Professional Documents
Culture Documents
1102014071
1. Keluarga
1.1. Definisi
Duvall dan Logan (1986) : Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
Bailon dan Maglaya (1978) : Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Departemen Kesehatan RI (1988) : Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
1.2. Peran
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
b. Peranan ibu : ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Peranan anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
1.3. Fungsi
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) bahwa fungsi
keluarga dibagi menjadi 8. Fungsi keluarga yang dikemukakan oleh BKKBN ini
senada dengan fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994,
yaitu :
1. Fungsi Keagamaan
Yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan
bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah di dunia ini.
2. Fungsi Sosial Budaya
Dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga
3. Fungsi Cinta Kasih
Diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta
memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
4. Fungsi Melindungi
Bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
5. Fungsi Reproduksi
Merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak
sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak. Sosialisasi dalam
keluarga juga dilakukan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat
yang baik
7. Fungsi ekonomi
Adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa datang.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi,
selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah
secara dinamis..
Non-Tradisional :
a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
Siklus Keluarga
Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi
keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran
rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan
keluarga.
Siklus hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis
menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur
anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.
Dinamika Keluarga
Adanya interaksi (hubungan) antara individu dengan lingkungan sehingga tersebut
dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun
kelompok sosial yang sama.
Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan pasien dengan anggota
keluarganya dan juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan
sekitarnya. Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan dalam upaya
kesembuhan pasien.
Ada empat aspek yang selalu muncul dalam dinamika keluarga
- Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri
yang biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
- Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan
pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi.
- Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana
mereka seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai sistem nilai
keluarga.
- Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar
dan institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.
Mandala diagram Kesehatan adalah cara lain untuk menafsirkan definisi diperluas
kesehatan.
Gambar 3. Mandala of health
4. Hak dan Kewajiban Dalam Merawat Orang Sakit Dalam Keluarga Serta
Konsep Keluarga Dalam Islam
Kewajiban-Kewajiban Orang yg Sakit:
1) Orang yang sakit memiliki kewajiban untuk senantiasa ridha terhadap qadha Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bersabar atas taqdir-Nya serta berbaik sangka kepada Rabbnya.
Itu yang lebih baik baginya.
2) Seyogyanya orang yang sedang sakit memiliki perasaan antara rasa takut dan harap,
yaitu takut akan siksa Allah ‘Azza wa Jalla atas dosa-dosanya dan berharap akan
rahmat Allah ‘Azza wa Jalla kepadanya. Sikap ini didasarkan pada hadits dari Anas
bin Malik Radhiyallahu’anhu yang mengatakan:
3) Seberat apapun sakit yang diderita, tidak boleh baginya untuk berangan-angan ingin
mati. Hal ini karena ada hadits Ummul Fadhl Radhiyallahu’anha, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa Sallam pernah datang kepada mereka tatkala ‘Abbas
Radhiyallahu’anhu (paman Rasulullah) menderita sakit, hingga ‘Abbas berangan-
angan ingin mati.
4) Jika ia masih memiliki tanggungan atas hak-hak orang lain, hendaklah ia tunaikan
kepada yang berhak apabila hal itu mudah baginya. Jika tidak mudah, hendaklah ia
berwasiat (kepada keluarganya). Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam
berkata:
ضاه أأروماَله فليؤدده اليه قأربأل أأرن أيأَتيِّ يوُم القياَمة ل يقبل فيه اديأناَمر أول ادررهأمم إارن أكاَأن ت عنده أم ر
ظلأأمةم لأاخياه امرن اعرر ا أمرن أكاَنأ ر
صاَاحبااه فأجحامألت أعلأرياه
ت أ ج ج
صاَلامح أاخأذ امرنهج وأعطيِّ صاَحبه أوإارن لأرم يأجكرن لأهج عمل صاَلح أاخأذ امرن أسينأئاَ الأهج أعأممل أ
“Barang siapa pernah mendhalimi hak saudaranya dalam hal harga diri atau hartanya,
hendaklah ia selesaikan sebelum datang hari kiamat, hari yang tidak diterima dinar
tidak pula dirham. Jika ia punya amalan shalih maka diambil darinya lalu diberikan
kepada orang yang punya hak. Jika ia tidak punya amalan shalih, maka diambil dosa-
dosa orang yang bersangkutan lalu dibebankan kepadanya.”
5) Orang yang sakit hendaknya bersegera untuk menyiapkan wasiat karena ada sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:
صياةج لارلأوُالاأدريان
ك أخريررا ارلأوُ ا
ت إارن تأأر أضأر أأأحأدجكجم ارلأمروُ جب أعلأريجكرم إاأذا أح أجكتا أ
ف أحردقاَ أعألىَ ارلجمتااقيأن
أوارلأرقأرابيأن اباَرلأمرعجرو ا
ق أحقاهج أول أو ا
صياةأ لاأوُاار د
ث اأ أأرع أ
طىَ جكال اذيِ أح ب إاان ا
“Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada setiap yang punya hak, dan tidak
ada wasiat bagi ahli waris.”
10) Diharamkan membuat wasiat yang mendatangkan mudharat (kerugian) bagi orang
lain, seperti berwasiat agar sebagian ahli waris jangan diberikan hak warisnya atau
berwasiat agar melebihkan sebagian ahli waris atas sebagian yang lain. Hal ini
disebabkan adanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
من احدث فيِّ امرناَ هذا ماَ ليس منه فهوُ ردد
“Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam (agama) kami ini yang tidak
ada asal darinya, maka ia tertolak.”
12) Ketika banyak terjadi kebid’ahan pada sebagian besar kaum muslimin di masa ini.
Begitu pula dalam permasalahan yang berkaitan dengan jenazah. Maka termasuk
kewajiban seorang muslim adalah untuk berwasiat agar disiapkan (urusan
kematiannya) dan agar dikuburkan berdasarkan Sunnah (tuntunan Nabi
Shallallahu’alaihi wa Sallam), sebagai pengamalan terhadap firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala (At-Tahrim: 6)