You are on page 1of 18

DHANA FITRIA SARI

1102014071

1. Keluarga
1.1. Definisi
 Duvall dan Logan (1986) : Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.
 Bailon dan Maglaya (1978) : Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
 Departemen Kesehatan RI (1988) : Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.

1.2. Peran
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
b. Peranan ibu : ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Peranan anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

1.3. Fungsi
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) bahwa fungsi
keluarga dibagi menjadi 8. Fungsi keluarga yang dikemukakan oleh BKKBN ini
senada dengan fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994,
yaitu :
1. Fungsi Keagamaan
Yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan
bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain
setelah di dunia ini.
2. Fungsi Sosial Budaya
Dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma
tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga
3. Fungsi Cinta Kasih
Diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta
memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
4. Fungsi Melindungi
Bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik,
sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
5. Fungsi Reproduksi
Merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak
sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak. Sosialisasi dalam
keluarga juga dilakukan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat
yang baik
7. Fungsi ekonomi
Adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa datang.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi,
selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah
secara dinamis..

1.4. Struktur/ Siklus Keluarga


GENOGRAM
Genogram adalah suatu alat bantu berupa peta skema (visual map) dari silsilah
keluarga pasien yang berguna bagi pemberi layanan kesehatan untuk segera
mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga pasien, kualitas hubungan
antar anggota keluarga. Genogram adalah biopsikososial pohon keluarga, yang
mencatat tentang siklus kehidupan keluarga, riwayat sakit di dalam keluarga serta
hubungan antar anggota keluarga.
Di dalam genogram berisi : nama, umur, status menikah, riwayat perkawinan,
anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit spesifik, tahun meninggal,
dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan emosional, jarak atau
konflik antar anggota keluarga, hubungan penting dengan profesional yang lain serta
informasi-informasi lain yang relevan. Dengan genogram dapat digunakan juga
untuk menyaring kemungkinan adanya kekerasan (abuse) di dalam keluarga.
Genogram idealnya diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga, dan selalu
dilengkapi (update) setiap ada informasi baru tentang anggota keluarga pada
kunjungan-kunjungan selanjutnya. Dalam teori sistem keluarga dinyatakan bahwa
keluarga sebagai sistem yang saling berinteraksi dalam suatu unit emosional. Setiap
kejadian emosional keluarga dapat mempengaruhi atau melibatkan sediktnya 3
generasi keluarga. Sehingga idealnya, genogram dibuat minimal untuk 3 generasi.
Dengan demikian, genogram dapat membantu dokter untuk :
 Mendapat informasi dengan cepat tentang data yang terintegrasi antara
kesehatan fisik dan mental di dalam keluarga
 Pola multigenerasi dari penyakit dan disfungsi
Bentuk Keluarga
Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
b. The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar) : Keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai:
paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) : Keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family : Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family : Keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau ditinggal mati

Non-Tradisional :
a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
Siklus Keluarga
Siklus Hidup Keluarga (Family Life Cycle) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi
keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran
rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan
keluarga.
Siklus hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis
menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur
anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.

Duvall (1067) mengklasifikasikan siklus kehidupan keluarga menjadi 8 tahap yaitu :


1) Tahap awal perkawinan (newly married), suatu pasangan yang baru saja kawin
dan belum mempunyai anak.
2) Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child), keluarga tersebut telah
mempunyai bayi, dapat satu atau dua orang.
3) Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (family with preschool children),
keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia prasekolah (30 bulan
sampai 6 tahun).
4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children in school),
keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia sekolah (6-13 tahun).
5) Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenager), keluarga
tersebut telah mempunyai anak dengan usia remaja (13-20 tahun).
6) Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (family as
launching centre), satu persatu anak meninggalkan keluarga, dimulai oleh anak
tertua dan diakhiri oleh anak terkecil.
7) Tahap orang tua usia menengah (parent alone in middle years), semua anak telah
meninggalkan keluarga, tinggal suami istri usia menengah.
8) Tahap keluarga usia jompo (aging family members), suami istri telah berusia
lanjut sampai dengan meninggal dunia.

Menurut Carter & McGoldrik ada 6 tingkat perkembangan keluarga:


1. Keluarga antara: dewasa muda, belum menikah.
2. Penyatuan keluarga dengan pernikahan (pasangan baru menikah).
3. Keluarga dengan anak kecil (bayi-usia sekolah).
4. Keluarga dengan anak remaja.
5. Keluarga melepaskan anak dan pindah.
6. Keluarga dalam kehidupan terakhir. Tidak ada tahap yang diidentifikasi.

Dinamika Keluarga
 Adanya interaksi (hubungan) antara individu dengan lingkungan sehingga tersebut
dapat diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun
kelompok sosial yang sama.
 Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan pasien dengan anggota
keluarganya dan juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan
sekitarnya. Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan dalam upaya
kesembuhan pasien.
 Ada empat aspek yang selalu muncul dalam dinamika keluarga
- Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri
yang biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem.
- Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan
pikiran mereka yang dikenal dengan komunikasi.
- Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana
mereka seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai sistem nilai
keluarga.
- Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar
dan institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.

3. Diagnosis Holistik dalam Keluarga


Timbulnya penyakit disebabkan oleh ketidakseimbangan antara factor penjamu
(host ), factor agen penyakit, dan factor lingkungan
a. Factor host
Host adalah seseorang yang mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit.
Resiko internal :
 Genetic
 Umur ; sesorang anggota keluarga dengan usia yang lebih tua cenderung lebih
perhatian terhadap anggota keluarga yang lain
 Pendidikan : makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah meneriam
informasi sehingga makin banyak penetahuan yang dimiliki
 Pekerjaan
 Sex
 Fisiologi tubuh
 Keadaan imunologia
 Tingkah laku
Resiko eksternal
 Lingkungan
 Kebudayaan
 Kepercayaan
 Ras
 Social ekonomi
b. Factor agen
Agen adalah suatu unsure, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit
c. Factor nutrisi
 Kimiawi
 Fisik
 Biologis
 Unhealthy behaviour
d. Factor lingkungan
Lingkungan adalah semua factor luar dari suatu individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, dan social. Sesungguhnya keadaan keluarga secara
keseluruhan memang mempunyai pengaruh yang amat besar terhadap kesehatan
setiap anggota keluarga. Pengaruh tersebut dapat dilihat paling tidak pada lima
hal:
1. Penyakit keturunan
Setiap orang pada dasarnya adalah hasil interaksi antara berbagai factor
genetic (fungsi reproduksi). Apabila ditemukan kelainan tertentu pada factor
genetic tersebut, yang antara lain muncul karena perkawinan (tahap awal dari
siklus keluarga) maka tidaklah sulit dipahami bahwa orang tersebut dapat
menderita penyakit keturunan tertentu pula.
2. Perkembangan bayi dan anak
Sekalipun pada dasarnya keadaan fisik dan mental bayi serta anak mempunyai
kemampuan mengatasi berbagai pengaruh lingkungan, tetapi pengalaman
membuktikan jika bayi dan anak tersebut maka perkembangan bayi dan anak
tersebut akan terganggu, baik perkembangan fisik maupun perilakunya.
3. Penyebaran penyakit
Apabila dilingkungan keluarga terdapat penderita penyakit infeksi maka
tidaklah sulit diperkirakan bahwa anggota keluarga yang lain akan mudah
terserang penyakit tersebut
4. Pola penyakit dan kematian
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa seseorang yang hiduo
membujang atau bercerai (siklus kehidupan keluarga) cenderung
memperlihatkan angka penyakit dan kematian yang lebih tinggi daripada
mereka yang berkeluarga.
5. Proses penyembuhan penyakit
Proses penyembuhan penyakit anak-anak yang menderita penyakit kronis jauh
lebih baik pada keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat daripada keluarga
dengan fungsi keluarga yang sakit

Mandala diagram Kesehatan adalah cara lain untuk menafsirkan definisi diperluas
kesehatan.
Gambar 3. Mandala of health

4. Hak dan Kewajiban Dalam Merawat Orang Sakit Dalam Keluarga Serta
Konsep Keluarga Dalam Islam
Kewajiban-Kewajiban Orang yg Sakit:
1) Orang yang sakit memiliki kewajiban untuk senantiasa ridha terhadap qadha Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bersabar atas taqdir-Nya serta berbaik sangka kepada Rabbnya.
Itu yang lebih baik baginya.
2) Seyogyanya orang yang sedang sakit memiliki perasaan antara rasa takut dan harap,
yaitu takut akan siksa Allah ‘Azza wa Jalla atas dosa-dosanya dan berharap akan
rahmat Allah ‘Azza wa Jalla kepadanya. Sikap ini didasarkan pada hadits dari Anas
bin Malik Radhiyallahu’anhu yang mengatakan:

ُ‫اا أأننيِّ أأررججو‬


‫اا أياَ أرجسوُأل ا‬‫ك أقاَأل أو ا‬ ‫ف تأاججد أ‬ ‫ب أوهجأوُ افيِّ ارلأمروُ ا‬
‫ت فأأقاَأل أكري أ‬ ‫اج أعلأرياه أوأسلاأم أدأخأل أعألىَ أشاَ ب‬‫صالىَ ا‬ ‫يِّ أ‬‫أأان النابا ا‬
‫ب أعربدد افيِّ امرثال هأأذا ارلأمروُاطان إاال أأرع أ‬
‫طاَهج‬ ‫اج أعلأرياه أوأسلاأم أل يأرجتأامأعاَان افيِّ قأرل ا‬ ‫صالىَ ا‬ ‫اا أ‬ ‫ف جذجنوُابيِّ فأأقاَأل أرجسوُجل ا‬‫اأ أوإاننيِّ أأأخاَ ج‬
‫ا‬
‫ف‬‫اج أماَ يأررججوُ أوآَأمنأهج اماماَ يأأخاَ ج‬ ‫ا‬

3) Seberat apapun sakit yang diderita, tidak boleh baginya untuk berangan-angan ingin
mati. Hal ini karena ada hadits Ummul Fadhl Radhiyallahu’anha, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa Sallam pernah datang kepada mereka tatkala ‘Abbas
Radhiyallahu’anhu (paman Rasulullah) menderita sakit, hingga ‘Abbas berangan-
angan ingin mati.
4) Jika ia masih memiliki tanggungan atas hak-hak orang lain, hendaklah ia tunaikan
kepada yang berhak apabila hal itu mudah baginya. Jika tidak mudah, hendaklah ia
berwasiat (kepada keluarganya). Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam
berkata:

‫ضاه أأروماَله فليؤدده اليه قأربأل أأرن أيأَتيِّ يوُم القياَمة ل يقبل فيه اديأناَمر أول ادررهأمم إارن أكاَأن‬ ‫ت عنده أم ر‬
‫ظلأأمةم لأاخياه امرن اعرر ا‬ ‫أمرن أكاَنأ ر‬
‫صاَاحبااه فأجحامألت أعلأرياه‬
‫ت أ‬ ‫ج‬ ‫ج‬
‫صاَلامح أاخأذ امرنهج وأعطيِّ صاَحبه أوإارن لأرم يأجكرن لأهج عمل صاَلح أاخأذ امرن أسينأئاَ ا‬‫لأهج أعأممل أ‬
“Barang siapa pernah mendhalimi hak saudaranya dalam hal harga diri atau hartanya,
hendaklah ia selesaikan sebelum datang hari kiamat, hari yang tidak diterima dinar
tidak pula dirham. Jika ia punya amalan shalih maka diambil darinya lalu diberikan
kepada orang yang punya hak. Jika ia tidak punya amalan shalih, maka diambil dosa-
dosa orang yang bersangkutan lalu dibebankan kepadanya.”
5) Orang yang sakit hendaknya bersegera untuk menyiapkan wasiat karena ada sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:

‫صياتجهج أمركجتوُبأةم اعرنأدهج‬ ‫ت لأريلأتأريان و لأهج أشريِّمء يجاريجد أأرن جيوُ ا‬


‫صأيِّ افياه اإل أوأو ا‬ ‫ئ جمرسلادم يأابي ج‬ ‫أماَ أح ق‬
‫ق ارمار د‬
“Tidak benar bagi seorang muslim yang bermalam dua malam sedangkan ia punya
sesuatu yang ingin diwasiatkannya kecuali semestinya wasiat itu telah ditulis di
sisinya.”
Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma berkata: “Tidaklah berlalu satu malam sejak aku
mendengar RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam mengatakan itu kecuali sudah
kutulis wasiatku.” Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim juga Ashabus
Sunan maupun yang lain.
6) Wajib baginya untuk memberikan wasiat kepada sanak kerabatnya yang tidak
menerima warisan darinya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

‫صياةج لارلأوُالاأدريان‬
‫ك أخريررا ارلأوُ ا‬
‫ت إارن تأأر أ‬‫ضأر أأأحأدجكجم ارلأمروُ ج‬‫ب أعلأريجكرم إاأذا أح أ‬‫جكتا أ‬
‫ف أحردقاَ أعألىَ ارلجمتااقيأن‬
‫أوارلأرقأرابيأن اباَرلأمرعجرو ا‬

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)


kematian, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu-bapak dan
karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa.” (Al-Baqarah: 180)
7) Boleh baginya untuk berwasiat dengan sepertiga hartanya, tidak boleh lebih.
8) Hendaklah dalam berwasiat ini disaksikan oleh dua orang yang jujur yang muslim.
Jika tidak ada maka bisa dengan dua orang (yang jujur) non muslim dengan diminta
agar keduanya bersumpah untuk bisa dipercaya apabila ragu akan persaksiannya.
9) Adapun berwasiat agar hartanya diberikan kepada kedua orang tua dan sanak kerabat
yang berhak menerima warisan dari orang yang meninggalkan warisan itu, maka ini
tidak boleh dilakukan. Karena hal ini sudah dimansukh dengan ayat tentang warisan.
Dan telah dijelaskan pula oleh RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam dengan
penjelasan yang paling sempurna, ketika beliau berkhutbah pada haji Wada’. Kata
beliau:

‫ق أحقاهج أول أو ا‬
‫صياةأ لاأوُاار د‬
‫ث‬ ‫اأ أأرع أ‬
‫طىَ جكال اذيِ أح ب‬ ‫إاان ا‬

“Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada setiap yang punya hak, dan tidak
ada wasiat bagi ahli waris.”
10) Diharamkan membuat wasiat yang mendatangkan mudharat (kerugian) bagi orang
lain, seperti berwasiat agar sebagian ahli waris jangan diberikan hak warisnya atau
berwasiat agar melebihkan sebagian ahli waris atas sebagian yang lain. Hal ini
disebabkan adanya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫ك ارلأوُالاأداان أوارلأرقأرجبوُأن اماماَ قأال امرنهج أأرو أكثجأر نأ ا‬


َ‫صيربا‬ ‫ب اماماَ تأأر أ‬ ‫ك ارلأوُالاأداان أوارلأرقأرجبوُأن أواللننأساَاء نأ ا‬
‫صي م‬ ‫ب اماماَ تأأر أ‬ ‫اللنرأجاَال نأ ا‬
‫صي م‬
‫أمرفجرو ر‬
َ‫ضا‬
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan
bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.” (An-Nisaa’: 7)
11) Wasiat yang lalim (tidak adil) hukumnya batil lagi tertolak, karena adanya sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:

‫من احدث فيِّ امرناَ هذا ماَ ليس منه فهوُ ردد‬

“Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam (agama) kami ini yang tidak
ada asal darinya, maka ia tertolak.”
12) Ketika banyak terjadi kebid’ahan pada sebagian besar kaum muslimin di masa ini.
Begitu pula dalam permasalahan yang berkaitan dengan jenazah. Maka termasuk
kewajiban seorang muslim adalah untuk berwasiat agar disiapkan (urusan
kematiannya) dan agar dikuburkan berdasarkan Sunnah (tuntunan Nabi
Shallallahu’alaihi wa Sallam), sebagai pengamalan terhadap firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala (At-Tahrim: 6)

Menjenguk Orang Sakit dan Hukumnya


Menjenguk memberi perasaan kepadanya bahwa orang di sekitarnya (yang
menjenguknya) menaruhperhatian kepadanya, cinta kepadanya, menaruh keinginan
kepadanya, dan mengharapkan agar dia segera sembuh. Faktor-faktor spiritual ini
akan memberikan kekuatan dalam jiwanya untuk melawan serangan penyakit lahiriah.
Oleh sebab itu, menjenguk orang sakit, menanyakan keadaannya, dan mendoakannya
merupakan bagian dari pengobatan menurut orang-orang yang mengert. Maka
pengobatan tidak seluruhnya bersifat materiil (kebendaan). Karena itu, hadits-hadits
Nabawi menganjurkan "menjenguk orang sakit". Dari abu musa r.a. berkata, bersabda
Rasulullah saw.: jenguklah orang sakit, dan berikanlah makanan kepada orang yang lapar,
dan bebaskanlah tawanan. (H.R. Bukhari)
Hak orang islam terhadap orang islam lainnya ada enam:
1) Apabila engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya.
2) Apabila ia mengundangmu penuhilah undangnnya itu.
3) Apabila ia meminta nasehat kepadamu, nasehatilah dia.
4) Apabila ia bersin, lalu memuji allah, maka doakanlah ia olehmu.
5) Apabila ia sakit, tengoklah ia, dan apabila ia meninggal dunia, maka iringkanlah dia.
(H.R. Muslim)
Sebagian ulama telah menetapkan menjenguk orang sakit ini sebagai fardhu kifayah,
seperti halnya memberi makan orang yang kelaparan dan membebaskan tawanan. Jumhur
ulama berpendapat bahwa menjenguk ini pada dasarnya hukumnya sunnah. Namun pada
perkembangannya ia menjadi wajib di beberapa kalangan tertentu.
Konsep Keluarga dalam Islam

Terminologi keluarga dalam islam


1.‫اهل‬/ Ahlun
2. َ‫قربى‬/ qurbaa
3. ‫عشيرة‬/ ‘Asyirah
Al-Raghib ( hal : 37 ) ada dua Ahlun: Ahlu al-Rajul dan Ahlu al-Islam.
1. ‫اهل‬/ Ahlun
 Ahlu al-Rajul adalah keluarga yang senasab seketurunan, mereka berkumpul
dalam satu tempat tinggal, ditunjukan dengan ayat qs attahrim :6; qu anfusakum
wa ahlikum naran (jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka). Shawi ( 4 ,
hal : 290 ) menyebutkan ‘Ahli’ tersebut adalah istri dan anak-anak serta yang
dikaitkan dengan keduanya.
 Ahlu al-Islam adalah keluarga yang seagama , ditunjukan dengan ayat hud :40
dan 46. Shawi ( 2, hal : 268 ) menjelaskan keluarga yang dimaksud ialah seorang
istrinya yang iman ‘ bernama Aminah’ dan anak anaknya yang iman, sementara
seorang istrinya lagi yang kafir dan anaknya yang kafir yaitu ‘Kan’an’ tidak
termasuk keluarga.

Ahlu al-Rajul :QS ATTAHRIM :6


‫صوُأن ا‬
َ‫اأ أما‬ ‫سةكمم روأرمهحليِةكمم رناَرراَ روةقوُةدرهاَ اَلنناَ ة‬
‫س{ُ رواَلححرجاَررةة أعلأريأهاَ أمألئاأكةم اغألظم اشأدامد أل يأرع ج‬ ‫ريِاَ أرييِرهاَ اَلنحذيِرن آررمةنوُاَ ةقوُاَ أرمنفة ر‬
‫أأأمأرهجرم أويأرفأعجلوُأن أماَ يجرؤأمجروأن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan
2. ‫ قر‬/ qurbaa
Shawi ( 1, hal : 65 ) menyebutkan bahwa qurbaa adalah keluarga yang ada hubungan
kekerabatan baik yang termasuk ahli waris maupun yang tidak termasuk, yang tidak
mendapat warits, tapi termasuk keluarga kekerabatan seperti pada ayat, an-Nisa: 7,
waidza hadaral qismata ulul qurbaa dan keluarga kerabat yang bersipat umum, yang
ada hubungan kerabat dengan ibu dan bapak, seperti pada ayat al-Baqarah: 8 wabil
walidaini ihsanan wa dzil qurba
3. ‫عشيرة‬/ ‘Asyirah
Al-Raghib ( hal: 375 ) menyebutkan, ‘Asyirah adalah keluarga seketurunan yang
berjumlah banyak , hal itu berasal dari kata ‘Asyirah dan kata itu menunjukan pada
bilangan yang banyak, seperti pada ayat QS attaubah 24; wa azwajukum wa
‘asyiratukum

Hak dan Kewajiban Anak


 Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua
Pada dasarnya, kewajiban seorang anak merupakan hak bagi orang tua begitu pula
sebaliknya hak anak adalah merupakan kewajiban dari orang tua sendiri. Diantara
kewajiban anak untuk berbakti pada orang tuanya dibagi menjadi dua yaitu ketika
mereka masih hidup dan sesudah mereka wafat.
Saat Orang Tua Masih Hidup
1) Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah.
Ta’at, patuh dan hormat pada kedua orang tua merupakan kewajiban bagi
setiap anak Adam(manusia). Sedangkan mendurhakai keduanya merupakan
perbuatan yang diharamkan, kecuali jika mereka menyuruh untuk berbuat
syirik atau bermaksiat kepada Allah. Allah berfirman, artinya, “Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….”
Rasulullah SAW. bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah.
Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan”. Adapun contoh
bentuk ketaatan pada orang tua diantaranya:
a) Apabila orang tua meminta makan maka anak wajib memberikan
b) Memberikan sesuatu yang diinginkan orang tua baik yang diminta atupun
tidak
c) Segera mendatangi panggilan orang tua
d) Melaksanakan semua perintah orang tua asalkan buka perintah maksiat
e) Tidak membentak, menghardik, memukul bahkan membunuh orang tua
meskipun orang tua salah
Berbakti terhadap kedua orang tua dapat direalisasikan dengan berbagia
bentuk. Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan
dan perbuatan yang dapat menyakiti mereka, walaupun berupa isyarat atau
dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan suara melebihi suara mereka,
mendahulukan keperluan orang tua dari pada keperluan pribadi.
2) Berbakti terhadap kedua orang tua dapat direalisasikan dengan berbagai
bentuk. Diantara wujud lain dari pada bakti pada orang tua diantaranya:
a) Tidak berkata “ah” dan tidak mengeraskan suara melebihi suara orang tua
b) Tidak mendahului jalan orang tua
c) Mendahulukan keperluan orang tua dari pada keperluan pribadi
d) Tidak berkata kasar
3) Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.
Amat penting kedudukan izin kepada orang tua dalam masalahjihad. Seorang
laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya,
“Wahai Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya,
‘Apakah kamu masih mempunyai kedua orangtua?’ Laki-laki tersebut
menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda, ‘Berjihadlah (dengan cara berbakti)
kepada keduanya’.
4) Memberikan nafkah kepada orang tua
Beberapa ayat dalam Al Qur’an yang membahas tentang hal ini adalah Al
Baqarah ayat 15 dan Ar-Rum ayat 38. Rasulullah SAW. pernah bersabda
kepada seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku ingin mengambil hartaku”.
Nabi SAW. bersabda, “Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu.”
Oleh sebab itu, hendaknya seorang anak tidak bersikap bakhil (kikir) terhadap
orang yang menyebabkan keberadaan dirinyaatas izin Allah, memeliharanya
ketika kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.
5) Memenuhi sumpah/nadzar kedua orang tua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya
tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk
memenuhi sumpah keduanya karena hal itu termasuk hak mereka.
6) Mendahulukan berbakti kepada ibu dari pada ayah.
‫ عيين أبيييِّ هريييرة‬،‫ عن أبيِّ زرعيية‬،‫ عن عماَرة بن القعقاَع بن شبرمة‬،‫ حدثناَ جرير‬:‫حدثناَ قتيبة بن سعيد‬
‫ ميين أحييق‬،‫ ييياَ رسييوُل ايي‬:‫ جاَء رجل إلىَ رسوُل ا صلىَ ا عليييه وسييلم فقيياَل‬:‫رضيِّ ا عنه قاَل‬
:‫ قيياَل‬.(‫ )ثييم أمييك‬:‫ ثم من؟ قاَل‬:‫ قاَل‬.(‫ )ثم أمك‬:‫ ثم من؟ قاَل‬:‫ قاَل‬.(‫ )أمك‬:‫الناَس بحسن صحاَبتيِّ؟ قاَل‬
‫ مثله‬:‫ حدثناَ أبوُ زرعة‬:‫وقاَل ابن شبرمة ويحيىَ بن أيوُب‬.(‫ )ثم أبوُك‬:‫ثم من؟ قاَل‬.
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau
menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau
kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa
lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya. “Ayahmu,”
jawab beliau.”
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu dari pada ayah. Sebab,
menaati ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang
sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at. Alasannya, ibu sendiri
diwajibkan taat kepada suaminya.
7) Mendahulukan berbakti pada orang tua dari pada berbuat baik pada istri
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang
terjebak di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka
bertawasul dengan amal baik mereka, di antara amal mereka, ada yang
mendahulukan memberi susu untuk kedua orang tuanya, walaupun anak dan
istrinya membutuhkan. Begitupula dengan kisah Alqomah
8) Mendo’akan kedua orang tua.
Merupakan perihal yang sangat urgen sebab do’a juga merupakan wujud
ungkapan terimakasih anak terhadap orang tua. Ayat Al-Qur’an yang
membahas tentang kewajiban mendoakan keduanya salah satunya
adalah firman Allah SWT :

‫ض لأهجأماَ أجأناَأح القذنل امأن الاررحأماة أوقجرل أر ن‬


‫ب اررأحرمهجأماَ أكأماَ أرباأياَانيِّ أ‬
‫صاغيررا‬ ‫أوارخفا ر‬
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
9) Memelihara orang tua
Ayat yang membahas tentang hal ini adalah surat Al-Isra’ ayat 23 dan Al-
Ahqaf ayat 15
Ketika Orang Tua Telah Meninggal
Ada beberapa kewajiban yang dilakukan anak terhadap orang tuanya ketika mereka
sudah tiada diantaranya:
1) Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan untuknya, karena ini merupaka
bukti kebaktian anak terhadap orang tuanya sebelum dikebumikan.
2) Memohonkan ampun untuk keduanya. Karena do’a yang yang masih bisa
menjadi amal jariyah adalah do’a anak sholeh terhadap orang tuanya. Namun
anak yang dimaksud anak di sini tidak hanya anak kandung saja tapi anak tiri,
ataupun anak angkatpun bisa. Karena dalam doa kita juga dianjurkan untuk
mendoakan semua orang muslim.
3) Melanjutkan amalan baik yang belum sempat dilakukan mereka semasa hidup
karena demikian itu akan menjadi amalan jariyah bagi orang tua meskipun
telah memenuhi panggilanya.
4) Menunaikan janji, hutang dan wasiat orang tua yang belum terlaksana.
5) Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik
adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga
teman ayahnya setelah ayahnya meninggal”.
6) Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat ibu dan ayah
Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung
silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali
silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.”

 Hak-hak yang harus diperoleh anak


1) Hak Mendapatkan Rasa Kasih Sayang
Banyak hal yang bisa menjadi ungkapan kasih sayang, hal yang demikian tak
ditinggalkan oleh syariat, hingga didapati banyak contoh dari Rasulullah SAW,
bagaimana beliau mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak.
Satu contoh yang beliau berikan adalah mencium anak-anak. Bahkan beliau
mencela orang yang tidak pernah mencium anak-anaknya. Kisah-kisah tentang
ini bukan hanya satu dua. Di antaranya dituturkan oleh shahabat yang mulia,
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
‫ فأأقاَأل الأرقأر ج‬،َ‫س التاامرياميِّ أجاَلارسا‬
‫ع‬ ‫ىَ اج أعلأرياه أوأسلاأم ارلأحأسأن ربأن أعلانيِّ أواعرنأدهج الأرقأر ج‬
‫ع ربجن أحاَبا ا‬ ‫قأباأل أرجسوُجل اا أ‬
‫صل ا‬
‫ أمييرن لأ‬:‫ىَ اج أعلأرييياه أوأسييلاأم ثجييام قأيياَأل‬ ‫ظأر إالأرياه أرجسوُجل اا أ‬
‫صل ا‬ ‫ فأنأ أ‬. ‫ت امرنهجرم أأأحردا‬
‫ إاان لاريِّ أعرشأرةر امأن الأوُلأاد أماَ قأبارل ج‬:
‫يأررأحرم لأ يجررأحرم‬.
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium Al-Hasan bin 'Ali,
sementara Al-Aqra' bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. Maka
Al-Aqra' berkata, "Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada satu pun dari
mereka yang kucium." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memandangnya, lalu bersabda, "Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak
akan disayangi."
Kalaulah dibuka perjalanan para pendahulu yang shalih dari kalangan
shahabat radhiallahu 'anhum, hal ini pun ditemukan di kalangan mereka.
Bahkan dilakukan oleh shahabat yang paling mulia, Abu Bakr Ash-
Shiddiqradhiallahu 'anhu. Ketika Abu Bakr radhiallahu 'anhu tiba di Madinah
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hijrah, dia mendapati
putrinya, 'Aisyah radhiallahu 'anha sakit panas. Al-Barra' bin 'Azibradhiallahu
'anhu yang menyertai Abu Bakr saat menemui putrinya mengatakan:
َ‫ت أأأباَهأيياَ يجقأبنييجل أخييادأها‬
‫ فأأرأأرييي ج‬،َ‫صيياَبأرتأهاَ جحامييى‬
‫طاجأعةم قأرد أأ أ‬
‫ض أ‬‫ فأإ اأذا أعاَئاأشةج اربنأتجهج جم ر‬،‫ت أمأع أأباريِّ بأركدر أعألىَ أأرهلااه‬ ‫فأأدأخرل ج‬
‫ت أياَ بجنأاية ؟‬ ‫ف أأرن ا‬ ‫ أكري أ‬: ‫أوقأأاَل‬
"Kemudian aku masuk bersama Abu Bakr menemui keluarganya. Ternyata
'Aisyah putrinya sedang berbaring, terserang penyakit panas. Maka aku
melihat ayah 'Aisyah mencium pipinya dan berkata, 'Bagaimana keadaanmu,
wahai putriku?'."
2) Hak untuk memperoleh kehidupan
Problematika perekonomian seakan menjadi momok yang menakutkan bagi
calon orang tua bahkan orang tua sekalipun. Banyak sekali orang tua yang
mnelantarkan anak yang telah dilahirkan sendiri dari rahimnya. Bahkan tak
sedikit pula yang membiarkan anaknya merasakan kehidupan dunia ini.
Allah berfirman:
“Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.”
3) Hak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
Wajib bagi seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana
firman Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Sebuah riwayat disampaikan oleh 'Umar bin Al-Khaththab radhiallahu 'anhu:
ِّ‫صييباردياَ افيي‬
‫ت أ‬ ‫ب ثأأدريأهاَ تأرسيأقىَ إاأذا أوأجيأد ر‬ ‫ فأإ اأذا ارمأرأأةم امأن الأسبانيِّ تدرحلج ج‬، ِّ‫ىَ اأ أعلأرياه أوأسلاأم أسبايي‬ ‫صل ا‬ ‫قأادأم أعألىَ النابانيِّ أ‬
ِّ‫طاَارأحةم أولأييأدأهاَ فاييي‬ ‫ أأتأأرروأن هأاذاه أ‬:‫ىَ اج أعلأرياه أوأسلاأم‬ ‫ فأأقاَأل الناباقيِّ أ‬. ‫ضأعرتهج‬
‫صل ا‬ ‫طناأهاَ أوأأرر أ‬ ‫صقأرتهج بابأ ر‬
‫الأسبانيِّ أأأخأذرتهج فأأَ أرل أ‬
َ‫ أالج أأررأحجم بااعأباَاداه امرن هأاذاه باأوُلأادأها‬: ‫ فأأقاَأل‬. ‫طأرجحهج‬ ‫ أواهأيِّ تأرقادجر أعألىَ أأرن لأ تأ ر‬، ‫ لأ‬: َ‫الاناَار؟ قجرلأنا‬.
"Datang para tawanan di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Ternyata di antara para tawanan ada seorang wanita yang buah dadanya penuh
dengan air susu. Setiap dia dapati anak kecil di antara tawanan, diambilnya,
didekap di perutnya dan disusuinya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya, "Apakah kalian menganggap wanita ini akan melemparkan anaknya
ke dalam api?" Kami pun menjawab, "Tidak. Bahkan dia tak akan kuasa untuk
melemparkan anaknya ke dalam api." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Sungguh Allah lebih penyayang daripada wanita ini terhadap
anaknya."
4) Hak untuk mendapat nama yang baik dari orang tua
Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya
pendidikan terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah
nama’. Ungkapan ini tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama
bagi seorang anak adalah sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik,
diharapkan anak mampu berperilaku baik sesuai dengan namanya. Adapun
setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan telah mendidiknya dengan
baik pula, namun anak kita tetap tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka
kita kembalikan kepada Allah SWT. Nama yang baik dengan akhlak yang
baik, itulah yang diharapkan oleh setiap orang tua.
5) Hak mendapat aqiqohan dari orang tua.
Aqiqah hukumnya sunnah muakkadh (sangat dianjurkan) bagi yang mampu
melakukannya, berdasarkan sabda Nabi SAW
"َ‫ ويسمى‬،‫ ويحلق‬،‫ تذبح عنه يوُم ساَبعه‬:‫"كقل غلدم رهينةم بعقيقته‬.
“Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh
(sejak kelahiran anaknya), lalu dinamai dan dicukur rambutnya.

6) Hak mendapat pendidikan


Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu
muslimah. Bahkan ibu merupakan madrasah awal bagi putra putrinya. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak
Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah
sekedar kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi
merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara
lainnya, seperti mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja.
Bahkan mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak
merupakan generasi penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan
menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan,
hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan. Bak dan tidaknya seorang anak juga
ada pengaruhnya terhadap peran orang tua. Karena pada dasarnya anak itu
terlahir dalam keadaan fitrah, jadi yang menjadikan anak tersebut islam
ataupun kafir adalah orang tuanya.
Hak dan Kewajiban Orang Tua
 Kewajiban Orang tua kepada Anak
1) Berdoa sebelum bercampur dengan istri, sehingga jika Allah takdirkan dari
pencampuran tadi, si istri hamil, maka anaknya menjadi anak yang soleh.
2) Mengikuti rosulullah dalam menyambut kelahiran anak.
3) tinggal di lingkungan yang islami
4) Memberi nama yang baik
5) Ibu hendaknya Menyusui anaknya
6) Mengasuh dan membimbing anak (bukan diasuh oleh pembantu).
7) Mengkhitan si anak
8) Mengajari alquran, sholat,puasa, adab dan etika
9) Mengajari anak naik kuda, berenang dan memanah.
10) Memberi nafkah dari rezeki yang halal sampai si anak mandiri atau menikah.
11) Memilihkan teman yang baik.
12) berbuat adil kepada semua anak anaknya.
13) Menjadi contoh yang baik bagi anaknya.
14) Mencarikan pendamping hidup yang sholeh bagi anaknya.

 Hak-hak Orang Tua


Yang dimaksud dengan hak-hak orang tua di sini adalah kewajiban-kewajiban
yang harus ditunaikan seorang anak terhadap orang tuanya. Ada banyak hak orang
tua atas anak, yang paling penting di antaranya adalah :
1) Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Hal itu ditunjukkan melalui
perkataan, perbuatan, harta, dan badan.
2) Menaati perintah keduanya kecuali dalam hal-hal yang sifatnya maksiat.
3) Berbicara kepada mereka berdua dengan penuh kelembutan dan sopan santun.
4) Tawadhu’ (rendah diri) dan tidka boleh bersikap sombong di hadapan
keduanya.
5) Banyak berdo’a dan memohon ampun untuk mereka berdua, terlebih di saat
keduanya telah meninggal dunia.
6) Memelihara nama baik, kehormatan, dan harta mereka berdua.
7) Melakukan perbuatan yang membuat mereka senang tanpa harus ada perintah
terlebih dahulu.
8) Menghormati teman-teman mereka berdua semasa mereka masih hidup, dan
begitu juga setelah matinya.
9) Segera memenuhi panggilan mereka berdua

Hak dan Kewajiban Antar Keluarga


 Hak Kerabat dan Sanak Keluarga
1) Dikunjungi/silaturahim
Dalil hadits: “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya
maka hendaklah dia takut kepada Allah dan bersilaturahim kepada kerabat.”
(HR. Ahmad dan Al Hakim)
2) Selamat dari tangan dan lisannya. Maksudnya adalah tidak digunjingkan dan
dianiaya.
3) Bersedekah/memberi hadiah
“Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memutuskan
kekerabatan.” (HR. Ahmad, Thabrani dan Baihaqi)

You might also like