You are on page 1of 9

EL-VIVO ISSN: 2339-1901

Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

ANTI CANDIDA MINYAK ATSIRI LENGKUAS PUTIH (Alpinia galanga) TERHADAP


Candida albicans PENYEBAB CANDIDIASIS SECARA INVITRO

Anik Andayani1, Ari Susilowati2, Artini Pangastuti3


1
Mahasiswa Prodi Biosain Pascasarjana UNS
2
Dosen Pembimbing I Program Studi Biosain Pascasarjana UNS
3
Dosen Pembimbing II Program Studi Biosain Pascasarjana UNS
( e-mail: Anikandayani73@yahoo.co.id )

ABSTRAK - Penderita HIV atau AIDS rentan terhadap infeksi oportunistik yaitu oral
candidiasis oleh Candida albicans. Keberadaan jamur C. albicans di rongga mulut dapat
menyebabkan Oral candidosis dan merupakan salah satu komplikasi paling tinggi angka
kejadiannya di rongga mulut sekitar 90%. Penggunaan obat sintetik sebagai obat
antifungi lama-kelamaan akan menyebabkan peningkatan resistensi terhadap obat
tersebut. Penggunaan obat tradisional sebagai alternatif pengobatan mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena masyarakat menerapkan gaya hidup kembali ke
alam dan efek samping obat tradisional yang relatif kecil dan harganya lebih terjangkau.
Salah satu bahan alam yang mempunyai aktivitas anti jamur adalah lengkuas putih
(Alpinia galanga). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi minimal
minyak atsiri lengkuas putih dalam menghambat pertumbuhan C. albicans (MIC) dan
konsentrasi minimal minyak atsiri lengkuas putih dalam membunuh C. albicans (MFC),
untuk mengetahui golongan senyawa fitokimia minyak atsiri lengkuas putih yang
memiliki aktivitas antijamur dan untuk mengetahui toksisitas dari minyak atsiri
lengkuas putih terhadap sel fibroblas.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan design experimental laboratory. Ekstrak
minyak atsiri lengkuas putih diperoleh dengan metode destilasi. Pengujian efektivitas
minyak atsiri lengkuas putih dengan metode difusi agar dan dilusi (pengenceran).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi minyak atsiri lengkuas putih 12,5%
mampu menghambat pertumbuhan C. albicans. Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
minyak atsiri lengkuas putih pada konsentrasi 1,56% dan Minimum Fungisidal
Concentration (MFC) minyak atsiri lengkuas putih pada konsentrasi 3,25%.

Kata Kunci: Candida albicans, HIV, Kandidiasis, Minyak Atsiri Lengkuas Putih (Alpinia
galanga), MIC, MFC.

PENDAHULUAN imunokompromistik seperti halnya pada


Penderita HIV atau AIDS sangat rentan penderita HIV atau AIDS (Reznik, 2005;
terinfeksi oportunistik yaitu oral Retno et al.,2009). Dari hasil penelitian
candidiasis akibat infeksi oleh C. pendahuluan dilaporkan bahwa C.
albicans. Keberadaan jamur C. albicans di albicans ditemukan dalam jumlah yang
rongga mulut dapat menyebabkan Oral tinggi dibanding dengan spesies candida
candidosis dan merupakan salah satu yang lain. Jamur C. albicans biasanya
komplikasi paling tinggi angka hidup sebagai saprofit dalam rongga
kejadiannya di rongga mulut sekitar 90%, mulut, usus dan vagina. Pada orang sehat
pada penderita dengan keadaan jamur ini bersifat non patogen, tetapi
1
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

dalam keadaan daya tahan tubuh putih (Alpinia galanga). Tumbuhan yang
menurun jamur ini dapat berubah sifat- telah lama digunakan masyarakat
nya menjadi patogen dan menimbulkan Indonesia sebagai bahan obat penyakit
berbagai keluhan. perut, kudis, panu, dan menghilangkan
Dewasa ini penggunaan obat bau mulut (Kusumaningtyas, 2008)
tradisional sebagai alternatif pengobatan Penelitian yang dilakukan oleh
mengalami peningkatan. Hal ini disebab- Haraguchi, et al., (1996) juga menyatakan
kan oleh kecenderungan masyarakat yang diisolasi dari biji lengkuas putih (Alpinia
menerapkan gaya hidup back to nature galanga) dan identifikasi sebagai (E)-beta,
atau kembali ke alam. Hal tersebut juga 17-epoxylabd-12-16-dial secara sinergis
ditunjang oleh efek samping obat meningkatkan dan aktivitas antifungi
tradisional yang relatif kecil disbanding- dari quercetin dan chalcone melawan C.
kan obat kimia dan harganya yang lebih albicans. Kandungan Alkaloid dapat
terjangkau oleh masyarakat luas menghambat pertumbuhan C. albicans
(Djauhariya dan Hermani, 2004). Sebagian dengan cara menghambat biosentesa
besar senyawa metabolit sekunder dari asam nukleat, flavonoid dapat meng-
tanaman secara tradisional digunakan hambat C. albicans dengan menggangu
untuk tujuan pengobatan. Senyawa- pembentukan pseudohyphae, tanin pada
senyawa metabolit sekunder tersebut konsentrasi tinggi dapat menghambat
memiliki kisaran aktivitas yang luas pertumbuhan jamur dan menghambat
sesuai dengan spesies, topografi dan kerja enzim polifenol oksidase,
iklim dari daerahnya, dan mengandung sedangkan saponin dapat membentuk
senyawa aktif yang berbeda pula. kompleks dengan sterol dan mem-
Menurut Pratiwi (2008), senyawa yang pengaruhi permeabilitas galangal
bersifat sebagai antimikroba adalah (Kusumaningtyas, 2008).
alkaloid, saponin, flavanoid, senyawa Menurut penelitian Hakim, et al.
fenolik hidrokuinon dan tanin. (2012), lengkuas putih (Alpinia galanga)
Berbagai obat berbahan dasar herbal mampu menghambat pertumbuhan C.
adalah sumber daya alami dan tersedia albicans pada konsentrasi 10%,
untuk perawatan kesehatan primer dan sedangkan penelitian yang dilakukan
sistem kesehatan yang dapat melengkapi oleh Handajani (2008), konsentrasi
perawatan. Tidak diragukan lagi, masih penghambatan pertumbuhan minimum
banyak spesies tanaman yang ekstrak etanol lengkuas putih (A.
mengandung zat nilai obat yang belum galanga) terhadap pertumbuhan A.
ditemukan (Mishra, et al.,2011). Salah flavus, F. moniliforme, dan A. niger
satu bahan alam yang mempunyai masing-masing sebesar 816 mg/L, 1.682
aktivitas anti jamur adalah lengkuas

2
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

mg/L dan 3.366 mg/L (Handajani dan Minyak Atsiri Lengkuas Putih.
Purwoko, 2008). Lengkuas putih sebanyak 2 kg setelah
Dari uraian di atas dapat dicuci dilakukan perajangan lalu dikering
disimpulkan indikasi lengkuas putih anginkan. Selanjutnya bahan tersebut
(Alpinia galanga) mempunyai daya anti dimasukkan ke alat destilasi. Minyak
mikroba maka perlu dilakukan penelitian atsiri yang diperoleh dari proses destilasi
tentang Anti Candida Minyak Atsiri uap, kemudian dibuatkan variasi
Lengkuas Putih (Alpinia galanga) konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan
terhadap Candida albicans penyebab 100% dengan menggunakan pelarut
candidiasis secara invitro. DMSO
Pengujian daya hambat dilakukan
METODE PENELITIAN secara in vitro dengan metode difusi agar
Desain Penelitian yang menggunakan metode kertas
Penelitian ini bersifat experimental cakram (Kirby bauer) pada media
laboratory. Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan
diinkubasi selama 48 jam. Pengamatan
Tempat Penelitian dilakukan dengan mengukur diameter
Penelitian uji aktivitas jamur C. albicans zona bening di sekitar metode kertas
dilakukan di laboratorium Fakultas cakram (Kirby bauer) pada masing-
Kedokteran Gigi dan Tropical Disease masing konsentrasi minyak atsiri, kontrol
Central (TDC) Universitas Airlangga positif dan kontrol negatif dengan
Surabaya sedangkan destilasi minyak menggunakan jangka sorong. Data hasil
atsiri lengkuas putih (Alpinia galanga) penelitian ditabulasi dan dianalisis
dilakukan di Laboratorium Balai dengan cara membandingkan diameter
Penelitian dan Konsultasi Industri (BPKI) hambatan untuk semua konsentrasi.
Surabaya Selanjutnya dilakukan metode dilusi
untuk mendapatkan jumlah koloni yang
Waktu Penelitian dapat tumbuh di masing-masing
Penelitian dilakukan pada bulan Maret – konsentrasi untuk mengetahui MIC
Juli 2014. (Minimum Inhibitory Concentration) dan
MFC (Minimum Fungisidal Concentration).
Bahan Penelitian
Isolat jamur yang digunakan pada HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah Candida albicans Alpinia galanga (L.) atau tanaman
yang diperoleh dari laboratorium lengkuas sudah banyak digunakan
Tropical Disease Central (TDC) sebagai anti jamur yaitu lengkuas putih.
Universitas Airlangga Surabaya. Bentuk sediaan yang diuji minyak

3
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

atsirinya. Penggunaan lengkuas secara B. Aktivitas anti candida minyak atsiri


empiris sebagai anti jamur kulit telah Aktivitas Candida minyak atsiri lengkuas
diketahui sejak lama. Penelitian yang putih pada berbagai konsentrasi meng-
telah dilakukan oleh Haraguchi (1996) gunakan metode Kirby Bauer menunjuk-
telah membuktikan bahwa minyak atsiri kan adanya penghambatan pertumbuhan
dan ekstrak air rimpang lengkuas jamur yang di tandai dengan adanya
berkhasiat sebagai anti jamur. Diameter Daya Hambat (DDH). Diameter
Daya Hambat merupakan zona bening
A. Rendemen Minyak Atsiri Lengkuas yang menunjukkan adanya penghambat-
Putih (Alpinia galanga) an pertumbuhan jamur disekitar kertas
Dari destilasi stahl diperoleh minyak cakram dan berwarna keruh pada media
atsiri yang berwarna kecoklatan dengan menunjukkan adanya pertumbuhan
aroma lengkuas yang khas. Pengukuran jamur yang dapat dilihat pada Gambar 1.
ulangan I berat kering 1393 gram
lengkuas putih menghasilkan minyak
atsiri sebanyak 5,3 ml, sehingga
rendemennya adalah 0,38% dan
pengukuran ulangan II berat kering 1340
gram lengkuas putih menghasilkan
minyak atsiri sebanyak 5,2 ml, sehingga
rendemennya adalah 0,39% pada Tabel 1.
Gambar 1. Diameter daya hambat minyak atsiri
Tabel 1. Rendemen minyak atsiri lengkuas putih terhadap Candida albicans pada
lengkuas putih konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan
nistatin (kontrol +)
Ulanga Ulangan
Parameter Rata-rata
nI II
Berat kering 1393 1340 1366,5
ditimbang (gram) Minyak atsiri lengkuas putih
Volume minyak 5,3 5,2 5,25
atsiri (ml) memiliki aktivitas penghambatan
Rendemen (%) v/b) 0,38 0,39 0,385
terhadap jamur Candida albicans. Minyak
Rendemen minyak atsiri ini berbeda atsiri lengkuas putih pada konsentrasi
dengan perhitungan rendemen yang 100% mempunyai aktivitas anti jamur
dilakukan oleh Kusumawardani (2009) yang kuat terhadap jamur Candida
dengan metode penyulingan air yaitu albicans untuk menghambat
0,19%. Cara penyulingan atau destilasi pertumbuhan jamur dengan DDH 10,4
yang berbeda juga dapat menghasilkan mm. Minyak atsiri lengkuas putih pada
rendemen yang berbeda. konsentrasi 50% mempunyai aktivitas
anti jamur sedang terhadap jamur C.
albicans untuk menghambat
pertumbuhan jamur dengan DDH 8,93

4
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

mm. Minyak atsiri lengkuas putih pada Aktivitas anti jamur suatu senyawa
konsentrasi 25% mempunyai aktivitas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
anti jamur sedang terhadap jamur C. lain: kandungan senyawa anti jamur,
albicans untuk menghambat daya difusi, jenis jamur yang dihambat
pertumbuhan jamur dengan DDH 8,20 dan konsentrasi ekstrak (Jawetz et al.,
mm. Minyak atsiri lengkuas putih pada 1996). Konsentrasi ekstrak yang semakin
konsentrasi 12,5% mempunyai aktivitas tinggi menyebabkan terbentuknya zona
anti jamur sedang terhadap jamur C. bening yang semakin besar. Semakin
albicans untuk menghambat pekat konsentrasi suatu ekstrak maka
pertumbuhan jamur dengan DDH 8,07 senyawa aktif yang terkandung di dalam
mm sedangkan pada konsentrasi 6,25% ekstrak tersebut semakin banyak,
tidak ada daya hambat terhadap sehingga berpengaruh terhadap diameter
pertumbuhan jamur C. albicans. zona hambat yang terbentuk (Ajizah,
2004). Menurut Pelezar dan Chan (1986)
menambahkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi suatu ekstrak maka akan
semakin besar efek yang ditimbulkannya.
Menurut Setyaningsih (2008) bahwa
kekuatan anti jamur digolongkan
menjadi 4, yaitu bila diameter hambat 5
mm atau kurang maka aktivitas
penghambatnya dikategorikan lemah,
diameter daya hambat 5-10 mm
Gambar 2. Histogram Daya Hambat minyak
atsiri lengkuas putih terhadap pertumbuhan
dikategorikan sedang, diameter daya
jamur C. albicans hambat 10-19 mm dikategorikan kuat
dan diameter daya hambat 20 mm atau
Berdasarkan Gambar 2, secara umum
lebih dikategorikan sangat kuat.
terlihat bahwa penurunan konsentrasi
Untuk mengetahui efektivitas
minyak atsiri lengkuas putih sebanding
Diameter Daya Hambat minyak atsiri
dengan penurunan besarnya diameter
pada C. albicans dianalisis dengan
daya hambat. Hal ini terjadi karena
menggunakan ANOVA (One way Anova).
semakin meningkatnya konsentrasi
Pada uji Anova, asumsi-asumsi yang
minyak astiri lengkuas putih maka
harus dipenuhi adalah kenormalan data
kandungan yang bersifat anti jamur
dan homogen varian. Dari hasil output
semakin banyak sehingga daya hambat
SPSS yang disajikan pada lampiran,
terhadap pertumbuhan jamur semakin
menunjukkan bahwa data eksperimen
besar.
pertumbuhan jamur telah memenuhi

5
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

asumsi kenormalan data dan homogen hambat. Perbedaan yang timbul disebab-
varian karena memiliki nilai signifikan kan penggunaan metode yang berbeda
lebih besar dari α (0,05). Hasil Anova oleh Kusumawardani (2009) menunjuk-
menunjukkan bahwa minyak atsiri kan bahwa salep dengan konsentrasi
lengkuas putih pada masing-masing minyak atsiri lengkuas putih 8%
konsentrasi berbeda memberikan memberikan diameter hambatan 0,22 cm.
pengaruh yang signifikan terhadap Penelitian dilakukan dengan mengguna-
pertumbuhan jamur C. albicans yang kan metode sumuran pada jamur C.
berarti konsentrasi minyak atsiri albicans. Hal ini menunjukkan bahwa
lengkuas putih mempengaruhi besar minyak atsiri lengkuas putih baik murni
kecilnya diameter daya hambat terhadap maupun sediaan formulasi dapat mem-
jamur C. albicans. berikan efek anti jamur terhadap C.
Berdasarkan uji LSD juga dapat albicans.
disimpulkan bahwa konsentrasi 100%
minyak atsiri lengkuas putih memiliki C. Minimum Inhibitor Concentration
efektivitas daya hambat yang paling (MIC) dan Minimum Fungisidal
besar dibandingkan konsentrasi yang Concentration (MFC)
lain, tetapi efektivitas ini belum Minimum Inhibitor Concentration (MIC)
menyamai efektivitas dari kontrol positif. minyak atsiri lengkuas putih pada
Minyak atsiri lengkuas putih dengan berbagai konsentrasi menggunakan
konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% dapat metode dilusi atau pengenceran
menghambat pertumbuhan jamur C. memberikan hasil yang berbeda. Hal ini
albicans dan pada konsentrasi 6,25% dapat dilihat jumlah koloni C. albicans
tidak dapat menghambat pertumbuhan pada tabel 3.
C.albicans. Menurut penelitian Caburin Pada konsentrasi 1,56% terdapat
dan Osi (2010), yang melakukan pertumbuhan koloni C. albicans
penelitian efek anti jamur minyak atsiri sebanyak 14,3 koloni. Pada konsentrasi
hijau terhadap pertumbuhan C. albicans 0,78% terdapat pertumbuhan koloni C.
secara in vitro, sedangkan efek anti albicans sebanyak 25,3 koloni. Dari hasil
jamur minyak atsiri daun sirih merah tersebut, dapat diketahui bahwa ada efek
terhadap C. albicans secara in vitro telah anti jamur dari minyak atsiri lengkuas
dilakukan oleh Sulistiyani et al., (2007). putih dengan konsentrasi Minimum
Pada penelitian ini minyak atsiri daun Inhibitor Concentration (MIC) adalah
sirih hijau konsentrasi 6,25% sudah konsentrasi terendah yang mampu
menghasilkan daya hambat, sedangkan menghambat pertumbuhan jamur adalah
minyak atsiri daun sirih merah pada sebesar 1,56%. Semakin besar konsentrasi
konsentrasi 10% menghasilkan daya minyak atsiri lengkuas putih yang

6
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

diberikan semakin kuat kemampuan dengan nilai Minimum Fungisidal


hambat pada pertumbuhan jamur C. Concentration (MFC) sebesar 0,25%
albicans, dimana konsentrasi 3,25% tidak terhadap jamur C. albicans.
didapatkan pertumbuhan jamur C. Penurunan jumlah koloni C. albicans
albicans atau dapat ditentukan sebagai pada penelitian ini terjadi karena adanya
Minimum Fungisidal Concentration (MFC) kandungan pada minyak atsiri lengkuas
dari minyak atsiri lengkuas putih. putih yang diduga berpotensi sebagai
Pertumbuhan koloni jamur C. albicans anti jamur. Menurut Jirovetz et al (2003),
yang dapat dilihat pada Gambar 3. senyawa bioaktif dalam minyak atsiri
dapat berupa senyawa golongan
terpenoid. Golongan ini diketahui sebagai
penyusun minyak atsiri yang utama pada
tanaman. Menurut Choi (2008) dan Daisy,
et al (2008), golongan terpenoid diketahui
mampu menghambat sintesa ergosterol
pada membran sel yang merupakan
komponen sterol penting pada membran
sel C. albicans. Mekanisme peng-
hambatan biosintesis ergosterol dalam
Gambar 3. Konsentrasi minyak atsiri 1,56%
menunjukkan Minimum Inhibitor Concentration sel C. albicans yaitu dengan mengubah
(MIC) (gambar B) dan Konsentrasi minyak atsiri
3,25% menunjukkan Minimum Fungisidal permeabilitas membran dan mengubah
Concentration (MFC) (gambar C) dan kontrol (+)
fungsi membran dalam proses
(gambar D) setelah di inkubasi selama 48 jam
pengangkutan senyawa-senyawa
Penelitian efek anti jamur minyak essensial yang dapat menyebabkan
atsiri daun sirih hijau terhadap C. ketidakseimbangan metabolik sehingga
albicans secara in vitro dilakukan oleh menghambat pertumbuhan atau
Caburin dan Osi (2010), sedangkan efek menimbulkan kematian sel jamur. Bagian
anti jamur minyak atsiri daun sirih lipofilik pada terpenoid berpartisipasi ke
merah terhadap C.albicans secara in vitro dalam struktur dan fungsi membran
dilakukan oleh Sulistiyani dkk (2007). sehingga menyebabkan perubahan
Keduanya menggunakan metode dilusi fluiditas membran, mengubah
cair. Minyak atsiri daun sirih hijau lingkungan lipid protein membran,
memiliki aktivitas anti jamur dengan nilai melisiskan membran sel, dan
Minimum Inhibitor Concentration (MIC) mengganggu aktivitas enzimatik
sebesar 250 µg/mL terhadap jamur C. membran yang dapat merusak
albicans sedangkan minyak atsiri sirih pembentukan dinding sel. Kekurangan
merah memiliki aktivitas anti jamur ergosterol menyebabkan ketidakstabilan

7
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

membran sehingga menurunkan aktivitas membunuh C. albicans pada


enzim yang berkaitan dengan membran konsentrasi 3,25%
dan mengakibatkan peningkatan
permeabilitas serta hambatan B. Saran
pertumbuhan dan perbanyak sel. 1. Perlu dilakukan penelitian lebih
Dari hasil tersebut juga dapat dilihat lanjut pada konsentrasi 3,25%
setiap peningkatan konsentrasi dari minyak atsiri lengkuas putih
minyak atsiri lengkuas putih terjadi (Alpinia galanga) yang aman dan
penurunan pertumbuhan koloni C. efektif sebagai obat anti jamur
albicans. Hal ini sesuai dengan pendapat khususnya jamur Candida albicans.
Verma (2011), bahwa senyawa diterpen 1 2. Perlu dilakukan penelitian lebih
yang terkandung pada ekstrak lengkuas lanjut toksisitas sub kronis dan
putih yang diidentifikasi sebagai (E)-8 kronis minyak atsiri lengkuas putih
beta, 17-epoxylabd-12-ene-15, 16-dial terhadap hewan uji mencit jantan
secara sinergis meningkatkan aktivitas untuk mengetahui efek jangka
anti jamur dari quercetin dan chalcone panjang.
melawan C.albicans dengan cara
melisiskan protoplasma dari jamur C. DAFTAR PUSTAKA
albicans sehingga dapat diketahui bahwa
Ajizah A., 2004. Sensitivitas Salmonella
aktivitas anti jamur lengkuas putih thypimurium Terhadap Ekstrak Daun
Psidium guajava L. J.
berhubungan dengan perubahan lipid
Bioscientiae.1(1): hlm. 31-38
galangal dari sel jamur yang berakibat Caburin A.B., & Osi M.O. 2010.
Characterization and Evaluation of
pada perubahan permeabilitas membran-
Antimicrobial Activity of The Essential
nya. Senyawa diterpen yang terkandung Oil From The Leaves of Piper Betle L.
E-Int. Sci. Res. J. 2(1): hlm. 1-13
dalam lengkuas putih bersifat sitotoksik
Choi, H.W.2008. A Role for a Methone
terhadap jamur dimana dapat dilihat Reductase in Resistance Against
Microbial Pathogens in Plants,
pada konsentrasi 50% tidak terjadi
(online),
pertumbuhan koloni C. albicans yang http://www.plantphysiol.org/cgi/con
tent/full/148/1/383. diakses tanggal
berarti konsentrasi 50% merupakan
19 november 2013.
Minimum Fungisidal Concentration (MFC). Daisy P, Mathew S, Suveena S, dan Rayan
N.A. 2008. A Novel Terpenoid From
Elephantopus Scaber – Antibacterial
KESIMPULAN DAN SARAN Activity on Staphylococcus Aureus: A
substiante Computational Approach.
A. Kesimpulan
International Journal of Biomedical
1. Minyak atsiri lengkuas putih Science 4(3): hlm. 193-203
Djauhariya, E & Hernani. 2004. Gulma
(Alpinia galanga) efektif meng-
Berkhasiat Obat. Cetakan I. Jakarta:
hambat pertumbuhan C. albicans Penebar Swadaya.
pada konsentrasi 1,56% dan mampu

8
EL-VIVO ISSN: 2339-1901
Vol.2, No.2, hal 1 – 9, September 2014 http://jurnal.pasca.uns.ac.id

EUCAST. 2009. Antimicrobial Pelezar MJ, & Chan ECS. 1986. Dasar-
Susceptibility Testing: EUCAST Disk Dasar Mikrobiologi I. Ratna Sri H.,
Diffusion Method. Version 1.0, penerjemah: Jakarta: Univeritas
Desember 18, 2009. European Indonesia Press.
Committe on Antimicrobial Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Susceptibity Testing Jakarta. Gelora Aksara Pratama
Hakim FR, Fakhruzazi, & Cahya C. 2012. Retno, Vitanata dan Prihartini, 2009.
The inhibition response of Alpinia Ekspresi Gen SAP3 Pads Oral
galanga rhizome extract 10% and Candidiasis Sebagai Marker
Apinia purpurata rhizome extrat 10% Diagnostik Prediktor Keparahan
toward the growth of Candida HIV/AIDS. LPPM, Unair.
albicans. Research Report. Faculty of Reznik DA, 2005. Perpective Oral
Dentistry, Syiah Kuala University. manifestation of HIV Disease.Topic in
Aceh Indonesia. hlm 1-13 HIV medicine, 2005.Vol 13 (5). hlm
Haraguchi H, Kuwata Y, & Shingu K. 1996. 143-148
Antifungal Activity from Alpinia Sulistiyani N., Sasongko H., Hertanti M., &
galanga and the competition for Lana L.M. 2007. Aktivitas
incorporotion of unsaturated fatty Antimikroba Minyak Atsiri Daun Sirih
acids in cell growth. Planta Med. 1996 Merah Piper crocatum Ruiz & Pav
Aug;62(4): 308-13. Diakses pada 6 Terhadap Staphylococcus aureus,
Maret 2013. Escherichia coli dan Candida albicans
Handajani, NS. & Purwoko, T. 2008. serta Identifikasi Komponen
Aktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas Kimianya. Media Farmasi. 6: hlm. 33-
(Alpinia galanga) terhadap 39
Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp. Verma RK, Mishra G, Singh P, Jha KK, &
Penghasil Aflatoksin dan Fusarium Khosa RL. 2011. Alpinia galanga – An
moniliforme. Bioversitas ISSN: 1412- Important Medicinal Plant: A review
033X Volume 9, No . 3 Juli 2008. hlm Der Pharmacia Sinica, 2011, 2 (1).
161-164. hlm 142-154
Jawetz E, Melnick JL., & Adellberg EA. WHO. 2009. HIV / AIDS in the South-East
1996. Mikrobiologi untuk Profesi Asia Region. New Delhi: World Health
Kesehatan, diterjemahkan oleh Organization.
Tonang, H., Ed. 16, 21, 126, 147, 150,
299. Jakarta. EGC, Penerbit Buku
Kedokteran.
Kusumaningtyas E, Sukmawati L, & Astuti
E. 2008. Evalution of group of
Alpiniagalanga n-hexane-Extract
against Candida albicans by
bioautography and thin layer
chromatography.JITV 13(4). hlm 323-
328.
Kusumawardani, N.F., 2009, Skripsi
Formulasi Salep Minyak Atsiri
Rimpang Lengkuas (Alnia galanga
(L.) Swatz Basis Lemak dan PEG 4000
Dengan Uji Sifat Fisik dan Uji
Aktivitas Antijamr Candida albicans.
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Mishra G, Verma RK, Singh P, Jha KK, &
Khosa Rl. 2011. Alpinia galanga-An
Important Medicinal Plant: A review
Der Pharmacia Sinica.

You might also like