You are on page 1of 10

By Adrian Lorenzo Mare (14061093) B/Semester vii

ESSAY

“Pentingnya pengetahuan perawat tentang syok hipovolemik terhadap pertolongan


pertama yang dilakukan pada pasien perdarahan pasca persalinan di Instansi Gawat
Darurat RSUD De La Salle Manado.”

A. Latar Belakang

Keadaan gawat darurat sangat rentan terjadi dimana saja tidak terkecuali dilingkungan
sekitar kita, kondisi darurat saat di Instansi Gawat Darurat adalah saat ada pasien yang akan
mengalami kondisi syok, salah satunya syok hipovolemik. Pasien syok sangat memerlukan
pemantauan ketat terhadap tanda-tanda klinis serta status hemodinamik dan status
intravaskular. Karena bantuan sirkulasi dan medikasi pada pasien gawat darurat diberikan
berdasarkan ketepatan menilai status volume intravaskular pasien. Syok hipovolemik juga
terjadi pada wanita dengan perdarahan karena kasus obstetri, angka kematian akibat syok
hipovolemik mencapai 500.000 per tahun dan 99% kematian tersebut terjadi di negara
berkembang. Sebagian besar penderita syok hipovolemik akibat perdarahan meninggal setelah
beberapa jam terjadinya perdarahan karena tidak mendapat penatalaksanaan yang tepat dan
adekuat (Hutabarat, 2014 dalam Ivon Lupy, dkk 2014). Perdarahan yang tidak ditangani secara
cepat dan tepat dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat pula.

Berdasarkan data WHO (World Health Organization), 25% dari 100.000 kematian
maternal di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh perdarahan postpartum (Haryantari, dkk
2015). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah sebagian besar disebabkan oleh
perdarahan 40-60% dan infeksi 20-30 % (Depkes RI, 2013 dalam Riski Ima Rahmawati 2018).

Sesuai hasil penelitian Ayadi dan Robinson (2013, dalam Rita Sunarno, dkk 2014) yang
melaporkan bahwa 70% penyebab utama perdarahan postpartum adalah atonia uteri. Kejadian
atonia uteri berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan faktor risiko lainnya seperti paritas,
kelemahan akibat partus lama.

Syok hipovolemik sendiri bergantung pada efisiensi mekanisme kompensasi seseorang


dan kecepatan kehilangan darah. Tanda dan gejala syok hipovolemik harus dimonitor oleh
perawat secara berkala. Sebagai perawat, harus mengenal dan mempunyai kemampuan atau
kecakapan untuk menangani kondisi ini, disetiap tempat/ruangan. Perawat harus memberikan
intervensi yang tepat atau manajemen kegawatdaruratan untuk mengobati syok hipovolemik
(Dewi dan Rahayu, 2010 dalam Ivon Lupy, dkk 2014).

Kematian akibat syok di negara berkembang terjadi pada sekitar 50% dalam waktu 24
jam pertama setelah tanda -tanda syok timbul hal ini berhubungan dengan beberapa faktor
yang mempengaruhi kematian di antaranya, dokter terlambat dalam mengenali tanda awal syok
yang berimplikasi terhadap penatalaksanaan, sekitar 54% disebabkan keterlambatan mencapai
fasilitas pelayanan dan faktor biaya (Al Aseri, 2012 dalam Junaedi, 2016). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pentingnya pengetahuan perawat atau calon perawat untuk menangani
pasien yang akan dan mengalami syok hipovolemik.

Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik yang dinamis yang
ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah yang menyebabkan ketidaksadaran dan
menyebabkan kematian Shock tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda klinis
penurunan tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac output , ini semua tergantung
dari penyebab shock itu sendiri. Shock septic tanda yang dapat terjadi cardiak output meningkat
tidak normal, dan kulit pasien hangat dan dingin Mempertahankan perfusi darah yang memadai
pada organ-organ vital merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Perfusi organ tergantung tekanan perfusi yang tepat, kemudian curah jantung dan resistensi
vakuler sistemik. Pasien bisa menderita lebih dari satu jenis syok secara bersamaan. Pada
pasien trauma, pengenalan syok berhubungan langsung dengan mekanisme terjadinya trauma.
Semua jenis syok dapat terjadi pada pasien trauma dan yang tersering adalah syok hipovolemik
karena perdarahan. Syok kardiogenik juga bisa terjadi pada pasien-pasien yang mengalami
trauma di atas diafragma dan syok neurogenik dapat disebabkan oleh trauma pada sistem saraf
pusat serta medula spinalis. Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari
kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama penderita
mengalami syok. Instalasi gawat darurat termasuk dalam unit pelayanan yang ada di rumah
sakit, dimana instalasi gawat daruratmerupakan tempat di rumah sakit yang memiliki tim kerja
dengan kemampuan dan peralatankhusus, yang memberikan pelayanan gawat darurat.
Perawat di Instalasi gawat darurat harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang
membutuhkan kemampuan untuk menyesuaikan situasi kritis dengan kecepatan dan ketepatan
yang tidak selalu dibutuhkan pada situasi keperawatan lain, perawat Instalasi Gawat Darurat
minimal memiliki sertifikat BTCLS (Basic Training Cardiac Life Support) atau PPGD
(Pertolongan Pertama Gawat Darurat)

B. Manfaat

Untuk menjadi landasan penting bagi mahasiswa kesehatan khususnya keperawatan


dalam menambah pengetahuan tentang syok hipovolemik sehingga penanganan yang tepat
dan cepat dapat terealisasi, tanpa kebingungan ketika diperhadapkan dengan masalah seperti
tema yang dipilih.

C. Analisis Literatur

Menurut penelitian dari Enita Dewi dan Sri Rahayu (2010), Syok hipovolemik
kebanyakan akibat dari kehilangan darah akut sekitar 20% dari volume total. Tanpa darah yang
cukup atau penggantian cairan, syok hipovolemik dapat menyebabkan kerusakan irreversible
pada organ dan system. Syok hipovolemik dapat disebabkan oleh kehilangan volume massive
yang disebabkan oleh: perdarahan gastro intestinal, internal dan eksternal hemoragi, atau
kondisi yang menurunkan volume sirkulasi intravascular atau cairan tubuh lain, intestinal
obstruction, peritonitis, acute pancreatitis, ascites, dehidrasi dari excessive perspiration, diare
berat atau muntah, diabetes insipidus, diuresis, atau intake cairan yang tidak adekuat.
Kemungkinan besar yang dapat mengancam nyawa pada syok hipovolemik berasal dari
penurunan volume darah intravascular, yang menyebabkan penurunan cardiac output dan tidak
adekuatnya perfusi jaringan. Kemudian jaringan yang anoxia mendorong perubahan
metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi anaerob. Hal ini menyebabkan akumulasi
asam laktat yang menyebabkan asidosis metabolic. Ketika mekanisme kompensasi gagal, syok
hipovolemik terjadi pada rangkaian keadaan di bawah ini:

1. Penurunan volume cairan intravascular

2. Pengurangan venous return, yang menyebabkan penurunan preload dan stroke


volume

3. Penurunan cardiac output

4. Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP)

5. Kerusakan perfusi jaringan

6. Penurunan oksigen dan pengiriman nutrisi ke sel


7. Kegagalan multisistem organ

Syok hipovolemik terjadi karena volume intravaskuler berkurang akibat perdarahan,


kehilangan cairan akibat diare, luka bakar, muntah, dan third space loss, sehingga
menyebabkan pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tidak adekuat. Beberapa perubahan
hemodinamik yang terjadi pada kondisi syok hipovolemik adalah CO (cardiac output) menurun,
BP (blood pressure) menurun, SVR (systemic vascular resistance) meningkat, dan CVP (central
venous pressure) (Ery Leksana, 2015). Berdasarkan patofisiologi syok dan perubahan
hemodinamik, rasio laju jantung terhadap tekanan darah sistolik (LJ/TDS) yang disebut sebagai
indeks syok berkorelasi negatif dengan derajat syok yaitu akan meningkat sesuai dengan
beratnya syok dan akan menurun seiring dengan perbaikan sirkulasi setelah diberi resusitasi
cairan (Markus Danusantoso, dkk 2014).

Upaya-upaya yang dilakukan sudah lumayan banyak untuk penanganan syok


hipovolemik sendiri menurut penelitian dari Enita Dewi dan Sri Rahayu 2010 Tujuan utama
dalam mengatasi syok hipovolemik adalah (1) memulihkan volume intravascular untuk
membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak adekuat.
(2) meredistribusi volume cairan, dan (3) memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan
cairan secepat mungkin. Jika pasien sedang mengalami hemoragi, upaya dilakukan untuk
menghentikan perdarahan. Mencakup pemasangan tekanan pada tempat perdarahan atau
mungkin diperlukan pembedahan untuk menghentikan perdarahan internal. Pemasangan dua
jalur intra vena dengan jarum besar dipasang untuk membuat akses intra vena guna pemberian
cairan. Maksudnya memungkinkan pemberian secara simultan terapi cairan dan komponen
darah jika diperlukan. Contohnya : Ringer Laktat dan Natrium clorida 0,9 %, Koloid (albumin
dan dekstran 6 %). Pemberian posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan meninggikan
tungkai pasien, sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal dan kepala agak
dinaikan. Tujuannya, untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
Medikasi akan diresepkan untuk mengatasi dehidarasi jika penyebab yang mendasari adalah
dehidrasi. Contohnya, insulin akan diberikan pada pasien dengan dehidrasi sekunder terhadap
hiperglikemia, desmopresin (DDVP) untuk diabetes insipidus, preparat anti diare untuk diare
dan anti emetic untuk muntahmuntah. Military anti syoc trousersn (MAST) adalah pakain yang
dirancang untuk memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan
tekanan balik disekitar tungkai dan abdomen. Alat ini menciptakan tahanan perifer artificial dan
membantu menahan perfusi coroner. Penatalaksanaan pra rumah sakit pada pasien dengan
syok hipovolemik sering dimulai pada tempat kejadian atau di rumah. Tim yang menangani
pasien sebelum ke rumah sakit sebaiknya bekerja mencegah cedera lebih lanjut, membawa
pasien ke rumah sakit sesegera mungkin, dan memulai penanganan yang sesuai. Intervensi
sebelum ke rumah sakit terdiri dari immobilisasi (pada pasien trauma), menjamin jalan napas
yang adekuat, menjamin ventilasi, dan memaksimalkan sirkulasi. Dalam penanganan syok
hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat mengurangi aliran balik vena, mengurangi cardiac
output, dan memperburuk status/keadaan syok. Walaupun oksigenasi dan ventilasi penting,
kelebihan ventilasi tekanan positif dapat merusak pada pasien dengan syok hipovolemik.
Penanganan yang sesuai biasanya dapat dimulai tanpa keterlambatan transportasi. Beberapa
prosedur, seperti memulai pemberian infus atau fiksasi ekstremitas, dapat dilakukan ketika
pasien sudah dibebaskan. Namun, tindakan yang memperlambat pemindahan pasien
sebaiknya ditunda. Keuntungan pemberian cairan intravena segera pada tempat kejadian tidak
jelas. Namun, infus intravena dan resusitasi cairan harus dimulai dan dilanjutkan dalam
perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan.

Keberhasilan dalam menyelamatkan pasien dari syok hipovolemik tergantung pada


ketepatan dan kecepatan tindakan dari tenaga kesehatan, tidak terkecuali mahasiswa
keperawatan. Training keselamatan pasien (patient safety) telah dilaksanakan secara rutin
setiap satu tahun sekali bagi perawat Instalasi Gawat Darurat dengan tujuan meningkatkan dan
merivew (pengulangan kembali) mengenai pengetahuan terkait keselamatan pasien (patient
safety) pada perawat (Vena Jaladara, dkk 2015). Tingkat pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan pikir dalam membubuhkan kepercayaan diri
maupun dorongan sikap dan perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan stimuli terhadap tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. “Tahu“ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah yang dimulai
ketika seseorang mengalami suatu kejadian. b. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai
kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
meginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Merupakan
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill
(sebenarnya). d. Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi atau
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (syinthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu
kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru, dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi yang telah ada. f. Evaluasi ( evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dalam
memperoleh pengetahuan diperlukan adanya proses belajar. Belajar antara lain berusaha
mengetahui hal-hal baru, teknik baru, metode baru, cara berfikir baru bahkan perilaku baru.
Salah satu bentuk nyata dari telah seseorang adalah perubahan dalam persepsi, perubahan
dalam kemauan dan perubahan dalam perilaku (Suprapto, 2015).

Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak terlepas dari penerapan algoritma ABC,


dimana perawat gawat darurat berperan untuk menangani gangguan airway, breathing dan
circulation segera. Sebagai perawat, harus mengenal dan mempunyai kemampuan atau
kecakapan untuk menangani kondisi ini, di setiap tempat/ruangan. Perawat IGD, haruslah
mempunyai sikap yang tanggap dalam melakukan tindakan medis, perawat IGD perlu
membekali dirinya dengan pengetahuan yang baik tentang syok hipovolemik agar dapat
menangani syok hipovolemik dengan cepat dan tepat untuk menghindari komplikasi (Yelli
Marvitra dan Halimuddin, 2018).

Tujuan penanganan tahap awal adalah untuk mengembalikan perfusi dan oksigenasi
jaringan dengan memulihkan volume sirkulasi intravaskuler. Terapi cairan paling penting pada
syok distributif dan syok hipovolemik, yang paling sering terjadi pada trauma, perdarahan, dan
luka bakar. Pemberian cairan intravena akan memperbaiki volume sirkulasi intravaskuler,
meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. Cairan kristaloid umumnya digunakan sebagai
terapi lini pertama, dapat dilanjut - kan dengan cairan koloid apabila cairan kristaloid tidak
adekuat atau membutuhkan efek penyumbat untuk membantu mengurangi perdarahan. Cairan
kristaloid yang umum digunakan sebagai cairan resusitasi pada syok adalah RL, NaCl 0,9%,
dan dextrose 5%. Terapi pada syok antara lain:8 1. Tentukan defi sit cairan. 2. Atasi syok:
berikan infus RL (jika terpaksa NaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam ½-1 jam, dapat diulang. Apabila
pemberian cairan kristaloid tidak adekuat/gagal, dapat diganti dengan cairan koloid, sepert
HES, gelatin, dan albumin. 3. Bila dosis maksimal, cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi
syok, dapat diberi noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat perbaikan, dapat
ditambahkan dobutamine. 4. Sisa defi sit 8 jam pertama: 50% defi sit + 50% kebutuhan rutin; 16
jam berikutnya : 50% defi sit + 50% kebutuhan rutin. 5. Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB,
periksa kadar elektrolit; jangan memulai koreksi defi sit kalium apabila belum ada diuresis. (Ery
Leksana, 2015).

D. Clinical Significant

Berdasarkan literature yang telah dipaparkan diatas maka sangatlah penting


keterampilan atau pengetahuan dari perawat untuk menghadapi kondisi dan situasi darurat
seperti pasien dengan syok hipovolemik. Seperti dalam penelitian enita dewi dan sri rahayu
Dalam penanganan syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat mengurangi aliran balik
vena, mengurangi cardiac output, dan memperburuk status/keadaan syok, hal ini membutuhkan
ketelitian dari perawat sendiri karena akan membuat dua kemungkinan yaitu pasien bisa lebih
baik atau lebih buruk. Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan
untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu
tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan
sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Langkah pertama untuk bisa menanggulangi syok
adalah harus bisa mengenal gejala syok. Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa
syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi
organ dan oksigenasi jaringan. Seiring dengan meningkatnya pelayanan yang harus diberikan
kepada seorang pasien yang mengalami keadaan gawat darurat, maka perawat yang bekerja di
instalasi gawat darurat dituntut untuk memiliki pengetahuan, kompetensi dan keterampilan yang
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada pasiennya dimana
perawat harus berada selama 24 jam per hari dan 7 hari dalam seminggu di instalasi gawat
darurat.

Penatalaksanaan keperawatan yang detail membutuhkan ketelitian dari perawat yang bertugas.
Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan
yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat
darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu
penanganan gawat darurat dengan respons time yang cepat dan tepat. Syok hipovolemik yang
disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara akut (syok hemoragik) sampai saat ini
merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negara-negara dengan mobilitas
penduduk yang tinggi. Apabila syok hipovolemik berkepanjangan tanpa penanganan yang baik
maka mekanisme kompensasi akan gagal mempertahankan curah jantung dan isi sekuncup
yang adekuat sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi/perfusi jaringan, hipotensi, dan
kegagalan organ. Pada keadaan ini kondisi pasien sangat buruk dan tingkat mortalitas sangat
tinggi. Apabila syok hipovolemik tidak ditangani segera akan menimbulkan kerusakan
permanen dan bahkan kematian. Perlu pemahaman yang baik mengenai syok dan
penanganannya guna menghindari kerusakan organ lebih lanjut. Oleh karena itu, sebagai
perawat dan tenaga yang terampil, perawat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang
baik berhubungan dengan syok hipovolemik agar perawat dapat menangani syok hipovolemik
dengan cepat dan tepat untuk menghindari komplikasi dan bahkan kematian.

Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi perawat profesional saat
melakukan tindakan keperawatan yang diberikan secara rasional kepada klien. Hal ini tentu
saja akan membawa dampak baik bagi terciptanya citra perawat ideal di mata masyarakat yaitu
perawat yang cerdas, terampil dan profesional. Kenyamanan merupakan suatu perasaan
subjektif dalam diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien dalam tindakan keperawatan akan
memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat
memenuhi kebutuhan rasa aman mereka. Oleh karena itu, peran perawat gawat darurat
sebagai pemberi tidakan penyelamatan, merupakan suatu peran yang penting bagi terciptanya
suatu citra keperawatan yang baik. Seorang perawat hendaknya memiliki tiga keterampilan,
yakni keterampilan teknikal, keterampilan intelektual, dan keterampilan interpersonal. Peran
optimal perawat dalam melakukan kepuasan pasien telah berkembang dan mengarah pada
tuntutan akan pengetahuan,sikap dan keterampilan yang adekuat untuk mendukung gerakan
keselamtan pasien.Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan perawat dalam melaksanakan
tindakan keperawatan dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Perawat diharapkan
mampu bertanggung jawab atas segala sesuatuyang telah dipilihnya dengan segala resiko dan
merupakan sikap yang paling tinggi.Salah satu hak pasien yang harus dipenuhi adalah hak
memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di rumah sakit.

E. Kesimpulan

Keberhasilan dalam menyelamatkan pasien dari syok hipovolemik tergantung pada


ketepatan dan kecepatan tindakan dari tenaga kesehatan. Syok hipovolemik merupakan kondisi
medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada
kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat
pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan
darah yang cepat (syok hemoragik). Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik
akibat non-perdarahan serta perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam
kecepatan timbulnya syok. Gejala klasik syok yaitu, tekanan darah menurun drastis dan tidak
stabil walau posisi berbaring, pasien menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung,
peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormone
stress serta ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan
cairan interstisial, interselular dan menurunkan produksi urin. Tiga tujuan penanganan
kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lain: (1) memaksimalkan
pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, peningkatan saturasi oksigen
darah, dan memperbaiki aliran darah, (2) mengontrol kehilangan darah lebih lanjut, dan (3)
resusitasi cairan. Tenaga medis diharapkan dapat mengambil keputusan dan bertindak cepat
saat menghadapi pasien dalam kondisi syok terutama syok hipovolemik dimana terjadi
kehilangan cairan dalam jumlah besar. Diharapkan penanganan yang komprehensif dan cepat
pada pasien syok dapat membantu menyelamatkan jiwa pasien. Pengetahuan adalah sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai
faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar dari sarana informasi yang tersedia serta
keadaan sosial budaya. Prosedur operasional standar adalah proses standar langkah - langkah
sejumlah instruksi logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.
Dilihat dari fungsinya, SOP berfungsi membentuk sistem kerja & aliran kerja yang teratur,
sistematis, dan dapat dipertanggung jawabkan, menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, menjelaskan bagaimana
proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan
pengadministrasian pekerjaan harian sebagaimana metode yang ditetapkan, menjamin
konsistensi dan proses kerja yang sistematik, dan menetapkan hubungan timbal balik antar
satuan kerja.
F. Daftar Pustaka

1. Lupy I, Dkk 2014 Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Syok Hipovolemik Dengan
Penatalaksanaan Awal Pasien Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado., Jurnal

2. Haryantari, 2015 Hubungan Antara Karakteristik Maternal Dengan Luaran Maternal Pada
Persalinan Perdarahan Postpartum Di Rsup Dr. Kariadi Semarang Tahun 2013-2015., Jurnal

3. Rahmawati R 2018 Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Riwayat Antenatal Care (Anc)
Dengan Tindakan Sectio Caesarea., Jurnal

4. Dewi E Dan Rahayu S, 2010 Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik., Jurnal

5. Suprapto, 2015 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Pemasangan


Infus Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Protap Pemasangan Infus Di Instalasi Gawat Darurat
Rs Tk Ii Pelamonia Makassar., Jurnal

6. Ery Leksana, 2015 Dehidrasi Dan Syok., Jurnal.

7. Junaedi, 2016. Shock index (si) dan mean arterial pressure (map) sebagai prediktor
kematian pada pasien syok hipovolemik di rsud gunung jati cirebon., jurnal

You might also like