Professional Documents
Culture Documents
Dokter Pembimbing:
Dr. dr. Agus Yunianto, Sp.BS
Disusun oleh:
Dika Febby Larasati
161 0221 042
KASUS PASIEN
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
STATUS ILMU BEDAH RS KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. PB
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status pernikahan : Sudah menikah
Alamat : Bojong Raya
ANAMNESIS
Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan keluarga pasien,
Keluhan Utama:
Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan tidak sadarkan diri
1
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Belum pernah mengalami nyeri kepala, hilang kesadaran, dan mual muntah sebelumnya
2. Pasien memiliki riwayat TB paru sejak Maret 2017 dan sudah menjalani pengobatan 6
bulan
3. Pasien tidak memilikiriwayat darah tinggi
4. Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis
5. Pasien tidak memiliki kolesterol tinggi
6. Pasien tidak memiliki riwayatvertigo
7. Pasien tidak memiliki riwayat trauma
8. Pasien tidak memiliki riwayat Operasi
9. Pasien tidak memiliki riwayat Alergi obat
10. Pasien tidak memiliki riwayat kelainan kongenital (lahir normal, cukup bulan, dan tidak
memiliki kelainan lainnya)
Riwayat Keluarga :
1. Riwayat darah tinggi tidak ada
2. Riwayat kencing manis tidak ada
3. Riwayat hydrocephalus tidak ada
4. Riwayat TB paru tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS :15, E4M6V5
Tanda Vital :
Tekanan darah : 126/86 mmHg
Nadi : 74x/menit, kuat angkat, denyut reguler
Nafas : 20x/menit
Suhu aksila : 36,7oC
a. Kepala : Normosefali, tidak ada kelainan
b. Mata :
2
OS : pupil bulat, diameter 3 mm, RCL (+), RCTL (+)
konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
OD : pupil bulat, diameter 3 mm, RCL (+), RCTL (+)
konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
c. Mulut : Simetris, sudut kanan dan kiri sama
d. Leher : KGB dan tiroid tidak terlihat membesar
e. Paru : Suara napas vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-
f. Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
g. Abdomen : supel, timpani di seluruh lapang abdomen, BU (+) normal,
hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (-)
h. Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, udem (-/-)
1. Status neurologis
a. Kepala
i. Bentuk : normosefali
ii. Nyeri tekan : (-)
iii. Simetris : tampak simetris
b. Leher
i. Sikap : simetris
ii. Pergerakan : bebas
3
ii. N. optikus
Kanan Kiri
Tajam penglihatan Visus 6/6 Visus 6/6
Pengenalan warna DBN DBN
Lapang pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
iii. N. okulomotorius
Kanan Kiri
Kelopak mata Terbuka Terbuka
Gerakan mata Superior DBN DBN
Inferior DBN DBN
Medial DBN DBN
Endoftalmus - -
Eksoftalmus - -
Pupil Diameter 3 mm 3 mm
Bentuk Bulat Bulat
Posisi Sentral Sentral
Refleks + +
cahaya
langsung
Refleks + +
cahaya tidak
langsung
Strabismus - -
Nistagmus - -
iv. N. trochlearis
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral DBN DBN
Gerakan mata ke bawah DBN DBN
Diplopia - -
Strabismus - -
4
v. N. trigeminus
Kanan Kiri
Membuka mulut Simetris
Menggigit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
vi. N. abdusens
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral DBN DBN
Diplopía - -
vii. N. fasialis
a. Sensorik : DBN
b. Motorik
i. Kondisi diam : simetris
ii. Kondisi bergerak :
a) Musculus frontalis : DBN
b) Musculus korugator supersili : DBN
c) Musculus nasalis : DBN
d) Musculus orbicularis oculi : DBN
e) Musculus orbicularis oris : DBN
f) Musculus zigomaticus : DBN
g) Musculus risorius : DBN
h) Musculus bucinator : DBN
i) Musculus mentalis : DBN
j) Musculus playsma : DBN
c. Sensorik khusus
i. Lakrimasi : tidak dilakukan
ii. Refleks stapedius : tidak dilakukan
iii. Pengecapan 2/3 anterior lidah : tidak dilakukan
5
viii. N. vestibulokoklearis
Kanan Kiri
Suara berbisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Garpu tala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Kalori Tidak dilakukan Tidak diakukan
ix. N. glossofaringeus
Arkus faring :tidak dilakukan
Daya mengecap 1/3 belakang : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
x. N. vagus
Menelan : baik
Bicara : normal
Uvula : tepat ditengah
xi. N. asesorius
Kekuatan m. trapezius : tidak dilakukan
Kekuatan m. sternokleidomastoideus : tidak dilakukan
xii. N. hipoglossus
Menjulurkan lidah : Tidak dilakukan
Tremor lidah : Tidak dilakukan
SENSORIK
a. Eksteroseptik / protopatik (nyeri/suhu, rabahalus/kasar) :DBN
b. Proprioseptik (gerak/posisi, getar dantekan) : DBN
c. Kombinasi :
i. Stereognosis : tidak dilakukan
ii. Barognosis : tidak dilakukan
iii. Graphestesia : DBN
iv. Two point tactile discrimination : tidak dilakukan
6
v. Sensory extinction : DBN
vi. Loss of body image : DBN
REFLEKS FISIOLOGIS
a. Refleks Superficial
i. Dinding perut /BHR : +/+
ii. Cremaster : tidak dilakukan
b. Refleks tendon / periostenum :
i. BPR / Biceps : +2 /+2
ii. TPR / Triceps : +2/ +2
iii. KPR / Patella : +2/ +2
iv. APR / Achilles : +2/ +2
v. Klonus :
Lutut / patella : tidak dilakukan
Kaki / ankle : tidak dilakukan
REFLEKS PATOLOGIS
a. Babinski :-/-
b. Chaddock :-/-
c. Oppenheim :-/-
d. Gordon :-/-
e. Schaeffer :-/-
f. Gonda :-/-
g. Stransky :-/-
h. Rossolimo :-/-
i. Mendel-Bechtrew :-/-
j. Hoffman : -/ -
k. Tromner : -/ -
PEMERIKSAAN SEREBELLUM
a. Koordinasi:
i. Asinergia /disinergia : tidak dilakukan
ii. Diadokinesia : tidak dilakukan
7
iii. Metria : tidak dilakukan
iv. Tes memelihara sikap
Rebound phenomenon : tidak dilakukan
Tes lengan lurus : tidak dilakukan
b. Keseimbangan
i. Sikap duduk : tidak dilakukan
ii. Sikapberdiri
Wide base / broad base stance : tidak dilakukan
Modifikasi Romberg : tidak dilakukan
Dekomposisi sikap : tidak dilakukan
iii. Berjalan / gait :
Tendem walking : tidak dilakukan
Berjalan memutari kursi / meja : tidak dilakukan
Berjalan maju-mundur : tidak dilakukan
Lari ditempat : tidak dilakukan
c. Tonus : tidak dilakukan
d. Tremor :tidak dilakukan
8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan laboratorium 29-07-2017, 06:18:05
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Haemoglobin 11,1 12,6 – 18.0 g/dL
Hematokrit 33 36-46 %
Eritrosit 3.7 3.3 – 6.0 juta/µL
Leukosit 5050 4,800 – 10,800 /µL
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 6 1-3%
Batang 2 2-6%
Segmen 64 50-70%
Limfosit 17 20-40%
Monosit 11 2-8%
Trombosit 260000 150,000 – 400,000 /µL
MCV 90 80 - 96 fL
MCH 30 27 – 32 pg
MCHC 34 32 – 36 g/dL
KIMIA KLINIK
Natrium (Na) 136 135 – 147 mmol/L
Kalium (K) 3.7 3.5 – 5.0 mmol/L
Klorida (Cl) 98 95 – 105 mmol/L
Analisa Gas Darah
pH 7.436 7.37-7.45
pCO2 43.9 33-44
pO2 89.7 71-104
Bikarbonat (HCO3) 29.9 22-29
Kelebihan Basa (BE) 5.7 (-2) – 3
Saturasi O2 99.0 94 – 98 %
IMUNOSEROLOGI
9
CD4 166 410 – 1590 cell/uL
Anti HIV Penyaring Non Reaktif Non Reaktif
- X-foto thorax :
10
- CT scan kepala:
30-07-2017
Kesan :
multiple lesi isodens disertai vasogenic edema disekitarnya DD/
tuberkuloma, metastasis
RESUME
Pasien datang dengan keluhan tidak sadarkan diri 1 jam SMRS sekitar 10 menit.
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan hilang kesadaran. Keluarga pasien
mengatakan pasien sebelumnya pasien sering mengalami nyeri kepala sejak Juni 2017 namun
hilang timbul dan menetap 1 minggu SMRS. Nyeri kepala disertai rasa berat pada kepala.
Keluhan disertai mual muntah sejak pasien sadarkan diri di rumah sakit pada tanggal 28 Juli
2017.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis
E4M5V6, tekanan darah 120/86 mmHg, nadi 74x/menit, nafas 20x/menit, suhu36,7oC. Dari
status lokalis regio kepala tidak kelainan, status neurologis tidak ditemukan kelainan.
11
Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hemoglobin 11,1 g/dL, hematokrit
33%, eosinofil 6%, limfosit 17%, monosit 11%, saturasi O2 99%, CD4 166.
Hasil CT-scan kepala ditemukan multiple lesi isodens disertai vasogenic edema
disekitarnya DD/ tuberkuloma, metastasis
ASSESSMENT
- Hydrocephalus dengan multiple SOL intrakranial
PLANNING
- VP Shunt
INSTRUKSI POST OP
- Awasi post pemasangan VP shunt
- Obat :
12
o Ceftriaxone inj 2 x 1 g
o Ranitidin 2x 50 mg
o Ketorolac 3x 30 mg
- Cek DL dan elektrolit post op
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanactionam : malam
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Hidrosefalus berasal dari kata “hidro” yang berarti air dan “chepalus” yang berarti
kepala. Hidrosefalus didefinisikan sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, atau
penyerapan cairan serebrospinal yang mengarah ke peningkatan volume cairan di dalam
susunan saraf pusat. Kondisi ini juga bisa disebut sebagai gangguan hidrodinamik dari cairan
cairan serebrospinal1. Akut hidrosefalus terjadi selama beberapa hari, hidrosefalus subakut
terjadi selama beberapa minggu dan hidrosefalus kronis terjadi selama bulan atau tahun.
Kondisi seperti atrofi otak dan lesi destruktif fokus juga mengakibatkan peningkatan
abnormal cairan serebrospinal dalam susunan saraf pusat11. Hidrosefalus juga didefenisikan
sebagai peningkatan cairan serebrospinal dengan kompartemen intracranial termasuk edema
dan hidrosefalus ex vakum1,24.
Hidrosefalus komunikan disebabkan oleh kelebihan produksi cairan serebrospinal
(jarang), gangguan penyerapan dari cairan serebrospinal (paling sering)12. Hidrosefalus non
kommunikan terjadi ketika aliran cairan serebrospinal terhalang dalam sistem ventrikel atau
dalam outlet untuk ruang arakhnoid, mengakibatkan penurunan cairan serebrospinal dari
ventrikel ke ruang subarachnoid. Bentuk yang paling umum adalah hidrosefalus obstruktif
dan disebabkan oleh lesi massa-menduduki intraventricular atau extraventricular yang
mengganggu anatomi ventrikel13.
Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus, yaitu mengurangi produksi cairan
serebrospinal, memperbaiki hubungan antara tempat produksi cairan serebrospinal,
pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial15.
14
Sebagian besar cairan serebrospinalis yang dihasilkan oleh pleksus koroidalis didalam
ventrikel otak akan mengalir ke foramen Monro ke ventrikel III, kemudian melalui
akuaduktus Sylvius ke ventrikel IV. Dari sana likuor mengalir melalui foramen Magendi dan
Luschka ke sisterna magna dan rongga subarachnoid di bagian cranialmaupun spinal.
Penyerapan terjadi melaluivilus arakhnoid yang berhubungan dengan sistem vena
sepertisinus venosus serebral8.
Meskipun mekanisme absorbsi cairan liquor terganggu, tingkat penyerapan tidak akan
mengalami peningkatan, ini merupakan mekanisme hidrosefalus progresif. Papilloma pleksus
khoroideus yang merupakan kondisi patologis dimana terjadi gangguan pada proses absorbsi
sehingga terjadi akumulasi cairan liqour8. Ketika penyerapan terganggu, upaya untuk
mengurangi pembentukan cairan serebrospinal tidak cenderung memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap volume16.
15
Cairan serebrospinal di dalam ventrikel mengandung hormon, proteoglikan dan ion-
ion yang komposisinya selalu berubah-ubah setiap waktu. Dilatasi ventrikel dapat dijumpai
pada minggu-minggu awal proses pertumbuhan janin dan akan segera kembali normal pada
usia kehamilan 30 minggu. Jaringan mesenkim disekitar permukaan otak akan terorganisasi
membentuk membran pia-arachnoid, sisterna dan rongga subarachnoid. Sisa-sisa mesenkim
nantinya akan membentuk anyaman-anyaman trabekular arachnoid.
16
serebrospinal belum sepenuhnya diketahui. Sekitar 70-80% cairanserebrospinal dihasilkan
oleh pleksus koroideus, dan sisanya bukan dari pleksus koroideus8,20.Cairan serebrospinal
diproduksi sekitar 500 cc per hari (0.35 ml/ menit). Volume total cairan serebrospinal pada
orang dewasa adalah 100-150 cc. 15-25 cc dari jumlah tersebut berada didalam
ventrikel1,2,8,24.
V. Epidemiologi
Insidensi kongenital hidrosefalus pada United States adalah 0.9 per 1.000 kelahira
nhidup21. Insiden hidrosefalus yang didapat tidak diketahui secara pasti karena berbagai
gangguan yang dapat menyebabkan kondisi tersebut. Sekitar 100,000 shunt digunakan setiap
tahunnya dibeberapa negara, namun sedikit informasi yang tersediauntuk negara lainnya. Jika
hidrosefalustidak ditatalaksana, kematian dapat terjadiakibat sekunder tonsilar herniasi akibat
kompresi selotak dan menyebabkan respiratory arrest.
Ketergantungan shunt terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus yang
ditatalaksana dan 50% pada anak-anak dengan hydrocephalus tipe komunikan. Pasien
tersebut sering datang ke rumah sakit untuk revisi shunt atau untuk pengobatan komplikasi
shunt atau kegagalan shunt.Gangguan pengembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-
anak, atau hilangnya fungsikognitif pada orang dewasa, merupakan komplikasi pada
hidrosefalus yang tidak di obati. Hal inidapat menetap setelah pengobatan. Kehilangan visual
juga merupakan penyulit dari hidrosefalusyang tidak diobati dan dapat menetap setelah
pengobatan1.
17
VI. Patofisiologi
Secara teoritis hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu; produksi
liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran liquor, peningkatan tekanan sinus
venosa.Sebagai konsekuensi dari tiga mekanisme diatas adalah peningkatan tekanan
intrakranial sebagaiupaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme
terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dipahami dengan jelas, namun hal ini bukanlah hal
yang sederhana sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi8.
Produksi liquor yang berlebihan hampir semua disebabkan oleh tumor pleksus
khoroid (papiloma dan karsinoma). Adanya produksi yang berlebihan akan menyebabkan
tekananintrakranial meningkat dalam mempertahankan keseimbangan antara sekresi dan
absorbsi liquor,sehingga akhirnya ventrikel akan membesar. Adapula beberapa laporan
mengenai produksiliquor yang berlebihan tanpa adanya tumor pada pleksus khoroid8,11,17.
Gangguan aliran liquor merupakan awal dari kebanyakan dari kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan oleh gangguan aliran akan meningkatkan tekanan
liquorsecara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang. Derajat
peningkatanresistensi aliran cairan liquor ada kecepatan perkembangan gangguan
hidrodinamik berpengaruhpada penampilan klinis17.
18
VIII. Klasifikasi (2)
Hidrosefalus adalah suatu kondisi yang ditandai oleh volume intrakranial cairan cerebrospinal
fuild yang berlebihan. Dapat berupa komunikan dan non komunikan, tergantung pada apakah
atau tidak hubungan cairan cerebrospinal antara sistem ventrikel dan subarachnoid
space1,8,14,15,16
1. Hidrosefalus Obstruktif (Non-komunikans) Terjadi peningkatan tekanan cairan
serebrospinal yang disebabkan obstruksi pada salah satu tempat pembentukan likuor, antara
pleksus koroidalis sampai tempat keluarnya dari ventrikel IV melalui foramen Magendi dan
Luschka.
2. Hidrosefalus Komunikans Terjadi peningkatan tekanan cairan serebrospinal tanpa disertai
penyumbatan sistem ventrikel.
19
c. Hydrocephalus Subakut adalah hydrocephalus yang terjadi diantara waktu
hydrocephalus akut dan kronik.
X. Etiologi
Pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorpsi yang normal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi, misalnya
terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis. Penyebab
penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak yaitu kelainan bawaan,
infeksi, neoplasma dan perdarahan.
1. Kelainan bawaan
a) Stenosis Akuaduktus Sylvius- merupakan penyebab terbanyak. 60%-90% kasus
hidrosefalus terjadi pada bayi dan anak-anak. Umumnya terlihat sejak lahir atau progresif
dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b) Spina bifida dan cranium bifida – berhubungan dengan sindroma Arnord-Chiari akibat
tertariknya medulla spinalis, dengan medulla oblongata dan serebelum letaknya lebih
rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
c) Sindrom Dandy-Walker – atresia kongenital foramen Luschka dan Magendi dengan
akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel, terutama ventrikel IV
yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fossa
posterior.
d) Kista arachnoid - dapat terjadi congenital maupun didapat akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
e) Anomali pembuluh darah – akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria
serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus tranversus dengan akibat obstruksi
akuaduktus.
2. Infeksi - Timbul perlekatan menings sehingga terjadi obliterasi ruang subarachnoid.
Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh
obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran
kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari
meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan arakhnoid sekitar
sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen
terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpendunkularis,
sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar. Selain itu, ibu hamil sering
20
menderita beberapa infeksi, infeksi ini dapat berpengaruh pada perkembangan normal otak
bayi. Seperti:
a) CMV (Cytomegalovirus)
Merupakan virus yang menginfeksi lebih dari 50% orang dewasa Amerika pada saat
mereka berusia 40 tahun. Juga dikenal sebagai virus yang paling sering ditularkan ke anak
sebelum kelahiran. Virus ini bertanggung jawab untuk demam kelenjar.
b) Campak Jerman (rubella)
Merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubella. Virus ditularkan
dari orang ke orang melalui udara yang ditularkan ketika orang terinfeksi batuk atau
bersin, virus juga dapat ditemukan dalam air seni, kotoran dan pada kulit. Ciri gejala dari
beberapa rubella merupakan suhu tubuh tinggi dan ruam merah muda.
c) Mumps
Merupakan sebuah virus (jangka pendek) infeksi akut di mana kelenjar ludah, terutama
kelenjar parotis (yang terbesar dari tiga kelenjar ludah utama) membengkak.
d) Sifilis
Merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual) yang disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum.
e) Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit berseltunggal yaitu
Toxoplasma gondii.
3. Neoplasma - hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. Pada anak, kasus terbanyak yang menyebabkan penyumbatan ventrikel IV dan
akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.
4. Perdarahan - perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.
21
diturunkan11. Hidrosefalus pada kelainan kromosom ini pada umumnya sangat berat
danseringdisertai tanda klinis berupa ibu jari yang teraduksi (adducted thumbs). Apabila
diselidiki,mungkin terdapat riwayat anggota keluarga kandung laki-laki yang juga mengalami
hidrosefalusjuga dan riwayat abortus spontan pada ibu kandungnya.
22
hidrosefalus dikemudian hari. Olehsebab itu, beberapa pusat pelayanan bedah saraf diluar
negeri melakukan pemasangan subgalealshunt atau ventricular reservoir sebagai pengganti
VP-shunt hingga berat anak mencapai 1500 hingga 2000 g. Teknik lain seperti drainase dan
irigasi denganobat-obat fibrinolitik sudah tidakdigunakan lagi karena menimbulkan
komplikasi perdarahan ulang.
23
XVII. Arrested Hydrocephalus
Hidrosefalus dapat berkembang menjadi kondisi kronis, dimana dilatasi ventrikel tetap ada,
tetapi tekanan cairan serebrospinal kembali normal. Kondisi seperti ini lebih cocok
disebutcompensated hydrocephalus. Karena tekanan intrakranial pada kasus ini normal,
tindakan pemasangan shunt justru mengundang bahaya, karena tekanan akan menjadi rendah
dan terjadinya perdarahan subdural.
Tabel 2. Ukuran rata-rata lingkar kepala4. Dikutip dari: Neurosurgery 62 [SHC Suppl 2]: SHC 643-
SHC660, 2008
Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm
24
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan umur penderita17. Gejala yang tampak berupa
gejala akibat tekanan intracranial yang meninggi15. Pada pasien hidrosefalus berusia dibawah
2tahun gejala yang paling umum tampak adalah pembesaran abnormal yang progresif dari
ukuran kepala. Makrokrani mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standart di atas ukuran normal, atau persentil 98 dari kelompok
usianya8,17.Selain itu menentukan telah terjadinya makrokrania juga dapat dipastikan dengan
mengukur lingkaran kepala suboksipito-bregmatikus dibandingkan dengan lingkaran dada
dan angka normal pada usia yang sama. Lebih penting lagi ialah pengukuran berkala
lingkaran kepala yaitu untuk melihat pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat dari
normal15.
Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran,motoris atau kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital, bergantung kepada
kemampuan kepala untuk membesar dalam mengatasi tekanan intracranial yang meninggi.
Bila proses berlangsung lambat, maka mungkin tidak terdapat gejala neurologis walaupun
telah terdapat pelebaran ventrikel yang belum begitu melebar15.
Gejala lainnya yang dapat terjadi ialah spastisistas yang biasanya melibatkan
ekstremitas inferior (sebagai konsekuensi peregangan traktus pyramidal sekitar ventrikel
lateral yangdilatasi) dan berlanjut sebagai gangguan berjalan, gangguan endoktrin (karena
distraksi hipotalamus dan ‘pituitari stalk’ oleh dilatasi ventrikel III)17.
25
hidrosefalus,merupakan petunjuk bahwa hidrosefalus tersebut diakibatkan oleh proses
patologi sekunderseperti akibat tumor, cedera kepala atau meningitis.Keputusan untuk
memasang shunt pada anak yang menunjukan gambaranventrikulomegali sangat sulit. Sekali
alat shunt dipasang pada anak tersebut, akan sangat sulituntuk memutuskan kapan shunt
tersebut dapat dilepas.
Dibeberapa pusat pelayanan bedah sarafdiluar negeri digunakan alat bantu berupa ICP
monitoring3, MR Spectroscopy4 dan magneticresonance measurement of cerebral blood flow5
pada beberapa kasus yang dinilai sulit apakahperlu dipasang shunt atau tidak. Pada
umumnya, keputusan untuk mengambil intervensi padapenderita hidrosefalus didasarkan
pada kecenderungan pertambahan lingkar kepala dari waktu kewaktu, ventrikel yang
melebar, dan perburukan dari gejala klinis4.
26
c. Nyeri leher
d. Nausea, vomiting
e. Penglihatan kabur
f. Diplopia akibat gangguan nervus VI
g. Kesulitan berjalan
h. Inkontinensia
27
periode perinatal dantidak menutup sehingga dapat ditentukan adanya pelebaran
ventrikelventrikel17.
CT-scan/MRI kriteria untuk akut hidrosefalus berupa11,12:
Ukuran kedua temporal horns lebih besar dari 2 mm, jelas terlihat. Dengan tidak
adanya hydrocephalus, temporal horns nyaris tak terlihat, rasio terlebar dari frontal horns
untuk diameter biparietal maksimal (yaitu, Evans ratio) lebih besar dari 30% pada
hidrosefalus, Eksudat Transependymal yang diterjemahkan pada gambarsebagai
hypoattenuationperiventricular (CT) atau hyperintensity (MRI T2-weighted and fluid-
attenuated inversionrecovery [FLAIR] sequences), Tanda pada frontal horn dari ventrikel
lateral dan ventrikel ketiga(misalnya, "Mickey mouse"ventrikel) dapat mengindikasikan
obstruksi aqueductal.
CT-scan/MRI kriteria untuk kronik hidrosefalus berupa11,12:
Temporal horns tidak begitu menonjol dari pada kasus akut, ventrikel ketiga dapat
mengalami herniasi ke dalam sella tursica, macrocrania (misalnya, occipitofrontal
circumference>98th percentile) dapat di jumpai, corpus callosum dapat mengalami atrofi
(tampilan terbaikpada potongan sagittal MRI).
XII. Diagnostik
1) Pemeriksaan funduskopi - Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan papilledema
bilateral ketika tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan mungkin normal, namun,
dengan hidrosefalus akut dapat memberikan penilaian palsu.
2) Foto polos kepala lateral – tampak kepala membesar dengan disproporsi kraniofasial,
tulang menipis dan sutura melebar.
3) Pemeriksaan cairan serebrospinal – dilakukan pungsi ventrikel melalui foramen frontanel
mayor. Dapat menunjukkan tanda peradangan dan perdarahan baru atau lama. Juga dapat
menentukan tekanan ventrikel.
4) CT scan kepala - Meskipun tidak selalu mudah untuk mendeteksi penyebab dengan
modalitas ini, ukuran ventrikel ditentukan dengan mudah. CT scan kepala dapat memberi
gambaran hidrosefalus, edema serebral, atau lesi massa seperti kista koloid dari ventrikel
ketiga atau thalamic atau pontine tumor.CT scan wajib bila ada kecurigaan proses neurologis
akut.
28
XXIII. Diagnosis Banding
Berdasarkan gambaran radiologi, hidrosefalus memiliki gambaran yang hampir sama dengan
holoprosencephaly, hydraencephaly dan atrofi cerebri.
1) Holoprosencephaly - Holoprosencephaly muncul karena kegagalan proliferasi dari
jaringan otak untuk membentuk dua hemisfer. Salah satu tipe terberat dari holoprosencephaly
adalah bentuk alobaris karena biasa diikuti oleh kelainan wajah, ventrikel lateralis, septum
pelusida dan atrofi nervus optikus. Bentuk lain dari holoprosencephaly adalah semilobaris
holoprosencephaly dimana otak cenderung untuk berproliferasi menjadi dua hemisfer. Karena
terdapat hubungan antara pembentukan wajah dan proliferasi saraf, maka kelainan pada
wajah biasanya ditemukan pada pasien holoprosencephaly.
2) Hydranencephaly - Hydranencephaly muncul karena adanya iskemik pada distribusi arteri
karotis interna setelah struktur utama sudah terbentuk. Oleh karena itu, sebagian besar dari
hemisfer otak digantikan oleh CSS. Adanya falx cerebri membedakan antara
hydranencephaly dengan holoprosencephaly. Jika kejadian ini muncul lebih dini pada masa
kehamilan maka hilangnya jaringan otak juga semakin besar. Biasanya korteks serebri tidak
terbentuk, dan diharapkan ukuran kepala kecil tetapi karena CSS terus di produksi dan tidak
diabsorbsi sempurna maka terjadi peningkatan TIK yang menyebabkan ukuran kepala
bertambah dan terjadi ruptur dari falx serebri.
3) Atrofi Serebri - Secara progresif volume otak akan semakin menurun diikuti dengan
dilatasi ventrikel karena penuaan. Tetapi Atrofi didefinisikan sebagai hilangnya sel atau
jaringan, jadi atrofi serebri dapat didefinisikan sebagai hilangnya jaringan otak (neuron dan
sambungan antarneuron). Biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti
multiple sklerosis, korea huntington dan Alzheimer. Gejala yang muncul tergantung pada
bagian otak yang mengalami atrofi. Dalam situasi ini, hilangnya jaringan otak meninggalkan
ruang kosong yang dipenuhi secara pasif dengan CSS.
XXIV. Terapi
Non Bedah
Terapi obat-obatan pada hidrosefalus digunakan untuk menunda intervensi bedah.
Terapi obat-obatan dapat digunakan pada hidrosefalus paska perdarahan (tanpa adanya
hidrosefalus akut). Terapi obat-obatan tidaklah efektif untuk pengobatan jangka panjang dari
hidrosefalus kronis. Terapi ini dapat memicu perubahan metabolik dan dengan demikian
penggunaannya hanya sebagai usaha sementara saja.
29
Obat-obatan dapat mempengaruhi dinamika dari cairan serebrospinal dengan
beberapa mekanisme. Obat-obatan seperti asetazolamide dan furosemid mempengaruhi
cairan serebrospinal dengan cara menurunkan sekresi cairan serebrospinal oleh pleksus
koroideus.
Bedah
Tindakan pembedahan adalah pilhan terapi yang lebih disukai. Salah satu tindakan intervensi
yang dapat dilakukan adalah lumbal pungsi. Lumbal pungsi serial dapat dilakukan untuk
kasus hidrosefalus setelah perdarahan intraventrikuler, karena pada kondisi seperti ini
hidrosefalus dapat hilang dengan spontan. Jika reabsorpsi tidak terjadi ketika kandungan
protein di dalam cairan serebrospinal dibawah 100 mg/dL, reabsorpsi spontan tidak mungkin
terjadi. Lumbal pungsi serial hanya dapat dilakukan pada kasus hidrosefalus komunikan.
Kebanyakan pasien diterapi dengan shunt. Hanya sekitar 25% dari pasien dengan
hidrosefalus yang berhasil diterapi tanpa pemasangan shunt. Prinsip dari shunting adalah
untuk membentuk suatu hubungan antara cairan serebrospnal (ventrikel atau lumbal) dan
rongga tempat drainase (peritoneum, atrium kanan, pleura).
Pada dasarnya alat shunt terdiri dari tiga komponen yaitu; kateter proksimal, katub
(dengan/tanpa reservior), dan kateter distal19. Komponen bahan dasarnya adalah
elastomersilicon. Pemilihan pemakaian didasarkan atas pertimbangan mengenai
penyembuhan kulit yang dalam hal ini sesuai dengan usia penderita, berat badan, ketebalan
kulit dan ukuran kepala. Sistem hidrodinamik shunt tetap berfungsi pada tekanan yang tinggi,
sedang dan rendah, dan pilihan ditetapkan sesuai dengan ukuran ventrikel, status pasien
(vegetative, normal) pathogenesis hidrosefalus, dan proses evolusi penyakit11,17.
Berikut ini adalah beberapa pilihan dari pemasangan shunt :
a. Ventrikulo peritoneal (VP) Shunt adalah yang paling sering digunakan.
Keuntungan dari shunt ini adalah tidak terganggunya fungsi dari shunt akibat
pertambahan dari panjang badan pasien, hal ini dapat dihindari dengan
penggunaan kateter peritoneal yang panjang
b. Ventriculoatrial (VA) shunt yang juga disebut sebagai “vascular shunt”.Dari
ventrikel serebri melewati vena jugularis dan vena cava superior memasuki atrium
kanan. Pilihan terapi ini dilakukan jika pasien memiliki kelainan abdominal
(misalnya peritonitis,morbid obesity, atau setelah operasi abdomen yang luas).
Shunt jenis ini memerlukan pengulangan akibat pertumbuhan dari anak
30
c. Lumboperitoneal shunt digunakan hanya untuk hidrosefalus komunikan, cairan
serebrospinal fistula, atau pseudotumor serebri
d. Ventriculopleural shunt dianggap sebagai terapi lini kedua. Shunt ini hanya
digunakan jika terdapat kontraindikasi pada shunt tipe lainnya
31
DAFTAR PUSTAKA
Albright AL, Pollack IF. Operative Techniques. in: Pediatric Neurosurgery, Thieme;
2001:p.3-14
Ambekar S, Dwarakanath S, Chandramouli B.A, et al. Does CSF Composition Predict
Shunt Malfunction In Tuberculous Meningitis. Indian J Tuberc 2011;58:77-81
De jong W, Sjamsuhidajat R. Buku ajar ilmu bedah edisi 2. Bab 24 Kepala dan Leher
Penerbit buku kedokteran EGC; 2005; 335-386
Espay A J, Murro A M, Talavera F, Caselli R J, Benbadis S R, Crysta H A.
Hydrocephalus. Medscape reference. 2010.
Fenichel, Gerald M. Clinical Pediatric Neurology : A Sign and Symptoms Approach.
United State of America: W.B. Saunders Company. 2001.
Fudge R. A Teacher Guide to Hydrocephalus. Hydrocephalus Association. San
Francisco,California. 2002
Fulkerson D. Interpretation of Cerebrospinal Fluid Parameters in Children with
Hydrocephalus. USA: Indiana.
Garton HJL, Piat JH. Hydrocephalus. Pediatr Clin N Am 2004;51:305-325.
Hamilton MG: Treatment of hydrocephalus in adults. Semin Pediatr Neurol
2009;16(1):34-41.
Harsono. 1996 Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-
publichealth/2152129-epidemiologi/#ixzz2C5b3sAhm
Hassan R dan Alatas H. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian ilmu Kesehatan
Anak,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 2002
Hinojosa AQ. Operative Neurosurgical Techniques, Indication Methods and Result.
6th Ed 2012; 1127-1151.
Kestle JRW. Hydrocephalus in Children: Approach to the Patient. In: Youmans
Neurological Surgery. 6th ed, Vol 2, 2011. Elsevier Saunders: p1982
Lacy M, Oliveira M, Austria E, Frim MD. Neurocognitive outcome after endoscopic
third ventriculocisterostomy in patients with obstructive hydrocephalus. J Int Neuropsychol
Soc 2009;15(3):394-398.
Leliefeld PH, Gooskens RH, Vincken KL, Ramos LM, van der Grond J, Tulleken CA,
Kappelle LJ, Hanlo PW. Magnetic resonance imaging for quantitative flow measurement in
infants with hydrocephalus: a prospective study. J Neurosurg Pediatr. 2008;2(3):163-170
32
LeMay M, Hochberg FH. ventricular differences between hydrostatic hydrocephalus
and hydrocephalus ex vacuo by CT. Neuroradiology 1979;17:191-195
Listiono L D. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara, edisi III; Cedera Kepala Bab 6. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
McCullough DC. A critical evaluation of continuous intracranial pressure monitoring
in pediatric hydrocephalus. Childs Brain 1980;6(5):225-41
Miller JP, Fulop SC , Dashti SR, Robinson S, Cohen AR. Rethinking the indications
for the ventriculoperitoneal shunt. J Neurosurg Pediatrics 2008;1:435–438
Miller PD, Pollack IF, Pang D, Albright AL: Comparison of Simultaneous Versus
Delayed Ventriculoperitoneal Shunt Insertion in Children Undergoing
MyelomeningoceleRepair. J Child Neurol 1996;11:370-372
Pople KI. Hydrocephalus And Shunts:What The Neurologist Should Know. J Neurol
Neurosurg Psychiatry 2002;73(Suppl I):i17–i22
Rekate HL. A contemporary definition and classification of hydrocephalus.
SeminPediatr Neurol 2009;16(1):9-15.
Shiino A, Nishida Y, Yasuda H, Suzuki M, Matsuda M, Inubushi T. Magnetic
resonance spectroscopic determination of a neuronal and axonal marker in white matter
predicts reversibility of deficits in secondary normal pressure hydrocephalus. J Neurol
Neurosurg Psychiatry 2004:1141-1148
Thomson D, Moore JA, Newell DW: Classification of Hydrocephalus. In:
Hydrocephalus. Neurosurgery. Springer, 2009: p427
Tortora GJ, Derrickson BH. The brain and cranial nerves. In: Principles of anatomy
and physiology 12th edn. John Wiley & Sons. 2009
Weprin BE, Swift DM. Complications of Ventricular Shunts. Neurosurgeons for
Children. Childrens Medical Center of Dallas. Dallas, Texas, U.S.A.Techniques in
Neurosurgery.2002; 7(3):224–242.
Woodworth GF, McGirt MJ, Williams MA, Rigamonti D. Cerebrospinal fluid
drainage and dynamics in the diagnosis of normal pressure hydrocephalus. Neurosurgery
2009;64(5):919-925.
Piatt JH. Hydrocephalus. In : Pediatric Neurusurgery, Elseiver Saunders 2004; 305-
325.
33