You are on page 1of 25

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MANISRENGGO
Email : puskesmasmanisrenggo@yahoo.com

Alamat : Kranggan, Kebon Alas, Manisrenggo, Klaten Telp. 02723122152

PEDOMAN MANAJEMEN RISIKO

PUSKESMAS MANISRENGGO
TAHUN 2016

1
2
PELAKSANAAN MANAJEMEN
RESIKO LAYANAN KLINIS
No Dokumen :
B/P.UMUM/002/2016
No Revisi :0
PEDOMAN
Tanggal Terbit :
01-08-2016
Halaman :
PUSKESMAS dr. Tri Nyantosani W
MANISRENGGO NIP 197208202002122004

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas . Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas . Kelima aspek keselamatan
tePuskesmas ebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang
harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.

Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya,


beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan
berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik, berisikomenimbulkan insiden.Karena itu Puskesmas
Gondomanan perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang

3
professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan
dicegah sedini mungkin.

B.TUJUAN:

Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di Puskesmas


Gondomanan.

C.SASARAN:

1.Tersedianya pedoman manajemen risiko dan

2.Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan unit


layanan fungsional dan manajerial serta pegawai Puskesmas Manisrenggo.

D.RUANG LINGKUP:

a. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan


b. Risiko terhadap staf medis
c. Risiko terhadap staf/ pegawai
d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
e. Risiko terhadap keuangan
f. Risiko-risiko lain

E. BATASAN OPERASIONAL

BAB II

4
PENGERTIAN

Definisi:

Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan mengimplementasikan


strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan pada manusia, sarana
prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi
kehilangan asset Puskesmas , dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.

Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan


menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.

Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai


dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya.

Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi


(reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko
terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan
proses, fungsi dan layanan.

BAB III

ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

5
A. TUJUAN

Tujuan disain program manajemen risiko adalah:

a. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan


kepada pasien,melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risikoyang
dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
b. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil,
melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
c. Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat
kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif,
dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan
pasien melalui lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B.KEWENANGAN.

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten selaku pemilik puskesmas : memiliki


tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk
memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten
mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Puskesmas Manisrenggo untuk
membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan
secara luas.
2. Kepala Puskesmas Manisrenggo menugaskan kepada Tim Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan tugas manajemen resiko
masuk dalam struktur Tim PMKP.
3. Satuan tugas manajemen resiko bertanggung jawab mengkoordinasikan
kegiatan manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas , semua anggota staf
medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Puskesmas .

C.KOORDINASI.

Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang
sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas
harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara

6
manajemen risiko professional dengan semua iunit layanan struktural dan fungsional
Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas .

Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan


orang-orang kunci dalam organisasi:

1. Kepala dan para pimpinan unit layanan di Puskesmas berfungsi sebagai


pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen
risiko.Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai
penghubung antara program manajemen risiko dan staf medis, membantu
manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan
bahwa organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial, cilinical
privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam pembiayaan dan memberikan
informasi yang berharga untuk program manajemen risiko, , mengawasi operasi
keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis
keuangan Puskesmas .
3. Bagian Umum dan Kepegawaian,bertanggung jawab untuk mengembangkan
efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang
pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi,pemberian cuti pegawai
dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting
untuk mencegah serta melindungi staf medis yang melakukan tindakan/
pelayanan.
4. Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen
risiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagaan
darurat dan keselamatan staf.
5. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki tanggung jawab
utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas dan keselamatan pasien.

D.TANGGUNG JAWAB

Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen puncak
dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss prevention) misalnya
dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber

7
potensial klaim dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani klaim
dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber daya manusia, sistem prosedur,
pengawasan internal maupun gabungannya.

1. Tugas satuan tugas manajemen resikosebagai berikut :

Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :

 Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan


staf,tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
 Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan iunit layanan
terkaitseperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan kontrol infeksi.
 Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola manajemen risiko
 Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti
informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.

2. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam enam bagian :

a.Pengurangan dan pencegahan kehilangan

b.Manajemen klaim

c.Pembiayaan risiko

d.Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan

e.Pelaksanaan manajemen risiko

f.Etika

Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan manajemen


risiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen risikosecara spesifik. Manajemen
risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk menentukan kegiatan
selanjutnya,melaporkan kemajuan untuk menetapkan tujuan Puskesmas .

8
BAB IV

TUJUAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan


mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau
menghilangkan risiko kerugian.

9
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:

1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki


kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk
pegawai, pasien dan lain- lain.
2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat menimbulkan
risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-lain.
3. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang
sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana
agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol kerugian.

Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu pelayanan


pasien dan layanan yang terkait

BAB V

RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,


mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai,
kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian
lain yang timbul dalam proses kegiatan.

10
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan
kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan
program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan
karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan pengendalian
risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan. Layanan diberikanuntuk
melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang diperlukan.

Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:

a. Terkait dengan pelayanan pasien


b. Terkait dengan staf medis
c. Terkait dengan karyawan
d. Terkait dengan properti
e. Keuangan
f. Lain – lain

a.Risiko terkait pelayanan pasien:

 Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.


 Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
 Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
 Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
 Pasien diberitahu tentang risiko
 Pengobatan yang nondiskriminatif.
 Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan

b.Risiko terkait staf medis.

 Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?


 Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku ?
 Apakah pasien dikelola dengan benar?
 Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?

c.Risiko terkait pegawai.

 Menjaga lingkungan yang aman.


 Kebijakan kesehatan pegawai.

11
d.Risiko terkait property.

 Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll


 Catatan rekam medik pasien non-elektronik , dan catatan keuangan, dilindungi
dari kerusakan atau perusakan.
 Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian

f.Risiko lain-lain:

 Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis menular,


manajemen limbah.
 Risiko terkait hukum dan peraturan

BAB VI

PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan.


Risikomungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-
menerus berubah danharus diidentifikasi.

12
Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:

1. Tetapkan konteks.
2. Identifikasi risiko.
3. Analisis risiko.
4. Evaluasi risiko.
5. Asesmen risiko
6. Kelola risiko.

Risk Management Process

1. TAHAP I : TETAPKAN KONTEKS.

Pada tahapan ini:

13
 Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas dan
strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
 Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen
risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial
yang dapat timbul dari pengaruh internal dan eksternal.

Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian
dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus
ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perluditentukan pula kebutuhan
sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.

Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara mendalam,


harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang
banyak masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi,
atau area proyek.

2. TAHAP II : IDENTIFIKASI RISIKO.

Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman


sistem kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan Puskesmas , atau pasien.

Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan


proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak
diidentifikasi pada tahap ini akan dik ecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut.
Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol
organisasi manajemen risiko.

Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat Puskesmas , unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dandipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.

Identifikasi risiko memerlukanpemahaman yang mendalam dari para eksekutif


layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:

14
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder internal
/ eksternal;
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi Puskesmas
atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan Puskesmas .
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya daninsiden yang terjadi;
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.

Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko tidak
akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen
resikodapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.

Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti:

 Daftar keluhan pasien,


 Hasilsurvei kepuasan,
 Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
 Laporan insiden.

3.TAHAP III : ANALISIS RISIKO.

Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi.Organisasi manajemen risiko


harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system kesehatan, organisasi
Puskesmas , unit pelayanan dan semua unit layanan, untuk memahami risiko,
mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut.

Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.

Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan


menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera
tindakanharus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/ tingkatan

15
risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa
kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.

Analisis risiko harusmempertimbangkan bahwa telah adakontrol atasrisiko saat


ini, termasukkemungkinankeparahan apabila risiko tersebut muncul menjadisebuah
insiden (risiko yang potensialmenjadi insiden),dan kemungkinanterjadinya insiden.

Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan


konsekuensi.

Liihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko

16
17
MATRIKS GRADING RISIKO
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian
Level Frekuensi Kejadian Aktual
1 : Sangat jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 : Jarang Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3 : Mungkin Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4 : Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 : Sangat sering Terjadi dalam minggu/ bulan

Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan):


Pita biru : Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan Investigasi
sederhana
Pita hijau : Koordinator unit kerja harus menilai dampak terhadap biaya
mengatasi risiko dengan supervisi dan dilakukan Investigasi
sederhana.
Pita kuning : Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Ketua Tim PMKP
Pita merah : Dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan RCA

4. TAHAP IV: EVALUASI DAN RANGKING RISIKO.


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima
untukdikembangkandalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti.Melakukan
evaluasi risiko dan prioritasrisiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang
ditemukan selama analisis dengankriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan
mengembangkan daftarprioritas risiko untukmenentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi
untukmenentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap diterima
puskesmas.
Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko, yang
menunjukkanbahwa bila risiko diterima puskesmas, maka harus berhasil
dilaksanakan.Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi
internal, eksternal dan persyaratan hukum.
Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang sangat penting.
Lihat tabel asesmen risiko.

18
5. TAHAP V: PENGELOLAAN RISIKO.
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki
alat yangrusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan
edukasi tentangprosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka
perlu dicari teknik lainuntuk menurunkan risiko kerugian.Setelah dilakukan identifikasi
dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen resikoharus menangani
danmengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk control).
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani mengambil
risikodengan metode berikut.
a. Menghindari risiko (risk avoidance),
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko
dengancara:
 Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan walaupun
hanyauntuk sementara
 Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera menghentikan
kegiatan itubegitu diketahui mengandung risiko.
b. Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan
terjadinyainsiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
 Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2. Menanggung risiko (risk retention).
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya puskesmas
mentolerirterjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional
puskesmasdengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya

19
BAB VII.
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk memastikan
bahwarencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap relevan.Mengingat
bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan “kemungkinan dandampak
risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus melakukan pemantauan berulangkali,
serta meninjau kembali setiap langkahdalam proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan laporaninsiden
internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta persyaratan dan
panduan tingkatnasional.
Pimpinan unit layanan secara sistematis harus menyusun prioritas risiko
menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat
unit layanan.Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung tingkat
keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah:
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif
yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang
signifikan dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk semua
iunit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin
timbul dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang berdampak
terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul menjadi insiden
dan kemungkinan untuk mengontrol.

BAB VIII

20
SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengankegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama
untuk pelayanan kepadapasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS dan
puskesmas seperti tercantum dalam UU Nomor44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar
Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risikobahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi
akan membantu langkahlangkahyang akan diambil puskesmas terhadap risiko tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial
cedera(KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :
1) Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali
2) Eksternal
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah-langkah praktis.
Laporan insiden berupa :
 Laporan insiden Puskesmas (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi
potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung,
maupun karyawan yang terjadi di puskesmas.
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS – JCI ) :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)

21
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang
tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium
Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?
- Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
- Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau koordinator unit kerja.

BAB IX
INVESTIGASI INSIDEN

22
Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden
denganmencatat ringkasankejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah
pelayanan/Care Management Problem, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai
mereka.
Investigasi insiden terdiri dari :
a. Investigasi Sederhana,
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna biru atau hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara).
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
• Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang
berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
• Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi penyebab
langsung (underlying cause).
3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan
b. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis
Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna kuning atau
merah.
RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar masalah dari
kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk mencegah kejadian yang sama
berulang kembali.
Metode proses analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD).
Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan
karena dapat menjawab pertanyaan untuk hal-hal yg berisiko tinggi, seperti:
 Apa yang terjadi (aktual)
 Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
 Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi kembali (tindakan/outcome?)
 Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat meningkatkan
keselamatan pasien? (melalui pengukuran)

23
Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah :
1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data & informasi
 Observasi
 Dokumentasi
 Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
 Narrative Chronology,
 Timeline,
 Tabular Timeline,
 Time Person Grid.
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
 ( Brainstorming, Brainwriting )
6. Analisis Informasi
 5 Why’s,
 Analisis Perubahan
 Analisis Penghalang
 FishBone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

BAB X
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

24
Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh Dinas Kesehatan Kab Klaten.

25

You might also like