Professional Documents
Culture Documents
ESSAY
A. Latar Belakang
Keadaan gawat darurat sangat rentan terjadi dimana saja tidak terkecuali dilingkungan
sekitar kita, kondisi darurat saat di Instansi Gawat Darurat adalah saat ada pasien yang akan
mengalami kondisi syok, salah satunya syok hipovolemik. Pasien syok sangat memerlukan
pemantauan ketat terhadap tanda-tanda klinis serta status hemodinamik dan status
intravaskular. Karena bantuan sirkulasi dan medikasi pada pasien gawat darurat diberikan
berdasarkan ketepatan menilai status volume intravaskular pasien. Syok hipovolemik juga
terjadi pada wanita dengan perdarahan karena kasus obstetri, angka kematian akibat syok
hipovolemik mencapai 500.000 per tahun dan 99% kematian tersebut terjadi di negara
berkembang. Sebagian besar penderita syok hipovolemik akibat perdarahan meninggal setelah
beberapa jam terjadinya perdarahan karena tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dan
adekuat (Hutabarat, 2014 dalam Ivon Lupy, dkk 2014). Perdarahan yang tidak ditangani secara
cepat dan tepat dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat pula.
Berdasarkan data WHO (World Health Organization), 25% dari 100.000 kematian
maternal di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh perdarahan postpartum (Haryantari, dkk
2015). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah sebagian besar disebabkan oleh
perdarahan 40-60% dan infeksi 20-30 % (Depkes RI, 2013 dalam Riski Ima Rahmawati 2018).
Sesuai hasil penelitian Ayadi dan Robinson (2013, dalam Rita Sunarno, dkk 2014) yang
melaporkan bahwa 70% penyebab utama perdarahan postpartum adalah atonia uteri. Kejadian
atonia uteri berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan faktor risiko lainnya seperti paritas,
kelemahan akibat partus lama.
Kematian akibat syok di negara berkembang terjadi pada sekitar 50% dalam waktu 24
jam pertama setelah tanda -tanda syok timbul hal ini berhubungan dengan beberapa faktor
yang mempengaruhi kematian di antaranya, dokter terlambat dalam mengenali tanda awal syok
yang berimplikasi terhadap penatalaksanaan, sekitar 54% disebabkan keterlambatan mencapai
fasilitas pelayanan dan faktor biaya (Al Aseri, 2012 dalam Junaedi, 2016). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pentingnya pengetahuan perawat atau calon perawat untuk menangani
pasien yang akan dan mengalami syok hipovolemik.
Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang dinamis yang
ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah yang menyebabkan ketidaksadaran dan
menyebabkan kematian Shock tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis
penurunan tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac output , ini semua tergantung
dari penyebab shock itu sendiri. Shock septic tanda yang dapat terjadi cardiak output meningkat
tidak normal, dan kulit pasien hangat dan dingin Mempertahankan perfusi darah yang memadai
pada organ-organ vital merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Perfusi organ tergantung tekanan perfusi yang tepat, kemudian curah jantung dan resistensi
vakuler sistemik. Pasien bisa menderita lebih dari satu jenis syok secara bersamaan. Pada
pasien trauma, pengenalan syok berhubungan langsung dengan mekanisme terjadinya trauma.
Semua jenis syok dapat terjadi pada pasien trauma dan yang tersering adalah syok hipovolemik
karena perdarahan. Syok kardiogenik juga bisa terjadi pada pasien-pasien yang mengalami
trauma di atas diafragma dan syok neurogenik dapat disebabkan oleh trauma pada sistem saraf
pusat serta medula spinalis. Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari
kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama penderita
mengalami syok. Instalasi gawat darurat termasuk dalam unit pelayanan yang ada di rumah
sakit, dimana instalasi gawat daruratmerupakan tempat di rumah sakit yang memiliki tim kerja
dengan kemampuan dan peralatankhusus, yang memberikan pelayanan gawat darurat.
Perawat di Instalasi gawat darurat harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang
membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan situasi kritis dengan kecepatan dan ketepatan
yang tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan lain, perawat Instalasi Gawat Darurat
minimal memiliki sertifikat BTCLS (Basic Training Cardiac Life Support) atau PPGD
(Pertolongan Pertama Gawat Darurat)
B. Manfaat
C. Analisis Literatur
Menurut penelitian dari Enita Dewi dan Sri Rahayu (2010), Syok hipovolemik
kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari volume total. Tanpa darah yang
cukup atau penggantian cairan, syok hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irreversible
pada organ dan system. Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive
yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau
kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal
obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare
berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.
Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari
penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac output dan tidak
adekuatnya perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia mendorong perubahan
metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi anaerob. Hal ini menyebabkan akumulasi
asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolic. Ketika mekanisme kompensasi gagal, syok
hipovolemik terjadi pada rangkaian keadaan di bawah ini:
Tujuan penanganan tahap awal adalah untuk mengembalikan perfusi dan oksigenasi
jaringan dengan memulihkan volume sirkulasi intravaskuler. Terapi cairan paling penting pada
syok distributif dan syok hipovolemik, yang paling sering terjadi pada trauma, perdarahan, dan
luka bakar. Pemberian cairan intravena akan memperbaiki volume sirkulasi intravaskuler,
meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. Cairan kristaloid umumnya digunakan sebagai
terapi lini pertama, dapat dilanjut - kan dengan cairan koloid apabila cairan kristaloid tidak
adekuat atau membutuhkan efek penyumbat untuk membantu mengurangi perdarahan. Cairan
kristaloid yang umum digunakan sebagai cairan resusitasi pada syok adalah RL, NaCl 0,9%,
dan dextrose 5%. Terapi pada syok antara lain:8 1. Tentukan defi sit cairan. 2. Atasi syok:
berikan infus RL (jika terpaksa NaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam ½-1 jam, dapat diulang. Apabila
pemberian cairan kristaloid tidak adekuat/gagal, dapat diganti dengan cairan koloid, sepert
HES, gelatin, dan albumin. 3. Bila dosis maksimal, cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi
syok, dapat diberi noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat perbaikan, dapat
ditambahkan dobutamine. 4. Sisa defi sit 8 jam pertama: 50% defi sit + 50% kebutuhan rutin; 16
jam berikutnya : 50% defi sit + 50% kebutuhan rutin. 5. Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB,
periksa kadar elektrolit; jangan memulai koreksi defi sit kalium apabila belum ada diuresis. (Ery
Leksana, 2015).
D. Clinical Significant
Penatalaksanaan keperawatan yang detail membutuhkan ketelitian dari perawat yang bertugas.
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan
yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu
penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat. Syok hipovolemik yang
disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini
merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negara-negara dengan mobilitas
penduduk yang tinggi. Apabila syok hipovolemik berkepanjangan tanpa penanganan yang baik
maka mekanisme kompensasi akan gagal mempertahankan curah jantung dan isi sekuncup
yang adekuat sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi/perfusi jaringan, hipotensi, dan
kegagalan organ. Pada keadaan ini kondisi pasien sangat buruk dan tingkat mortalitas sangat
tinggi. Apabila syok hipovolemik tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan
permanen dan bahkan kematian. Perlu pemahaman yang baik mengenai syok dan
penanganannya guna menghindari kerusakan organ lebih lanjut. Oleh karena itu, sebagai
perawat dan tenaga yang terampil, perawat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang
baik berhubungan dengan syok hipovolemik agar perawat dapat menangani syok hipovolemik
dengan cepat dan tepat untuk menghindari komplikasi dan bahkan kematian.
Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi perawat profesional saat
melakukan tindakan keperawatan yang diberikan secara rasional kepada klien. Hal ini tentu
saja akan membawa dampak baik bagi terciptanya citra perawat ideal di mata masyarakat yaitu
perawat yang cerdas, terampil dan profesional. Kenyamanan merupakan suatu perasaan
subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien dalam tindakan keperawatan akan
memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat
memenuhi kebutuhan rasa aman mereka. Oleh karena itu, peran perawat gawat darurat
sebagai pemberi tidakan penyelamatan, merupakan suatu peran yang penting bagi terciptanya
suatu citra keperawatan yang baik. Seorang perawat hendaknya memiliki tiga keterampilan,
yakni keterampilan teknikal, keterampilan intelektual, dan keterampilan interpersonal. Peran
optimal perawat dalam melakukan kepuasan pasien telah berkembang dan mengarah pada
tuntutan akan pengetahuan,sikap dan keterampilan yang adekuat untuk mendukung gerakan
keselamtan pasien.Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan perawat dalam melaksanakan
tindakan keperawatan dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Perawat diharapkan
mampu bertanggung jawab atas segala sesuatuyang telah dipilihnya dengan segala resiko dan
merupakan sikap yang paling tinggi.Salah satu hak pasien yang harus dipenuhi adalah hak
memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di rumah sakit.
E. Kesimpulan
1. Lupy I, Dkk 2014 Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Syok Hipovolemik Dengan
Penatalaksanaan Awal Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado., Jurnal
2. Haryantari, 2015 Hubungan Antara Karakteristik Maternal Dengan Luaran Maternal Pada
Persalinan Perdarahan Postpartum Di Rsup Dr. Kariadi Semarang Tahun 2013-2015., Jurnal
3. Rahmawati R 2018 Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Riwayat Antenatal Care (Anc)
Dengan Tindakan Sectio Caesarea., Jurnal
7. Junaedi, 2016. Shock index (si) dan mean arterial pressure (map) sebagai prediktor
kematian pada pasien syok hipovolemik di rsud gunung jati cirebon., jurnal