Professional Documents
Culture Documents
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MANISRENGGO
Email : puskesmasmanisrenggo@yahoo.com
PUSKESMAS MANISRENGGO
TAHUN 2016
1
2
PELAKSANAAN MANAJEMEN
RESIKO LAYANAN KLINIS
No Dokumen :
B/P.UMUM/002/2016
No Revisi :0
PEDOMAN
Tanggal Terbit :
01-08-2016
Halaman :
PUSKESMAS dr. Tri Nyantosani W
MANISRENGGO NIP 197208202002122004
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas . Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas . Kelima aspek keselamatan
tePuskesmas ebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
3
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.
B.TUJUAN:
C.SASARAN:
D.RUANG LINGKUP:
E. BATASAN OPERASIONAL
BAB II
4
PENGERTIAN
Definisi:
BAB III
5
A. TUJUAN
B.KEWENANGAN.
C.KOORDINASI.
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang
sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas
harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara
6
manajemen risiko professional dengan semua iunit layanan struktural dan fungsional
Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas .
D.TANGGUNG JAWAB
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen puncak
dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention) misalnya
dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber
7
potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani klaim
dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia, sistem prosedur,
pengawasan internal maupun gabungannya.
2. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam enam bagian :
b.Manajemen klaim
c.Pembiayaan risiko
f.Etika
8
BAB IV
TUJUAN
9
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:
BAB V
10
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan
kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan
program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan
karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian
risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan. Layanan diberikanuntuk
melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang diperlukan.
11
d.Risiko terkait property.
f.Risiko lain-lain:
BAB VI
12
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
1. Tetapkan konteks.
2. Identifikasi risiko.
3. Analisis risiko.
4. Evaluasi risiko.
5. Asesmen risiko
6. Kelola risiko.
13
Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan
strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen
risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial
yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian
dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus
ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perluditentukan pula kebutuhan
sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dandipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
14
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder internal
/ eksternal;
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi Puskesmas
atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan Puskesmas .
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya daninsiden yang terjadi;
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak
akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen
resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.
15
risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa
kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.
16
17
MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
Level Frekuensi Kejadian Aktual
1 : Sangat jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 : Jarang Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3 : Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4 : Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 : Sangat sering Terjadi dalam minggu/ bulan
18
5. TAHAP V: PENGELOLAAN RISIKO.
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki
alat yangrusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan
edukasi tentangprosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka
perlu dicari teknik lainuntuk menurunkan risiko kerugian.Setelah dilakukan identifikasi
dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen resikoharus menangani
danmengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani mengambil
risikodengan metode berikut.
a. Menghindari risiko (risk avoidance),
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko
dengancara:
Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun
hanyauntuk sementara
Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan
kegiatan itubegitu diketahui mengandung risiko.
b. Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan
terjadinyainsiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2. Menanggung risiko (risk retention).
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya puskesmas
mentolerirterjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional
puskesmasdengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya
19
BAB VII.
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN
Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan
bahwarencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap relevan.Mengingat
bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan “kemungkinan dandampak
risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulangkali,
serta meninjau kembali setiap langkahdalam proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan laporaninsiden
internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta persyaratan dan
panduan tingkatnasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko
menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat
unit layanan.Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung tingkat
keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif
yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang
signifikan dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua
iunit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin
timbul dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak
terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden
dan kemungkinan untuk mengontrol.
BAB VIII
20
SISTEM PELAPORAN INSIDEN
Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengankegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama
untuk pelayanan kepadapasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS dan
puskesmas seperti tercantum dalam UU Nomor44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar
Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risikobahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi
akan membantu langkahlangkahyang akan diambil puskesmas terhadap risiko tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial
cedera(KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :
1) Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali
2) Eksternal
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah-langkah praktis.
Laporan insiden berupa :
Laporan insiden Puskesmas (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi
potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung,
maupun karyawan yang terjadi di puskesmas.
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS – JCI ) :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
21
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang
tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium
Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?
- Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
- Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau koordinator unit kerja.
BAB IX
INVESTIGASI INSIDEN
22
Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden
denganmencatat ringkasankejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah
pelayanan/Care Management Problem, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai
mereka.
Investigasi insiden terdiri dari :
a. Investigasi Sederhana,
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru atau hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
• Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang
berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
• Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi penyebab
langsung (underlying cause).
3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan
b. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis
Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna kuning atau
merah.
RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari
kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama
berulang kembali.
Metode proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD).
Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan
karena dapat menjawab pertanyaan untuk hal-hal yg berisiko tinggi, seperti:
Apa yang terjadi (aktual)
Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi kembali (tindakan/outcome?)
Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan
keselamatan pasien? (melalui pengukuran)
23
Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :
1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data & informasi
Observasi
Dokumentasi
Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
Narrative Chronology,
Timeline,
Tabular Timeline,
Time Person Grid.
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
( Brainstorming, Brainwriting )
6. Analisis Informasi
5 Why’s,
Analisis Perubahan
Analisis Penghalang
FishBone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement
BAB X
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
24
Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Kab Klaten.
25