You are on page 1of 14

Nama Asisten : Ira R Halim

Tanggal Praktikum : 8 Maret 2018


Tanggal Pengumpulan : 16 Maret 2018

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR PATI, GULA PEREDUKSI, DAN


GULA TOTAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Sampurna Bakti (240210160038)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
77L8844, 77L570 Fax. (022) 77L5780 Email: sampurnabakti1@gmail.com

ABSTRACT

This Practicum will be measure carbohydrate content there are total of sugar, starch
,and reducing sugar from some food samples such as biscuits, baby porridge, nuts, onion
chips, sticky rice, raisins, coffee, dates, madurasa, cornmeal, banana flour, flour, .
Carbohydrates or sugars are components of food ingredients that are the primary energy
source. The method there are used in this experiment is Luff Schoorl. The basis of this
method is the hydrolysis of starch into reducing sugars which are then determined by luff
schoorl. The observation results show the highest reduction of kisimis sugar content is
60,78%, and the lowest is 0,5% coffee. The highest total sugar content is coffee with
levels of 72.46% and the lowest is madurasa 50.74% .. The highest starch content is corn
flour with 72.46% content and low water content is banana flour which is 4.8%

Keywords: hidrolysis, luff Schoorl,reducing sugar, starch, total of sugar

PENDAHULUAN mereduksi. Sifat mereduksi ini


Karbohidrat atau gula merupakan disebabkan adanya gugus hidroksi yang
komponen bahan pangan yang bebas dan reaktif. Ujung dari suatu gula
merupakan sumber energy utama. pereduksi adalah ujung yang
Energi mutlak diperlukan manusia untuk mengandung gugus aldehida atau keton
melakukan aktivitas sehari-hari bahkan bebas .Gula pereduksi meliputi semua
untuk hal remeh seperti tidur sekalipun. jenis monosakarida (kecuali fruktosa)
(Andarwulan dkk, 2011) dan beberapa disakarida seperti laktosa
Karbohidrat adalah komponen bahan dan maltosa.(Lehinger, 1982).Total gula
pangan yang tersusun oleh merupakan jumlah dari gula pereduksi
karbon,hydrogen,dan oksigen.Susunan dan gula non pereduksi (Apriyantono, et
atom inilah yang membedakan al., 1989).
karbohidrat satu dengan yang lainya Gula pereduksi dalam bahan pangan
sehingga karbohidrat dapat dapat ditentukan konsentrasinya dengan
dikelompokan menjadi karbohidrat berdasarkan pada kemampuan gula
sederhana(monosakarida dan untuk mereduksi pereaksi lainya
disakarida),karbohidrap kompleks atau Salah satu metode penentuan gula
polisakarida(pati,glikogen,selulosa,dan pereduksi adalah metode Luff Schoorl
hemiselulosa) dan dekstrin yang Dasar metode ini adalah hidrolisis pati
memiliki rantai monosakarida yang menjadi gula-gula pereduksi yang
lebih pendek daripada kemudian ditetapkan secara luff schoorl.
polisakarida(Andarwulan dkk, 2011) Gula-gula pereduksi (glukosa, maltosa)
Gula reduksi adalah gula yang dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.
mempunyai kemampuan untuk Kemudian Cu2+ yang tidak tereduksi
(sisa) dapat dititer secara iodometri. 6N,HCl 2.5%, HCl 4 N, indicator
Jumlah Cu2+ asli ditentukan dalam amilum 1%,larutan Luff Schoorl, larutan
suatu percobaan blanko dan dari KI 30%, larutan Na2HPO4 5%, larutan
perbedaannya dapat ditentukan jumlah Pb-Asetat 5 %, NaOH 4 N, Na tiosulfat
gula dalam larutan yang dianalisis. 0.1 N, dan PP 1 %.
(Sulaeman, 1994)
Luff Schoorl ini didasarkan pada Preparasi Larutan Gula Pereduksi
reaksi sebagai berikut: (Larutan A)
R – COH + 2CuO  Cu2O + R- Sampel sebanyak 2,5038 gram
COOH dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml,
H2SO4 + CuO  CuSO4 + H2O dan ditambahkan 50 ml aquades. 5 ml
CuSO4 + 2KI  Cu2I2 Pb-Asetat 5% dan Na-phospat 5%
I2 + Na2S2O3  Na2S4O6 + NaI ditambahkan dengan dikocok selama 1
(Sudarmadji, 1989) menit, ditepatkan aquades dan dikocok
Pati adalah jenis polisakarida yang kemudian disaring. Larutan tersebut
terdapat pada tanaman seperti jagung kemudian diambil 50 ml ke dalam
ketela,ubi,sagu, dsb.Pati juga tersusun beaker glass, dievaporasi sampai
oleh dua kelompok makromolekul,yaitu setengahnya. Selanjutnya dipindahkan
amilosa dan amilopektin kedua kedalam labu ukur 100ml, ditepatkan
komponen ini sangat berperan terhadap dengan aquades sampai tanda batas.
sifat fisik,kimia dan fungsional pati Selain sampel kopi, larutan diambil 5 ml
Kandungan pati dalam bahan pangan untuk diencerkan kembali hingga 50
dapat ditentukan secara volumetric.Total ml.jadilah larutan A
pati dapat ditentukan dengan
menghidrolisis pati secara sempurna Preparasi Larutan Gula Total
menjadi gula pereduksi dengan cara (Larutan B)
menambahkan asam yang akan Larutan A sebanyak 50 ml dipipet
memecah ikatan glikosida dan dan dimasukkan dalam beaker glass. 5
menghubungkanya antar gula tetes indikator metil orange dan 20 ml
pereduksi.Kandungan pati bisa didapat HCl 4N di tambhakan ke dalam larutan.
dari konversi hasil gula pereduksi x 0.9 Larutan dipanaskan selama 30 menit,
Tujuan dari analisis ini adalah dihitung sejak larutan
menganalisis kadar gula pereduksi, mendidih.Kemudian dinginkan
kadar gula total, dan kadar pati pada hinggasuhu 20oC dan pindahkan dalam
produk pangan tertentu menggunakan labu ukur 100 ml. Leurtan dinetralkan
metode analisis Luff Schoorl. dengan NaOH 4N hingga berwarna
kuning muda. Tepatkan dengan akuades
Alat dan Bahan hingga batas tera labu ukur 100 ml.
Peralatan yang digunakan dalam
analisis ini adalah beaker glass, bulb, Penentuan Kadar Gula Reduksi dan
buret, corong, destilator, Erlenmaaeyer, Gula Total
gelas ukur, hot plate, kertas saring, labu Larutan A dan B sebanyak 25 ml
ukur, magnetic stirrer, mantel heater ditambahkan 25 ml larutan Luff Schoorl
neraca analitik, pipet tetes, pipet ukur, dan batu didih. Larutan tersebut
pipet volume, dan spatula. direfluks selama 15 menit, kemudian
Bahan yang digunakan dalam didinginkan. Sebanyak 10 ml KCl 30%
analisis kadar pati adalah biskuit, bubur dan 25 ml asam sulfat 6 N ditambahkan
bayi, kacang, keripik bawang, ketan, kedalam larutan tersebut. Titrasi
kismis, kopi, kurma, madurasa, tepung dilakukan dengan larutan tiosulfat 0.1 N
maizena, tepung pisang, tepung rasi, sampai terbentuk warna kuning jerami. 2
tepung tapioka. Sedangkan bahan kimia ml amilum 1% ditambahkan ke dalam
yang digunakan antara lain H2SO4 larutan hingga berwarna hitam,
dilanjutkan titrasi dengan Na tiosulfat
0.1 N sampai terbentuk warna putih mengganggu analisis spektroskopik atau
susu. Ketetapan kadar gula dapat penentuan titik akhir.
dihitung sebagai berikut: Setelah itu ditambahkan Pb asetat
Kadar gula pereduksi: 5% yang berperan sebagai clarifying
(Vblanko−V sampel titrasi)(Na−tiosulfat) agent yang bertujuan untuk menghilang
A= normalitas standar(0.1)
(A−a)
zat penggangu selain gula yang dapat
C=x+ 𝑏−𝑎
xY menggangu hasil analisis karena Pb
asetat akan membentuk kompleks yang
C mengendap dengan zat-zat pengganggu
%GR = Wsampel x 1000 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 100 %
sehingga zat penggangu dapat
dipisahkan. Pengocokan bertujuan agar
Penentuan Kadar Pati timbal asetat dapat terdistribusi secara
Sampel sebanyak 3 gram ditimbang merata ke seluruh sampel sehingga kerja
dan dimasukkan dalam beaker glass clarifying agent maksimal.
dengan ditambahkan 30 ml akuades Penambahan 5 ml Natrium Fosfat
kedalamnya. Diamkan selama 1 jam 5% berfungsi untuk menghilangkan atau
sambil diaduk dengan rentang waktu 6 mengendapkan sisa timbal asetat yang
menit. Saring larutan, kemudian cuci tidak bereaksi dengan zat-zat
endapan dengan 25 ml akuades dan 100 pengganggu.Natrium fosfat akan
ml HCl 2,5% sedikit demi sedikit. bereaksi dengan timbal asetat
Refluks larutan selama 2,5 jam, membentuk timah (II) fosfat dan sodium
kemudian dinginkan. Pindahkan larutan asetat. Menurut Santoso (1993), jika
dalam labu ukur 250 ml. Tambhakan tidak terbentuk endapan baru berarti
indikator pp 1% dan NaOH 4N hingga penambahaan natrium fosfat telah cukup
netral. Tepatkan dengan akuades hingga untuk mengendapkan kelebihan timbal
batas tera. asetat.
Larutan sebanyak 25 ml tersebut Penyaringan digunakan untuk
ditambahkan 25 ml larutan Luff Schoorl memisahkan timah (II) fosfat dari filtrat.
dan batu didih. Larutan tersebut Evaporasi berfungsi untuk
direfluks selama 15 menit, kemudian menghilangkan sodium asetat dari
didinginkan. Sebanyak 10 ml KI 30% filtrat. Penambahan HCl bertujuan untuk
dan 25 ml asam sulfat 6 N ditambahkan menghidrolisis polisakarida menjadi
kedalam larutan tersebut. Titrasi monosakarida dengan Reaksi yang
dilakukan dengan larutan tiosulfat 0.1 N terjadi adalah:
sampai terbentuk warna kuning C12(H2O)11 + H2O + H+  2C6H12O6
jerami.Amilum 1% sebanyak 2 ml Pemanasan digunakan untuk
ditambahkan, dilanjutkan titrasi dengan mempercepat terjadinya reaksi
Na tiosulfat 0.1 N sampai terbentuk hidrolisis. Filtrat kemudian dipindahkan
warna putih susu. Kemudian bandingkan ke dalam labu ukur 100 ml, NaOH 4 N
dengan blanko. Berikut adalah berfungsi agar larutan yang sudah
perhitungan untuk kadar pati : terhidrolisis bersifat netral kembali.
Kadar Pati = Metil oranye digunakan sebagai
C
𝑥 𝐹𝑝 𝑥 0.9 𝑥 100 % indikator untuk menentukan kenetralan
Wsampel
larutan setelah penambahan asam
klorida dan natrium hodroksida.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gula pereduksi dapat tereduksi
Sampel yang digunakan pada
apabila diberi reducing agent karena
pengujian kadar gula pereduksi kali ini
memilki grup –C=O di molekulnya yang
adalah madurasa, kismis, kurma dan
dapat memberikan elektron kepada
kopi.Fungsi penambahan aquades
reducing agent tersebut. Semua
setelah sampel ditimbang sebanyak 2.5
monosakarida (glukosa, fruktosa, dan
gram untuk mengekstrak zat-zat yang
galaktosa) adalah gula pereduksi,
terkandung dalam sampel supaya tidak
sementara beberapa disakarida hanya
laktosa dan maltosa yang merupakan direaksikan dengan ion iodida berlebih
gula pereduksi. Sukrosa serta dalam keadaan yang sesuai kemudian
polisakarida lainnya bukan merupakan iodium dibebaskan secara kuantitatif dan
gula pereduksi sehingga polisakarida dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat
tersebut perlu dipecah menjadi standar (Shevla, 1990).
monosakarida-monosakarida konstituen Refluks merupakan teknik distilasi
agar keberadaannya dapat dideteksi oleh yang melibatkan kondensasi dari uap air
reducing agent (Jones, et. al., 2003). dan pengembalian kondensat ke sistem
Penetapan kadar gula reduksi dan asalnya sehingga tidak ada sampel yang
kadar gula total menggunakan metode menguap ke lingkungan (Kister, 1992).
titrasi iodometri dimana oksidator
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Gula Pereduksi Kelas A
N nathio

v titrasi % kadar Gr
fp gula Gula
Kel sampel Wsampel pereduksi pereduksi
1 madurasa 2.59 200 24.6 17.624
2 kismis 2.58 200 22.3 58.53
3 kurma 2.51 200 24.1 26.77
4 kismis 2.576 200 23.5 37.21
5 madurasa 2.59 0.0951 200 24.6 17.624
6 kopi 2.5038 20 24.8 1.458
7 kurma 2.51 200 24.2 25.43
8 kismis 2.5436 200 22 64.9394
9 kopi 2.5038 20 25.5 0.182

Tabel 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Gula Pereduksi Kelas B


Kelompok Sampel W Sampel V titrasi Na-tio FP N Na-tio % Kadar
1 Madurasa 2.5253 22.4 40 0.0951 11.55
2 Kismis 2.5676 24.1 200 0.0966 27
3 Kurma 2.5401 23.8 200 0.0951 32.35
4 Kismis 2.5767 24.25 200 0.0951 23.92
5 Madurasa 2.5253 22.3 40 0.0951 11.93
6 Kopi 2.514 25.5 20 0.0951 0.02
7 Kurma 2.5401 24 200 0.0951 28.75
8 Kismis 2.5439 20 200 0.0951 153.3
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2018

Berdasarkan data pada tabel 1 dan 2 sekitar 59,19%. Sedangkan untuk kurma
didapatkan rata-rata kadar gula didaptakan kadar rata-rata 28.32% yang
pereduksi madurasa adalah 14.682%. sangat berbeda jauh dengan pengamatan
Hasil ini tidak sesuai dengan SNI madu A. Gasim, 1994 yaitu 70.4-81%.Sampel
02-3545-2004 yang menyatakan bahwa kismis yang dikerjakan kelompok 8B
persyaratan mutu gula pereduksi madu terlihat kadar gulanya sangat tinggi
minimal 65%. Ini berarti kadar gula melebihi 100%. Hal ini mungkin terjadi
pereduksi pada madurasa belum akibat titrasi yang lewat terlalu jauh
memenuhi syarat mutu SNI.Sampel kopi sehingga volume titrasi melebihi volume
didapatkan rata-rata kadar gula pembaginya
pereduksi sebesar 0,55%..Hasil kadar Dapat disimpulkan dari tabel 1 dan
rata-rata gula pereduksi kopi menurut 2 bahwa kadar gula pereduksi paling
pengamatan sudah sesuai dengan standar tinggi terdapat pada sampel kismis dan
mutu SNI 2983:2014 yaitu maksimal gula pereduksi paing rendah terdapat
0,45%. Kismis memiliki kadar rata-rata pada sampel kopi.Tingginya kadar gula
gula reduksi 60.78% yang hampir pereduksi pada produk pangan dapat
mendekati dengan USDA tahun 2014 memicu obesitas karena umumnya gula
preduksi yang digunakan adalah high dikehendaki.Analisis kadar gula
fructose corn syrup (HFCS). HFCS pereduksi maupun gula total dengan
mengadung kalori dalam jumlah besar menggunakan metode Luff Schrool
karena berasal dari sirup jagung yang merupakan metode analisis yang
telah mengalami proses enzimatis yang konvensional, sehingga memerlukan
bertujuan untuk menghasilkan ketelitian dan ketepatan dalam
kandungan fruktosa sesuai dengan melakukan setiap prosedurnya
tingkat kemanisan yang

Tabel 3. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Gula Total Kelas A


Kel sampel Wsampel N nathio FP v titrasi Gula total % Kadar
1 madurasa 2.59 40 12.2 49.89
2 kismis 2.58 40 7.1 71.195
3 kurma 2.51 40 11.8 53.45
4 kismis 2.576 40 5.4 78.61
5 madurasa 2.59 0.0951 40 12.2 49.89
6 kopi 2.5038 40 7.2 72.88
7 kurma 2.51 40 12.3 51.08
8 kismis 2.5436 40 8.9 64.52642
9 kopi 2.5038 40 7.7 70.7187

Tabel 4. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Gula Total Kelas B


W V titrasi N Na- %
Kelompok Sampel FP
Sampel Na-tio tio Kadar
1 Madurasa 2.53 11.5 40 0.0951 52.53
2 Kismis 2.5767 13.2 40 0.0966 45
3 Kurma 2.5401 11 40 0.0951 55.71
4 Kismis 2.5767 12.2 40 0.0951 50.15
5 Madurasa 2.53 12 40 0.0951 50.64
6 Kopi 2.514 23.6 400 0.0966 73.78
7 Kurma 2.5401 11.7 40 0.0951 52.89
8 Kismis 2.5439 9 40 0.0951 96.23
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2018)
Prinsip penentuan kadar gula total gula pereduksi yang ada dalam sampel,
ini sama dengan penentuan kadar pati sedangkan penentuan kadar gula total
yaitu dengan hidrolisis dengan asam menentukan total gula yang terkandung
berupa HCl sehingga terbentuk gula- dalam sampel
gula sederhana. Degradasi gula- Sampel yang digunakan pada
gula sederhana menjadi senyawa- analisis kadar gula total sama dengan
senyawa inhibitor sangat dipengaruhi analisis gula pereduksi. Berdasarkan
oleh suhu, waktu dan konsentrasi asam tabel 4 dan 5 didapatkan rata-rata kadar
(Adrados dkk., 2005;Palmqvist gula total madurasa adalah 50.74% yang
dan Hahn-Hagerdal 2000). artinya total gula non pereduksi nya
Dapat dibandingkan tabel 1 dan 2 adalah 36,06% sedangkan menurut SNI
yaitu kadar gula pereduksi dengan tabel madu no 02-3545-2004 syarat mutu
3 dan 4 yaitu tabel gula total rata-rata madu memiliki nilai sukrosa (gula
kadarnya lebih besar kadar gula total . nonpereduksi) maksimal hanya 5%.
Hal ini dikarenakan penentuan kadar Hasil ini sangat melebihi dari maksimal
gula reduksi hanya menentukan total syarat mutu gula non pereduksi
(sukrosa) dari berbeda jauh dengan 72,46%. Hasil ini lagi-lagi sangat tidak
syarat mutu pada SNI. Sementara pada sesuai dengan syarat mutu SNI kopi
kopi didapatkan rata-rata jumlah gula dimana gula total nya 2,91%. Sedangkan
total berdasarkan pengamatan adalah untuk kismis 67,62% dan kurma 53,15%

Tabel 5. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Pati Kelas A

Kel Sampel Wsampel Vtitrasi nathio Fp N nathio kadar pati


1 Tepung Pisang 3,0016 gr 18.7 10 4.83%
2 Tepung ketan 3,041 gr 17.6 ml 100 56,137%
3 Tepung Maizena 3,0120 gr 15.5 ml 100 71.63%
4 Tepung ketan 3,041 gr 17.6 ml 100 56,137%
5 Tepung Rasi 3,0014 gr 18.3 ml 100 0.0951 50,97%
6 Tepung Pisang 3,0016 gr 18.5 ml 10 5.94%
7 Tepung Maizena 3,0120 gr 16.5 ml 100 64.40%
8 Tepung Pisang 3,0016 gr 17.8 ml 10 6.45%
9 Tepung Rasi 3,0014 gr 18.4 ml 100 50,43%

Tabel 6. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Pati Kelas B

V titrasi Na- N Na- %


Kelompok Sampel W Sampel tio FP tio Kadar
Tepung 3,0016 gr
1 Pisang 18.1 100 0.0951 52.63%
Tepung 3,041 gr
2 ketan 17.2 100 0.0951 58,51%
Tepung 3,0120 gr
3 Maizena 17.5 100 0.0951 58,86%
Tepung 3,041 gr
4 ketan 18.1 100 0.0951 51,92%
Tepung 3,0014 gr
5 Rasi 18.8 100 0.0951 66.69%
Tepung 3,0016 gr
6 Pisang 18.3 100 0.0951 51,14%
Tepung 3,0120 gr
7 Maizena 16 100 0.0951 68.19%
Tepung 3,0016 gr
8 Pisang 18.5 100 0.0951 49.74%
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2018)
Berdasarkan hasil pengamatan kadar pati untuk kelas B 52,63%. Kadar
penentuan kadar pati diatas didapatkan tersebut tidak bisa dirata-ratakan karena
rata-rata kadar pati tepung ketan perbedaan faktor pengencer yang
56,676%, tepung maizena 65.32%, menyebabkan data yang dihasilkan
tepung rasi 56.03%. Rata-rata kadar perbedaannya cukup jauh.
pati tepung pisang untuk kelas A Menurut Badan Litbang Pertanian
adalah 5,74% sedangkan rata-rata dalam bukunya Sinar Tani (2013)
menyebutkan bahwa kadar pati pisang tinggi akan mengakibatkan rusaknya
adalah sebesar 61-73% untuk jenis sebagian molekul pati pada saat
pisang kepok, siam, uli dan tanduk. pengeringan.
Baik pengamatan kelas A maupun kelas Faktor lainya adalah adanya filtrat
B hasilnya masih dibawah dari kadar yang tertinggal pada proses pemindahan
pati menurut Badan Litbang Pertanian, akibat dari kurang sempurnanya proses
namun hasil pengamatan kelas B sudah homogenisasi oleh akuades. Adanya zat
hampir mendekati. Kemudian untuk pengotor yang tertinggal juga dapat
tepung rasi atau tepung singkong mempengaruhi hasil perhitungan kadar
didapatkan hasil yang tidak sesuai pati, Perbedaan yang didapat antar hasil
dengan SNI Tepung Singkong nomor percobaan dengan sampel yang sama
01-2997-1996 yang menyebutkan syarat dapat disebabkan karena perbedaan
mutu pati singkong minimal 75%. berat sampel tepung awal yang diambil,
Kadar Pati jagung menurut Inglett suhu yang digunakan pada heating
(1987) menyebutkan bahwa kadar pati mantle terlalu tinggi sehingga sampel
tepung jagung (maizena) adalah 71,3%. banyak yang menguap sebelum
Begitupun dengan tepung ketan tidak dikondensasi kembali, proses refluks
sesuai dengan hasil pengamatan. yang terlalu cepat akan menghasilkan
Menurut Setyo (2013) kadar pati dari hidrolisis pati yang tidak sempurna,
tepung ketan adalah sekitar 80%-85%. lamanya refluks yang dipersingkat
Perbedaan hasil dengan literatur karena batas waktu praktikum
dapat diakibatkan oleh proses menyebabkan proses ekstraksi pada
pemanasan yang terlalu tinggi. sampel tidak sempurna. Metode Luff
Pernyataan ini didukung oleh Lidiasari, Schoorl ini baik digunakan untuk
E., et al (2006), dimana semakin tinggi menentukan kadar karbohidrat yang
suhu pengeringan atau pemanasan maka berukuran sedang dengan tingkat
kadar pati semakin menurun. Hal ini kesalahan sebesar 10%.
diduga karena perlakuan suhu yang
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini dapat madurasa 50,74%.Idealnya kadar gula
disimpulkan bahwa kadar gula reduksi pereduksi lebih rendah daripada kadar
tertinggi kisimis dengan adalah kadar gula total.Kadar pati tertinggi adalah
60,78%, dan kadar gula reduksi terendah tepung maizena dengan kadar 72,46%
kopi 0,5%.Kadar gula total yang paling dan kadar air terendah adalah tepung
tinggi adalah kopi dengan kadar 72,46% pisang yaitu 4.8%
dan kadar gula total terendah adalah
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N, Kusnandar, F, Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis
Herawati, D. 2011. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Pangan. Dian Semimikro. PT. Kalman Media
Apriyanto, A. 1989. Petunjuk Pustaka: Jakarta.
Laboratorium Analisis Pangan. Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan
Departemen Pendidikan dan dan Gizi Institut Pertanian Bogor,
Kebudayaan, Direktorat jendral Bogor
Pendidikan
Badan Litbang Pertanian. 2013. Sinar
Tani. Jakarta
Badan Standar Nasional. 1996. SNI
Tepung Singkong nomor 01-
2997-1996. Jakarta.
Badan Standar Nasional. 2004. SNI
madu 02-3545-2004. Jakarta.
Badan Standar Nasional. 2014. SNI
Kopi Instan 2983:2014. Jakarta
darmadji, S. 1984. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty :
Yogyakarta.
Inglett, G. E. 1987. Kernel, Structure,
Composition and Quality. Ed.
Corn: Culture. Processing and
Products. Avi Publishing
Company, Westport
Jones, M., R. Fosbery, D. Taylor, dan J.
Gregory. 2003. Biology 2nd
Edition: As Level and A Level.
Cambridge University Press:
United Kingdom.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia
Jilid 1. Jakarta; Penerbit
Erlangga.Rakyat. Jakarta.
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberti,
Yogyakarta.
Sulaeman, A., F. Anwar, Rimbawan,
S.A. Marliyati. 1994. Metode
Penetapan Zat Gizi. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian IPB,
Bogor.
LAMPIRAN

Perhitungan Kadar Gula Pereduksi (Madurasa)


Dik:
250 100 50
 FP Gula Pereduksi = 50
𝑥 5
𝑥 25
FP Gula Pereduksi = 200
 Vblanko = 25,6 mL; Vs(madurasa) = 24,6 mL; N Natio = 0,0951 N; N std = 0,1
N; w = 2,5 gram
Jawab:
(Vblanko−Vsampel) x N Natio
 A=
N standar
(25,6 mL − 24,6 mL) x 0,0951 N
A=
0,1 N
A = 0, 951
 Tabel
X = 0;
a = 0;
b = 1;
Y = b-a
Y = 2,4;
(A − a)
C=X+ xY
(b − a)
(0,951 − 0)
C=0+ x 2,4
(1 − 0)
C = 2,28
C x FP
 % GR = x 100%
w.1000
2,28 x 200
%GR = x 100%
2,5 gram. 1000
% GR = 17,62%
2. Perhitungan Kadar Gula Total (Madurasa)
Dik:
250 100 100
 FP Gula Total = 50
𝑥 5
𝑥 25
FP Gula Total = 40
 Vblanko = 25,6 mL; Vs(madurasa) = 12,2 mL; N Natio = 0,0951 N; N std = 0,1
N; w = 2,5 gram
Jawab:
(Vblanko−Vsampel) x N Natio
 A= N standar
(25,6 mL − 12,2 mL) x 0,0951 N
A=
0,1 N
A = 12,74
 Tabel
X = 30,3;
a = 12;
b = 13;
Y = b-a
Y = 33,0-30,3
Y = 2,7;
(A − a)
C=X+ xY
(b − a)
(12,74 − 12)
C = 30,3 + x 2,7
(13 − 12)
C = 32,29
C x FP
 % GT = x 100%
w.1000
32,29 x 40
% GT = x 100%
2,5 gram. 1000
% GT = 49,88%

 Contoh Perhitungan Pati

250 50
FP = × 25 = 100
5

(𝑉 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖)𝑁 𝑛𝑎−𝑡ℎ𝑖𝑜


A= 0,1
(25,6−18,3)0,0951
= = 6,9423
0,1

(𝐴 − 𝑎)
𝑥+ ×𝑌 =𝐶
(𝑏 − 𝑎)
6,9423 − 6
14 + × 2,5 = 17
7−6

17 × 100
%𝐺𝑅 = × 100% = 56,64%
3,0014 × 1000

%𝑝𝑎𝑡𝑖 = %𝐺𝑅 × 0,9 = 50,97%

You might also like