, suplies).

B. Pengukuran Awal (Initial Measurement)


Pada saat pengakuan awal biaya persediaan meliputi meliputi biaya pembelian, biaya
konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition)

1. Biaya Pembelian.
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya kecuali
yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak (misalnya
PPN dan PPh Ps. 22), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan
jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.
Contoh :
PT X (PKP) membeli barang dagangan. Harga barang Rp 50.000.000, PPN
5.000.000, ongkos angkut Rp 1.000.000, upah buruh angkut Rp 150.000.
Biaya pembelian persediaan = - Harga barang = Rp 50.000.000
- Biaya angkut = Rp 1.000.000
- Upah buruh angkut = Rp 150.000
Jumlah = Rp 51.150.000

2. Biaya Konversi.
Biaya konversi meliputi:
 biaya yang secara langsung berhubungan dengan unit yang diproduksi, misalnya
upah langsung
 biaya overhead produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis
dalam mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi.
Overhead produksi tetap, misalnya: depresiasi, pemeliharaan pabrik, dan biaya
manajemen dan administrasi pabrik, dialokasikan pada biaya konversi atas dasar
kapasitas normal dari fasilitas produksi.
Overhead produksi variable, misalnya: bahan baku tidak langsung dan tenaga
kerja tidak langsungdialokasikan pada setiap unit produksi atas dasar produksi
yang actual.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 45


3. Biaya Lain-lain
Biaya lain-lain yang masuk dalam biaya persediaan hanya sebatas biaya yang timbul
untuk membawa persediaan ke lokasi dan kondisi saat ini.
4. Biaya yang Tidak Termasuk Biaya Perolehan Persediaan:
 Jumlah pemborosan bahan baku, tenaga kerja atau biaya produksi yang tidak
normal
 Biaya penyimpanan kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum tahap produksi berikutnya
 Biaya administrasi dan umum yang tidak member kontribusi untuk membawa
persediaan ke lokasi dan kondisi sekarang.
 Biaya penjualan
Biaya-biaya ini diakui sebagai beban (expenses).

C. Sistem Pencatatan Persediaan


Dalam akuntansi terdapat dua sistem pencatatan persediaan.
1. Sistem Periodik
Dalam sistem periodik setiap mutasi persediaan tidak dilakukan pencatatan
akuntansinya. Pencatatan dan penilaian dilakukan pada akhir periode tertentu
dengan melakukan inventarisasi fisik (stock opname).
Pembelian dicatat dengan mendebet perkiraan Pembeliaan, penjualan dicatat dengan
mengkredit perkiraan Penjualan. Kedua transaksi tersebut tidak mencatat perubahan
pada perkiraan Persediaan.
Contoh :
a. Tanggal 12 Maret 2009, CV Sakti membeli barang dagangan berupa tepung terigu
sebanyak 2000 karung dengan harga Rp 50.000 perkarung secara kas.
b. Tanggal 13 Maret 2009, CV Sakti menjual 1000 karung tepung terigu @ Rp 60.000
secara kas
Ayat jurnal yang dibuat :
a. Saat pembelian

Tanggal Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)


12-03-09 Pembelian 100.000.000
Kas 100.000.000

b. Saat penjualan

Tanggal Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)


12-03-09 Kas 60.000.000
Penjualan 60.000.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 46


2. Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual, setiap mutasi persediaan dibuat catatan akuntansinya.
Dengan demikian nilai persediaan dapat diketahui setiap saat dari catatan
akuntansinya. Pembelian dicatat dengan mendebet perkiraan Persediaan, pada saat
penjualan langsung dihitung harga pokok penjualannya dan dicatat dengan mendebet
perkiraan Harga Pokok penjualan dan mengkredit perkiraan Persediaan.
Contoh :
Transaksi CV Sakti di atas, dengan menggunakan sistem perpetual :
a. Saat pembelian
Tanggal Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
12-03-09 Persediaan 100.000.000
Kas 100.000.000

b. Saat penjualan
Tanggal Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
12-03-09 Kas 60.000.000
Penjualan 60.000.000
Harga Pokok Penjualan 50.000.000
Persediaan 50.000.000

Perhatikan pada ayat jurnal di atas, penjualan dicatat dengan menggunakan harga
jual, sedangkan harga pokok penjualan dicatat sebesar harga beli persediaan,
dengan demikian selain dapat diketahui nilai persediaan setiap saat, laba penjualan
juga dapat diketahui pada setiap penjualan.

D. Rumus Biaya (Pembebanan Harga Pokok)


Sesuai PSAK 14 (Revisi) rumus biaya dari persediaan harus dihitung dengan cara :
1. Masuk Pertama Keluar Pertama/First In First Out (FIFO)
Metode ini berdasarkan asumsi barang yang dibeli paling awal akan dijual atau
digunakan paling terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dipersediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.
2. Rata-rata/Average
Biaya setiap item ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari item yang
serupa pada awal periode dan biaya item yang serupa yang dibeli atau diproduksi
selama suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada
setiap penerimaan kiriman, tergantung pada sitem pencatatan yang digunakan
(periodik atau perpetual).
3. Identifikasi Biaya Khusus
Untuk barang yang tidak dapat diganti dengan barang lain (not interchangeable) serta
jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus. Tidak dibahas dalam bab ini

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 47


ILUSTRASI TRANSAKSI
Transaksi pembelian dan penjualan CV Indah Jaya selama tahun 2009 adalah sebagai
berikut :
Tanggal Uraian Unit Harga/unit Jumlah Harga
Saldo 100 10,000 1,000,000
15-Feb Penjualan (80) 13,000 (1,040,000)
1-Mar Pembelian 120 12,000 1,440,000
4-Apr Penjualan (70) 13,000 (910,000)
1-Jun Pembelian 60 11,000 660,000
12-Jul Penjualan (60) 13,000 (780,000)
2-Sep Pembelian 100 13,000 1,300,000
6-Nov Penjualan (120) 15,000 (1,800,000)
5-Dec Pembelian 60 14,000 840,000

a) Masuk Pertama Keluar Pertama/First In First Out (FIFO)


Rumus pembebanan FIFO dapat diterapkan pada sitem pencatatan periodic maupun
perpetual.
Sistem Periodik
Apabila CV indah Jaya melakukan pencatatan dengan menggunakan sistem periodik,
jumlah persediaan diketahui dengan cara inventarisasi fisik pada akhir periode. Hasil
inventarisasi fisik akhir tahun diketahui jumlah persediaan sebanyak 110 unit.
Persediaan dinilai dengan menggunakan harga pembelian paling akhir yaitu
pembelian tanggal 5 Desember Rp 14.000/unit, oleh karena pembelian tanggal 5
Desember hanya 60 unit sedangkan jumlah persediaan sebanyak 110 unit maka sisa
50 unit menggunakan harga pembelian sebelumnya yaitu pembelian tanggal 2
September Rp 13.000/unit
Nilai persediaan per 31-12-09
Unit Lapisan Harga/unit Jumlah Harga
Persediaan Persediaan (Rp) (Rp)
110 unit 50 13.000 650.000
60 14.000 840.000
Nilai Persediaan 1.490.000

Perhitungan Harga Pokok Penjualan


- Persediaan awal = Rp 1.000.000
- Pembelian = Rp 4.240.000
- Dikurang Persediaan akhir = (Rp 1.490.000)
- Harga Pokok Penjualan = Rp 3.750.000
Ayat jurnal yang dibuat. :
Jurnal Penjualan dan Pembelian :
Tanggal Perkiraan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)
15-Feb Kas/Piutang dagang 1,040,000
Penjualan 1,040,000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 48


1-Mar Pembelian 1,440,000
Kas/Hutang dagang 1,440,000

Ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun untuk mencatat persediaan akhir dan
Harga Pokok Penjualan.
Tanggal Perkiraan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)
31-12 Harga Pokok Penjualan 3.750.000
Persediaan (akhir) 1.490.000
Pembelian 4.240.000
Persediaan awal 1,000,000

Sistem Perpetual
Apabila CV Indah Jaya melakukan pencatatan dengan menggunakan sistem
perpetual, setiap mutasi keluar masuk persediaan dicatat dalam perkiraan
persediaan. Harga Pokok Penjualan dihitung dan dicatat pada saat penjualan dengan
nilai pembelian yang paling awal dari saldo persediaan sebelumnya

Masuk Keluar (HPP) Saldo


Jml Jml
Tgl Unit Harga/unit harga Unit Harga/unit harga Unit Harga/unit Jml harga
Saldo 100 10,000 1,000,000
15-Feb 80 10.000 800,000 20 10,000 200,000
1-Mar 120 12,000 1,440,000 20 10,000 200,000
120 12,000 1,440,000
4-Apr 20 10.000 200,000
50 12.000 600,000 70 12,000 840,000
1-Jun 60 11,000 660,000 70 12,000 840,000

- - 60 11,000 660,000
12-Jul - 60 12.000 720,000 10 12,000 120,000
- - 60 11,000 660,000
2-Sep 100 13,000 1,300,000 - 10 12,000 120,000
- - 60 11,000 660,000
- - 100 13,000 1,300,000
6-Nov - 10 12.000 120,000 -
- 60 11.000 660,000 -
- 50 13.000 650,000 50 13,000 650,000
5-Dec 60 14,000 840,000 - 50 13,000 650,000
- - 60 14,000 840.000
Jumlah 340 4.240.000 330 3,750,000 110 1.490.000

Dari data di atas dapt diketahui langsung nilai persediaan per 31-12-2009 sebesar Rp
1.490.000 dan Harga Pokok Penjualan Tahun 2009 sebesar Rp 3.750.000.
Ayat jurnal yang dibuat :

Jurnal Penjualan dan pembebanan HPP :

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 49


Tanggal Perkiraan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)
15-Feb Kas/Piutang dagang 1,040,000
Penjualan 1,040,000
Harga Pokok Penjualan 800.000
Persediaan 800.000
1-Mar Persediaan 1,440,000
Kas/Hutang dagang 1,440,000
Jurnal yang sama dilakukan untuk pembelian, pembebanan HPP dan penjualan
tanggal 4 April sampai dengan tanggal 5 Desember,
b) Metode Rata-rata /Average
Sistem Periodik
Nilai persediaan ditentukan dengan menggunakan harga beli rata-rata dari
persediaan awal dan pembelian. Metode ini disebut juga Metode Rata-rata
Sederhana (Simple Average)
Tanggal Uraian Unit Harga/unit Jumlah Harga
Saldo 100 10,000 1,000,000
1-Mar Pembelian 120 12,000 1,440,000
1-Jun Pembelian 60 11,000 660,000
2-Sep Pembelian 100 13,000 1,300,000
5-Dec Pembelian 60 14,000 840,000
Jumlah 440 5,240,000
Harga rata-rata 5.240.000 : 440 11,909

Nilai persediaan = 110 X Rp 11.909 = Rp 1.310.000


Perhitungan Harga Pokok Penjualan
- Persediaan awal = Rp 1.000.000
- Pembelian = Rp 4.240.000
- Dikurang Persediaan akhir = (Rp 1.310.000)
- Harga Pokok Penjualan = Rp 3.930.000
Ayat jurnal yang dibuat :
 Ayat jurnal penjualan dan pembelian sama dengan ayat jurnal pada system
periodik dengan metode FIFO
 Ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun untuk mencatat persediaan akhir dan
Harga Pokok Penjualan.
Tgl Perkiraan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)
31-12 Harga Pokok Penjualan 3.930.000
Persediaan (akhir) 1.310.000
Pembelian 4.240.000
Persediaan awal 1,000,000

Sistem Perpetual
Pada pembukuan persediaan yang menggunakan sistem perpetual, Biaya perunit
persediaan dihitung setiap kali ada pertambahan persediaan dengan cara :

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 50


Jumlah harga saldo sebelumnya + jumlah harga persediaan masuk
unit saldo sebelumnya + unit persediaan masuk
Metode penilaian ini disebut juga Rata-rata Bergerak (Moving Average)

Pembelian (Masuk) Penjualan (Keluar) Saldo


Tanggal Unit Harga/unit Jml Unit Harga/un Jml Unit Harga/uni Jml Harga
Saldo harga it Harga t
15-Feb 10,000 800,000 100 10,000 1,000,000
200,000
1-Mar 120 12,000 80 20
4-Apr 1,440,00 11,714 820,000 140 11,714 1,640,000
820,000
1-Jun 60 11,000 660,0000 70 70 11,714
12-Jul - 11,385 683,077 130 11,385 1,480,000
796,923
2-Sep 100 13,000 60 - 70 11,385
6-Nov 1,300,00- 12,335 1,233,48 170 12,335 2,096,923
863,439
5-Dec 60 14,000 840,0000 100 4- 70 12,335
Jumlah 340 130 13,103
13,10 1,703,439
4,240,00 310 3,536,56 130 3 1,703,439
Harga pokok penjualan dengan
0
metode ini Rp 3.536.5611 dan nilai persediaan akhir
Rp 1.703.439
Ayat-ayat jurnal yang dibuat
 Ayat jurnal pembelian dan penjualan sama dengan ayat jurnal pada system
perpetual dengan metode FIFO dan LIFO

 Ayat jurnal pembebanan Harga Pokok penjualan sbb :


Tgl Perkiraan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)
15-Feb Harga Pokok Penjualan 800,000
Persediaan 800,000
Jurnal yang sama dilakukan untuk pembebanan HPP tanggal 4 april sampai dengan
tanggal 6 November.

E. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement)


1) Penurunan Nilai
Ada kemungkinan dalam suatu kondisi dimana nilai biaya pembelian persediaan tidak
lagi sepadan dengan manfaatnya, harga jual persediaan tidak melebihi nilai biaya
pembelian persediaan. Misalnya persediaan usang (out of model), atau terjadi
perubahan harga.
PSAK No. 14 mengharuskan persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi
bersih, mana yang lebih rendah (The lower of cost and net realizabe value). Nilai
realisasi bersih (NRV) adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi
estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan
penjualan. Apabila harga jual persediaan turun dibawah harga pokok (biaya pembelian)
persediaan atau estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan penjualan meningkat
sehingga hasil penjualan tidak dapat menutup harga pokok persediaan, PSAK No. 14
mengharuskan menurunkan nilai persediaan ke nilai realisasi bersih (net realizabe
value).

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 51


Untuk lebih jelasnya dicontohkan sbb :

Harga Biaya Nilai realisasi


Jenis Jumlah perolehan Harga pasar penjualan bersih Nilai
Barang Unit perunit perunit perunit perunit persediaan
A 200 10.000 9.000 500 8.500 1.700.000
B 400 14.000 16.000 1.000 15.000 5.600.000
C 300 15.000 15.500 1.000 14.500 4.350.000
D 500 9.000 9.000 300 8.700 4.350.000
Jumlah 1.400 16.000.000

Persediaan dinilai untuk setiap masing-masing jenis persediaan, kemudian bandingkan


antara harga pokok (biaya pembelian) dengan nilai realisasi bersih (harga pasar
dikurangi estimasi biaya penjualan). Gunakan nilai terendah untuk menilai masing-
masing jenis persediaan. Jumlah nilai persediaan di atas adalah Rp 16.000.000.
Apabila metode nilai realisasi bersih diterapkan pada sistem pencatatan perpetual,
maka pada akhir tahun dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui rugi penurunan nilai
persediaan.
Perkiraan Debet (Rp) Kredit (Rp)
Dr: Impairment Losses in inventories 600.000
Cr: Inventories 600.000

2) Pembalikan (reversal) Penurunan Nilai.


Pada setiap tanggal pelaporan berikutnya, entitas harus melakukan penilaian baru atas
nilai realisasi bersih. Ketika tidak ada lagi kondisi sebelumnya yang menyebabkan nilai
persediaan diturunkan atau ketika ada kejelasan bukti atas suatu kenaikan harga jual
yang disebabkan perubahan kondisi ekonomi, maka beban penurunan nilai dapat
dibalikkan (reversal). Reversal dibatasi hingga jumlah kerugian penurunan nilai
awalnya.
Contoh:
Harga NRB NRB Jumlah Nilai Pemulihan
Jenis Jumlah perolehan perunit perunit NRB persediaan nilai
Barang Unit perunit sebelumnya saat ini sebelumnya saat ini
A 100 10.000 8.500 9.500 850.000 950.000 100.000
C 100 15.000 14.500 16.000 1.450.000 1.500.000 50.000
D 100 9.000 8.700 9.000 870.000 900.000 30.000
Jumlah 1.400 180.000

Atas pembalikan penurunan nilai sebaesar Rp. 180.000 diakui sebagai pembalikan
kerugian penurunan nilai. Jurnal yang dibuat:

Dr: Inventories 180.000


Cr: Impairment Losses in inventories 180.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 52


F. Ketentuan Perpajakan Terkait Persediaan
1. Pengukuran dan Pembebanan Persediaan.
Berdasarkan pasal 10 UU No. 36 /2008 terdapat beberapa nilai yang digunakan untuk
mengukur harga perolehan persediaan, yaitu:
1) Biaya yang sesungguhnya dikeluarkan dalam hal perolehan persediaan tidak
dipengaruhi hubungan istimewa.
Dalam memori penjelasan dijelaskan termasuk dalam harga perolehan adalah harga
beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti
bea masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan.
2) Harga Pasar (Market price) yaitu jumlah yang seharusnya dikeluarkan dalam hal
perolehan persediaan diperoleh dari:
 dalam hal perolehan persediaan dipengaruhi hubungan istimewa.
 Tukar-menukar harta
 Sumbangan yang tidak memenuhi syarat Ps. 4 ayat (3) huruf a. UU PPh
 Harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang tidak diizinkan
menggunakan nilai buku
 Pengalihan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
3) Nilai buku dari Wajib Pajak yang mengalihkan dalam hal persediaan diperoleh
diperoleh dari:
Persediaan yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang mendapat izin Menkeu
untuk menggunakan nilai buku

Untuk membebankan persediaan keharga pokok penjualan, Ps. 10 ayat (6) UU No. 36
/2008 mengatur ”Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga
pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau
dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama.”
Kemudian dalam memori penjelasan pasal tersebut dinyatakan ”Ketentuan pada ayat
ini mengatur bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga
perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok hanya
boleh dilakukan dengan cara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan
yang didapat pertama ("first-in first-out atau disingkat FIFO").”
Dengan demikian pembebanan persediaan menurut Undang-undang Pajak
Penghasilan, menggunakan rumus :
a) Masuk Pertama Keluar Pertama/First In First Out (FIFO) dan
b) Metode Rata-rata (Average).

2. Penurunan Nilai Persediaan.


Penurunan nilai atau penghapusan persediaan dalam perpajakan hanya dibenarkan
jika persediaan benar-benar tidak dapat dijual atau digunakan dalam kegiatan normal
usaha, misalnya rusak, cacat (asas realisasi).
Peniliaan persediaan secara fiskal hanya diperbolehkan menggunakan harga
perolehan, Penilaian dengan nilai realisasi bersih (NRV) tidak diperbolehkan menurut
peraturan perundang-undangan perpajakan.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 53


3. Rekonsiliasi Fiskal
Perbedaan pembebanan harga pokok penjualan dan penilaiaan persediaan secara
akuntansi dan peraturan perpajakan dapat terjadi karena :
1) Perbedaan rumus biaya dalam pembebanan persediaan.
Apabila dalam akuntansi (Komersial) WP menggunakan rumus selain FIFO dan rata-
rata (Average), misalnya menggunakan LIFO, maka penghitungan Harga pokok dan
penilaiaan persediaan harus dirubah dengan rumus FIFO atau Average.
2) Perbedaan pengukuran persediaan.
Dalam akuntansi persediaan diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih,
mana yang lebih rendah (The lower of cost and net realizabe value), secara fiskal
harus diukur dengan harga perolehan yang dapat berdasarkan biaya seharusnya
(cost), biaya sesungguhnya atau harga pasar (market price), tergantung cara
perolehan persediaan.
Contoh :
Harga pokok Penjualan dalam Laporan Laba Rugi komersial adalah sebagai berikut :
Persediaan awal Rp 20.000.000
Pembelian Rp 557.000.000
Tersedia untuk dijual Rp 577.000.000
Persediaan akhir Rp 16.000.000
HPP Rp 561.000.000

Persediaan akhir dinilai dengan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah
(lihat tabel pada contoh penilaiaan persediaan dalam neraca di atas)
Secara fiskal harus dinilai berdasarkan harga perolehan, nilai persediaan akhir menurut
fiskal adalah sebagai berikut :
Jenis Jumlah H. perolehan
barang Unit perunit Nilai persediaan
A 200 10.000 2.000.000
B 400 14.000 5.600.000
C 300 15.000 4.500.000
D 500 9.000 4.500.000
Jumlah 1.400 16.600.000

Rekonsiliasi fiskal yang dilakukan Wajib Pajak :


Akun Komersial Koreksi (+) Koreksi (-) Fiskal
Persediaan awal 20.000.000 20.000.000
Pembelian 557.000.000 557.000.000
Tersedia untuk
dijual 577.000.000 577.000.000
Persediaan akhir 16.000.000 600.000 16.600.000
HPP 561.000.000 600.000 560.400.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 54


LATIHAN
Soal 1
PT Sakti Trading menggunakan sistem perpetual dalam mencatat persediaan dan
menggunakan metode FIFO dalam alokasi biaya persediaan.
Catatan persediaan selama th 2009 adalah sebagai berikut :
Tgl Unit Harga/unit
Persediaan awal 50 1.000.000
Pembelian
1 Februari 60 1.200.000
1 Juli 40 1.500.000
1 Nopember 30 1.400.000
Penjualan
1 Mei 90
1 Okt 60
Retur Penjualan dari penjualan bln mei
1 Agustus 20
Hasil stock opname sisa persediaan per 31-12-2009 = 40 unit
Diminta :
Hitung Harga Pokok Penjualan tahun 2009.
Soal 2
Persediaan akhir barang dagangan dinilai dengan metode Nilai realisasi bersih. Dari hasil
inventarisasi fisik diketahui jumlah unit persediaan akhir dan dinilai sebagai berikut :
Harga Pokok Nilai realisasi Nilai
Jenis barang Unit per unit bersih persediaan
A 200 200.000 - -
B 340 250.000 300.000 85.000.000
C 500 300.000 280.000 140.000.000
D 400 400.000 470.000 160.000.000
Jumlah 1.440 385.000.000

Barang A diketahui rusak berat sehingga tidak lagi memiliki nilai jual.
Terdapat pembelian barang dagangan jenis D sebanyak 100 unit @ Rp 415.000 yang pada
tanggal 31-12-2008 belum sampai digudang PT Tri Raharja, syarat pembelian adalah franko
gudang penjual (FOB shipping point).
Diminta :
Hitung nilai persediaan akhir menurut akuntansi maupun pajak. Buat rekonsiliasi fiscal bila
ada perbedaan.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 55


Kegiatan Belajar 5
INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI (Investment in Associates)

A. Pengertian Investasi pada Entitas Asosiasi

Investasi dalam sekuritas ekuitas akan dicatat sebagai Investasi Pada Entitas Asosiasi
(Investment in associates) apabila investasi menyebabkan investor mempunyai pengaruh
signifikan terhadap investee.

Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan


keuangan dan operasional investee, tetapi tidak mengendalikan atau mengendalikan bersama
entitas lain atas kebijakan tersebut

Untuk megetahui apakah investor memiliki pengaruh signifikan terhadap investee dapat
diketahui dari indikator kuantitatif dan kualitatif.

Indikator kuantitatif :

Investor dianggap mempunyai pengaruh signifikan jika :

 Investor memiliki, secara langsung maupun tidak langsung (misalnya melalui entitas
anak), 20% atau lebih hak suara investee, , kecuali dapat dibuktikan dengan jelas bahwa
entitas tidak memiliki pengaruh signifikan.
 Sebaliknya, jika investor memiliki, secara langsung maupun tidak langsung (misalnya
melalui entitas anak), kurang dari 20% hak suara investee, maka investor dianggap tidak
mempunyai pengaruh signifikan, kecuali pengaruh signifikan tersebut dapat dibuktikan
dengan jelas. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak
menghalangi investor untuk mempunyai pengaruh signifikan.

Indikator kualitatif :

Keberadaan pengaruh signifi kan oleh investor umumnya dibuktikan dengan satu atau lebih
cara berikut ini:
 keterwakilan dalam dewan direksi atau organ setara di investee;
 partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya;
 adanya transaksi material antara investor dengan investee;
 pertukaran personel manajerial; atau
 penyediaan informasi teknis pokok.

B. Metode Ekuitas (Equity Method)

Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas (Equity Method),
kecuali diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual maka akan dicatat dengan metode mana
yang lebih rendah antara nilai tercatat atau nilai wajar dikurangi biaya penjualan sesuai
dengan PSAK 58

Sesuai PSAK 15 (R), Metode Ekuitas, adalah metode akuntansi dimana :

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 56


a) investasi dalam entitas asosiasi pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan;
b) nilai tercatat tersebut ditambah atau dikurang untuk mengakui bagian investor atas
laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan;
c) Bagian investor atas laba atau rugi investee diakui dalam laporan laba rugi investor;
d) Penerimaan distribusi dari investee mengurangi nilai tercatat investasi;
e) Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan jika terdapat perubahan
dalam proporsi bagian investor atas investee yang timbul dari pendapatan
komprehensif lain investee.
f) Bagian investor atas perubahan tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain
(Others Comperehensive Income) investor.
g) Jika entitas asosiasi merugi dan kerugian entitas asosiasi sama atau melebihi nilai
tercatat dari investasi, maka investasi dilaporkan nihil.
h) Jika entitas asosiasi selanjutnya laba, investor akan mengakui penghasilan apabila
setelah bagiannya atas laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang belum
diakui.

C. Penurunan Nilai (Impairment in Value)

Setelah menerapkan metode ekuitas, investor menerapkan persyaratan dalam PSAK 68


untuk menentukan apakah diperlukan untuk mengakui tambahan kerugian penurunan nilai
dengan memperhatikan investasi neto investor dalam entitas asosiasi.

Rugi penurunan adalah selisih nilai tercatat dan nilai yang dapat dipulihkan.

Nilai yang dapat dipulihkan adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan
dengan nilai pakai.

Ilustrasi 1.

1) Pengukuran Awal
Tanggal 22 Januari 2012, PT DFD membeli 30 lembar saham (30% kepemilikan PT ABC (Non
Tbk) @ Rp 10.000 dengan harga Rp 310.000, biaya yang dikeluarkan untuk perolehan saham
PT ABC Rp 7.000

Pengukuran awal:
Biaya perolehan = Rp 310.000 + Rp 7.000 = Rp 317.000
Ayat Jurnal yang dibuat:
Dr: Investment in associates 317.000
Cr: Cash 317.000

2) Pengakuan Penghasilan dan Penilaian Pada Tanggal Pelaporan


Tanggal 31 Desember 2012, Laba yang dihasilkan PT ABC untuk tahun buku 2012 sebesar
Rp 120.000 dan mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 80.000.

PT ABC memiliki instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai Tersedia Untuk Dijual
(AFS) yang mengalami kenaikan nilai wajar sebesar Rp 10.000.

Ayat Jurnal yang dibuat PT DFD tanggal 31 Desember 2012:

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 57


 Bagian laba dari PT ABC : 30% X Rp 120.000 = Rp 36.000
Dr: Investment in associates 36.000
Cr: Equity in net income of associated entities (PoL) 36.000

 Pengakuan penghasilan dividen : 30% X Rp 80.000 = Rp 24.000


Dr: Dividen receivable 24.000
Cr: Investment in associates 24.000

 Penyesuaian atas kenaikan nilai wajar instrumen keuangan-AFS yang dimiliki PT ABC:
30% X Rp 10.000 = Rp 3.000
Dr: Investment in associates 3.000
Cr: Other Comperehensive Income- adjustment of
FV of associates AFS Financial instrument 3.000

Penyajian dalam laporan posisi keuangan/Statement of Financial Position per 31-12-2013


(Parsial)

Nilai tercatat investasi dalam entitas asosiasi :


- Nilai perolehan 317.000
- Bagian laba dari entitas asosiasi 36.000
- Bagian dividen ( 24.000)
- Penyesuaiaan atas instrumen keuangan AFS 3.000
Nilai tercatat (carrying amount) 332.000

Investasi dalam entitas asosiasi disajikan dalam Aset Tidak Lancar.

Asset :

Current Assets

Cash and cash equivalent ................................................... Rp xxx.xxx

Non Current Assets


Investment in associates .............................................. Rp 332.000

Equity
Common Stock ............................................................... Rp xxx.xxx
Paid in Capital ................................................................. Rp xxx.xxx
Other Comperehensive Income:
adjustment of FV of associates AFS Financial instrument.... Rp 3.000

Penyajian dalam laporan Laba Rugi/Statement of Income yang berakhir 31-12-12 (Parsial):

Revenue ............................................................................... Rp xxx.xxx


COGS ................................................................................... (Rp xxx.xxx)
Operating Expenses ............................................................ (Rp xxx.xxx)
Other Income (Expenses)
Equity in net income of associated entities...................... Rp 36.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 58


3) Kerugian Penurunan Nilai (Impairment Losses)
Misalnya pada tanggal 31-12-2013 terdapat bukti objektif investasi dalam entitas asosiasi
mengalami penurunan nilai. Nilai yang dapat terpulihkan diperkirakan sebesar Rp 150.000.

Kerugian dihitung sebagai berikut :


- Nilai tercatat Rp 332.000
- Nilai terpulihkan Rp 150.000
- Rugi Rp 182.000
- Pembebanan OCI atas penyesuaiaan nilai wajar
instrumen AFS yang dimiliki asosiasi ke Laba Rugi (Rp 3000)
- Laba (Rugi) penurunan nilai Rp 179.000

Ayat jurnal yang dibuat tanggal 31-12-2013:

 Mencatat penurunun nilai dari nilai tercatat:


Dr: Impairment loss 182.000
Cr: Investment in associates 182.000
 Mencatat pembebanan other comperensive Income ke Laba Rugi
Dr: Other Comperehensive Income- adjustment of
FV of associates AFS Financial instrument 3.000
Cr: Impaiment loss 3.000

D. Ketentuan Perpajakan Untuk Investasi Dalam Entitas Asosiasi

Ketentuan perpajakan memandang investasi sebagai suatu harta wajib pajak yang akan akan
dipajaki ketika memperoleh penghasilan.

1. Metode Ekuitas Dalam Ketentuan perpajakan


Pada prinsipnya investasi pada instrumen ekuitas entitas lain adalah harta yang dimiliki wajib
pajak berupa saham perusahaan lain. Ketentuan perpajakan tidak mengatur pengklasifikasian
investasi dalam sekuritas ekuitas sebagaimana yang diatur dalam PSAK. Apakah investor
tidak memiliki pengaruh signifikan (kurang dari 20% hak suara), memiliki pengaruh signifikan
(20% samapi dengan 50% lebih hak suara), memiliki kendali atas investee (lebih dari 50%)
yang menyebabkan terjadinya hubungan induk dan anak perusahaan (kombinasi bisnis).
Semua klasifikasi ini diperlakukan sama sebagai suatu harta yang dimiliki oleh Wajib Pajak,
baik penilaian maupun pengakuan penghasilannya.
Induk maupun anak perusahan menghitung laba kena pajaknya masing-masing dalam Surat
Pemberitahuannya masing-masing, walaupun secara formal perusahaan induk berkewajiban
melampirkan Laporan Keuangan Konsolidasi dalam SPT Tahunannya. Penyertaan dalam
anak perusahaan dipandang sebagai aset berupa investasi.

Dengan demikian, pengakuan pendapatan investasi saham yang diperkenakan dalam


ketentuan perpajakan hanya berdasarkan metode biaya (cost method), penggunaan metode
ekuitas tidak diperkenankan dalam penghitungan pajak.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 59


Ilustrasi 2.

Mengambil contoh DFD sebelumnya dalam kasus pengakuan dividen.

Untuk PT Kemuning yang perlakuan akuntansinya menggunakan metode ekuitas Ketentuan


perpajakan hanya mengakui penghasilan berupa dividen yang diperoleh sebesar 30% X Rp
80.000.000 = Rp 24.000.000. Akan tetapi karena kepemilikan PT Kemuning atas saham lebih
dari 25%, dividen yang diperoleh bukan merupakan objek pajak.

Rekonsiliasi fiskal tahun 2012 yang dilakukan ketiga entitas tersebut :

Koreksi Fiskal
Akun Akuntansi positif/(negatif) Pajak
Penghasilan Investasi- Equity in
net income of associated entities 36.000.000 (36.000.000) Nihil
Dividen revenue 24.000.000 24.000.000

2. Keuntungan atau Kerugian Penilaiaan Harga Wajar dan Penurunan Nilai.

Ketentuan perpajakan menggunakan metode biaya (cost/purchase method), investasi pada


tanggal pelaporan atau akhir tahun pajak tetap dinilai sebesar harga perolehan sehingga tidak
terdapat keuntungan atau kerugian penyesuaian harga pasar maupun kerugian penurunan
nilai pada akhir tahun pajak.

Ilustrasi 2.
Mengambil contoh PT DFD sebelumnya pada ilustrasi 1.
Pada tanggal 31 Desember 2012, secara pajak investasi tetap dinilai sebesar nilai perolehan
keuntungan atau kerugian penyesuaian harga pasar tidak diakui.
Nilai investasi dalam entitas asosiasi per 31-12-2012 secara pajak Rp 317.000
Pada investasi dengan menggunakan metode ekuitas, penilaian ke harga pasar tidak
diterapkan sehingga tidak menimbulkan keuntungan atau kerugian penyesuaian harga pasar.
Penurunan nilai
Pada kasus tahun pajak 2013, terjadi penurunan nilai investasi yang dimiliki oleh PT DFD
Nilai investasi dalam entitas asosiasi per 31-12-2013 secara pajak = Rp 317.000
Rekonsiliasi fiskal atas kerugian penurunan nilai:

Koreksi Fiskal
Akuntansi Akuntansi positif/(negatif) Pajak
- Impairment loss- penurunan dari
nilai tercatat 182.000 182.000.000 Nihil
- Pembebanan unrealize gain (OCI)
ke PL (3.000) (3.000) Nihil
Impairment loss-net 179.000

3. Keuntungan atau Kerugian Penjualan atau Pengalihan Investasi


Keuntungan atau kerugian atas kepemilikan investasi (capital gain or loss) baru diakui ketika
terjadi realisasi yaitu pada saat investasi dijual atau dialihkan.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 60


Penjualan saham yang dilakukan di bursa efek dikenakan PPh final dengan tarif 0,1% X
Penghasilan Bruto
Keuntungan atau kerugian penjualan atau pengalihan saham yang tidak dilakukan dibursa
dihitung dengan cara:
- Apabila tidak terdapat hubungan istimewa antara pihak-pihak yang bertransaksi:
Harga jual sesungguhnya dikurang harga perolehan investasi.
- Apabila terdapat hubungan istimewa antara pihak-pihak yang bertransaksi :
Harga jual yang seharusnya dikurang harga perolehan investasi.
- Pertukaran harta:
Harga pasar harta yang diperoleh dikurang harga perolehan investasi.
- Menyumbang yang tidak memenuhi syarat Ps. 4 ayat (3) huruf a. UU PPh, pengalihan
dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha:
Harga pasar investasi dikurang harga perolehan investasi.
- Tidak mengakui keuntungan atau kerugian bila pengalihan dilakukan untuk sumbangan
yang memenuhi syarat Ps. 4 ayat (3) huruf a. UU PPh, harta yang dialihkan dalam rangka
likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan
usaha, yang mendapat izin Menkeu untuk menggunakan nilai buku.

Ilustrasi 3.
Misalnya:

a) PT DFD menjual saham PT DFD diluar bursa seharga Rp 320.000, Laba (rugi) fiscal yang
diakui PT DFD = Rp 320.000 -317.000 = Rp 3.000 (laba)

b) PT DFD menukarkan saham PT ABC dengan saham PT XYZ milik Wajib Pajak lain yang
memiliki harga pasar Rp 325.000, Laba (rugi) fiscal yang diakui PT DFD = Rp 325.000 -
317.000 = Rp 8.000 (laba)

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 61


Latihan

Data dan informasi atas investasi yang dimiliki PT DFD sebagai berikut:

Tgl 10 Oktober 2011


Dilakukan pembelian saham sbb:

% Nominal Harga Biaya Tujuan


Investee Lembar hak perlembar Pembelian Perolehan Investasi
PT Lestari 2.500 25 1.000 2.650.000 21.000 Pengaruh signifikan

Tgl 31-12-2011
Diketahui informasi PT Lestari mengalami kerugian Rp 500.000, nilai pasar per lembar Rp 950
Tgl 31-12-12
Diketahui informasi PT Lestari memperoleh laba neto Rp 800.000 dan tidak membagikan
dividen , nilai saham per lembar 1.100
Pertanyaan:
1. Berapa nilai perolehan investasi pada PT Lestari.
2. Berapa nilai investasi pada PT Lestari. pada tanggal neraca th 2011 dan 2012
3. Buat jurnal utk setiap transaksi
4. Buat rekonsiliasi fiskal untuk tahun pajak 2011 dan 2012 atas laba rugi investasi dalam
PT Lestari.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 62


KegiatanBelajar 7

ASET TETAP DAN BEBAN PENYUSUTAN

A. Pengertian Aset Tetap

Aset Tetap menurut PSAK 16 (Revisi 2011) adalah Aset berwujud yang:
- dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
- diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

B. Pengukuran Awal (Initial Measurement)


Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika
1) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
tersebut; dan
2) biaya perolehannya dapat diukur secara andal
Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan meliputi :
1) harga beli, termasuk termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak pembelian
yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lainnya;
2) biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen.
Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya penanganan dan
penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan, dan biayapengujianfungsionalitas;
3) estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi
lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena
entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan
persediaan.
Biaya-biaya yang dikapitalisasi kedalam Aset Tetap:
a. Hargabeli item asset tertentu dan pajak terkait
b. Biaya kontruksi item tersebut, termasuk tunjangan karyawan dan pekerja
c. Bea impor
d. Pengangkutan dan penanganan di lokasi kedatangan
e. Penyiapan tempat
f. Instalasi dan perakitan
g. Uji coba penyiapan operasi aset
h. Uang jasa professional
i. Perkiraan biaya untuk membongkar dan memindahkan asset tersebut selanjutnya, jika
merupakan keharusan
j. Dikurang : Diskon atau potongan harga
k. Dikurang : Penghasilan bersih dari setiap penjualan item yang diproduksi selama uji
coba

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 63


Contoh 1 :
PT ABC membeli mesin untuk produksi dari PT XYZ :
Harga dalam invoice = Rp 200.000.000
PPN = Rp 20.000.000
Ongkos angkut = Rp 1.000.000
Biaya instalasi = Rp 2.000.000
Sebelum digunakan untuk memproduksi secara komersial, PT ABC melakukan uji coba atas
penggunaan mesin tersebut.Biaya uji coba yang dikeluarkanRp 2.000.000
Hasil penjualan barang dari proses ujicoba Rp 200.000
Harga perolehan mesin :

Hargamesin = 200.000.000
Ongkosangkut = 1.000.000
Biayainstalasi = 2.000.000
= 203.000.000
Biayaujicoba = 2.000.000
Hasil penjualan brg proses ujicoba = (200.000)
H. Perolehan mesin = 204.800.000

Kegiatan insidental mungkin terjadi sebelum atau selama kontruksi atau aktivitas
pengembangan. Contoh, penghasilan yang diperoleh dari pengunaan lahan lokasi bangunan
sebagai tempat parkir mobil sampai pembangunan dimulai. Penghasilan dan beban yang
terkait dari kegiatan insidental diakui dalam laporan laba rugi dan diklasifikasikan dalam
penghasilan dan beban.

Pengakuan biaya-biaya dalam jumlah tercatat aset tetap dihentikan ketika aset tersebut
berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan intensi manajemen.

Biaya-biaya setelah pengakuan awal


 Jika memenuhi kriteria “pengakuan aset tetap”, dikapitalisasi dalam nilai aset
 Jika tidak memenuhi, bebankan dalam laba rugi

C. Penyusutan

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
umur manfaatnya.
Rumus umum penyusutan

Beban Penyusutan : Biaya Perolehan – Nilai Residu


Masa Manfaat

Jika nilai residu tidak material dapat diabaikan atau =0


Ada berbagaimetodepenyusutan yang biasadigunakan, antara lain:
1) Berdasarkanwaktu
a. MetodeGarisLurus
b. MetodeSaldomenurun

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 64


2) Metode berdasarkan penggunaan
a. Metode jam jasa
b. Metodejumlah unit produksi
Masa manfaat adalah periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh suatu
perusahaan.

D. Pengukuran Selanjutnya(Subsequent Measurement)


Setelah pengakuan awal, entitas diharuskan untuk memilih salah satu dar idua model
penilaiaan asset tetapsebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut
terhadap seluruh aset tetap, yaitu:
1) Model biaya (Cost Model), atau
2) Model revaluasi (Revaluation Model).

1. Model biaya (Cost model)


Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Apabila entitas memilih model biaya, entitas tidak perlu dilakukan penilaian nilai wajarnya
setiap periodik.
Apabila terdapat bukti objektif penurunan nilai, maka nilai tercatat diturunkan kenilai yang
dapat dipulihkan.Penurunan nilai dibebankan pada laba-rugi (profit and Loss)

Nilai buku = nilai perolehan – akumulasi penyusutan – akumulasi rugi penurunan nilai

2. Model revaluasi (Revaluation Model)


Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi
Apabila entitas memilih model revaluasi, maka entitas harus melakukan penilaiaan ulang
(revaluasi) setiap periodik untuk seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Nilai revaluasian = nilai wajar – akumulasi penyusutan – akumulasi rugi penurunan nilai

3. Surplus dan Defisit Revaluasi


Akibat pengukuran kenilai wajar, maka akan terjadi selisih antara nilai wajar dengan nilai
tercatat dari asset tetap yang dinilai. Pencatatan akuntansi atas selisih nilai wajar dengan
nilai tercatat diperlakukan sebagai berikut:
Kondisi Perlakuan surplus atau deficit revaluasi
Nilai aset meningkat Akui surplus revaluasi pada Penghasilan
Komprehensif Lain (OCI) sebagai “Selisih
Penilaiaan Ulang” pada Ekuitas

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 65


Nilai aset menurun, membalik • Jurnalbalik Penghasilan Komprehensif Lain
kenaikan nilai akibat revaluasi (OCI) sejauh saldo yang ada surplus selisih
sebelumnya. penilaiaan ulang pada ekuitas.
• Selebihnya diakui sebagai rugi.
Nilai aset menurun Akui sebagai Rugi pada Laporan Laba Rugi (profit
and Loss)
Nilai aset meningkat, membalik • Akui surplus revaluasi sebagai Laba (profit and
penurunan nilai akibat penilaian Loss) untuk membalik rugi penurunan nilai yang
ulang (revaluasi) sebelumnya sebelumnya telah diakui pada Laporan Laba
Rugi.
• Selebihnya diakui pada Penghasilan
komprehensif lain (OCI)
Jika asset tetapdirevaluasi, ada dua metode memperlakukan akumulasi penyusutan :
a) Metode Jumlah Bruto (Gross method)
Akumulasi penyusutan disajikan kembali secara porposional dengan perubahan
dalam jumlah tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi
sama dengan jumlah revaluasiannya.
b) Metode Jumlah Neto (Net-amount Method)
Akumulasi penyusutan dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah
tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari
aset tersebut.

Ilustrasi 1.

PT DFD memperoleh mesin pada tanggal 2-1-2010 dengan harga perolehan Rp 500.000,
masa manfaat mesin 10 th tanpa nilai residu.

Pada tanggal 31-12-2010 dilakukan penilaiaan ulang dan nilai wajar (fair value)sebesar
Rp 475.000.
Diminta:
 Hitung beban penyusutan
 Ukur adan sajikan nilai aset tetap pertanggal 31-12-2010
 Buat jurnal yang diperlukan
baik dengan cost model maupun revaluation model.

Solusi yang disarankan:


1. Cost Model
Bebanpenyusutan Th. 2010 = 500.000 : 10 = Rp 50.000

Jurnal:
Dr: Depreciation Expenses Rp 50.000
Cr: Accumulated depreciation Rp 50.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 66


Penyajian asset Tetap:
 Nilai perolehan = Rp 500.000
 Akumulasi penyusutan = (Rp 50.000)
 Nilaitercatat = Rp 450.000
Entitas tidak melakukan penyesuaian kenilai wajar.

2. Revaluation Model
a) Metode Jumlah Bruto (Gross method)
Penyesuaiaan ke harga pasar:
Sebelum Perhitungan Setelah
revaluasi proporsional revaluasi Selisih
Jumlah tercatat bruto 500.000 500 X 475/450 527.778 27.778
Akumulasi
Penyusutan (50.000) 50 X 475/450 (52.778) (2.778)
Jumlah tercatat neto 450.000 475.000 25.000

Jurnal:
Dr: Fixed Asset-Machine Rp 27.778
Cr: Acc. Depreciation Rp 2.778
Cr: Other comprehensive income- Gain on revaluation aset Rp 25.000
Penyajian nilai aset tetap
 Fixed Asset: Rp 527.778
 Acc. Depreciation (Rp 52.778)
 Revaluation value Rp 475.000

b) Metode Jumlah Neto (Net-amount Method)


Penyesuaian ke harga wajar:
Nilai aset sebelum penyesuaiaan:
Nilai bruto = Rp 400.000
Akumulasi penyusutan = (Rp 50.000)
Nilai neto = Rp 450.000
Nilai wajar mesin = Rp 475.000
Kenaikan ke harga wajar = Rp 25.000

Jurnal menghilangkan akumulasi penyusutan:

Dr: Acc. Depreciation Rp 50.000


Cr: Fixed Asset-Machine Rp 50.000

Jurnal menaikan nilai aset:

Dr: Fixed Asset-Machine Rp 25.000


Cr: Other comprehensive income-Gain on revaluation aset Rp 25.000
Penyajian nilai aset tetap
 Fixed Asset-Machine (Revaluation value) Rp 475.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 67


Ilustrasi 2.

Melanjutkan Kasusilustrasi 1, Pada tanggal 31-12-2011 dilakukan penilaiaan ulang dan


nilai wajar aset tetap mengalami penurunan menjadi Rp 300.000.000

Diminta:
 Hitung beban penyusutan
 Ukur adan sajikan nilai aset tetap pertanggal 31-12-2010
 Buat jurnal yang diperlukan
baik dengan cost model maupun revaluation model.

Solusi yang disarankan:


1. Cost model:
Beban penyusutan Th. 2010 = 500.000 : 10 = Rp 50.000
Jurnal:
Dr: Depreciation Expenses Rp 50.000
Cr: Accumulated depreciation Rp 50.000
Nilaitercatat
 Nilai perolehan = Rp 500.000
 Akumulasi penyusutan = (Rp 100.000)
 Nilai tercatat = Rp 400.000
 Nilai terpulihkan = Rp 300.000
 Penurunannilai = Rp 100.000
PT DFD menurunkannilai asset tetapkenilaiterpulihkan
Jurnal:
Dr: Loss on impairment of Fixed asset Rp 100.000
Cr: Allowance for Impairment of Fixed Asset Rp 100.000
Penyajian Fixed Asset:
- Cost............................................ 500.000.000
- Acc. Depreciation ....................... (100.000.000)
- Allowance for impairment ........... (100.000.000)
- Net Book Value .......................... 300.000.000

2. Revaluation Model:
a) Metode Jumlah Bruto (Gross method)

BebanpenyusutanTh. 2011 = 527.778 : 10 = Rp 52.778


Jurnal:
Dr: Depreciation Expenses Rp 52.778
Cr: Accumulated depreciation Rp 52.778

Penyesuaian ke harga wajar:


- Nilai aset tercatat sebelum penyesuaiaan:
Nilai bruto = Rp 527.778
Akumulalasi penyusutan = (Rp 105.556)
Nilai neto = Rp 422.222
- Nilaiterpulihkan = Rp 300.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 68


- Penurunan nilai dari nilai tercatat = Rp 122.222
- Saldo surplus revaluasi dalam OCI = Rp 25.000
- Rugi Penurunan nilai = Rp 97.222

Jurnal:
- Membalikan surplus revaluasi dalam ekuitas (OCI)
Dr: Other comprehensive income- Gain on revaluation aset Rp 25.000
Cr: Fixed Asset-Machine Rp25.000
- Membebankan penurunan nilai ke laba rugi:
Dr: Loss on impairment of Fixed asset Rp 97.222
Cr: Allowance for Impairment of Fixed Asset Rp 97.222
Penyajian nilai tercatat aset tetap
 Fixed Asset: Rp 502.778
 Acc. Depreciation (Rp 105.556)
 Allowance for Impairment of Fixed Asset (Rp 97.222)
 Nilai tercatat (Revaluation value) Rp 300.000

b) Metode Jumlah Neto (Nett-amount method)


Beban penyusutanTh. 2010 = 475.000 : 10 = Rp 47.500
Jurnal:
Dr: Depreciation Expenses Rp 47.500
Cr: Accumulated depreciation Rp 47.500
Penyesuaian ke harga wajar:
Nilai aset sebelum penyesuaiaan:
Nilai bruto = Rp 475.000
Akumulasi penyusutan = (Rp 47.500)
Nilai tercatat = Rp 427.500
Nilai aset setelah penyesuaian = Rp 300.000
Penurunan ke harga wajar = Rp 127.500
Saldo tercatat laba revaluasi dalam OCI = Rp 25.000
Penurunan nilai wajar dibebankan dalam laba rugi = Rp 102.500

Jurnal menghilangkan akumulasi penyusutan:


Dr: Acc. Depreciation Rp 47.500
Cr: Fixed Asset-Machine Rp 47.500
Jurnal membalikan surplus revaluasi dalam ekuitas (OCI):
Dr: Other comprehensive income-Gain on revaluation FA Rp 25.000
Cr: Fixed Asset-Machine Rp 25.000
Jurnal menaikan nilai aset:
Dr:Loss on impairment of Fixed asset Rp 102.500
Cr: Allowance for Impairment of Fixed Asset Rp102.500
Penyajian nilai aset tetap
 Fixed Asset-Gross Rp 402.500
 Allowance for Impairment of Fixed Asset (Rp 102.500)
 Book value (Revaluation value) Rp 300.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 69


E. Penghentian Pengakuan
a) Kapan asset tetap dihentikan pengakuannya?
Nilai tercatat suatu aset tetap tidak lagi diakui:
 Pada saat penghapusan;
Contoh : dijual, disumbangkan, disewakan secara sewa pembiayaan (Finance
Lease)
 Ketika tidak lagi ada manfaat ekonomis pada masa depan yang diharapkan dari
penggunaannya.
Contoh: kerusakan, keusangan.
b) Bagaimana menghitung laba -rugi penghentian?
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap
ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah
tercatat dari aset tersebut
c) Perlakuan laba -rugi penghentian
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukan
dalam laporan laba rugi pada saat penghentiannya.
Ilustrasi 3.
Melanjutkan ilustrasi 2. Pada tanggal 3 Januari 2012, PT DTSD menjual mesin tersebut
dengan harga Rp Rp 325.000
Diminta:
Hitung laba rugi pelepasan dan buat jurnal atas penjualan aset tetap tersebut.
Solusi yang disarankan:
1) Keuntungan atau kerugian penjualan aset tetap
Harga jual = Rp 325.000
Nilai tercatat = Rp 300.000
Laba (gain) atas penjualan aset tetap = Rp 25.000
2) Jurnal:
Dr: Acc. Depreciation Rp 105.556
Dr: Allowance for Impairment of Fixed Asset Rp 97.222
Cr: Fixed Asset-Machine Rp 502.778
Cr: Gain on sale of fixed asset Rp 25.000

F. Perolehan Aset Tetap melalui Sewa Pembiayaan (Finance Lease)


1. Pengertian Sewa Pembiayaan

Salah satu cara perolehan asset tetap selain pembelian adalah dengan cara sewa
pembiayaan (Finance Lease). Menurut PSAK 30, sewa pembiayaan adalah sewa yang
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak
dialihkan.
Indikator atau situasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu sewa akan
diakui sebagai sewa pembiayaan adalah sebagai berikut:
a) sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 70


b) lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang diperkirakan cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi akan dilaksanakan;
c) masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomik aset meskipun hak milik
tidak dialihkan;
d) pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan; dan
e) aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material.
f) jika lessee dapat membatalkan sewa, maka kerugian lessor yang terkait dengan
pembatalan tersebut ditanggung oleh lessee;
g) keuntungan atau kerugian dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee;
h) lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan
nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai pasar rental.
Apabila terdapat satu atau lebih indicator, maka entitas akan mempertimabangkan untuk
mengakui sewa sebagai sewa pembiayaan.

2. Pengakuan dan Pengukuran Awal Sewa Pembiayaan.


Pada awal sewa Lesee (penyewa) menentukan apakah sewa diklasifikasikan sebagai
sewa pembiayaan atau sewa operasi (sewa biasa). Awal sewa adalah tanggal yang lebih
awal antara tanggal perjanjian sewa dan tanggal pihak-pihak berkomitmen terhadap
persyaratan pokok sewa.
Apabila sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, maka pada awal masa sewa
(tanggal saat lessee mulai berhak untuk menggunakan aset sewaan), lesee mengakui
sewa pembiayaan sebagai asset dan liabilitas.
Aset dan liabilitas diukur sebesar:
 nilai wajar asset sewaan atau
 sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum.
Pembayaran sewa minimum adalah pembayaran selama masa sewa yang harus dibayar
(atau dapat diharuskan untuk dibayar) oleh lessee, ditambah dengan jumlah yang dijamin
oleh lessee atau oleh pihak yang berelasi dengan lessee.
Tingkat diskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai kini dari pembayaran sewa
minimum adalah suku bunga implisit dalam sewa.
Biaya langsung yang dikeluarkan oleh lesee, ditambahkan kepada nilai asset.
Ilustrasi 4.
Pada tanggal 5 Mei 2012 PT DFD memperoleh mesin dengan cara sewa pembiayaan
(Finance Lease). Informasi dalam perjanjian sewa pembiayaan adalah diketahui sebagai
berikut:
1 Harga mesin Rp 200.000
2 Tk bunga 12%
3 Nilai residu -
4 Hak opsi, jika diambil dibayar bersamaan
dengan pembayaran terakhir Rp 15.000,00

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 71


5 Pembayaran berkala perbulan dibayar diakhir Rp 6.310,00
bulan
6 Masa lease 3 Tahun
7 Masa manfaat Aset 6 Tahun
PT DFD membayar biaya administrasi Rp 500 dan membayar biaya instalasi mesin Rp
3.000 secara kas. Mesin mulai digunakan pada tanggal 1 juni 2012.
Diminta:
 Apakah sewa akan diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan? Jika ya, hitung
nilai asset dan kewajiban sewa pembiayaan.
 Susun ayat jurnal yang diperlukan
Solusi yang disarankan
Nilai kini dari jumlah pembayaran minimum:
 PV Pembayaran berkala = Rp 6.310 X PVIFA 36, 12%/12
= Rp 6.310 X 30,11 = Rp 189.978
 PV Nilai opsi = Rp 15,000 X PVIF 36, 12%/12
= Rp 15.000 X 0,70 = Rp 10.484
= Rp 200.462
Keterangan: PVIF 36, 12%/12 = 1/(1+0,01)^36 = Rp 0,70
PVIFA 36, 12%/12 = (1-PVIF)/0,01 = Rp 30,11
a) Pertimbangan klasifikasi:
 pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan;
 lessee memiliki opsi untuk membeli aset.
Situasi di atas mengindikasikan sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan mesin, maka sewa
diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan.
b) Nilai asset pembiayaan:
Nilai kini jumlah pembayaran minimum sebesar Rp 200.462, lebih besar dari nilai
wajar asset pada awal masa leasing. Maka asset dan liabilitas diukur dengan nilai Rp
200.000.
c) Jurnal:
Dr: Asets under Finance Lease-Machinery Rp 203.500
Cr: Finance Lease Liabilities Rp 200.000
Cr: Cash Rp 3.500

3. Beban Sewa Pembiayaan.


Saat pembayaran berkala, entitas mengalokasikan jumlah pembayaran berkala pada
pelunasan pokok utang dan beban sewa pembiayaan.
Beban pembiayaan = Saldo utang sewa pembiayaan X Tarif suku bunga efektif
Pelunanasan pokok = Pembayaran berkala - Beban pembiayaan.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 72


Ilustrasi 5.
Melanjutkan ilustrasi 4.
Diminta:
 Hitung beban pembiayaan selama tahun 2012, dan saldo utang sewa
pembiayaan per 31-12-2012.
 Susun jurnal yang diperlukan.
Solusi yang disarankan:
Schedule pelunasan pokok dan pembebanan bunga.
Saldo Saldo
Pembayaran Bulan awal Bunga Pokok akhir
Utang 1,013%) Utang
A B C D=EIR X C E = A-D F = C-E
(200.000)
1 6.310 2012-6 200.000 2.025 4.285 195.715
2 6.310 7 195.715 1.982 4.328 191.387
3 6.310 8 191.387 1.938 4.372 187.015
4 6.310 9 187.015 1.894 4.416 182.599
5 6.310 10 182.599 1.849 4.461 178.138
6 6.310 11 178.138 1.804 4.506 173.632
7 6.310 12 173.632 1.758 4.552 169.081
8 6.310 2013-1 169.081 1.712 4.598 164.483
9 6.310 2 164.483 1.666 4.644 159.839
10 6.310 3 159.839 1.619 4.691 155.147
11 6.310 4 155.147 1.571 4.739 150.408
12 6.310 5 150.408 1.523 4.787 145.622
13 6.310 6 145.622 1.475 4.835 140.786
14 6.310 7 140.786 1.426 4.884 135.902
15 6.310 8 135.902 1.376 4.934 130.968
16 6.310 9 130.968 1.326 4.984 125.985
17 6.310 10 125.985 1.276 5.034 120.950
18 6.310 11 120.950 1.225 5.085 115.865
19 6.310 12 115.865 1.173 5.137 110.729
20 6.310 2014-1 110.729 1.121 5.189 105.540
21 6.310 2 105.540 1.069 5.241 100.299
22 6.310 3 100.299 1.016 5.294 95.004
23 6.310 4 95.004 962 5.348 89.656
24 6.310 5 89.656 908 5.402 84.254
25 6.310 6 84.254 853 5.457 78.798
26 6.310 7 78.798 798 5.512 73.286
27 6.310 8 73.286 742 5.568 67.718
28 6.310 9 67.718 686 5.624 62.093
29 6.310 10 62.093 629 5.681 56.412
30 6.310 11 56.412 571 5.739 50.674
31 6.310 12 50.674 513 5.797 44.877
32 6.310 2015-1 44.877 454 5.856 39.021
33 6.310 2 39.021 395 5.915 33.106
34 6.310 3 33.106 335 5.975 27.132
35 6.310 4 27.132 275 6.035 21.096
36 21.310 5 21.096 214 21.096 0
EIR= 1,013% 42.160 200.000

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 73


 Beban sewa pembiayaan tahun 2012 (Juni-Des 2012) = Rp 13.251
 Pokok pelunasan utang sewa pembiayaan per 31-12-2012 = Rp 169.081
Jurnal:
Tgl 30-06-2012:
Dr: Interest lease expenses Rp 2.025
Dr: Finance lease liabilities Rp 4.285
Cr: Cash Rp 6.310
Setiap akhir bulan PT DFD menyusun jurnal yang sama.

4. Beban Penyusutan Aset Sewa Pembiayaan.


Penyusutan mengikuti kebijakan penyusutan asset tetap sebagaimana PSAK 13. Masa
penyusutan untuk asset finance lease diatur sebgai berikut:
 Jika terdapat hak opsi, maka penyusutan dilakukan selama taksiran masa manfaat.
 Jika tidak terdapat hak opsi, maka penyusutan dilakukan selama periode sewa
atau masa manfaat mana yang lebih pendek.
Ilustrasi 6.
Melanjutkan ilustrasi 5.
Diminta:
Berapa lama masa penyusutan yang disarankan dan hitung beban penyusutan tahun
2012.
Susun ayat jurnal untuk penyusutan.
Solusi yang disarankan:
Dalam perjanjian terdapat hak opsi, maka disarankan untuk melakukan penyusutan
selama taksiran masa manfaat, yaitu 6 tahun
Penyusutan tahun 2012:
Misalnya PT DFD menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu.
Penyusutan tahun 2012 = Rp 203.500 X 7/12 = Rp 19.785
6 tahun
Jurnal:
Dr: Depreciation expenses Rp 19.785
Cr: Acc. Depreciatiom Rp 19.785

G. Ketentuan Perpajakan yang Terkait dengan Aset Tetap

1. Pengukuran Awal.
Berdasarkan pasal 10 UU No. 36 /2008 terdapat beberapa nilai yang digunakan untuk
mengukur harga perolehan aset tetap, yaitu:
1) Biaya yang sesungguhnya dikeluarkan.
Dalam hal perolehan asset tetap tidak dipengaruhi hubungan istimewa.
Dalam memori penjelasan dijelaskan termasuk dalam harga perolehan adalah harga
beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea
masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 74


2) Harga Pasar (Market price) yaitu jumlah yang seharusnya dikeluarkan dalam hal
perolehan aset tetap diperoleh dari:
 Perolehan aset tetap dipengaruhi hubungan istimewa.
 Tukar-menukar harta
 Sumbangan yang tidak memenuhi syarat Ps. 4 ayat (3) huruf a. UU PPh
 Harta yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang tidak diizinkan menggunakan nilai
buku
 Pengalihan sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
3) Nilai buku dari Wajib Pajak yang mengalihkan dalam hal asset tetap diperoleh
diperoleh dari:
Aset Tetap yang dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha, yang mendapat izin Menkeu
untuk menggunakan nilai buku

2. Penyusutan
Penjelasan pasal 11 UU No. 36/2008 mengatur mengenai penyusutan sbb : “Pengeluaran
untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat
harta tersebut melalui penyusutan.”

Saat Mulai Penyusutan


Penyusutan secara fiskal dimulai pada bulan pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada bulan selesainya harta tersebut.
Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan
penyusutan mulai pada bulan harta tersebutdigunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Masa Manfaat, Metode dan Tarif Penyusutan.


Masa manfaat, metode dan tarif penyusutan ditetapkan dalam pasal 11 ayat (6) UU No.
36/2008 adalah sebagai berikut.
Kelompok Masa TarifPenyusutan
HartaBerwujut Manfaat GarisLurus Saldomenurun
I. BukanBangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
TidakPermanen 10 tahun 10%

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 75


3. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Pada prinsipnya tidak terdapat pengukuran setelah pengakuan awal, kecuali revaluasi
aktiva tetap sebagaimana diatur dalam pasal 19 ayat (1) danPasal 11 ayat (5) UU PPh Jo.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008.
Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau
nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap
yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari
pemerintah dan hanya dapat dilakukan paling singkat 5 tahun sekali.

4. Keuntungan dan Kerugian Pengalihan Aset Tetap


Keuntungan dan kerugian pengalihan aset tetap menurut peraturan perpajakan dilihat dari
cara pengalihannya (Ps. 11 ayat (8), (9), (10) dan Ps. 4 ayat (1) huruf d):
a) Penjualan kepihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.
Harga jual sesungguhnya – Nilai buku fiskal
b) Penjualan kepihak yang dipengaruhi hubungan istimewa
Harga jual seharusnya – Nilai buku fiskal
c) Pengalihan harta yang berasal dari Sumbangan yang tidak memenuhi syarat Ps. 4
ayat (3) huruf a. UU PPh.
Harga pasar – Nilai buku fiskal
d) Pertukaran harta:
Harga pasar aset yang diperoleh – Nilai buku fiskal aset yang dilepas
e) Pengalihan harta dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha
Harga pasar – Nilai buku fiskal
f) Pengalihan harta untuk pengganti saham atau penyertaan modal
Harga pasar – Nilai buku fiskal

5. Ketentuan Perpajakan terkait sewa pembiayaan.


Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diatur dengan Ke[utusan Menteri Keuangan Nomor:
1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991.
Kriteria finance lease
Kriteria untuk diakui sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) menerut
keputusan ini adalah sebagai berikut:
a. jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa sewa-guna-usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor;
b. masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang
modal Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh)
tahun untuk Golongan bangunan;
c. perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Konsekuensi Perpajakan bagi lesee.
a. Pajak Penghasilan

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 76


1) selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas
barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak
opsi untuk membeli;
2) setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut,
lessee melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa (residual
value) barang modal yang bersangkutan;
3) pembayaran sewa-guna-usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali
pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi sewa-guna-usaha tersebut
memenuhi ketentuan dalam Pasal 3 Keputusan ini;
4) dalam hal masa sewa-guna-usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan dalam
Pasal 3 Keputusan ini, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas
pembebanan biaya sewa-guna-usaha.
b. PPh potput
Atas pembayaran berkala, lesee tidak perlu memotong PPh pasal 23 atau pasal 4 ayat
(2).
c. PPN
Atas penyerahan jasa sewa (pembayaran berkala), lesor tidak perlu memungut PPN,
karena finance lease termasuk jasa yang tidak dikenai PPN sebagaimana diatur dalam
pasal 4A ayat (3) UU PPN.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 77


LATIHAN
Soal 1.
Pada tanggal 1 Desember 2013 PT DFD Industries mengimpor mesin dari Cina dengan perician
sbb:
Cost US$ 1.500.000
Insurance US$ 20.000
Freight US$ 30.000
Atas impor tersebut dikenakan Bea Masuk dengan tarif 2,5%. PT DFD Ind. telah mempunyai
Angka Pengenal Impor (API) PPh Ps. 22 yg dipungut 2,5%.
Bea masuk, PPN dan PPh Ps. 22, b. bongkar & ongkos angkut dibayar pada saat impor,
sedangkan tagihan invoice (CIF) akan dilunasi tanggal 1 Februari 2010
Pada tanggal 10 Desember 2013, PT DFD Ind. membayar jasa instalasi pemasangan mesin
tersebut kepada PT Mesin Industries (PKP) sebesar Rp 70.000.000. Atas jasa tersebut dipotong
PPh Ps. 23 sebesar 2%
Kurs tanggal 1 Desember 2013: Kurs tengah BI = Rp 9.350, Kurs Menkeu = Rp 9.300.
PT DFD Ind. menggunakan revaluation model dalam kebijakan asset tetapnya. Pada tanggal 31-
12-2013, nilai wajar mesin tersebut Rp. 14.950.000.000.
Diminta
1. Hitung nilai perolehan mesin
2. Hitung beban penyusutan tahun 2013 dan keuntungan atau kerugian atas penggunaan
nilai revaluasian pada akhir tahun 2013.
3. Susun jurnal yang diperlukan dari tanggal perolehan sampai dengan tanggal pelaporan.

Soal 2.
Catatan pembukuan Mesin PT DFD Indah per 31-12-2012 menunjukan data sbb :
Komersial Fiskal
N. Perolehan 1.500.000 1.500.000
Akumulasi Penyusutan 900.000 1.125.000
Nilai buku 600.000 375.000
PT DFD Indah mengunakan metode garis lurus tanpa nilai residu menghitung beban
penyusutan komersial. Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus, mesin tersebut
termasuk golongan 2.
Suku bunga Bank yang berlaku pada saat itu adalah 12% pertahun dan taksiran masa manfaat
ekonomis pada awal masa sewa diperkirakan 7 tahun.

Diminta:
4. Menurut saudara metode apakah yang akan digunakan PT Bintaro Indah untuk
mencatat transaksi sewa di atas berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi). Berikan
alasan Saudara

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 78


5. Susun ayat jurnal atas transaksi di atas s.d akhir tahun 2013 termasuk kewajiban
perpajakannya.
6. Buat rekonsiliasi fiskal atas transaksi di atas pada akhir tahun 2013.

DFD\Akuntansi Pajak Menengah 79


BAB IX
DASAR-DASAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN
(PSAK NO. 46)

A. PENDAHULUAN

Sistem akuntansi akan menghasilkan laporan keuangan komersial yang disusun


berdasarkan standar akuntansi keuangan (SAK). Untuk menghitung besarnya pajak terutang,
atas laba akuntansi (komersial) tersebut perlu dilakukan penyesuaian dengan peraturan
undang-undang perpajakan sehingga diperoleh laba fiskal. Penyesuaian ini yang kita kenal
dengan nama Rekonsiliasi Fiskal. Dari laba fiskal inilah dapat dihitung besarnya pajak
terutang.
Rekonsiliasi fiskal dapat menyebabkan koreksi positif yaitu koreksi yang menyebabkan
laba fiskal lebih besar dari pada laba komersial atau koreksi negatif yaitu koreksi yang
menyebabkan laba fiskal lebih kecil dari pada laba komersial. Perbedaan atau koreksi tersebut
ada yang bersifat permanen (beda tetap) yang hanya berpengaruh terhadap tahun pajak yang
bersangkutan saja, juga ada yang bersifat temporer (beda temporer) yang berpengaruh
terhadap laba kena pajak tahun-tahun berikutnya.
PSAK No. 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan dalam :
1. Mempertanggung jawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode
mendatang.
2. Mengakui kewajiban dan aktiva pajak tangguhan terhadap konsekuensi fiskal masa
depan yang disebabkan adanya perbedaan waktu (temporary difference) dan sisa
kerugian yang masih dapat dikompensasikan.
Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam PSAK No. 46 :
1. Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat
pajak kini(current tax) dan pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam
penghitungan laba atau rugi pada satu periode.
2. Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) atas
penghasilan kena pajak untuk satu periode.
3. Liabilitas pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan
terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
kena pajak.
4. Aset pajak tangguhan (deferred tax asset) adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan
(recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya
a) perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, dan
b) sisa kompensasi kerugian.
c) akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan
mengizinkan

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 80


B. BEDA TETAP DAN BEDA TEMPORER

Beda Tetap

Beda Tetap adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban yang sifatnya
permanen. Pendapatan dan biaya tertentu diakui dalam akuntansi tetapi tidak diakui secara
fiskal atau sebaliknya. Perbedaan ini tidak akan terkompensir oleh perbedaan yang berkaitan
dengannya atau terhapus dengan sendirinya pada periode lain. Beda tetap ini hanya
mempengaruhi pajak terutang tahun yang bersangkutan dan tidak mempengaruhi tahun-tahun
berikutnya.
Beberapa beda tetap adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan Secara Komersial, Bukan Penghasilan secara Fiskal
NO Penghasilan DASAR HUKUM
1. Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak
a. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas Ps. 4 (3) UU PPh
sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat :
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi PT, BUMN, BUMD Daerah yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

b. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun Ps. 4 (3) UU PPh
c. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa Ps. 4 (3) UU PPh
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:

1) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan


dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
PerMenkeu
2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
2. Penghasilan yang dikenakan PPh Final
a. bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang Ps. 4 (2) UU PPh
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi
b. Penghasilan berupa hadiah undian
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura

d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau


bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan bangunan; dan

2. Biaya Secara komersial, bukan Biaya secara Fiskal


NO BEBAN USAHA DASAR HUKUM
1. Biaya yang Dikeluarkan untuk Mendapatkan, Menagih dan Memelihara
Penghasilan yang Bukan Obyek Pajak atau Pengenaan PPh-nya Final
2. PPh Dibayar Perusahaan Ps. 9 Huruf h UU PPh
Kep-545/PJ./2000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 81


3. Premi Asuransi Jiwa Pemilik/Pemegang Saham dan Keluarganya Ps. 9 Huruf j UU PPh
4. Iuran Pensiun ke Dana Pensiun yang Belum Disahkan Menteri Keuangan Ps. 6 Huruf c UU PPh

5. Pengobatan Cuma-Cuma (Langsung ke Rumah Sakit) Ps. 6 Huruf e UU PPh


6. Pemberian Imbalan dalam Bentuk Natura dan Kenikmatan (Misal Ps. 9 Huruf e UU PPh
Makan/Minum, Beras dsb)

7. Cuti Pegawai Dibayar Perusahaan Ps. 9 Huruf e UU PPh


8. Perjalanan Dinas Pegawai
a. Lumpsum (Tidak Didukung Bukti-Bukti) Ps. 9 Huruf e UU PPh

b. Fiskal Luar Negeri Dibayar Perusahaan, Merupakan PPh Pasal 25 Dibayar PP No.2 tahun 2000
dengan SSP, Ditulis Nama Pegawai q.q. Nama Perusahaan dengan NPWP
Perusahaan atau dengan Tanda Bukti FLN
c. Biaya Piknik/Rekreasi Ps. 9 Huruf e UU PPh
9. Pembagian Laba berupa Bonus, Tantiem, Gratifikasi, Jasa Produksi yang Ps. 9 Ayat (1) UU PPh
Dibebankan Laba Ditahan (Retained Earning) SE-11/PJ.42/1992
10. Bea Siswa yang Tidak Ada Ikatan Kerja dengan Perusahaan (Sumbangan) Kep-545/PJ./2000
11. Kendaraan Perusahaan yang Dibawa Pulang dan Dikuasai Pegawai : (biaya & Ps. 6 Ayat (1) Huruf b
Penyusutan) UU PPh
12. Perumahan Perusahaan dan Asrama Penjelasan Ps. 9 Ayat (1)
Huruf b UU PPh jo
Penjelasan Ps. 6 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
13. Sewa Rumah Pegawai yang Tidak Diberi Tunjangan Sewa Minimal Sebesar Ps. 9 Huruf e UU PPh
Sewa Rumah Tersebut
14. PPh Sewa Rumah Dibayar Perusahaan Penjelasan Ps. 6 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
15 Imbalan ke Pegawai yang Merupakan Pemegang Saham (25% Ke Atas) Penjelasan Ps. 6 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
a. Imbalan di Atas Kewajaran
b. Deviden Terselubung
- Premi Asuransi Jiwa
- Biaya Listrik, Telepon Rumah Pribadi
- Biaya Pemeliharaan Mobil Pribadi
- PPB Rumah Pribadi
- Pengeluaran Perusahaan untuk Keperluan Pribadi
- Pembagian Laba Secara Langsung/Tidak Langsung
16 Gaji yang Dibayarkan ke Anggota/Sekutu Persekutuan, CV, Firma Ps. 9 Ayat (1) Huruf j
UU PPh
17. Beban Litbang yang Dilakukan di Indonesia dalam Jumlah yang Wajar untuk Ps. 4 PP No.138 Tahun
Menemukan Teknologi/Sistem Baru bagi Pengembangan Perusahaan yang 2000
Dilakukan di Luar Negeri
18. Sanksi Perpajakan : Denda, Bunga, Kenaikan Ps. 9 Ayat (1) Huruf k
UU PPh
19. PBB untuk Tanah/Bangunan yang Tak Digunakan untuk Usaha/ Milik Pribadi Ps. 9 Ayat (1) UU PPh

20. Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan : Ps. 4 PP No.138


Tahun2000
a. Untuk Perolehan BKP/JKP Sesuai Pasal 9

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 82


b. Faktur Pajak Standar yang Tidak Lengkap, Tidak Benar, Cacat Ps. 3 PP No.138 Tahun
2000
21. Biaya Entertainment tidak dibuat daftar nominative SE-27/PJ.22/1986
22. Keperluan Pegawai Dibayar Perusahaan Penjelasan Ps. 4 Ayat (3)
Huruf g jo Ps. 9 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
23. Keperluan Pegawai yang Merupakan Pemilik/Pemegang Saham Dibayar Penjelasan Ps. 4 Ayat (3)
Perusahaan Merupakan Deviden Terselubung Huruf g jo Ps. 9 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
24. Kerugian Pengalihan Harta Tidak digunakan untuk usaha Ps. 4 PP No.138 Tahun
2000

Beda Temporer

Beda Temporer adalah perbedaan karena pos-pos pendapatan dan biaya diakui dalam
periode yang berbeda antara laporan laba rugi akuntansi (komersial) dengan laporan laba rugi
fiskal. Secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya
sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.
PSAK 46 mendefinisikan beda temporer sebagai berikut:
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas dalam
laporan posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat
berupa:
(a) Perbedaan temporer kena pajak, yaitu perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah
kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode mendatang ketika
jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
(b) Perbedaan temporer dapat dikurangkan, yaitu perbedaan temporer yang menimbulkan
jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak)
periode mendatang ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau
diselesaikan
Perbedaan temporer kena pajak disebabkan pada awalnya terdapat koreksi temporer
negatif dan selanjutnya ditahun-tahun yang akan datang akan terjadi koreksi positif yang
menyebabkan pajak terhutang menjadi lebih besar. Perbedaan kena pajak diakui sebagai
liabilitas pajak tangguhan.
Perbedaan temporer dapat dikurangkan disebabkan pada awalnya terdapat koreksi
temporer positif dan selanjutnya ditahun-tahun yang akan datang akan terjadi koreksi negatif
yang menyebabkan pajak terhutang menjadi lebih kecil. Perbedaan kena pajak diakui sebagai
aset pajak tangguhan.
Beberapa perbedaan temporer adalah sebagai berikut :
No Uraian Komersial Fiskal
A Perbedaan waktu pengakuan
penghasilan
- Akrual Vs. Realisasi
Pengakuan penghasilan in- - Metode ekuitas (Equity method) Hanya diperkenankan
vestasi saham yang tidak - Metode harga perolehan menggunakan metode harga
diperjualbelikan di bursa (Purchase method) perolehan (Purchase method)
B. Perbedaan waktu alokasi biaya
1. Penyisihan Vs Realisasi

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 83


a. Biaya Piutang Tak Tertagih - Metode Penghapusan langsung Hanya diperkenankan meng-
(Direct write-off method) gunakan Metode Penghapusan
- Metode pencadangan/penyisihan langsung (Direct write-off method
(Allowance method)
b. Biaya Sewa Pembiayaan Pembebanan dialokasikan melalui : Biaya diakui sebesar pembayaran
(Financial Lease) - Beban bunga berkala
- Penyusutan
c. Penyusutan Aset Tetap Diperkenankan menggunakan Hanya diperkenan menggunakan
Berwujut (Fixed Asset) berbagai metode penyusutan : dua metode penyusutan :
- Garis lurus - Garis lurus
- Saldo menurun - Saldo menurun
- Jumlah unit/output
- Sum of the year; dll
Masa penyusutan selama umur Masa manfaat berdasarkan
ekonomis aset tetap sesuai kelompok aset yang ditentukan
ekspektasi dengan Peraturan Menteri
Keuangan
Dapat memperhitungkan nilai
residu Tidak diperhitungkan nilai residu
d. Amortisasi Aset Tidak Diperkenankan menggunakan Hanya diperkenan menggunakan
Berwujut berbagai metode amortisasi : dua metode penyusutan :
- Garis lurus - Garis lurus
- Saldo menurun - Saldo menurun
- Jumlah unit/output
- Sum of the year; dll

e. Persediaan Metode alokasi ke Harga Pokok : Metode alokasi ke Harga Pokok :


- - FIFO - - FIFO
- - LIFO - - Rata-rata
- - Rata-rata
- - Identifikasi spesifik
- Persediaan dinilai dengan Harga Penilaiaan persediaan hanya
Perolehan (Cost) atau Nilai diperkenankan dengan mengguna-
Realisasi Bersih (NRV), Mana kan Harga Perolehan (Cost Base)
yang Lebih Rendah

C. KOMPENSASI KERUGIAN

Sesuai UU No. 36/2008 Pasal 6 ayat (2), Kerugian yang diderita Wajib Pajak dapat
dikompensasikan dengan labafiskal selama lima tahun berturut-turut berikutnya. Kompensasi
kerugian akan mengurangi laba fiskal tahun-tahun berikutnya sehingga mengurangi pajak
terutang tahun-tahun berikutnya.

D. PAJAK KINI (CURRENT TAX)

Beban pajak (Tax expense) menurut PSAK No. 46 terdiri dari Beban Pajak Kini (Current
Tax Expense) dan Beban/penghasilan Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense/income)

Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) atas penghasilan kena
pajak pada satu periode. Pajak kini dibagi dua kelompok yaitu pajak penghasilan yang
pengenaanya bersifat final dan pajak penghasilan yang pengenaanya bersifat tidak final.
Pajak kini yang bersifat final dihitung berdasarkan tarif PPh final dikali penghasilan bruto yang
dikenakan PPh final, sedangkan pajak kini yang bersifat tidak final dihitung berdasarkan tarif
pasal 17 UU PPh dikali penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak adalah Laba
akuntansi setelah direkonsiliasi fiskal dan diperhitungkan saldo rugi fiskal yang dapat

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 84


dikompensasi. Baik PPh non final maupun PPh final dibebankan dan dikelompokkan sebagai
Beban Pajak Kini pada Laporan Laba Rugi.
Pada akhir tahun PPh non final yang dibayar pada tahun berjalan, baik yang dibayar
sendiri (PPh Ps. 25) maupun yang dipotong/dipungut pihak ketiga (PPh Ps. 22, Ps. 23, Ps. 24)
diperhitungkan dengan pajak kini. Apabila pajak kini lebih besar dari PPh yang telah dibayar,
selisihnya diakui sebagai Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities). Apabila pajak kini
lebih kecil maka diakui sebagai Aset Pajak Kini (Current Tax Asset) yang merupakan jumlah
PPh yang dapat direstitusi.
Contoh 1.
PT A pada tahun 2012 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp 1.500.000.000
Rekonsiliasi fiskal :
- Pemberian natura kepada pegawai = Rp 30.000.000
- Beban sumbangan = Rp 40.000.000
Pajak-pajak yang telah dibayar/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2012
- PPh Ps. 25 = Rp 30.000.000
- PPh Ps. 22 = Rp 40.000.000
Hitung beban pajak kini, Aset/Kewajiban pajak kini PT A untuk tahun pajak 2012.
Jawab :
Laba neto akuntansi (komersial) = Rp 1.500.000.000
Koreksi fiskal :
- Pemberian natura kepada pegawai = Rp 30.000.000
- Beban sumbangan = Rp 40.000.000
Laba neto fiskal = Rp 1.570.000.000
Beban Pajak Kini (25% X 1.570.000.000) = Rp 392.500.000
Kredit Pajak
- PPh Ps. 25 = (Rp 270.000.000)
- PPh Ps. 22 = (Rp 75.000.000)
Pajak yang harus dibayar = Rp 47.500.000.
Jurnal yang dibuat PT A :
Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) 392.500.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 25 270.000.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 22 75.000.000
Kewajiban Pajak Kini(Current Tax Liabilites) 47.500.000

Contoh 2.
PT B pada tahun 2012 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp1.000.000.000
Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi ditahun 2012 sebesar Rp 600.000.000
Rekonsiliasi fiskal :
- Biaya jamuan yang tidak dibuat daftar nominatif = Rp 25.000.000
- Beban penyusutan = Rp 30.000.000
Pajak-pajak yang telah dibayar/dipotong/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2012
- PPh Ps. 22 = Rp 80.000.000
- PPh Ps. 23 = Rp 60.000.000
Hitung Beban pajak kini, Aset/Kewajiban pajak kini PT B untuk tahun pajak 2009.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 85


Jawab :
Laba neto akuntansi (komersial) = Rp 1.000.000.000
Koreksi fiskal :
- Biaya jamuan yang tidak dibuat daftar nominatif (+) = Rp 25.000.000
- Beban penyusutan (-) = (Rp 30.000.000)
Laba neto fiskal = Rp 995.000.000
Kompensasi kerugian th sebelumnya = (Rp 600.000.000)
Penghasilan Kena Pajak = Rp 395.000.000
Beban Pajak Kini (25% X 395.000.000) = Rp 98.750.000
Kredit Pajak
- PPh Ps. 22 = (Rp 80.000.000)
- PPh Ps. 23 = (Rp 60.000.000)
Pajak yang lebih bayar = (Rp .41.250.000)

Jurnal yang dibuat PT A :


Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) 98.750.000
Aset Pajak Kini (Current Tax Asset) 41.250.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 22 80.000.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 23 60.000.000

Contoh 3.
PT C pada tahun 2012 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp2.500.000.000
Dalam laba neto akuntansi tersebut terdapat penghasilan yang telah dikenakan PPh Final
dengan perincian sbb :
- Pendapatan bruto sewa gedung = Rp 3.000.000.000
- Biaya-biaya untuk memperoleh penghasilan sewa gedung = Rp 1.700.000.000
- Laba neto = Rp 1.300.000.000
Rekonsiliasi fiskal atas penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final:
- Biaya jamuan yang tidak dibuat daftar nominatif = Rp 25.000.000
- Beban sumbangan = Rp 20.000.000
Pajak-pajak yang telah dibayar/dipotong/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2012
- PPh Ps. 4 (2) Final atas penghasilan sewa gedung = Rp 300.000.000
- PPh Ps. 25 = Rp 240.000.000
Hitung Beban pajak kini, Aset/Kewajiban pajak kini PT C untuk tahun pajak 2012.
Jawab :
Laba neto akuntansi (komersial) = Rp 2.500.000.000
Dikurang :
Laba neto komersial atas penghasilan yg dikenakan PPh final :
- Pendapatan sewa bangunan = Rp 3.000.000.000
- Biaya untuk memperoleh Penghasilan sewa bangunan = Rp 1.700.000.000
Laba neto sewa bangunan = Rp 1.300.000.000
Laba neto komersial penghasilan yang dikenakan PPh non final = Rp 1.200.000.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 86


Koreksi fiskal :
- Biaya jamuan yang tidak dibuat daftar nominatif (+) = Rp 25.000.000
- Beban sumbangan (+) = Rp 20.000.000
Laba neto fiskal = Rp 1.245.000.000
Beban Pajak Kini (25% X 1.245.000.000) = Rp 311.250.000
Kredit Pajak
- PPh Ps. 25 =(Rp 240.000.000)
Pajak yang kurang bayar = Rp 71.250.000)
Jurnal yang dibuat PT C :
No Keterangan Debit Kredit
1. Jurnal pada saat memperoleh pendapatan sewa
bangunan dan dipotong PPh Ps. 4 ayat (2) :
Kas/Bank 2.700.000.000
Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) 300.000.000
Pendapatan Sewa Bangunan 3.000.000.000
2. Jurnal untuk mencatat beban pajak kini di akhir
tahun atas Laba yang tidak dikenakan PPh Final :
Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) 311.250.000
PPh Dibayar Dimuka – Ps. 25 240.000.000
Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities) 71.250.000

E. PAJAK TANGGUHAN (DEFERRED TAX)

Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan
terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena
pajak. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) adalah jumlah pajak
penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat
adanyaperbedaan temporer yang boleh dikurangkan dansisa kompensasi kerugian.

Untuk memahami timbulnya pajak tangguhan, kita dapat memperhatikan efek dari beda
temporer terhadap pajak terhutang. Dibawah ini adalah suatu ilustrasi dimana Laporan Laba
Rugi Wajib Pajak memiliki perbedaan temporer berupa beban penyusutan, aktiva kelompok 1
(masa manfaat 4 tahun)secara fiskal disusutkan dengan metode garis lurus, sedangkan
secara komersial disusutkan dengan metode garis lurus dengan umur ekonomis 5 tahun tanpa
nilai residu.

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah


Komersial :
Pendapatan 800 800 800 800 800 4.000
Biaya :
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2.500
- Penyusutan 80 80 80 80 80 400
Laba 220 220 220 220 220 1.100

Pajak terutang 25% 55 55 55 55 55 275

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 87


Fiskal :
Pendapatan 800 800 800 800 800 4.000
Biaya :
- Lain-lain 500 500 500 500 500 2.500
- Penyusutan 100 100 100 100 0 400
Laba 200 200 200 200 300 1.100
Pajak terutang 25% 50 50 50 50 75 275
Pajak Tertangguh 5 5 5 5 (20) 0

Asumsi :
Penghasilan dan biaya tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sama, kecuali
perbedaan masa manfaat aktiva kelompok 1 yang disusutkan Wajib Pajak selama 5
tahun.
Pada bagian atas adalah laporan keuangan komersial dan bagian bawah adalah laporan
keuangan fiskal. Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jumlah beban penyusutan baik komersial maupun fiskal selama 5 tahun adalah sama
sebesar Rp 400, akan tetapi karena terdapat perbedaan masa manfaat antar komersial dan
fiskal maka terdapat koreksi negatif beban penyusutan dari tahun 2009 s.d. 2012 sebesar
Rp 20 pertahun, total perbedaan selama 4 tahun sebesar Rp 80.
2. Jumlah koreksi negatif selama 4 tahun sebesar Rp 80 terpulihkan pada tahun 2013 dengan
adanya koreksi positif sebesar Rp 80, sehingga Jumlah koreksi fiskal selama 5 tahun
adalah nol.
3. Pajak terutang apabila menggunakan laba akuntansi pada tahun 2009 s.d. tahun 2012
sebesar Rp 55 pertahun, sedangkan jika menggunakan laba fiskal Rp 50 pertahun, setiap
tahunnya terjadi slisih Rp 5. Jumlah selisih pajak terutang selama 4 tahun sebesar Rp 20
terpulihkan ditahun 2013. Jumlah pajak terutang selama 5 tahun baik menggunakan laba
komersial maupun laba fiskal sama sebesar Rp 275.
Dari tabel di atas dapat dicermati bahwa selama 4 tahun pertama sebenarnya Wajib
Pajak menangguhkan pembayaran pajak sebesar Rp 5 pertahun yang kemudian dibayar pada
tahun 2013 dengan membayar pajak dalam jumlah yang lebih besar yaitu Rp 75, apabila
dihitung dengan laba komersial pajak terhutang hanya . Selisih pajak terutang sebesar Rp 20
pada tahun 2013 adalah pemulihan dari pajak yang tertangguh sejak tahun 2009 s.d. tahun
2012. Pajak yang tertangguh sebesar Rp 5 pertahun inilah yang dikehendaki oleh PSAK No.
46 sebagai Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) pada Laporan Laba Rugi
Komersial dan dilaporkan dalam neraca sebagai Kewajiban Pajak tangguhan (Deferred Tax
Liabilities).
Ilustrasi lainya, Wajib Pajak pada tahun 2009 membebankan Beban Piutang Tak
Tertagih dengan dengan metode penyisihan sebesar Rp 50 juta, Piutang yang benar-benar
tidak tertagih pada tahun 2009 sesuai peraturan perpajakan Rp 20 juta. Pada tahun 2010
Wajib Pajak tidak lagi mencadangkan Beban Piutang Tak Tertagih, piutang sebesar Rp 30 juta
yang telah dicadangkan pada tahun 2009 benar-benar tidak dapat ditagih pada tahun 2010.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 88


Uraian 2009 2010 Jumlah
Komersial :
Pendapatan 1.000 1.000 2.000
Biaya
- Lain-lain 800 800 1.600
- B. Piutang Tak Tertagih 50 - 50
Laba komersial 150 200 350
Pajak terutang 25% 38 50 88
Fiskal :
Pendapatan 1.000 1.000 2.000
Biaya
- Lain-lain 800 800 1.600
- B. Piutang Tak Tertagih 20 30 50
Laba fiskal 180 170 350
Pajak terutang 25% 45 43 88
Pajak tangguhan (7) 7 0

Asumsi :
 Penghasilan dan biaya tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sama, kecuali
perbedaan masa manfaat aktiva kelompok 1 yang disusutkan Wajib Pajak selama 5
tahun.
Dari tabel ilustrasi kedua, pada tahun 2009, PPh terhutang secara fiskal lebih besar Rp
7 dibanding apabila pajak dihitung dari laba komersial. Kelebihan bayar tersebut terpulihkan
pada tahun 2010 dengan membayar pajak lebih kecil Rp 7 jika dibandingkan dengan pajak
yang dihitung dari laba komersial. Kelebihan pajak terutang Rp 7 pada tahun 2009
berdasarkan PSAK No. 46 dicatat sebagai Pendapatan Pajak Tangguhan (Deferred Tax
Income) pada Laporan Laba Rugi Komersial dan dicatat sebagai Aset Pajak Tangguhan
(Deferred Tax Asset) pada Neraca tahun 2009.

Beban Pajak Tangguhan akan menimbulkan Kewajiban Pajak Tangguhan sedangkan


Pendapatan Pajak Tangguhan akan menimbulkan Aset Pajak Tangguhan. Kewajiban Pajak
Tangguhan (DeferredTax Liabilities) timbul apabila beda temporer menyebabkan terjadinya
koreksi negatif sehingga beban pajak menurut fiskal lebih kecil dari pada beban pajak secara
komersial, hal ini berakibat adanya potensi penambahan pajak dimasa depan. Sebaliknya,
Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset) timbul apabila beda temporer menyebabkan
terjadinya koreksi positif sehingga beban pajak menurut fiskal lebih besar dari pada beban
pajak secara komersial hal ini mengakibatkan potensi penghematan pajak dimasa depan.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 89


F. PENGUKURAN DAN PENCATATAN PAJAK TANGGUHAN

Pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap beda temporer dan
rugi fiskal yang dapat dikompensasikan, dikali dengan tarif Ps. 17 UU PPh.
Aset Pajak Tangguhan = Koreksi temporer positif X Tarif Ps. 17 UU PPh
Kewajiban Pajak Tangguhan = Koreksi temporer negatif X Tarif Ps.17 UU PPh
PSAK No. 46, memberikan pedoman pengukuran pajak kini dan pajak tangguhan
sebagai berikut :
1. Kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya, diakui
sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung dengan menggunakan
tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substansif berlaku
pada tanggal neraca
2. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak
yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan
tarif pajak (peraturan pajak )yang telah berlaku atau secara subtansif berlaku pada
tanggal neraca.”
Misalnya, perusahaan akan mengukur dan mengakui pajak kini dan tangguhan pada laporan
keuangan tahun 2009. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tarif PPh tahun pajak 2009
sebesar 28% dan tarif pajak tahun 2010 dan seterusnya sebesar 25%. Dengan demikian
pajak kini dihitung dengan tarif 28% dan pajak tangguhan dihitung dengan tarif 25%
Contoh :
PT X pada tahun 2009 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp 2.000.000.000
Rekonsiliasi fiskal :
- Pemberian natura kepada pegawai = Rp 60.000.000
- Koreksi positif beban penyusutan = Rp 75.000.000
- Koreksi negatif beban sewa pembiayaan = Rp 100.000.000
Pajak-pajak yang telah dibayar/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2009
- PPh Ps. 25 = Rp 150.000.000
- PPh Ps. 22 = Rp 50.000.000
Hitung beban pajak kini, aset/kewajiban pajak kini dan bePT A untuk tahun pajak 2009.
Jawab :
Laba neto akuntansi (komersial) = Rp 2.000.000.000
Koreksi fiskal :
- Pemberian natura kepada pegawai (+) = Rp 60.000.000
- Beban penyusutan (+) = Rp 75.000.000
- Beban sewa pembiayaan (-) = (Rp 100.000.000)
Laba neto fiskal = Rp 2.035.000.000
Beban Pajak Kini (25% X 2.035.000.000) = Rp 508.750.000
Kredit Pajak
- PPh Ps. 25 = (Rp 150.000.000)
- PPh Ps. 22 = (Rp 50.000.000)
Pajak yang harus dibayar = Rp 308.750.000.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 90


Jurnal Beban Pajak Kini :
Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) 508.750.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 25 150.000.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 22 50.000.000
Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities) 308.750.000

Kewajiban Pajak Tangguhan/Beban Pajak Tangguhan :

Koreksi beda temporer negatif = Beban sewa pembiayaan = Rp 100.000.000


Beban Pajak tangguhan = Rp 100.000.000 X 25 % = Rp 25.000.000
Jurnal Beban Pajak Tangguhan :
Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) 25.000.000
Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities) 25.000.000

Aset Pajak Tangguhan/ Pendapatan Pajak Tangguhan :


Koreksi beda temporer positif = Beban penyusutan = Rp 75.000.000
Pendapatan Pajak Tangguhan = Rp 75.000.000 X 25% =Rp 18.750.000

Jurnal Beban Pajak Tangguhan :


Keterangan Debit Kredit
Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset) 18.750.000
Pendapatan Pajak Kini (Deferred Tax Income) 18.750.000

Alternatif pencatatan pajak Tangguhan :

Oleh karena koreksi fiskal disebabkan peraturan-peraturan dari otoritas perpajakan yang
sama (Direktorat Jenderal Pajak) , maka perhitungan dapat digabungkan sbb :
Koreksi temporer :
- Beban penyusutan (+) = Rp 75.000.000
- Benan sewa pembiayaan (-) = (Rp 100.000.000)
- Jumlah koreksi beda temporer neto (-) = (Rp 25.000.000)
Jumlah beda temporer neto negatif, sehingga yang timbul adalah Beban Pajak
tangguhan/Kewajiban Pajak Tangguhan Rp 6.250.000 (Rp 25.000.000 X 25%).
Alternatif Jurnal yang dapat dsusun PT X :
Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) 6.250.000
Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities) 6.250.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 91


G. PENGAKUAN ASET PAJAK TANGGUHAN DARI SALDO RUGI FISKAL YANG DAPAT
DIKOMPENSASI.

Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi ketahun-tahun yang akan datang akan
mengakibatkan penghematan pembayaran pajak dimasa yang akan datang, karena akan
mengurangi laba fiskal kena pajak tahun-tahun yang akan datang.
Dalam PSAK No. 46 dinyatakan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui
sebagai aset pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa
yang akan datang memadai untuk dikompensasi.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah penghasilan kena pajak
akan tersedia dalam jumlah memadai untuk dikompensasikan :
a) apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang
memadai yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa
berlakunya kadaluwarsa;
b) apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluwarsa;
c) apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus tertentu yang
hampir tidak mungkin berulang.

Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat
dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aset pajak tangguhan
tidak diakui.
Contoh :
Rekonsiliasi Fiskal PT Y :
No Keterangan 2009 2010 2011 2012
1 Laba Komersial (5.500) (4.000) 5.000 5.700
2 Rekonsiliasi
Beda Tetap 1.000 2.000 (1.500) 1.000
Beda Waktu 2.000 1.500 (1.300) (1.400)
3 Laba (Rugi) Fiskal (2.500) (500) 2.200 5.300
4 Kompensasi Rugi fiskal - - (2.200) (800)
5 Laba (Rugi) Fiskal setelah
kompensasi (2.500) (500) - 4.500
6 Saldo Rugi yg dpt dikompensasi (2.500) (3.000) (800) -
7 PPh Terhutang 1.260

Pajak Tangguhan yang diakui oleh PT Y terdiri dari dua sebab yaitu : beda temporer dan saldo
rugi fiskal yang dapat dikompensasi.
PT Y memprediksi bahwa rugi fiskal di tahun 2009 dapat dimanfaatkan ditahun yang akan
datang sebelum masa kedaluarsa saldo rugi sehingga mengakui aset pajak tangguhan dari
saldo rugi yang dapat dikompensasi.
Aset pajak tangguhan yang diakui pada tahun 2009 = Rugi Fiskal th 2009 X 25%
= Rp 2.500 X 25% = Rp 625

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 92


Aset pajak tangguhan yang diakui pada tahun 2010 = Rugi Fiskal th 2010 X 25%
= Rp 500 X 25% = Rp 125
Tahun 2011 PT Y memperoleh laba fiskal Rp 2.200, saldo rugi fiskal per 31-12-2010 Rp
3000, dikompensasi Rp 2.200 pada tahun 2011. Dengan demikian aset pajak tangguhan
ditahun 2011 terpulihkan sebesar Rp 2.200 X 25% = Rp 550.
Tahun 2012 PT Y memperoleh laba fiskal Rp 5.300, saldo rugi fiskal per 31-12-2011 Rp 800
dan seluruhnya dikompensasi pada tahun 2012. Dengan demikian aset pajak tangguhan
ditahun 2012 terpulihkan sebesar Rp 800 X 25% = Rp 200.
Pada saat Aset Pajak Tangguhan terpulihkan akibat dimanfaatkannya saldo rugi fiskal yang
dapat dikompensasi, PT Y menjurnal balik Aset Pajak Tangguhan.
Jurnal yang dibuat PT Y :

2009 2010 2011 2012


Keterangan
D K D K D K D K
Jurnal Pajak Kini :
- - - 1.260
Beban Pajak Kini
- - - 1.260
Kewajiban Pajak Kini
Jurnal Pajak Tangguhan
Dari Beda Temporer :
Aset Pajak Tangguhan 500 375 - -
Pendapatan P. Tangguhan 500 375 - -
Beban Pajak Tangguhan 325 350
Kewajiban P. Tangguhan 325 350
Jurnal Pajak Tangguhan
Dari Rugi Fiskal:
Aset Pajak Tangguhan 625 125 - -
Pendapatan P. Tangguhan 625 125 - -
Pendapatan P. Tangguhan 550 200
Aset P. Tangguhan 550 200

PELAPORAN

Penyajian Pajak Penghasilan sesuai PSAK No. 46 adalah sebagai berikut :


1. Aktiva Pajak dan kewajiban harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban lainnya
dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan
dari aktiva dan kewajiban pajak kini.
2. Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan ,aktiva dan kewajiban lancar disajikan
terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar maka aktiva(kewajiban) pajak tangguhan
tidak boleh disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar
3. Aktiva pajak kini harus dikompensasi(offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah
netonya harus disajikan pada neraca
4. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal
harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi
Dari contoh sebelumnya pelaporan pajak penghasilan akan disajikan sbb:

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 93


Laporan Laba Rugi
Akun 2009 2010 2011 2012
Laba (Rugi) sebelum pajak (5.500) (4.000) 5.000 5.700
Pajak Penghasilan :
Beban Pajak Kini - - - (1.260)
Pendapatan(Beban) Pajak Tangguhan 1.125 500 (875) (550)
Jumlah 1.125 500 (875) ( 1.810)
Laba (Rugi) setelah pajak (4.375) (3.500) 4.125 3.890

Neraca
Akun 2009 2010 2011 2012
Aset
- Aset Lancar
1. Kas ............ ............ ............ ............
2. Bank ............ ............ ............ ............
3. Piutang ............ ............ ............ ............
4. .............. ............ ............ ............ ............
- Aset Pajak Tangguhan 1.125 1.625 750 200
- Aset Tetap ........... ........... ........... ...........
Keterangan : Aset dan Kewajiban Pajak Tangguhan di offset dan disajikan dengan nilai bersih
dalam neraca.

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 94


Contoh Kasus :

PT Delima Raya
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009

Akun Jumlah
Penjualan Bruto 43.500.000.000
Retur Penjualan (450.000.000)
Penjualan Netto 43.050.000.000
Harga Pokok Penjualan 38.500.000.000
LABA KOTOR 4.550.000.000
BEBAN OPERASIONAL
BebanGaji Pegawai 615.000.000
Beban PPh Pasal 21 45.300.000
Beban Pengobatan karyawan 35.500.000
Beban Transportasi 55.500.000
Beban Komunikasi 71.400.000
Beban Listrik dan Air 46.600.000
Beban Piutang Tak Tertagih 155.350.000
Beban Konsultan 50.000.000
Beban Pos & Bea Meterai 15.600.000
Beban Pemeliharaan 72.700.000
Beban Penyusutan 143.750.000
Beban Sewa Pembiayaan 36.000.000
Lain-lain 5.500.000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.348.200.000

LABA OPERASIONAL 3.201.800.000


PENDAPATAN (BIAYA) DARI LUAR USAHA
Rugi (Laba) Kurs 10.500.000
SKP PPh Badan th. 2006 (27.500.000)
Pendapatan bunga deposito 10.000.000
Total (7.000.000)
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 3.194.800.000

Informasi yang berhubungan dengan tahun buku 2009 adalah sebagai berikut :

A. Penjualan
Perusahaan membebankan retur penjualan dengan metode penyisihan, retur yang
sebenarnya terjadi pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 350.000.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 95


B. Biaya Operasional
1. Beban PPh ps. 21 adalah pembayaran PPh Ps. 21 karyawan yang dibayar oleh
perusahaan
2. Beban pengobatan karyawan adalah biaya pengobatan karyawan di rumah sakit
yang ditunjuk perusahaan, dibayar oleh perusahan langsung ke Rumah Sakit
3. Wajib pajak membebankan piutang tak tertagih dengan menggunakan metode
cadangan (Allowance methode). Piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih
pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 90.000.000, atas piutang yang tak tertagih
tersebut WP telah melakukan prosedur sesuai pasal 6 ayat (1) huf h UU No. 36
Tahun 2008
4. Daftar aktiva per 31-12-2009 adalah sbb :

Aktiva/ kelompok Tgl perolehan Nilai perolehan B. Penyusutan 09


Tanah Juli 2007 700.000.000
Bangunan Juli 2007 500.000.000 25.000.000
Perlengkapan/ kel 1 Juli 2007 200.000.000 50.000.000
Peralatan/ kel 2 Jan 2008 250.000.000 31.250.000
Aset leasing/kel 2 Jan 2009 300.000.000 37.500.000
1.250.000.000 143.750.000
Dalam menghitung penyusutan aktiva tetap secara komersial, perusahaan
menggunakan metode garis lurus yang kelompok masa manfaatnya sesuai
Ketentuan Pajak.
5. Beban sewa pembiayaan adalah beban bunga sewa pembiayaan (Financial Lease)
tahun 2009. Pembayaran sewa pembiayaan th. 2009 adalah sbb :

- Bunga sewa pembiayaan 36.000.000


- Pokok hutang sewa pembiayaan 60.000.000
Jumlah pembayaran 96.000.000

C. Pendapatan dan (Biaya) Diluar Usaha


1. SKP PPh Th. 2006 adalah PPh Badan yang dibayar atas ketetapan hasil
pemeriksaan th pajak 2006
2. Bunga deposito dilaporkan bersih setelah dipotong pajak
D. Pajak pajak yang telah dibayar :
1. PPh pasal 25 selama tahun 2009 sebesar Rp 260.000.000
2. PPh pasal 22 yang dipotong pihak ketiga selama tahun 2009 sebesar Rp
75.000.000
Diminta :

1. Susun Rekonsiliasi fiskal Th. 2009


2. Hitung Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Th. 2009
3. Susun ayat jurnal untuk mencatat pajak kini dan pajak tangguhan Th. 2009

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 96


Jawab :

Rekonsiliasi Fiskal

Akun Komersial Koreksi + Koreksi - Koreksi -


Penjualan Bruto 43.500.000.000 43.500.000.000
Retur Penjualan (450.000.000) 100.000.000 (350.000.000)
Penjualan Netto 43.050.000.000 43.150.000.000
Harga Pokok Penjualan 38.500.000.000 38.500.000.000
LABA KOTOR 4.550.000.000 4.650.000.000
BEBAN OPERASIONAL
BebanGaji Pegawai 615.000.000 615.000.000
Beban PPh Pasal 21 45.300.000 45.300.000 -
Beban Pengobatan karyawan 35.500.000 35.500.000 -
Beban Transportasi 55.500.000 55.500.000
Beban Komunikasi 71.400.000 71.400.000
Beban Listrik dan Air 46.600.000 46.600.000
Beban Piutang Tak Tertagih 155.350.000 65.350.000 90.000.000
Beban Konsultan 50.000.000 50.000.000
Beban Pos & Bea Meterai 15.600.000 15.600.000
Beban Pemeliharaan 72.700.000 72.700.000
Beban Penyusutan 143.750.000 37.500.000 106.250.000
Beban Sewa Pembiayaan 36.000.000 60.000.000 96.000.000
Lain-lain 5.500.000 5.500.000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.348.200.000 1.224.550.000
LABA OPERASIONAL 3.201.800.000 3.425.450.000
PENDAPATAN (BIAYA) DARI
LUAR USAHA
Rugi (Laba) Kurs 10.500.000 10.500.000
SKP PPh Badan th. 2006 (27.500.000) 27.500.000 -
Pendapatan bunga deposito 10.000.000 10.000.000 -
Jumlah (7.000.000) 10.500.000
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 3.194.800.000 311.150.000 70.000.000 3.435.950.000

Pajak Kini :
Peredaran usaha bruto PT Delima Raya dibawah Rp 50 milyar, maka berlaku ketentuan Pasal
31E ayat (1) UU PPh :
- Bagian Laba Kena Pajak dari peredaran usaha 4,8 milyar yang mendapat fasilitas 50%
tarif : (Rp 4.800.000.000 : 43.500.000.000) X Rp 3.435.950.000 = Rp 379.139.310.
- Bagian laba kena pajak yang tidak mendapat fasilitas = Rp 3.435.950.000 – Rp
379.139.310 = Rp 3.056.810.690

PPh Terutang :
- Rp 379.139.310 X 28% X 50% = Rp 53.079.503
- Rp 3.056.810.690 X 28% =Rp 855.906.993

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 97


- Jumlah PPh Terutang = Rp 908.986.497

Kredit Pajak :
- PPh Ps. 25 = (Rp 260.000.000)
- PPh Ps. 22 = (Rp 75.000.000)
Pajak yang masih harus dibayar = Rp 573.986.497
Jurnal untuk mencatat Pajak Kini :
Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) 573.986.497
PPh dibayar dimuka - Ps. 25 260.000.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 22 75.000.000
Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities) 573.986.497

Pajak Tangguhan :
Beda Temporer :
1. Retur penjualan (+) = Rp 100.000.000
2. Beban Piutang Tak Tertagih (+) = Rp 65.350.000
3. Beban penyusutan Aset Leasing (+) = Rp 37.500.000
4. Beban sewa pembiayaan (-) = (Rp 60.000.000)
Jumlah koreksi temporer (+) = Rp 142.850.000
Aset Pajak tangguhan = Rp 142.850.000 X 25% = Rp 37.712.500 (Tarif PPh th. 2010 =25%)

Jurnal mencatat pajak tangguhan :


Keterangan Debit Kredit
Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset) 37.712.500
Pendapatan Pajak Tangguhan (Deferred Tax Income) 37.712.500

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 98


LATIHAN :

Soal 1 :
PT DFD Jaya pada tahun 2012 mencatat peredaran usaha bruto sebesar Rp 15.650.000.000
dan laba akuntansi Rp 1.056.500.000. Beberapa perbedaan komersial dan fiskal yang
terdapat pada tahun pajak 2012 adalah sbb :
1. Membayar premi asuransi kesehatan karyawan yang tidak diperhitungkan sebagai
penghasilan karyawan Rp 50.000.000
2. Sumbangan korban banjir Rp 65.000.000
3. Truk yang dibeli pada bulan Januari 2010 seharga Rp 300.000.000 secara komersial
disusutkan selama 10 tahun tanpa nilai residu dengan metode garis lurus. PT DFD Jaya
melakukan penyusutan fiscal dengan metode saldo menurun.
PPh yang dibayar dan dipotong pihak ketiga selama tahun 2012 adalah sbb :
1. PPh Ps. 25 = Rp 276.000.000
2. PPh Ps. 23 = Rp 30.000.000
Diminta :
a. Hitung Laba-rugi fiskal tahun 2012
b. Hitung pajak terutang dan pajak tangguhan tahun 2012
c. Buat ayat jurnal untuk mencatat pajak kini dan pajak tangguhan tahun 2012

Soal 2
PT DFD Indah pada tahun 2013 mengalami rugi akuntansi sebesar Rp 2.255.000.000.
Rekonsiliasi fiskal pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Biaya entertainment yang tidak dibuat daftar nominatif sebesar Rp 150.000.000
2. Beban penyusutan bangunan mess karyawan sebesar Rp 35.000.000 dan inventaris mess
Rp 21.500.000.
3. PT DFD Indah membebankan penyusutan mesin yang diperoleh secara sewa pembiayaan
(Financial Lease) Rp 150.000.000 dan beban bunga sewa pembiayaan Rp 144.500.000.
Pembayaran berkala sewa pembiayaan yang dibayar pada tahun 2013 Rp 385.500.000.

PPh yang dibayar dan dipotong pihak ketiga selama tahun 2013 adalah sbb :
1. PPh Ps. 25 = Rp 445.000.000
2. PPh Ps. 22 = Rp 70.000.000

Diminta :
a. Hitung Laba-rugi fiskal tahun 2013
b. Hitung pajak terutang (lebih bayar) dan pajak tangguhan tahun 2013
c. Buat ayat jurnal untuk mencatat pajak kini dan pajak tangguhan tahun 2013

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 99


Soal 3
PT Depok Jaya
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. Desember 2009
Akun Jumlah
Penjualan
Penjualan Bruto 45.575.000.000
Potongan Penjualan (1.378.000.000)
Retur Penjualan (745.000.000)
Penjualan Netto 43.452.000.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 455.600.000
Pembelian 36.603.200.000
Persediaan Akhir 429.000.000
Harga Pokok Penjualan 36.629.800.000
Laba Kotor 6.822.200.000
Beban Operasional
BebanGaji Pegawai 790.400.000
Beban PPh Ps. 21 49.550.000
Beban Transportasi 85.200.000
Beban Komunikasi 98.540.000
Beban Listrik dan Air 84.350.000
Beban Piutang Tak Tertagih 229.130.000
Beban Konsultan 45.000.000
Beban Pos & Bea Meterai 14.970.000
Beban Pemeliharaan 93.700.000
Beban Penyusutan 195.000.000
Beban Sewa Pembiayaan 35.000.000
Beban Pajak 9.150.000
Beban Entertainment 43.500.000
Beban Lain-lain 7.280.000
Jumlah Biaya Operasional 1.780.770.000
Laba Operasional 5.041.430.000
Pendapatan (Biaya) Dari Luar Usaha
Pendapatan bunga obligasi 35.000.000
Rugi selisih kurs (45.750.000)
Pendapatan bunga deposito 8.000.000
Jumlah Pendapatan (Biaya) Dari Luar Usaha (2.750.000)
Laba SebelumPajak 5.038.680.000

Informasi yang berhubungan dengan th buku 2009 adalah sbb :


A. Penjualan
PT Depok Jaya menggunakan metode penyisihan dalam membebankan retur penjualan.
Retur penjualan yg sebenarnya terjadi pada tahun 2009 Rp 575.500.000
B. Harga Pokok Penjualan
DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 100
Persediaan akhir barang dagangan dinilai dengan metode Nilai Realisasi Bersih (NRV).Dari
hasil inventarisasi fisik (stock opname) diketahui jumlah unit persediaan akhir dan dinilai
sebagai berikut :

Harga Pokok Harga Pasar


Jenis barang Unit per unit per unit Nilai persediaan
A 200 200.000 - -
B 340 350.000 400.000 119.000.000
C 500 325.000 300.000 150.000.000
D 400 400.000 470.000 160.000.000
Jumlah 1.440 429.000.000
Barang A diketahui rusak berat sehingga tidak lagi memiliki nilai jual.

C. Beban Operasional
1. Beban Gaji terdiri dari
a. Gaji pokok Rp665.000.000
b. Tunjangan kesehatan Rp 90.850.000
c. Premi Jamsostek yang dibayar perusahaan Rp 34.550.000
Jumlah Rp 790.000.000
2. Beban PPh Ps. 21 terdiri dari
a. Tunjangan pajak Rp 25.000.000
b. PPh Ps. 21 yang dibayar perusahaan Rp 24.550.000
Jumlah Rp 49.550.000
3. Beban Transportasi terdiri dari
a. Biaya perjalanan dinas Rp 28.600.000
b. Olie & BBM minibus jemputankaryawan Rp 42.600.000
c. Olie & BBM sedan direksi Rp 14.000.000
Jumlah Rp 85.200.000
4. Dalam Beban Komunikasi terdapat pembayaran pulsa handphone pasca bayar Rp
30.000.000 Handphone merupakan fasilitas diberikan kepada beberapa
karyawannya.
5. Dalam Beban Listrik dan Air terdapat pembayaran listrik dan air mess karyawan
Rp16.000.000
6. PT Depok Jaya membebankan piutang tak tertagih dengan menggunakan metode
cadangan (Allowance methode). Untuk tahun 2009 putang yang tak tertagih yang
diserahkan daftarnya beserta kelengkapan dokumennya ke Kantor Pelayanan Pajak
sebesar Rp 200.000.000, dalam daftar tersebut terdiri dari piutang yang debiturnya
telah membuat surat pengakuan sebesar Rp 170.000.000 dan piutang yang
debiturnya sudah tidak ditemukan sebesar Rp 30.000.000
7. Dalam beban pemeliharaan terdapat perbaikan mes karyawan Rp 25.000.000 dan
perbaikan kendaraan direksi Rp 14.500.000

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 101


8. Daftar aktiva per 31-12-2009 adalah sbb :
Masa
Aktiva/ kelompok Tgl perolehan manfaat Nilai perolehan B. Penyusutan
(Tahun) Th. 2009
Tanah Jan 2007 600.000.000
Kantor & gudang Juli 2007 20400.000.000 20.000.000
Mes karyawan April 2008 20200.000.000 10.000.000
Perlengkapan/ kel 1 Juli 2008 4150.000.000 37.500.000
Peralatan/ kel 2 Jan 2008 8300.000.000 37.500.000
Minibus/kel 2 Agustus 2007 8170.000.000 21.250.000
Sedan Direksi/kel 2 Juli 2008 8200.000.000 25.000.000
Aktiva leasing/kel 2 Jan 2009 8350.000.000 43.750.000
1.770.000.000 195.000.000
PT Depok Jaya menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk menghitung
beban penyusutan fiskal
9. Beban sewa pembiayaan adalah beban bunga sewa pembiayaan (Financial Lease)
tahun 2009. Pembayaran sewa pembiayaan th. 2009 terdiri dari pokok hutang Rp 60 jt
dan bunga Rp 35 jt
10. Beban pajak terdiri dari :
a. PBB atas kantor dan gudang Rp 400.000
b. PBB atas mess karyawan Rp 150.000
c. PPh Ps 4 (2) atas obligasi dan deposito Rp 8.600.000
Jumlah Rp 9.150.000
11. Atas beban entertainment telah dibuat daftar nominatif dan telah diserahkan ke KPP
12. Beban Lain-lain adalah sumbangan ke GNOTA

D. Pendapatan (Biaya) Dari Luar Usaha


1. Pendapatan bunga obligasi diperoleh dari obligasi yang diperdagangkan di bursa,
pencatatan dilakukan secara bruto sebelum pajak.
2. Deposito dicatat secara bruto sebelum pajak
E. Pajak-pajak Yang Telah Dibayar dan Dipotong Pihak ketiga tahun 2009
1. PPh Ps. 25 = Rp 550.000.000
2. PPh Ps. 4 ayat (2) atas bunga obligasi = Rp 7.000.000
3. PPh Ps. 4 ayat (2) atas bunga deposito = Rp 1.600.000

Diminta :
1. Buat Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi
2. Hitung PPh Kurang/(lebih) bayar dengan tarif sesuai UU No. 36/2008
3. Hitung pajak tangguhan
4. Buat ayat jurnal untuk mencatat Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

DFD\ Akuntansi Pajak Menengah 102

You might also like