Professional Documents
Culture Documents
Kelas : S16A
Anggota Kelompok :
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari demam tifoid ?
2. Apa etiologi dari demam tifoid ?
3. Apa patofisiologi dari demam tifoid ?
4. Bagaimana gejala dan tanda demam tifoid?
5. Apa manifestasi klinis dari demam tifoid ?
6. Bagaimana penanganan atau pencegahan demam tifoid?
C. Tujuan
1 .Untuk mengetahui definisi dari demam tifoid.
2. Untuk mengetahui etiologi dari demam tifoid.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari demam tifoid.
4. Untuk mengetahui gejala dan tanda demam tifoid.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari demam tifoid.
6. Untuk mengetahui cara penanganan atau pencegahan demam tifoid
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999 ). Tifoid adalah suatu penyakit
pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan
oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M.
1999).
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang
ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang
bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal
ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002).
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella (Smeltzer & Bare, 2002). Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus
halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi (Mansjoer, A, 2009).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, C. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A.W., &
B. Setiyohadi, 2006). Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, tifoid
disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus
abdominalis (Seoparman, 2007).
Demam tifoid (tifus abdominalis) atau lebih populer dengan nama
tifus, merupakan penyakit infeksi akut oleh kuman Salmonela typhi yang
menyerang saluran pencernaan. Penyakit demam tifoid ini masih banyak
dijumpai di negara berkembang seperti di beberapa negara Asia Tenggara dan
Afrika, terutama di daerah yang kebersihan dan kesehatan lingkungannya
kurang memadai.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam
tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Kuman salmonella typosa dapat tumbuh di semua media pH 7,2 dan suhu 370C
dan mati pada suhu 54,40C (Simanjuntak, C. H, 2009). Demam typhoid timbul akibat
dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita
melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang
selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit
atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada
masih mengandung Salmonella spp didalam kandung empedu atau didalam ginjal.
Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,sedang 2
% yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian besar dari karier tersebut
merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinarytype.
Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier
jenisintestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.
C. Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika
respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella
akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menuju lamina propia dan
berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah
bening mesenterika. KumanSalmonella typi masuk tubuh manusia melalui mulut
dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam
lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque
peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi
perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian
menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar
limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui ductus thoracicus.
Kuman salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain
sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada
demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian
ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin salmonella
typiberperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses
inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typi berkembang biak. Demam pada
tifoid disebabkan karena salmonella typi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan
penglepasan zat pirogen oleh zat leukosit pada jaringan yang meradang.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati,
sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di
organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik
(demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan
gangguan mental koagulasi).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat
berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan
gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi
jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada
minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam
minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan
sikatriks (jaringan parut).
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60
hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi
penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan sangat
bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam
tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas
disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik
berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau timbul
komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini
mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja.
Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua
penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari
menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh
karena Streptococcus atauPneumococcus daripada S. typhi. Sifat demam juga muncul
saat sore menjelang malam hari. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid
tetapi pada penderita yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin
disebabkan oleh malaria.Namun demikian demam tifoid dan malaria dapat timbul
bersamaan pada satu penderita.Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat
menyerupai gejala meningitis, di sisi lain S. typhi juga dapat menembus sawar darah
otak dan menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi
gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut kadang tak
dapat dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran
peritonitis akibat perforasi usus.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella tipe A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
2. Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella
yangmemasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan.
3. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60
hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi
penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.
4. Secara garis besar, gejala Tifoid adalah Demam lebih dari seminggu, Lidah kotor,
Mual Berat sampai muntah, Diare atau Mencret, Lemas, pusing, dan sakit perut,
Pingsan, Tak sadarkan diri.
5. Manifestasi klinis demam tifoid pada anak seringkali tidak khas dan sangat
bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid.
6. Pencegahan dilakukan secara primer, sekunder dan tersier.
B. Saran
1. Sebaiknya selalu menjaga kebersihan lingkungan, makanan yang dikonsumsi harus
higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
2. Sebaiknya kita harus membiasakan diri untuk hidup sehat, biasakan untuk
mencuci tangan sebelum makan. Agar kuman salmonella tidak ikut tertelan masuk
ke dalam sistem pencernaan kita bersama makanan yang telah terkontaminasi.
DAFTAR PUSTASKA
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics
Update. Cetakan pertama. 2003. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46
Carolus, P.K Sint. 1994. Demam Tifoid. Jakarta: Salemba.
http://ejjariza.wordpress.com/2013/02/15/makalah-demam-tipoid/ di akses pada
tanggal 6 Oktober 2013
http://modulkesehatan.blogspot.com/2012/12/makalah-demam-typhoid.html di akses
pada tanggal 6 Oktober 2013
http://nurserifa.blogspot.com/2012/12/makalah-demam-thypoid.html di akses pada
tanggal 6 Oktober 2013
Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta ;Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI: 367-375