Professional Documents
Culture Documents
AKUNTANSI PAJAK
MENENGAH
(Berbasis PSAK Konvergensi IFRS)
Disusun oleh:
Arief Sultony
1. Kegiatan Belajar 1
LAPORAN KEUANGAN
A. Penyajian Laporan Keuangan ……………………………………………………... 1
B. Laporan Keuangan Menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan …. 14
2. Kegiatan Belajar 2
PRINSIP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN
A. Pengakuan Elemen Laporan Keuangan …………………………………………. 16
B. Pengukuran Elemen Laporan Keuangan ………………………………………… 17
C. Nilai Wajar (Fair Value) ……………………………………………………………. 18
D. Penurunan Nilai (Impairment Value) ……………………………………………… 21
E. Pengukuran menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan ………… 23
3. Kegiatan Belajar 3
ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN
A. Aset Keuangan (Financial Aset) ………………………………………………….. 28
B. Liabilitas Keuangan (Financial Liabilites) ………………………………………… 37
C. Ketentuan Perpajakan Terkait Dengan Aset dan Liabilitas Keuangan ……… 41
4. Kegiatan Belajar 4
PERSEDIAAN
A. Definisi Persediaan ………………………………………………………………… 45
B. Pengukuran Awal (Initial Measurement) ………………………………………… 45
C. Sistem Pencatatan Persediaan …………………………………………………… 46
D. Rumus Biaya (Pembebanan ke Harga Pokok) ………………………………… 47
E. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement) ………………………… 51
F. Ketentuan Perpajakan Terkait Persediaan ....................................................... 53
5. Kegiatan Belajar 5
INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI
A. Pengertaian Investasi Pada Entitas Asosiasi ................................................... 56
B. Metode Ekuitas (Equity Method) ………………………………………………….. 56
C. Penurunan Nilai ……………………………………………………………………... 57
D. Ketentuan Perpajakan Untuk Investasi Pada Entitas Asosiasi ......................... 59
6. Kegiatan Belajar 6
ASET TETAP
A. Pengertian Aset Tetap …………………………………………………………….. 63
B Pengukuran Awal (Initial Measurement) ………………………………………… 63
C. Penyusutan …………………………………………………………………………. 64
D. Pengukuran Selanjutnya (Subsequent Measurement) 65
E. Penghentian Pengakuan …………………………………………………………… 70
F. Perolehan Aset Tetap melalui Sewa Pembiayaan (Finance Lease) ............... 70
G. Ketentuan Perpajakan yang Terkait dengan Aset Tetap ………………………. 74
7. Kegiatan Belajar 7
DASAR-DASAR AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN (PSAK 46)
A. Pendahuluan ………………………………………………………………………… 80
B. Beda Tetap dan Beda Temporer …………………………………………………. 81
C. Kompensasi Kerugian ……………………………………………………………… 84
D. Pajak Kini (Current Tax) …………………………………………………………… 84
E. Pajak Tangguhan (Deferred Tax) ………………………………………………… 87
F Pengukuran dan Pencatatan Pajak Tangguhan ………………………………… 90
G Pengakuan Aset Pajak Tangguhan Dari Saldo Rugi Fiskal yang Dapat
Dikompensasi ………………………………………………………………………
91
Kegiatan Belajar 1
LAPORAN KEUANGAN
Aset Liabilitas
Aset lancar Liabilitas jangka pendek
Aset tidak lancar Liabilitas jangka panjang
Ekuitas
Hak non-pengendali
Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk
Suatu asset diklasifikasikan sebagai lancar bilamana:
Akan direlisasikan dalam siklus operasi normal entitas
Dimiliki terutama untuk tujuan diperdagangkan
Akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan
Menjadi kas atau setara kas yang direalisasikan, jika dibatasi untuk suatu periode yang
lebih lama dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.
Laporan Laba Rugi Komprehensif dapat disajikan dengan dua cara yaitu:
penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan (tunggal)
penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam dua laporan
Contoh format penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam satu laporan:
Apabila laporan laba rugi komprehensif disajikan dalam dalam dua laporan, laporan
pertama adalah Laporan Laba rugi sampai dengan laba tahun berjalan, kemudian
laporan laba komprehensif disajikan tersendiri sbb:
Ada dua metode penyajian laporan arus kas yaitu: metode langsung (direct method) dan
metode tidak langsung (indirect method).
PT DFD1
Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir 31-12-X1
Berdasarkan pasal 1 angka 29 UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009, “Pembukuan adalah
suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang di tutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut.”
Kemudian syarat minimal informasi yang dapat diperoleh dari pembukuan ditegaskan
kembali pada pasal 28 ayat (7) UU No. 6/1983 STDD UU No. 16/2009 sbb: “Pembukuan
sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang
terutang.
Dari ketentuan di atas perangkat lengkap laporan keuangan yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan perpajakan terdiri dari:
Penyusunan laporan keuangan di atas adalah agar dapat besarnya pajak penghasilan dan
pajak-pajak lainnya.
Proses pencatatan dalam akuntansi melibatkan dua kegiatan yaitu penentuan pos-pos laporan
keuangan yang dipengaruhi oleh transaksi dan penentuan nilai untuk setiap pos tersebut.
Proses penentuan pos-pos ini dikenal dengan istilah pengakuan (recognation) sedangkan
proses penentuan nilainya dikenal dengan istilah pengukuran (measurement).
2. Kriteria pengakuan
Pos yang memenuhi definisi suatu elemen akan diakui dalam laporan keuangan apabila:
Ada kemungkinan bahwa suatu manfaat ekonomis dimasa datang yang
berhubungan dengan pos akan mengalir dari atau ke entitatas
Konsep probabilitas mengacu pada tingkat ketidak pastian yang terkait dengan
manfaat ekonomis dimasa depan. Tingkat ketidak pastian didasarkan pada suatu
bukti konndisi yang ada pada tanggal pelaporan.
Pos mempunyai biaya (cost) atau nilai (value) yang dapat diukur secara andal.
b. Level 2.
Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
Input yang dapat diobservasi (observable inputs) adalah input yang dikembangkan
menggunakan data pasar, seperti informasi yang tersedia untuk publik mengenai
peristiwa atau transaksi aktual, dan yang mencerminkan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga aset atau liabilitas.
Input Level 2 termasuk hal sebagai berikut:
1) harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang serupa di pasar aktif.
2) harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang identik atau yang serupa di
pasar yang tidak aktif.
3) input selain dari harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk asset atau
liabilitas, sebagai contoh: suku bunga dan kurva imbal hasil yang dapat
diobservasi pada interval kuotasi yang umum; volatilitas yang tersirat; dan
credit spreads.
4) input yang diperkuat pasar (market-corroborated inputs).
adalah input yang diperoleh terutama dari atau diperkuat oleh data pasar yang
dapat diobservasi secara korelasi atau dengan cara lain.
Contoh:
Nilai wajar bangunan yang dimiliki dan digunakan. Input Level 2 adalah harga per
meter persegi untuk bangunan (pengali dalam penilaian) yang diperoleh dari data
pasar yang dapat diobservasi, contohnya pengali yang diperoleh dari harga transaksi
Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi
suatu aset mengalami penurunan nilai.Jika terdapat indikasi tersebut, entitas mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut.
Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai,
entitas harus mempertimbangkan, minimum, hal-hal berikut ini:
• Informasi dari sumber-sumber eksternal
Perubahan signifikan Nilai pasar
Perubahan signifikan teknologi, pasar, ekonomi dan lingkup hukum
DFD\Akuntansi Pajak Menengah 21
Perubahan suku bunga
Jumlah tercatat aset neto enttitas melebihi kapitalisasi pasarnya
• Informasi dari sumber-sumber internal
Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset
Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat aset
Bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang
diharapkan.
Contoh :
PT A membeli barang dari produsen B Corp (pihak yang memiliki hubungan istimewa)
dengan harga USD 120, kemudian PT A menjual kembali kepada pihak yang
indepeden seharga USD 130.
Selain membeli dari B corp, PT A juga membeli barang yang sejenis dari produsen C
Corp. (Independen) dengan harga USD 110 dan menjual kembali barang tersebut
kepada pihak independen dengan harga USD 135. Tidak terdapat perbedaan
aktivitas distribusi yang dilakukan oleh PT A atas kedua produk tersebut.
%Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari B Corp = 10/130 X 100%= 7,69 %
%Laba kotor/penjualan atas penjualan barang dari C Corp = 25/135 X 100%= 18,52%
Harga perolehan seharusnya atas barang dari B Corp =
Harga jual kembali – (% laba kotor Independen X Harga jual kembali)
USD 130 – (18,52% X 130)
USD 106
c. Metode biaya plus (cost plus method)
Menambahkan tingkat laba kotor wajar yang diperoleh perusahaan yang sama dari
transaksi dengan pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa atau tingkat laba
kotor wajar yang diperoleh perusahaan lain dari transaksi sebanding dengan pihak
yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa pada harga pokok penjualan yang telah
sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.
Contoh :
PT A memproduksi barang X dan barang Y.
Harga pokok penjualan produk X = USD 200
Harga pokok penjualan produk Y = USD 250
Produk X dijual kepada B Corp dengan harga USD 220
Produk Y dijual kepada pembeli independen dengan harga USD 300
Tidak terdapat perbedaan fungsi yang dilakukan, aset/harta yang digunakan, risiko
yang ditanggung, persyaratan kontrak, strategi bisnis serta kondisi ekonomi ketika
bertransaksi dengan B Corp. maupun dengan pihak independen.
Gross Mark-Up (Laba kotor:HPP) produk X = (20:200) X 100% = 10%
Gross Mark-Up (Laba kotor:HPP) produk Y = (50:250) X 100% = 20%
Harga jual seharusnya untuk produk X yang dijual kepada B Corp=
USD 200 + (200 X 20%) = USD 240
d. Atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode
laba bersih transaksional (transactional net margin method)
Empat basis pengukuran pertama di atas merupakan pengukuran saat perolehan (initial
measurement). Ketentuan perpajakan tidak mengenal pengukuran setelah pengakuan awal
kecuali untuk revaluasi yang harus mendapat persetujuan Dirjen Pajak sebagaimana
dijelaskan di atas.
Perbedaan basis pengukuran antara standar akuntansi dengan peraturan perpajakan akan
menyebabkan perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak. Dengan demikian,
apabila terdapat perbedaan basis pengukuran Wajib Pajak harus melakukan penyesuaian
fiscal dalam rangka menghitung penghasilan kena pajaknya.
A. Aset Keuangan
1. Definisi
Aset keuangan adalah asset yang terdiri atas:
a) Kas;
b) Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain;
c) Hak kontraktual untuk:
Menerima kas atau asset keuangan dari entitas lain
Mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas
lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan kepada entitas
d) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument
ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menerima suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas; atau
derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan
mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan
sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas
Contoh aset keuangan adalah: kas, investasi dalam obligasi dan ekuitas yang
diterbitkan oleh entitas lain, piutang dan aset keuangan derivatif.
Aset fisik, seperti persediaan, asset tetap, asset sewa pembiayaan, asset tak berwujut,
biaya dibayar dimuka tidak termasuk asset keuangan
Aset Berdasarkan PSAK 50 dan 55, asset keuangan dikatagorikan sebagai berikut :
a. Aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi (Fair Value Through Provit and Loss/FVTPL).
Dikatagorikan sebagai FVTPL apabila memenuhi salah satu kondisi berikut ini:
1) Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan (trading), atau
2) Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi.
b. Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo (Held to Maturity)
Aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
jatuh temponya telah ditetapkan, serta entitas mempunyai intensi positif dan
kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali:
1) investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan
yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL);
Aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan
tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:
1) Entitas berniat untuk menjual dalam waktu dekat (held for trading);
2) Pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi (FVTPL);
3) Pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual;
atau
4) Pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara
substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang
diberikan dan piutang.
Ilustrasi A.1.
Sepanjang tahun 2012 PT DFD melakukan transaksi antara lain sebagai berikut:
1. Tanggal 1 Juli 2012 memberikan pinjaman khusus kepada PT X yang merupakan
supliernya sebesar Rp 100.000 dengan bunga 1% perbulan yang dibayar tiap
akhir bulan. Pokok pinjaman akan dilunasi pada tanggal 30 Juni 2013. PT PFD
mengeluarkan biaya notaris sebesar Rp 1.000 untuk membuat perjanjian ini.
2. Tanggal 1 Oktober 2012, membeli sekuritas secara kas sebagai berikut :
100 lembar saham biasa PT A Tbk (10% kepemilikan) dengan harga nominal
@ Rp 1.000 dengan harga Rp 120.000 dan biaya broker Rp 4.000. Manjemen
PT DTSD berniat menjual kembali dalam waktu dekat untuk memperoleh
keuntungan jangka pendek
100 lembar (10% kepemilikan) saham biasa PT D Tbk dengan harga nominal
@ Rp 1000 dengan harga Rp 110.000 dan biaya broker Rp 1.000.
Manajemen tidak berniat untuk menjual kembali dalam waktu dekat.
50 lembar obligasi yang diterbitkan oleh PT Y Tbk dengan nilai nominal @ Rp
1.500 dengan bunga 12% pertahun. Jatuh tempo selama 5 tahun. Biaya
broker Rp 1.000. Manajemen berniat memegang obligasi tersebut sampai
tanggal jatuh tempo.
3. Tanggal 1 November membeli tanah sebagai investasi yang nantinya akan dijual
untuk memperoleh keuntungan .
Ilustrasi A.2.
Dari kasus ilustrasi A.1.
Diminta:
Lakukan pengukuran awal dan susun ayat jurnal untuk pengakuan awal atas masing-
masing aset keuangan:
Solusi yang disarankan:
No Aset Keuangan Dasar Pengukuran Nilai Awal
1. Other Receivables-PT X Fair value + Attributive Rp 100.000+1.000=
Transaction Cost Rp 101.000
2. Investment in trading Fair value
securities-PT A Rp 120.000
3. Investment in available Fair value + Attributive Rp 110.000+Rp1.000 =
for sale securities-PTD Transaction Cost Rp 111.000
4. Investment in debt Fair value + Attributive (50xRp 1.500)+Rp 1.000 =
securities-PT Y Transaction Cost Rp 76.000
5. Account Receivables Fair value + Attributive Rp 60.000
Transaction Cost Tidak terdapat transaction
cost
Pada setiap tanggal pelaporan entitas mengevaluasi apakah terdapat bukti yang
objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan
nilai.
Aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai apabila:
Apabila terdapat bukti objektif penurunan nilai, maka harus dilakukan estimasi nilai
yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai, kecuali asset
keuangan dengan nilai wajar melaui laba rugi (FVTPL).
Kerugian penurunan nilai (impairment loss) dihitung berdasarkan selisih antara nilai
tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskonto
menggunakan suku bunga efektif. Kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba
rugi (Profit and Loss)
Pemulihan penurunan nilai dapat terjadi jika nilai kini estimasi arus kas masa datang
melebihi nilai tercatat sehingga jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, dan
pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi
setelah penurunan nilai diakui. Pemulihan kerugian penurunan nilai diakui dalam
laporan laba rugi (Profit and Loss)
Ilustrasi A.3.
5. Account Recevables
Aset keuangan katagori Loan and Receivables pada tanggal laporan diukur
berdasarkan nilai amortised cost. Akan tetapi tidak ada pembebanan bunga
dalam piutang dan waktu pembayaran sangat pendek, maka piutang usaha
dinilai berdasarkan nilai perolehannya.
Pada akhir tahun terdapat bukti objektif penurunan nilai, dengan demikian
piutang usaha akan dinilai sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, yaitu
sebesar Rp 50.000
Kerugian penurunan nilai (impairment loss) dibebankan dalam laporan laba-rugi
(profit and loss) yaitu sebesar Rp 60.000 – Rp 50.000 = Rp 10.000
Jurnal tanggal 31-12-2012:
Dr: Impairment Loss Rp 10.000
B. Liabilitas Keuangan
1. Definisi
Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:
a) Hak kontraktual untuk:
Menyerahkan kas atau asset keuangan lain kepada entitas lain
Mempertukarkan asset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan kepada entitas
b) Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrument
ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan suatu:
Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
mennyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas; atau
Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas
a) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (Fair
Value Through Provit and Loss/FVTPL).
Jika memenuhi salah satu kondisi:
Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan (trading), atau
Pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi.
Contoh: liabilitas derivative dan liabilitas diperdagangkan lainnya
b) Liabilitas keuangan Lainnya yang diukur dengan biaya yang diamortisasi
(amortised cost)
Liabilitas lainnya yang tidak dikatagorikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur
pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Contoh: Utang usaha, utang wesel dan obligasi yang diterbitkan.
Ilustrasi B.1.
Tanggal 2 Januari 2012 PT DFD memperoleh pembiayaan sebagai berikut:
1. Memperoleh pinjaman dari Bank ABC sebesar Rp 150.000 untuk jangka waktu 5
tahun, suku bunga 12%, bunga dibayar tiap tahun dan pokok utang akan dibayar
pada tanggal 31 Desember 2016. Bank membebankan biaya provisi sebesar 1,5%
dari pokok pinjaman dan biaya administrasi sebesar Rp 500.
2. Menerbitkan 1000 lembar obligasi dengan nominal @Rp 100 dengan harga Rp 99,
jatuh tempo 5 tahun, suku bunga 10% dan dibayar tahunan . Obligasi ini
diperjualbelikan sehingga PT DFD dapat membeli kembali sebelum jatuh tempo. PT
DFD mengeluarkan biaya sehubungan penerbitan obligasi sebesar Rp 800.
Ilustrasi B.2.
Melanjutkan ilustrasi B.1.
Pada tanggal 31-12-2012, harga obligasi PT DFD dibursa tercatat Rp 98.
Diminta:
Tentukan nilai pada tanggal pelaporan 31-12-2012, dan hitung keuntungan atau
kerugian dari perubahan nilai tersebut serta tentukan dimana keuntungan atau
kerugian dari perubahan nilai tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan.
Contoh:
Ilustrasi C.2.
Dari ilustrasi A.1, Pada kasus perolehan sekuritas saham dan sekuritas hutang
yang dilakukan oleh PT DTSD, antara PT DTSD dan pemilik sebelumnya terdapat
hubungan istimewa.
Misalnyanya sekuritas-sekuritas tersebut terdaftar di bursa efek, harga bursa atas
sekuritas pada tanggal perolehan sebagai berikut:
3. Nilai Buku.
Nilai buku diterapkan untuk asset dan liabilitas keuangan yang diperoleh dalam
rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha, yang mendapat izin Menkeu untuk menggunakan nilai
buku.
Ilustrasi C.3.
Dari ilustrasi C.2, Pada kasus perolehan sekuritas saham dan sekuritas hutang
yang dilakukan oleh PT DTSD, ketiga sekuritas diperoleh dengan cara pertukaran
dengan sekuritas saham-PT AB yang dimiliki oleh PT DFD, harga perolehan
saham PT AB Rp 230.000. pada saat pertukaran harga pasar saham PT AB Rp
235.000. Harga pasar sekuritas yang diperoleh PT DFD pada saat pertukaran
sesuai harga ilustrasi C.2. Tidak ada tambahan biaya yang dikeluarkan oleh PT
DFD.
Harga perolehan menurut perpajakan berdasarkan harga pasar yang diakui PT
DFD:
Harga perolehan saham PT A Tbk = 100 x 1.050 = Rp 105.000
Harga perolehan saham PT D Tbk = 100 x 950 = Rp 95.000
Harga perolehan obligasi PT Y Tbk = 50 x 900 = Rp 45.000
Laba pertukaran yang diakui PT DFD berdasarkan perpajakan (fiscal) =
= (Rp 105.000+95.000+45.000) – Rp 230.000 = Rp 15.000
Ilustrasi C. 4.
Penerapan pengukuran awal dan selanjutnya dalam akuntunsi sebagaimana
digambarkan dalam ilustrasi A.3. menimbulkan pengakuan penghasilan atau keuntungan
dan kerugian beban atau atau kerugian sebagai berikut:
Profit and Loss:
- Interest income (from other receivables) Rp 917
- Interest income (from investment in Debr securities) Rp 8.210
- Unrealized gain (Loss) from FV Adj. –trading securities Rp 20.000
- Impairment Loss (Rp 10.000)
Other Comprehensive Income:
- Unrealized Gain (Loss) of FV adj.-AFS securities Rp 4.000
Penjelasan:
*) Interest income merupakan alokasi pengakuan penghasilan bunga untuk tahun 2012,
tidak ada perbedaan pengakuan antara akuntansi dan pajak
**) Keuntungan karena penyesuaian harga wajar untuk aset keuangan FVTPL secara
akuntansi diakui dalam laporan laba rugi, pajak tidak memperkenankan untuk
penyesuaian ke harga wajar sehingga pajak tidak mengakui keuntungan ini.
***) Kerugian penurunan nilai aset secara akuntansi diakui dalam laporan laba rugi,
pajak tidak memperkenankan untuk menurunkan nilai aset sehingga pajak tidak
mengakui kerugian penurunan nilai.
****) Keuntungan karena penyesuaian harga wajar untuk aset keuangan AFS secara
akuntansi diakui dalam penghasilan komprehensif lainnya (OCI) yang langsung
mem pengaruhi ekuitas. Oleh karena tidak mempengaruhi laporan laba rugi (profit
and loss), maka tidak perlu dilakukan rekonsiliasi fiskal.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan sebagai berikut:
Pos laba-Rugi Komersial Koreksi +/(-) Pajak
Interest income 9.127 9.127
Unrealized gain (Loss) from FV Adj.
–trading securities 20.000 (20.000) 0
Impairment Loss (10.000) 10.000 0
Tgl 31-12-2011
Diketahui informasi sbb:
1. PT Bunga memperoleh laba neto Rp 1.000.000 dan membagikan dividen Rp 800.000,
nilai saham per lembar 1.200.
2. PT citra memperoleh laba neto Rp 1.500.000 dan membagikan dividen Rp 1.000.000,
nilai saham per lembar 1.250.
Tgl 12 April 2012
Dilakukan pembelian saham sbb:
A. Definisi Persediaan
Pengertian persediaan menurut PSAK No. 14 adalah aset:
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
2. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut (work in process); atau
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa (raw material, suplies).
1. Biaya Pembelian.
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya kecuali
yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak (misalnya
PPN dan PPh Ps. 22), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan
jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.
Contoh :
PT X (PKP) membeli barang dagangan. Harga barang Rp 50.000.000, PPN
5.000.000, ongkos angkut Rp 1.000.000, upah buruh angkut Rp 150.000.
Biaya pembelian persediaan = - Harga barang = Rp 50.000.000
- Biaya angkut = Rp 1.000.000
- Upah buruh angkut = Rp 150.000
Jumlah = Rp 51.150.000
2. Biaya Konversi.
Biaya konversi meliputi:
biaya yang secara langsung berhubungan dengan unit yang diproduksi, misalnya
upah langsung
biaya overhead produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis
dalam mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi.
Overhead produksi tetap, misalnya: depresiasi, pemeliharaan pabrik, dan biaya
manajemen dan administrasi pabrik, dialokasikan pada biaya konversi atas dasar
kapasitas normal dari fasilitas produksi.
Overhead produksi variable, misalnya: bahan baku tidak langsung dan tenaga
kerja tidak langsungdialokasikan pada setiap unit produksi atas dasar produksi
yang actual.
b. Saat penjualan
b. Saat penjualan
Tanggal Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
12-03-09 Kas 60.000.000
Penjualan 60.000.000
Harga Pokok Penjualan 50.000.000
Persediaan 50.000.000
Perhatikan pada ayat jurnal di atas, penjualan dicatat dengan menggunakan harga
jual, sedangkan harga pokok penjualan dicatat sebesar harga beli persediaan,
dengan demikian selain dapat diketahui nilai persediaan setiap saat, laba penjualan
juga dapat diketahui pada setiap penjualan.
Ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun untuk mencatat persediaan akhir dan
Harga Pokok Penjualan.
Tanggal Perkiraan Ref Debet (Rp) Kredit (Rp)
31-12 Harga Pokok Penjualan 3.750.000
Persediaan (akhir) 1.490.000
Pembelian 4.240.000
Persediaan awal 1,000,000
Sistem Perpetual
Apabila CV Indah Jaya melakukan pencatatan dengan menggunakan sistem
perpetual, setiap mutasi keluar masuk persediaan dicatat dalam perkiraan
persediaan. Harga Pokok Penjualan dihitung dan dicatat pada saat penjualan dengan
nilai pembelian yang paling awal dari saldo persediaan sebelumnya
- - 60 11,000 660,000
12-Jul - 60 12.000 720,000 10 12,000 120,000
- - 60 11,000 660,000
2-Sep 100 13,000 1,300,000 - 10 12,000 120,000
- - 60 11,000 660,000
- - 100 13,000 1,300,000
6-Nov - 10 12.000 120,000 -
- 60 11.000 660,000 -
- 50 13.000 650,000 50 13,000 650,000
5-Dec 60 14,000 840,000 - 50 13,000 650,000
- - 60 14,000 840.000
Jumlah 340 4.240.000 330 3,750,000 110 1.490.000
Dari data di atas dapt diketahui langsung nilai persediaan per 31-12-2009 sebesar Rp
1.490.000 dan Harga Pokok Penjualan Tahun 2009 sebesar Rp 3.750.000.
Ayat jurnal yang dibuat :
Sistem Perpetual
Pada pembukuan persediaan yang menggunakan sistem perpetual, Biaya perunit
persediaan dihitung setiap kali ada pertambahan persediaan dengan cara :
Atas pembalikan penurunan nilai sebaesar Rp. 180.000 diakui sebagai pembalikan
kerugian penurunan nilai. Jurnal yang dibuat:
Untuk membebankan persediaan keharga pokok penjualan, Ps. 10 ayat (6) UU No. 36
/2008 mengatur ”Persediaan dan pemakaian persediaan untuk penghitungan harga
pokok dinilai berdasarkan harga perolehan yang dilakukan secara rata-rata atau
dengan cara mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama.”
Kemudian dalam memori penjelasan pasal tersebut dinyatakan ”Ketentuan pada ayat
ini mengatur bahwa penilaian persediaan barang hanya boleh menggunakan harga
perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan harga pokok hanya
boleh dilakukan dengan cara rata-rata atau dengan cara mendahulukan persediaan
yang didapat pertama ("first-in first-out atau disingkat FIFO").”
Dengan demikian pembebanan persediaan menurut Undang-undang Pajak
Penghasilan, menggunakan rumus :
a) Masuk Pertama Keluar Pertama/First In First Out (FIFO) dan
b) Metode Rata-rata (Average).
Persediaan akhir dinilai dengan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah
(lihat tabel pada contoh penilaiaan persediaan dalam neraca di atas)
Secara fiskal harus dinilai berdasarkan harga perolehan, nilai persediaan akhir menurut
fiskal adalah sebagai berikut :
Jenis Jumlah H. perolehan
barang Unit perunit Nilai persediaan
A 200 10.000 2.000.000
B 400 14.000 5.600.000
C 300 15.000 4.500.000
D 500 9.000 4.500.000
Jumlah 1.400 16.600.000
Barang A diketahui rusak berat sehingga tidak lagi memiliki nilai jual.
Terdapat pembelian barang dagangan jenis D sebanyak 100 unit @ Rp 415.000 yang pada
tanggal 31-12-2008 belum sampai digudang PT Tri Raharja, syarat pembelian adalah franko
gudang penjual (FOB shipping point).
Diminta :
Hitung nilai persediaan akhir menurut akuntansi maupun pajak. Buat rekonsiliasi fiscal bila
ada perbedaan.
Investasi dalam sekuritas ekuitas akan dicatat sebagai Investasi Pada Entitas Asosiasi
(Investment in associates) apabila investasi menyebabkan investor mempunyai pengaruh
signifikan terhadap investee.
Untuk megetahui apakah investor memiliki pengaruh signifikan terhadap investee dapat
diketahui dari indikator kuantitatif dan kualitatif.
Indikator kuantitatif :
Investor memiliki, secara langsung maupun tidak langsung (misalnya melalui entitas
anak), 20% atau lebih hak suara investee, , kecuali dapat dibuktikan dengan jelas bahwa
entitas tidak memiliki pengaruh signifikan.
Sebaliknya, jika investor memiliki, secara langsung maupun tidak langsung (misalnya
melalui entitas anak), kurang dari 20% hak suara investee, maka investor dianggap tidak
mempunyai pengaruh signifikan, kecuali pengaruh signifikan tersebut dapat dibuktikan
dengan jelas. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak
menghalangi investor untuk mempunyai pengaruh signifikan.
Indikator kualitatif :
Keberadaan pengaruh signifi kan oleh investor umumnya dibuktikan dengan satu atau lebih
cara berikut ini:
keterwakilan dalam dewan direksi atau organ setara di investee;
partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi dalam pengambilan
keputusan tentang dividen atau distribusi lainnya;
adanya transaksi material antara investor dengan investee;
pertukaran personel manajerial; atau
penyediaan informasi teknis pokok.
Investasi pada entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas (Equity Method),
kecuali diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual maka akan dicatat dengan metode mana
yang lebih rendah antara nilai tercatat atau nilai wajar dikurangi biaya penjualan sesuai
dengan PSAK 58
Rugi penurunan adalah selisih nilai tercatat dan nilai yang dapat dipulihkan.
Nilai yang dapat dipulihkan adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan
dengan nilai pakai.
Ilustrasi 1.
1) Pengukuran Awal
Tanggal 22 Januari 2012, PT DFD membeli 30 lembar saham (30% kepemilikan PT ABC (Non
Tbk) @ Rp 10.000 dengan harga Rp 310.000, biaya yang dikeluarkan untuk perolehan saham
PT ABC Rp 7.000
Pengukuran awal:
Biaya perolehan = Rp 310.000 + Rp 7.000 = Rp 317.000
Ayat Jurnal yang dibuat:
Dr: Investment in associates 317.000
Cr: Cash 317.000
PT ABC memiliki instrumen keuangan yang diklasifikasikan sebagai Tersedia Untuk Dijual
(AFS) yang mengalami kenaikan nilai wajar sebesar Rp 10.000.
Penyesuaian atas kenaikan nilai wajar instrumen keuangan-AFS yang dimiliki PT ABC:
30% X Rp 10.000 = Rp 3.000
Dr: Investment in associates 3.000
Cr: Other Comperehensive Income- adjustment of
FV of associates AFS Financial instrument 3.000
Asset :
Current Assets
Equity
Common Stock ............................................................... Rp xxx.xxx
Paid in Capital ................................................................. Rp xxx.xxx
Other Comperehensive Income:
adjustment of FV of associates AFS Financial instrument.... Rp 3.000
Penyajian dalam laporan Laba Rugi/Statement of Income yang berakhir 31-12-12 (Parsial):
Ketentuan perpajakan memandang investasi sebagai suatu harta wajib pajak yang akan akan
dipajaki ketika memperoleh penghasilan.
Koreksi Fiskal
Akun Akuntansi positif/(negatif) Pajak
Penghasilan Investasi- Equity in
net income of associated entities 36.000.000 (36.000.000) Nihil
Dividen revenue 24.000.000 24.000.000
Ilustrasi 2.
Mengambil contoh PT DFD sebelumnya pada ilustrasi 1.
Pada tanggal 31 Desember 2012, secara pajak investasi tetap dinilai sebesar nilai perolehan
keuntungan atau kerugian penyesuaian harga pasar tidak diakui.
Nilai investasi dalam entitas asosiasi per 31-12-2012 secara pajak Rp 317.000
Pada investasi dengan menggunakan metode ekuitas, penilaian ke harga pasar tidak
diterapkan sehingga tidak menimbulkan keuntungan atau kerugian penyesuaian harga pasar.
Penurunan nilai
Pada kasus tahun pajak 2013, terjadi penurunan nilai investasi yang dimiliki oleh PT DFD
Nilai investasi dalam entitas asosiasi per 31-12-2013 secara pajak = Rp 317.000
Rekonsiliasi fiskal atas kerugian penurunan nilai:
Koreksi Fiskal
Akuntansi Akuntansi positif/(negatif) Pajak
- Impairment loss- penurunan dari
nilai tercatat 182.000 182.000.000 Nihil
- Pembebanan unrealize gain (OCI)
ke PL (3.000) (3.000) Nihil
Impairment loss-net 179.000
Ilustrasi 3.
Misalnya:
a) PT DFD menjual saham PT DFD diluar bursa seharga Rp 320.000, Laba (rugi) fiscal yang
diakui PT DFD = Rp 320.000 -317.000 = Rp 3.000 (laba)
b) PT DFD menukarkan saham PT ABC dengan saham PT XYZ milik Wajib Pajak lain yang
memiliki harga pasar Rp 325.000, Laba (rugi) fiscal yang diakui PT DFD = Rp 325.000 -
317.000 = Rp 8.000 (laba)
Data dan informasi atas investasi yang dimiliki PT DFD sebagai berikut:
Tgl 31-12-2011
Diketahui informasi PT Lestari mengalami kerugian Rp 500.000, nilai pasar per lembar Rp 950
Tgl 31-12-12
Diketahui informasi PT Lestari memperoleh laba neto Rp 800.000 dan tidak membagikan
dividen , nilai saham per lembar 1.100
Pertanyaan:
1. Berapa nilai perolehan investasi pada PT Lestari.
2. Berapa nilai investasi pada PT Lestari. pada tanggal neraca th 2011 dan 2012
3. Buat jurnal utk setiap transaksi
4. Buat rekonsiliasi fiskal untuk tahun pajak 2011 dan 2012 atas laba rugi investasi dalam
PT Lestari.
Aset Tetap menurut PSAK 16 (Revisi 2011) adalah Aset berwujud yang:
- dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
- diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Hargamesin = 200.000.000
Ongkosangkut = 1.000.000
Biayainstalasi = 2.000.000
= 203.000.000
Biayaujicoba = 2.000.000
Hasil penjualan brg proses ujicoba = (200.000)
H. Perolehan mesin = 204.800.000
Kegiatan insidental mungkin terjadi sebelum atau selama kontruksi atau aktivitas
pengembangan. Contoh, penghasilan yang diperoleh dari pengunaan lahan lokasi bangunan
sebagai tempat parkir mobil sampai pembangunan dimulai. Penghasilan dan beban yang
terkait dari kegiatan insidental diakui dalam laporan laba rugi dan diklasifikasikan dalam
penghasilan dan beban.
Pengakuan biaya-biaya dalam jumlah tercatat aset tetap dihentikan ketika aset tersebut
berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan intensi manajemen.
C. Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama
umur manfaatnya.
Rumus umum penyusutan
Nilai buku = nilai perolehan – akumulasi penyusutan – akumulasi rugi penurunan nilai
Nilai revaluasian = nilai wajar – akumulasi penyusutan – akumulasi rugi penurunan nilai
Ilustrasi 1.
PT DFD memperoleh mesin pada tanggal 2-1-2010 dengan harga perolehan Rp 500.000,
masa manfaat mesin 10 th tanpa nilai residu.
Pada tanggal 31-12-2010 dilakukan penilaiaan ulang dan nilai wajar (fair value)sebesar
Rp 475.000.
Diminta:
Hitung beban penyusutan
Ukur adan sajikan nilai aset tetap pertanggal 31-12-2010
Buat jurnal yang diperlukan
baik dengan cost model maupun revaluation model.
Jurnal:
Dr: Depreciation Expenses Rp 50.000
Cr: Accumulated depreciation Rp 50.000
2. Revaluation Model
a) Metode Jumlah Bruto (Gross method)
Penyesuaiaan ke harga pasar:
Sebelum Perhitungan Setelah
revaluasi proporsional revaluasi Selisih
Jumlah tercatat bruto 500.000 500 X 475/450 527.778 27.778
Akumulasi
Penyusutan (50.000) 50 X 475/450 (52.778) (2.778)
Jumlah tercatat neto 450.000 475.000 25.000
Jurnal:
Dr: Fixed Asset-Machine Rp 27.778
Cr: Acc. Depreciation Rp 2.778
Cr: Other comprehensive income- Gain on revaluation aset Rp 25.000
Penyajian nilai aset tetap
Fixed Asset: Rp 527.778
Acc. Depreciation (Rp 52.778)
Revaluation value Rp 475.000
Diminta:
Hitung beban penyusutan
Ukur adan sajikan nilai aset tetap pertanggal 31-12-2010
Buat jurnal yang diperlukan
baik dengan cost model maupun revaluation model.
2. Revaluation Model:
a) Metode Jumlah Bruto (Gross method)
Jurnal:
- Membalikan surplus revaluasi dalam ekuitas (OCI)
Dr: Other comprehensive income- Gain on revaluation aset Rp 25.000
Cr: Fixed Asset-Machine Rp25.000
- Membebankan penurunan nilai ke laba rugi:
Dr: Loss on impairment of Fixed asset Rp 97.222
Cr: Allowance for Impairment of Fixed Asset Rp 97.222
Penyajian nilai tercatat aset tetap
Fixed Asset: Rp 502.778
Acc. Depreciation (Rp 105.556)
Allowance for Impairment of Fixed Asset (Rp 97.222)
Nilai tercatat (Revaluation value) Rp 300.000
Salah satu cara perolehan asset tetap selain pembelian adalah dengan cara sewa
pembiayaan (Finance Lease). Menurut PSAK 30, sewa pembiayaan adalah sewa yang
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak
dialihkan.
Indikator atau situasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu sewa akan
diakui sebagai sewa pembiayaan adalah sebagai berikut:
a) sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
1. Pengukuran Awal.
Berdasarkan pasal 10 UU No. 36 /2008 terdapat beberapa nilai yang digunakan untuk
mengukur harga perolehan aset tetap, yaitu:
1) Biaya yang sesungguhnya dikeluarkan.
Dalam hal perolehan asset tetap tidak dipengaruhi hubungan istimewa.
Dalam memori penjelasan dijelaskan termasuk dalam harga perolehan adalah harga
beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea
masuk, biaya pengangkutan dan biaya pemasangan.
2. Penyusutan
Penjelasan pasal 11 UU No. 36/2008 mengatur mengenai penyusutan sbb : “Pengeluaran
untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat
harta tersebut melalui penyusutan.”
Soal 2.
Catatan pembukuan Mesin PT DFD Indah per 31-12-2012 menunjukan data sbb :
Komersial Fiskal
N. Perolehan 1.500.000 1.500.000
Akumulasi Penyusutan 900.000 1.125.000
Nilai buku 600.000 375.000
PT DFD Indah mengunakan metode garis lurus tanpa nilai residu menghitung beban
penyusutan komersial. Penyusutan fiskal menggunakan metode garis lurus, mesin tersebut
termasuk golongan 2.
Suku bunga Bank yang berlaku pada saat itu adalah 12% pertahun dan taksiran masa manfaat
ekonomis pada awal masa sewa diperkirakan 7 tahun.
Diminta:
4. Menurut saudara metode apakah yang akan digunakan PT Bintaro Indah untuk
mencatat transaksi sewa di atas berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi). Berikan
alasan Saudara
A. PENDAHULUAN
Beda Tetap
Beda Tetap adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban yang sifatnya
permanen. Pendapatan dan biaya tertentu diakui dalam akuntansi tetapi tidak diakui secara
fiskal atau sebaliknya. Perbedaan ini tidak akan terkompensir oleh perbedaan yang berkaitan
dengannya atau terhapus dengan sendirinya pada periode lain. Beda tetap ini hanya
mempengaruhi pajak terutang tahun yang bersangkutan dan tidak mempengaruhi tahun-tahun
berikutnya.
Beberapa beda tetap adalah sebagai berikut :
1. Penghasilan Secara Komersial, Bukan Penghasilan secara Fiskal
NO Penghasilan DASAR HUKUM
1. Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak
a. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas Ps. 4 (3) UU PPh
sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pada
badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat :
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi PT, BUMN, BUMD Daerah yang menerima dividen, kepemilikan
saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
b. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun Ps. 4 (3) UU PPh
c. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa Ps. 4 (3) UU PPh
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
b. Fiskal Luar Negeri Dibayar Perusahaan, Merupakan PPh Pasal 25 Dibayar PP No.2 tahun 2000
dengan SSP, Ditulis Nama Pegawai q.q. Nama Perusahaan dengan NPWP
Perusahaan atau dengan Tanda Bukti FLN
c. Biaya Piknik/Rekreasi Ps. 9 Huruf e UU PPh
9. Pembagian Laba berupa Bonus, Tantiem, Gratifikasi, Jasa Produksi yang Ps. 9 Ayat (1) UU PPh
Dibebankan Laba Ditahan (Retained Earning) SE-11/PJ.42/1992
10. Bea Siswa yang Tidak Ada Ikatan Kerja dengan Perusahaan (Sumbangan) Kep-545/PJ./2000
11. Kendaraan Perusahaan yang Dibawa Pulang dan Dikuasai Pegawai : (biaya & Ps. 6 Ayat (1) Huruf b
Penyusutan) UU PPh
12. Perumahan Perusahaan dan Asrama Penjelasan Ps. 9 Ayat (1)
Huruf b UU PPh jo
Penjelasan Ps. 6 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
13. Sewa Rumah Pegawai yang Tidak Diberi Tunjangan Sewa Minimal Sebesar Ps. 9 Huruf e UU PPh
Sewa Rumah Tersebut
14. PPh Sewa Rumah Dibayar Perusahaan Penjelasan Ps. 6 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
15 Imbalan ke Pegawai yang Merupakan Pemegang Saham (25% Ke Atas) Penjelasan Ps. 6 Ayat (1)
Huruf a UU PPh
a. Imbalan di Atas Kewajaran
b. Deviden Terselubung
- Premi Asuransi Jiwa
- Biaya Listrik, Telepon Rumah Pribadi
- Biaya Pemeliharaan Mobil Pribadi
- PPB Rumah Pribadi
- Pengeluaran Perusahaan untuk Keperluan Pribadi
- Pembagian Laba Secara Langsung/Tidak Langsung
16 Gaji yang Dibayarkan ke Anggota/Sekutu Persekutuan, CV, Firma Ps. 9 Ayat (1) Huruf j
UU PPh
17. Beban Litbang yang Dilakukan di Indonesia dalam Jumlah yang Wajar untuk Ps. 4 PP No.138 Tahun
Menemukan Teknologi/Sistem Baru bagi Pengembangan Perusahaan yang 2000
Dilakukan di Luar Negeri
18. Sanksi Perpajakan : Denda, Bunga, Kenaikan Ps. 9 Ayat (1) Huruf k
UU PPh
19. PBB untuk Tanah/Bangunan yang Tak Digunakan untuk Usaha/ Milik Pribadi Ps. 9 Ayat (1) UU PPh
Beda Temporer
Beda Temporer adalah perbedaan karena pos-pos pendapatan dan biaya diakui dalam
periode yang berbeda antara laporan laba rugi akuntansi (komersial) dengan laporan laba rugi
fiskal. Secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya
sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.
PSAK 46 mendefinisikan beda temporer sebagai berikut:
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas dalam
laporan posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat
berupa:
(a) Perbedaan temporer kena pajak, yaitu perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah
kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode mendatang ketika
jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
(b) Perbedaan temporer dapat dikurangkan, yaitu perbedaan temporer yang menimbulkan
jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak)
periode mendatang ketika jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau
diselesaikan
Perbedaan temporer kena pajak disebabkan pada awalnya terdapat koreksi temporer
negatif dan selanjutnya ditahun-tahun yang akan datang akan terjadi koreksi positif yang
menyebabkan pajak terhutang menjadi lebih besar. Perbedaan kena pajak diakui sebagai
liabilitas pajak tangguhan.
Perbedaan temporer dapat dikurangkan disebabkan pada awalnya terdapat koreksi
temporer positif dan selanjutnya ditahun-tahun yang akan datang akan terjadi koreksi negatif
yang menyebabkan pajak terhutang menjadi lebih kecil. Perbedaan kena pajak diakui sebagai
aset pajak tangguhan.
Beberapa perbedaan temporer adalah sebagai berikut :
No Uraian Komersial Fiskal
A Perbedaan waktu pengakuan
penghasilan
- Akrual Vs. Realisasi
Pengakuan penghasilan in- - Metode ekuitas (Equity method) Hanya diperkenankan
vestasi saham yang tidak - Metode harga perolehan menggunakan metode harga
diperjualbelikan di bursa (Purchase method) perolehan (Purchase method)
B. Perbedaan waktu alokasi biaya
1. Penyisihan Vs Realisasi
C. KOMPENSASI KERUGIAN
Sesuai UU No. 36/2008 Pasal 6 ayat (2), Kerugian yang diderita Wajib Pajak dapat
dikompensasikan dengan labafiskal selama lima tahun berturut-turut berikutnya. Kompensasi
kerugian akan mengurangi laba fiskal tahun-tahun berikutnya sehingga mengurangi pajak
terutang tahun-tahun berikutnya.
Beban pajak (Tax expense) menurut PSAK No. 46 terdiri dari Beban Pajak Kini (Current
Tax Expense) dan Beban/penghasilan Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense/income)
Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable) atas penghasilan kena
pajak pada satu periode. Pajak kini dibagi dua kelompok yaitu pajak penghasilan yang
pengenaanya bersifat final dan pajak penghasilan yang pengenaanya bersifat tidak final.
Pajak kini yang bersifat final dihitung berdasarkan tarif PPh final dikali penghasilan bruto yang
dikenakan PPh final, sedangkan pajak kini yang bersifat tidak final dihitung berdasarkan tarif
pasal 17 UU PPh dikali penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak adalah Laba
akuntansi setelah direkonsiliasi fiskal dan diperhitungkan saldo rugi fiskal yang dapat
Contoh 2.
PT B pada tahun 2012 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp1.000.000.000
Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi ditahun 2012 sebesar Rp 600.000.000
Rekonsiliasi fiskal :
- Biaya jamuan yang tidak dibuat daftar nominatif = Rp 25.000.000
- Beban penyusutan = Rp 30.000.000
Pajak-pajak yang telah dibayar/dipotong/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2012
- PPh Ps. 22 = Rp 80.000.000
- PPh Ps. 23 = Rp 60.000.000
Hitung Beban pajak kini, Aset/Kewajiban pajak kini PT B untuk tahun pajak 2009.
Contoh 3.
PT C pada tahun 2012 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp2.500.000.000
Dalam laba neto akuntansi tersebut terdapat penghasilan yang telah dikenakan PPh Final
dengan perincian sbb :
- Pendapatan bruto sewa gedung = Rp 3.000.000.000
- Biaya-biaya untuk memperoleh penghasilan sewa gedung = Rp 1.700.000.000
- Laba neto = Rp 1.300.000.000
Rekonsiliasi fiskal atas penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final:
- Biaya jamuan yang tidak dibuat daftar nominatif = Rp 25.000.000
- Beban sumbangan = Rp 20.000.000
Pajak-pajak yang telah dibayar/dipotong/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2012
- PPh Ps. 4 (2) Final atas penghasilan sewa gedung = Rp 300.000.000
- PPh Ps. 25 = Rp 240.000.000
Hitung Beban pajak kini, Aset/Kewajiban pajak kini PT C untuk tahun pajak 2012.
Jawab :
Laba neto akuntansi (komersial) = Rp 2.500.000.000
Dikurang :
Laba neto komersial atas penghasilan yg dikenakan PPh final :
- Pendapatan sewa bangunan = Rp 3.000.000.000
- Biaya untuk memperoleh Penghasilan sewa bangunan = Rp 1.700.000.000
Laba neto sewa bangunan = Rp 1.300.000.000
Laba neto komersial penghasilan yang dikenakan PPh non final = Rp 1.200.000.000
Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan
terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena
pajak. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset) adalah jumlah pajak
penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat
adanyaperbedaan temporer yang boleh dikurangkan dansisa kompensasi kerugian.
Untuk memahami timbulnya pajak tangguhan, kita dapat memperhatikan efek dari beda
temporer terhadap pajak terhutang. Dibawah ini adalah suatu ilustrasi dimana Laporan Laba
Rugi Wajib Pajak memiliki perbedaan temporer berupa beban penyusutan, aktiva kelompok 1
(masa manfaat 4 tahun)secara fiskal disusutkan dengan metode garis lurus, sedangkan
secara komersial disusutkan dengan metode garis lurus dengan umur ekonomis 5 tahun tanpa
nilai residu.
Asumsi :
Penghasilan dan biaya tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sama, kecuali
perbedaan masa manfaat aktiva kelompok 1 yang disusutkan Wajib Pajak selama 5
tahun.
Pada bagian atas adalah laporan keuangan komersial dan bagian bawah adalah laporan
keuangan fiskal. Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jumlah beban penyusutan baik komersial maupun fiskal selama 5 tahun adalah sama
sebesar Rp 400, akan tetapi karena terdapat perbedaan masa manfaat antar komersial dan
fiskal maka terdapat koreksi negatif beban penyusutan dari tahun 2009 s.d. 2012 sebesar
Rp 20 pertahun, total perbedaan selama 4 tahun sebesar Rp 80.
2. Jumlah koreksi negatif selama 4 tahun sebesar Rp 80 terpulihkan pada tahun 2013 dengan
adanya koreksi positif sebesar Rp 80, sehingga Jumlah koreksi fiskal selama 5 tahun
adalah nol.
3. Pajak terutang apabila menggunakan laba akuntansi pada tahun 2009 s.d. tahun 2012
sebesar Rp 55 pertahun, sedangkan jika menggunakan laba fiskal Rp 50 pertahun, setiap
tahunnya terjadi slisih Rp 5. Jumlah selisih pajak terutang selama 4 tahun sebesar Rp 20
terpulihkan ditahun 2013. Jumlah pajak terutang selama 5 tahun baik menggunakan laba
komersial maupun laba fiskal sama sebesar Rp 275.
Dari tabel di atas dapat dicermati bahwa selama 4 tahun pertama sebenarnya Wajib
Pajak menangguhkan pembayaran pajak sebesar Rp 5 pertahun yang kemudian dibayar pada
tahun 2013 dengan membayar pajak dalam jumlah yang lebih besar yaitu Rp 75, apabila
dihitung dengan laba komersial pajak terhutang hanya . Selisih pajak terutang sebesar Rp 20
pada tahun 2013 adalah pemulihan dari pajak yang tertangguh sejak tahun 2009 s.d. tahun
2012. Pajak yang tertangguh sebesar Rp 5 pertahun inilah yang dikehendaki oleh PSAK No.
46 sebagai Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) pada Laporan Laba Rugi
Komersial dan dilaporkan dalam neraca sebagai Kewajiban Pajak tangguhan (Deferred Tax
Liabilities).
Ilustrasi lainya, Wajib Pajak pada tahun 2009 membebankan Beban Piutang Tak
Tertagih dengan dengan metode penyisihan sebesar Rp 50 juta, Piutang yang benar-benar
tidak tertagih pada tahun 2009 sesuai peraturan perpajakan Rp 20 juta. Pada tahun 2010
Wajib Pajak tidak lagi mencadangkan Beban Piutang Tak Tertagih, piutang sebesar Rp 30 juta
yang telah dicadangkan pada tahun 2009 benar-benar tidak dapat ditagih pada tahun 2010.
Asumsi :
Penghasilan dan biaya tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 sama, kecuali
perbedaan masa manfaat aktiva kelompok 1 yang disusutkan Wajib Pajak selama 5
tahun.
Dari tabel ilustrasi kedua, pada tahun 2009, PPh terhutang secara fiskal lebih besar Rp
7 dibanding apabila pajak dihitung dari laba komersial. Kelebihan bayar tersebut terpulihkan
pada tahun 2010 dengan membayar pajak lebih kecil Rp 7 jika dibandingkan dengan pajak
yang dihitung dari laba komersial. Kelebihan pajak terutang Rp 7 pada tahun 2009
berdasarkan PSAK No. 46 dicatat sebagai Pendapatan Pajak Tangguhan (Deferred Tax
Income) pada Laporan Laba Rugi Komersial dan dicatat sebagai Aset Pajak Tangguhan
(Deferred Tax Asset) pada Neraca tahun 2009.
Pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap beda temporer dan
rugi fiskal yang dapat dikompensasikan, dikali dengan tarif Ps. 17 UU PPh.
Aset Pajak Tangguhan = Koreksi temporer positif X Tarif Ps. 17 UU PPh
Kewajiban Pajak Tangguhan = Koreksi temporer negatif X Tarif Ps.17 UU PPh
PSAK No. 46, memberikan pedoman pengukuran pajak kini dan pajak tangguhan
sebagai berikut :
1. Kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya, diakui
sebesar jumlah pajak terhutang (restitusi pajak), yang dihitung dengan menggunakan
tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substansif berlaku
pada tanggal neraca
2. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak
yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan
tarif pajak (peraturan pajak )yang telah berlaku atau secara subtansif berlaku pada
tanggal neraca.”
Misalnya, perusahaan akan mengukur dan mengakui pajak kini dan tangguhan pada laporan
keuangan tahun 2009. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tarif PPh tahun pajak 2009
sebesar 28% dan tarif pajak tahun 2010 dan seterusnya sebesar 25%. Dengan demikian
pajak kini dihitung dengan tarif 28% dan pajak tangguhan dihitung dengan tarif 25%
Contoh :
PT X pada tahun 2009 memperoleh laba neto akuntansi sebesar Rp 2.000.000.000
Rekonsiliasi fiskal :
- Pemberian natura kepada pegawai = Rp 60.000.000
- Koreksi positif beban penyusutan = Rp 75.000.000
- Koreksi negatif beban sewa pembiayaan = Rp 100.000.000
Pajak-pajak yang telah dibayar/dipungut pihak ketiga sepanjang tahun 2009
- PPh Ps. 25 = Rp 150.000.000
- PPh Ps. 22 = Rp 50.000.000
Hitung beban pajak kini, aset/kewajiban pajak kini dan bePT A untuk tahun pajak 2009.
Jawab :
Laba neto akuntansi (komersial) = Rp 2.000.000.000
Koreksi fiskal :
- Pemberian natura kepada pegawai (+) = Rp 60.000.000
- Beban penyusutan (+) = Rp 75.000.000
- Beban sewa pembiayaan (-) = (Rp 100.000.000)
Laba neto fiskal = Rp 2.035.000.000
Beban Pajak Kini (25% X 2.035.000.000) = Rp 508.750.000
Kredit Pajak
- PPh Ps. 25 = (Rp 150.000.000)
- PPh Ps. 22 = (Rp 50.000.000)
Pajak yang harus dibayar = Rp 308.750.000.
Oleh karena koreksi fiskal disebabkan peraturan-peraturan dari otoritas perpajakan yang
sama (Direktorat Jenderal Pajak) , maka perhitungan dapat digabungkan sbb :
Koreksi temporer :
- Beban penyusutan (+) = Rp 75.000.000
- Benan sewa pembiayaan (-) = (Rp 100.000.000)
- Jumlah koreksi beda temporer neto (-) = (Rp 25.000.000)
Jumlah beda temporer neto negatif, sehingga yang timbul adalah Beban Pajak
tangguhan/Kewajiban Pajak Tangguhan Rp 6.250.000 (Rp 25.000.000 X 25%).
Alternatif Jurnal yang dapat dsusun PT X :
Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Expense) 6.250.000
Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities) 6.250.000
Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi ketahun-tahun yang akan datang akan
mengakibatkan penghematan pembayaran pajak dimasa yang akan datang, karena akan
mengurangi laba fiskal kena pajak tahun-tahun yang akan datang.
Dalam PSAK No. 46 dinyatakan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui
sebagai aset pajak tangguhan apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa
yang akan datang memadai untuk dikompensasi.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah penghasilan kena pajak
akan tersedia dalam jumlah memadai untuk dikompensasikan :
a) apakah perusahaan mempunyai perbedaan temporer kena pajak dalam jumlah yang
memadai yang memungkinkan sisa kompensasi dapat digunakan sebelum masa
berlakunya kadaluwarsa;
b) apakah perusahaan mungkin memperoleh laba fiskal agar saldo rugi fiskal yang dapat
dikompensasi kerugian dapat digunakan sebelum masa berlakunya daluwarsa;
c) apakah saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi timbul dari kasus-kasus tertentu yang
hampir tidak mungkin berulang.
Apabila laba fiskal tidak mungkin tersedia dalam jumlah yang memadai untuk dapat
dikompensasi dengan saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi, maka aset pajak tangguhan
tidak diakui.
Contoh :
Rekonsiliasi Fiskal PT Y :
No Keterangan 2009 2010 2011 2012
1 Laba Komersial (5.500) (4.000) 5.000 5.700
2 Rekonsiliasi
Beda Tetap 1.000 2.000 (1.500) 1.000
Beda Waktu 2.000 1.500 (1.300) (1.400)
3 Laba (Rugi) Fiskal (2.500) (500) 2.200 5.300
4 Kompensasi Rugi fiskal - - (2.200) (800)
5 Laba (Rugi) Fiskal setelah
kompensasi (2.500) (500) - 4.500
6 Saldo Rugi yg dpt dikompensasi (2.500) (3.000) (800) -
7 PPh Terhutang 1.260
Pajak Tangguhan yang diakui oleh PT Y terdiri dari dua sebab yaitu : beda temporer dan saldo
rugi fiskal yang dapat dikompensasi.
PT Y memprediksi bahwa rugi fiskal di tahun 2009 dapat dimanfaatkan ditahun yang akan
datang sebelum masa kedaluarsa saldo rugi sehingga mengakui aset pajak tangguhan dari
saldo rugi yang dapat dikompensasi.
Aset pajak tangguhan yang diakui pada tahun 2009 = Rugi Fiskal th 2009 X 25%
= Rp 2.500 X 25% = Rp 625
PELAPORAN
Neraca
Akun 2009 2010 2011 2012
Aset
- Aset Lancar
1. Kas ............ ............ ............ ............
2. Bank ............ ............ ............ ............
3. Piutang ............ ............ ............ ............
4. .............. ............ ............ ............ ............
- Aset Pajak Tangguhan 1.125 1.625 750 200
- Aset Tetap ........... ........... ........... ...........
Keterangan : Aset dan Kewajiban Pajak Tangguhan di offset dan disajikan dengan nilai bersih
dalam neraca.
PT Delima Raya
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari 2009 s.d. 31 Desember 2009
Akun Jumlah
Penjualan Bruto 43.500.000.000
Retur Penjualan (450.000.000)
Penjualan Netto 43.050.000.000
Harga Pokok Penjualan 38.500.000.000
LABA KOTOR 4.550.000.000
BEBAN OPERASIONAL
BebanGaji Pegawai 615.000.000
Beban PPh Pasal 21 45.300.000
Beban Pengobatan karyawan 35.500.000
Beban Transportasi 55.500.000
Beban Komunikasi 71.400.000
Beban Listrik dan Air 46.600.000
Beban Piutang Tak Tertagih 155.350.000
Beban Konsultan 50.000.000
Beban Pos & Bea Meterai 15.600.000
Beban Pemeliharaan 72.700.000
Beban Penyusutan 143.750.000
Beban Sewa Pembiayaan 36.000.000
Lain-lain 5.500.000
TOTAL BIAYA OPERASIONAL 1.348.200.000
Informasi yang berhubungan dengan tahun buku 2009 adalah sebagai berikut :
A. Penjualan
Perusahaan membebankan retur penjualan dengan metode penyisihan, retur yang
sebenarnya terjadi pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 350.000.000
Rekonsiliasi Fiskal
Pajak Kini :
Peredaran usaha bruto PT Delima Raya dibawah Rp 50 milyar, maka berlaku ketentuan Pasal
31E ayat (1) UU PPh :
- Bagian Laba Kena Pajak dari peredaran usaha 4,8 milyar yang mendapat fasilitas 50%
tarif : (Rp 4.800.000.000 : 43.500.000.000) X Rp 3.435.950.000 = Rp 379.139.310.
- Bagian laba kena pajak yang tidak mendapat fasilitas = Rp 3.435.950.000 – Rp
379.139.310 = Rp 3.056.810.690
PPh Terutang :
- Rp 379.139.310 X 28% X 50% = Rp 53.079.503
- Rp 3.056.810.690 X 28% =Rp 855.906.993
Kredit Pajak :
- PPh Ps. 25 = (Rp 260.000.000)
- PPh Ps. 22 = (Rp 75.000.000)
Pajak yang masih harus dibayar = Rp 573.986.497
Jurnal untuk mencatat Pajak Kini :
Keterangan Debit Kredit
Beban Pajak Kini (Current Tax Expense) 573.986.497
PPh dibayar dimuka - Ps. 25 260.000.000
PPh dibayar dimuka - Ps. 22 75.000.000
Kewajiban Pajak Kini (Current Tax Liabilities) 573.986.497
Pajak Tangguhan :
Beda Temporer :
1. Retur penjualan (+) = Rp 100.000.000
2. Beban Piutang Tak Tertagih (+) = Rp 65.350.000
3. Beban penyusutan Aset Leasing (+) = Rp 37.500.000
4. Beban sewa pembiayaan (-) = (Rp 60.000.000)
Jumlah koreksi temporer (+) = Rp 142.850.000
Aset Pajak tangguhan = Rp 142.850.000 X 25% = Rp 37.712.500 (Tarif PPh th. 2010 =25%)
Soal 1 :
PT DFD Jaya pada tahun 2012 mencatat peredaran usaha bruto sebesar Rp 15.650.000.000
dan laba akuntansi Rp 1.056.500.000. Beberapa perbedaan komersial dan fiskal yang
terdapat pada tahun pajak 2012 adalah sbb :
1. Membayar premi asuransi kesehatan karyawan yang tidak diperhitungkan sebagai
penghasilan karyawan Rp 50.000.000
2. Sumbangan korban banjir Rp 65.000.000
3. Truk yang dibeli pada bulan Januari 2010 seharga Rp 300.000.000 secara komersial
disusutkan selama 10 tahun tanpa nilai residu dengan metode garis lurus. PT DFD Jaya
melakukan penyusutan fiscal dengan metode saldo menurun.
PPh yang dibayar dan dipotong pihak ketiga selama tahun 2012 adalah sbb :
1. PPh Ps. 25 = Rp 276.000.000
2. PPh Ps. 23 = Rp 30.000.000
Diminta :
a. Hitung Laba-rugi fiskal tahun 2012
b. Hitung pajak terutang dan pajak tangguhan tahun 2012
c. Buat ayat jurnal untuk mencatat pajak kini dan pajak tangguhan tahun 2012
Soal 2
PT DFD Indah pada tahun 2013 mengalami rugi akuntansi sebesar Rp 2.255.000.000.
Rekonsiliasi fiskal pada tahun 2013 adalah sebagai berikut :
1. Biaya entertainment yang tidak dibuat daftar nominatif sebesar Rp 150.000.000
2. Beban penyusutan bangunan mess karyawan sebesar Rp 35.000.000 dan inventaris mess
Rp 21.500.000.
3. PT DFD Indah membebankan penyusutan mesin yang diperoleh secara sewa pembiayaan
(Financial Lease) Rp 150.000.000 dan beban bunga sewa pembiayaan Rp 144.500.000.
Pembayaran berkala sewa pembiayaan yang dibayar pada tahun 2013 Rp 385.500.000.
PPh yang dibayar dan dipotong pihak ketiga selama tahun 2013 adalah sbb :
1. PPh Ps. 25 = Rp 445.000.000
2. PPh Ps. 22 = Rp 70.000.000
Diminta :
a. Hitung Laba-rugi fiskal tahun 2013
b. Hitung pajak terutang (lebih bayar) dan pajak tangguhan tahun 2013
c. Buat ayat jurnal untuk mencatat pajak kini dan pajak tangguhan tahun 2013
C. Beban Operasional
1. Beban Gaji terdiri dari
a. Gaji pokok Rp665.000.000
b. Tunjangan kesehatan Rp 90.850.000
c. Premi Jamsostek yang dibayar perusahaan Rp 34.550.000
Jumlah Rp 790.000.000
2. Beban PPh Ps. 21 terdiri dari
a. Tunjangan pajak Rp 25.000.000
b. PPh Ps. 21 yang dibayar perusahaan Rp 24.550.000
Jumlah Rp 49.550.000
3. Beban Transportasi terdiri dari
a. Biaya perjalanan dinas Rp 28.600.000
b. Olie & BBM minibus jemputankaryawan Rp 42.600.000
c. Olie & BBM sedan direksi Rp 14.000.000
Jumlah Rp 85.200.000
4. Dalam Beban Komunikasi terdapat pembayaran pulsa handphone pasca bayar Rp
30.000.000 Handphone merupakan fasilitas diberikan kepada beberapa
karyawannya.
5. Dalam Beban Listrik dan Air terdapat pembayaran listrik dan air mess karyawan
Rp16.000.000
6. PT Depok Jaya membebankan piutang tak tertagih dengan menggunakan metode
cadangan (Allowance methode). Untuk tahun 2009 putang yang tak tertagih yang
diserahkan daftarnya beserta kelengkapan dokumennya ke Kantor Pelayanan Pajak
sebesar Rp 200.000.000, dalam daftar tersebut terdiri dari piutang yang debiturnya
telah membuat surat pengakuan sebesar Rp 170.000.000 dan piutang yang
debiturnya sudah tidak ditemukan sebesar Rp 30.000.000
7. Dalam beban pemeliharaan terdapat perbaikan mes karyawan Rp 25.000.000 dan
perbaikan kendaraan direksi Rp 14.500.000
Diminta :
1. Buat Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi
2. Hitung PPh Kurang/(lebih) bayar dengan tarif sesuai UU No. 36/2008
3. Hitung pajak tangguhan
4. Buat ayat jurnal untuk mencatat Pajak Kini dan Pajak Tangguhan