You are on page 1of 11

NAMA : MUHAMMAD RAFIF SYAFI

NPM : 171210059

THE LEGEND OF RAWA PENING

Once upon a time in old Java there was a village. Pening was its name. Pening was a
prosperous village. The land was fertile and the weather was always good all year round. It
was on the slope of Mount Merbabu so the climate was cool. People made their living by
cultivating rice, vegetables and fruits. The harvest was always satisfying. So all of them
lived a happy life. That’s why once a year they held a ceremony called ‘Bersih desa’. It was
a kind of thanks giving day. It was a day when they express their thankfulness to God for a
successful harvest. They would clean their village and then they would pray together. At
night they would have a dinner together and held teater performances.

One day after a succesful harvest they would celebrate it. That time they wanted something
special. They wanted more meat for dinner. So they went hunting in a wood. Just outside of
the village there was a wood where there were many animals like deer, buffalo, mouse deer,
lamb and many other. But that day there was no animal at all. Animals were nowhere to be
seen. They had searched every inch of the wood but still their effort were in vain. When it
was almost dark, they were very tired so they took a rest. They sat on something that look
like a rock and a big root. Everybody was silent because they were exhausted and
disappointed.

Then suddenly someone chopped the big root with his sword to relief his disappointment.
Amazingly there was blood coming out of the root. They were surprised. Someone tried to
chop it deeper. He found meat ! So they chopped more and more. After their bags were full
of meat they were satisfied. Then they went home happily.

That night the people of Pening were preparing a big dinner. They wanted a special dinner
with the meat they got from the wood. Just as they were preparing dinner, a boy came to the
village. He looked poor. He begged food to some people. But they refused. Someone said :

‘We are preparing dinner. You may come to our dinner tonight. But not now’.

‘But I am very hungry, please’.

‘Just come here tonight’.

But then there was an old widow who took care of him. She was just a poor widow. She
gave him food and shelter.

‘You may take a rest here. Join us tonight for dinner’.

‘Thank you very much. You are very kind to me. You are the only one who helped me.
That’s why I will save you. Tonight there will be a great event here’.

‘Yes, there will be a great party’.


‘No, I mean something special’

‘What do you mean?’

‘I cannot say now. But listen to me. Prepare a boat for you’

‘Why? What will happen?’

‘Just do as I say’

‘Please tell me what will happen?’

‘OK, you are very kind to me so I will tell you but please promise me you won’t tell anyone’.

‘OK, I promise’

‘I am Naga Baru Klinting. I am a dragon. I was meditating in the slope of Mount Merbabu
when your people hurt me. They hurt me by chopping my body. Now they are preparing
dinner with meat from my body. So I will take my revenge tonight, but I will save you.
Prepare a boat for you’.

‘Oh, please don’t do that. Forgive my people’

‘Whatever will be , will be. Good bye’.

Then the boy left. Just before the dinner began at the village hall some boys were playing in
the yard. Suddenly a boy came to them.

‘Hi guys a have a game for you’

Then he held a small bamboo and attached it to the ground.

‘If you can pull it, I will give you a special present’

‘Oh, that’s very easy’, a boy said.

He tried to pull it but it was very strong so he could not pull it. Another boy tried but he also
failed. Everybody failed. Then this game drew adult’s attention. One by one they tried to
pull but all of them could not make it. When many people gathered then the boy said.

‘O people of Pening. I am Naga Baru Klinting. I am a dragon. I was meditating in the slope
of mount Merbabu when you chopped me. Now I will take my revenge. Enjoy your party’.

Then he pulled the bamboo. Amazingly, water poured from the ground. The water
immediately flooded the village. Finally the whole village sank under water. They were all
drowned and died in the lake. There was only one survivor. The poor old widow. She had
prepared a simple boat so she could survive. Since then on the lake is called Rawa Pening.
Rawa means lake in Javanese and Indonesian language. Today the lake is located in the
province of central Java, Indonesia.
LEGENDA RAWA PENING

Dahulu kala di Jawa kuno ada sebuah desa. Pening adalah namanya. Pening adalah desa yang
makmur. Tanahnya subur dan cuacanya selalu bagus sepanjang tahun. Itu di lereng Gunung
Merbabu sehingga iklimnya dingin. Orang-orang mencari nafkah dengan menanam padi,
sayuran dan buah-buahan. Panen selalu memuaskan. Jadi mereka semua hidup bahagia. Itu
sebabnya setahun sekali mereka mengadakan upacara yang disebut 'Bersih desa'. Itu adalah
semacam ucapan terima kasih yang memberi hari. Itu adalah hari ketika mereka
mengucapkan terima kasih kepada Tuhan untuk panen yang sukses. Mereka akan
membersihkan desa mereka dan kemudian mereka akan berdoa bersama. Pada malam hari
mereka akan makan malam bersama dan mengadakan pertunjukan teater.
Suatu hari setelah panen yang sukses mereka akan merayakannya. Saat itu mereka
menginginkan sesuatu yang istimewa. Mereka menginginkan lebih banyak daging untuk
makan malam. Jadi mereka pergi berburu di hutan. Di luar desa ada sebuah hutan di mana
ada banyak hewan seperti rusa, kerbau, kancil, domba, dan banyak lainnya. Tetapi hari itu
tidak ada hewan sama sekali. Hewan tidak terlihat. Mereka telah mencari setiap inci kayu,
tetapi usaha mereka sia-sia. Ketika hari sudah hampir gelap, mereka sangat lelah sehingga
mereka beristirahat. Mereka duduk di sesuatu yang terlihat seperti batu dan akar besar.
Semua orang diam karena mereka kelelahan dan kecewa.
Lalu tiba-tiba seseorang memotong akar besar dengan pedangnya untuk menghilangkan
kekecewaannya. Hebatnya, ada darah yang keluar dari akarnya. Mereka terkejut. Seseorang
mencoba memotongnya lebih dalam. Dia menemukan daging! Jadi mereka cincang lagi dan
lagi. Setelah tas mereka penuh dengan daging, mereka puas. Lalu mereka pulang dengan
bahagia.
Malam itu orang-orang Pening sedang menyiapkan makan malam besar. Mereka
menginginkan makan malam spesial dengan daging yang mereka dapatkan dari kayu. Saat
mereka menyiapkan makan malam, seorang bocah laki-laki datang ke desa. Dia terlihat
miskin. Dia memohon makanan kepada beberapa orang. Tetapi mereka menolak. Seseorang
berkata :
"Kami sedang menyiapkan makan malam. Anda bisa datang ke makan malam kami malam
ini. Tapi tidak sekarang'.
"Tapi saya sangat lapar, kumohon."
‘Datanglah ke sini nanti malam’.
Tapi kemudian ada seorang janda tua yang merawatnya. Dia hanya seorang janda miskin. Dia
memberinya makanan dan tempat tinggal.
‘Anda boleh beristirahat di sini. Bergabunglah dengan kami malam ini untuk makan malam '.
'Terima kasih banyak. Kamu sangat baik padaku. Anda adalah satu-satunya yang membantu
saya. Itu sebabnya saya akan menyelamatkan Anda. Malam ini akan ada acara hebat di sini ’.
"Ya, akan ada pesta yang luar biasa".
"Tidak, maksud saya sesuatu yang istimewa"
'Apa maksudmu?'
"Saya tidak bisa mengatakannya sekarang. Tapi dengarkan aku. Siapkan perahu untuk Anda '
'Mengapa? Apa yang akan terjadi?'
‘Lakukan saja seperti yang saya katakan’
‘Tolong beri tahu saya apa yang akan terjadi?’
"Oke, Anda baik sekali kepada saya, jadi saya akan memberi tahu Anda, tetapi tolong berjanji
bahwa Anda tidak akan memberi tahu siapa pun".
‘OK, saya berjanji’
‘Saya Naga Baru Klinting. Saya seorang naga. Saya sedang bermeditasi di lereng Gunung
Merbabu ketika orang-orang Anda menyakiti saya. Mereka menyakiti saya dengan
memotong tubuh saya. Sekarang mereka menyiapkan makan malam dengan daging dari
tubuh saya. Jadi saya akan membalas dendam malam ini, tetapi saya akan menyelamatkan
Anda. Siapkan perahu untuk Anda ’.
"Oh, tolong jangan lakukan itu. Maafkan orang-orang saya
'Apa yang terjadi terjadilah. Selamat tinggal'.
Kemudian anak lelaki itu pergi. Tepat sebelum makan malam dimulai di balai desa, beberapa
anak laki-laki sedang bermain di halaman. Tiba-tiba seorang bocah datang kepada mereka.
‘Hai teman-teman, ada permainan untuk Anda’
Kemudian dia memegang bambu kecil dan menempelkannya ke tanah.
"Jika kamu bisa menariknya, aku akan memberimu hadiah spesial"
'Oh, itu sangat mudah', kata seorang anak laki-laki.
Dia mencoba menariknya tetapi itu sangat kuat sehingga dia tidak bisa menariknya. Anak
laki-laki lain mencoba tetapi dia juga gagal. Semua orang gagal. Maka game ini menarik
perhatian orang dewasa. Satu demi satu mereka mencoba untuk menarik tetapi mereka semua
tidak berhasil. Ketika banyak orang berkumpul, kata bocah itu.
‘O orang Pening. Saya Naga Baru Klinting. Saya seorang naga. Saya sedang bermeditasi di
lereng gunung Merbabu ketika Anda mencincang saya. Sekarang saya akan membalas
dendam saya. Selamat berpesta'.
Lalu dia menarik bambu. Hebatnya, air mengalir dari tanah. Air segera membanjiri desa.
Akhirnya seluruh desa tenggelam di bawah air. Mereka semua tenggelam dan mati di danau.
Hanya ada satu orang yang selamat. Janda tua malang. Dia telah menyiapkan perahu
sederhana agar dia bisa bertahan hidup. Sejak saat itu di danau disebut Rawa Pening. Rawa
berarti danau dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Hari ini danau ini terletak di provinsi
Jawa Tengah, Indonesia.
NAMA : Syahrul Rahmatulloh

NPM : 171210101

Lutung Kasarung
A long time ago in west Java there was a kingdom. The king was Prabu Tapak Agung. He
had two beautiful daughters and no son. Purba Rarang was his first daughter, and Purba Sari
was his second daughter. When the king was about to pass away he gave the throne to his
second daughter, Purba Sari. Purba Rarang was very disappointed. She thought that she
deserve to replace her father as the ruler. She discussed the situation with her fiancé,
Indrajaya.

Then she got an evil idea. She asked a witch to cast a spell to Purba Sari. Soon after that
Purba Sari had a strange skin disease. There were black dots on her skin. She also had skin
rash. Consequently Purba Rarang had a reason to tell people that her sister had a great sin
and she was cursed by god. She told her people that such a person did not qualify to be a
leader.

After that she ordered the army to send Purba Sari to a wood and had her exiled there. The
army then built a wooden house for Purba Sari in a wood. So Purba Sari lived in the wood.
As there were many animals in the wood she got along with them well.

Her best friend was a black monkey. She called the monkey Lutung Kasarung. Lutung was
very attentive and very kind to her. He gave fruits and vegetables to Purba Sari.

Lutung Kasarung was not an ordinary monkey. He often meditates like human being. One
night when there was a full moon he sat meditating. He was praying to God. Suddenly a
spring emerged beside Lutung. It became bigger and bigger and finally it became a lake. The
water was very clear and aromatic.

The next day Lutung came to see Purba Sari. He asked her to follow him. Lutung took her to
the lake and asked her to take a bath. When Purba Sari took bath in the lake something
strange happened. Her skin disease was gone and her smooth fair skin was back. Purba Sari
was very happy and thankful to God.
Meanwhile Purba Rarang who lived in the palace wanted to see her sister. So she went to the
wood with her soldiers. She was very surprised when she saw Purba Sari was in good
condition and looked beautiful. Her evil heart led her to find a way to beat her sister. Then
she asked her sister to measure the length of their hair. The one who had the longest hair
would win. Purba Sari’s hair proved to be longer than Purba Rarang’s.

Purba Rarang was very jealous to her sister. She thought hard to find a way to beat Purba
Sari. Then she got another idea. She asked her sister to compare their fiancé. Purba Rarang
was sure that she would win because Indra Jaya was very handsome. She was sure that Purba
Sari did not have any fiancé. When Purba Rarang showed Indra Jaya, Purba Sari was
confused. So she just appointed Lutung Kasarung as her fiancé.

Purba Rarang laughed out loud.

‘So your fiancé is a monkey?’

Lutung Kasarung then sat on the ground. He was meditating and praying to God. Then
amazingly he changed into a very handsome man. Initially Lutung Kasarung was a
handsome man who was punished by God and became a monkey. After some years that day
he got clemency from God and he became human being again.

Purba Rarang was very surprised. He had no choice but to accept that her sister was better
than her. She asked for apology. Purba Sari gave her apology. After that they went back to
palace. Purba Sari became the queen and married to Lutung Kasarung.
LUTUNG KASARUNG

Dahulu kala di Jawa Barat ada sebuah kerajaan. Sang raja adalah Prabu Tapak Agung. Dia
memiliki dua putri yang cantik dan tidak memiliki putra. Purba Rarang adalah putri
pertamanya, dan Purba Sari adalah putri keduanya. Ketika raja hampir meninggal ia
menyerahkan tahta pada putri keduanya, Purba Sari. Purba Rarang sangat kecewa. Dia
berpikir bahwa dia layak menggantikan ayahnya sebagai penguasa. Dia mendiskusikan
situasi dengan tunangannya, Indrajaya.

Lalu dia mendapat ide jahat. Dia meminta seorang penyihir untuk merapal mantra ke Purba
Sari. Segera setelah itu Purba Sari mengalami penyakit kulit yang aneh. Ada titik-titik hitam
di kulitnya. Dia juga memiliki ruam kulit. Akibatnya Purba Rarang memiliki alasan untuk
memberitahu orang-orang bahwa saudara perempuannya memiliki dosa besar dan dia dikutuk
oleh tuhan. Dia mengatakan kepada orang-orangnya bahwa orang seperti itu tidak memenuhi
syarat untuk menjadi seorang pemimpin.

Setelah itu dia memerintahkan tentara untuk mengirim Purba Sari ke kayu dan diasingkan di
sana. Tentara kemudian membangun rumah kayu untuk Purba Sari di hutan. Jadi Purba Sari
tinggal di hutan. Karena ada banyak binatang di hutan dia bisa bersama mereka dengan baik.

Sahabatnya adalah monyet hitam. Dia memanggil monyet Lutung Kasarung. Lutung sangat
penuh perhatian dan sangat baik padanya. Dia memberi buah dan sayuran ke Purba Sari.

Lutung Kasarung bukanlah monyet biasa. Dia sering bermeditasi seperti manusia. Suatu
malam ketika ada bulan purnama dia duduk bermeditasi. Dia sedang berdoa kepada Tuhan.
Tiba-tiba muncul mata air di samping Lutung. Itu menjadi lebih besar dan lebih besar dan
akhirnya menjadi danau. Airnya sangat jernih dan aromatik.

Keesokan harinya Lutung datang untuk melihat Purba Sari. Dia memintanya untuk
mengikutinya. Lutung membawanya ke danau dan memintanya untuk mandi. Ketika Purba
Sari mandi di danau, sesuatu yang aneh terjadi. Penyakit kulitnya hilang dan kulitnya yang
halus mulus kembali. Purba Sari sangat bahagia dan bersyukur kepada Tuhan.

Sementara Purba Rarang yang tinggal di istana ingin melihat saudara perempuannya. Jadi dia
pergi ke hutan dengan prajuritnya. Dia sangat terkejut ketika melihat Purba Sari dalam
kondisi baik dan terlihat cantik. Hatinya yang jahat membimbingnya untuk menemukan cara
untuk mengalahkan saudara perempuannya. Kemudian dia meminta saudara perempuannya
untuk mengukur panjang rambut mereka. Orang yang memiliki rambut terpanjang akan
menang. Rambut Purba Sari terbukti lebih panjang dari Purba Rarang.

Purba Rarang sangat cemburu kepada saudara perempuannya. Dia berpikir keras untuk
menemukan cara mengalahkan Purba Sari. Lalu dia mendapat ide lain. Dia meminta saudara
perempuannya untuk membandingkan tunangan mereka. Purba Rarang yakin dia akan
menang karena Indra Jaya sangat tampan. Dia yakin bahwa Purba Sari tidak memiliki
tunangan. Ketika Purba Rarang menunjukkan Indra Jaya, Purba Sari bingung. Jadi dia hanya
menunjuk Lutung Kasarung sebagai tunangannya.

Purba Rarang tertawa terbahak-bahak.

"Jadi tunanganmu monyet?"

Lutung Kasarung lalu duduk di tanah. Dia sedang bermeditasi dan berdoa kepada Tuhan.
Kemudian luar biasa dia berubah menjadi pria yang sangat tampan. Awalnya Lutung
Kasarung adalah pria tampan yang dihukum oleh Tuhan dan menjadi seekor monyet. Setelah
beberapa tahun hari itu dia mendapat grasi dari Tuhan dan dia menjadi manusia lagi.

Purba Rarang sangat terkejut. Dia tidak punya pilihan selain menerima bahwa kakaknya lebih
baik darinya. Dia meminta maaf. Purba Sari memberikan permintaan maafnya. Setelah itu
mereka kembali ke istana. Purba Sari menjadi ratu dan menikah dengan Lutung Kasarung.
NAMA : TRI SAPUTRA

NPM : 151210131

SI PITUNG
Pitung is a pious young man from Rawa Belong. He diligently studied the Koran in Haji
Naipin. Finished learning the Koran he was trained in martial arts. After years of religious
knowledge and the ability to master the martial increased.

At that time the Dutch were colonized Indonesia. Pitung pitied the plight experienced by
young people. Meanwhile, kumpeni (the name for the Netherlands), a group of employer and
the landlord lives wallowing in luxury. Homes and their fields guarded by thugs who
ferociously.

With the assistance of his friends of the Rais and Jii, Pitung began planning the robbery of the
employer and the wealthy landlords. Rampokannya results were distributed to the poor. In
front of a starving family home laid Sepikul rice. Families who wrapped it provides
compensation payable moneylenders. And orphaned children parcel dikiriminya clothes and
other gifts.

Pitung success and his friends because of two things. First, it has a high martial arts and
dikhabarkan they are immune to bullets. Second, people do not want to tell where Pitung is
now. However, the robbery victim Pitung rich with kumpeni always trying to persuade
people to open my mouth.

Kumpeni also use violence to force people to testify. One day, kumpeni and wealthy
landlords managed to get information about family Pitung. So they seized both her parents
and the Hajj Naipin. With a heavy ordeal finally they get the information about where and
confidential Pitung are immune.

Armed with all that information, police were ambushed Pitung kumpeni. Of course Pitung
and his friends fight. But unfortunately, information about the immune secret Pitung already
open. He was pelted with rotten eggs and shot. Thus he was killed seketika.Meskipun to
Jakarta, Pitung still regarded as a defender of the common people.

oOo
SI PITUNG
Si Pitung adalah seorang pemuda yang soleh dari Rawa Belong. Ia rajin belajar mengaji pada
Haji Naipin. Selesai belajar mengaji ia pun dilatih silat. Setelah bertahun- tahun
kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri makin meningkat.

Pada waktu itu Belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung merasa iba menyaksikan
penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil. Sementara itu, kumpeni (sebutan untuk Belanda),
sekelompok Tauke dan para Tuan tanah hidup bergelimang kemewahan. Rumah dan ladang
mereka dijaga oleh para centeng yang galak.

Dengan dibantu oleh teman-temannya si Rais dan Jii, Si Pitung mulai merencanakan
perampokan terhadap rumah Tauke dan Tuan tanah kaya. Hasil rampokannya dibagi-bagikan
pada rakyat miskin. Di depan rumah keluarga yang kelaparan diletakkannya sepikul beras.
Keluarga yang dibelit hutang rentenir diberikannya santunan. Dan anak yatim piatu
dikiriminya bingkisan baju dan hadiah lainnya.

Kesuksesan si Pitung dan kawan-kawannya dikarenakan dua hal. Pertama, ia memiliki ilmu
silat yang tinggi serta dikhabarkan tubuhnya kebal akan peluru. Kedua, orang-orang tidak
mau menceritakan dimana si Pitung kini berada. Namun demikian orang kaya korban
perampokan Si Pitung bersama kumpeni selalu berusaha membujuk orang-orang untuk
membuka mulut.

Kumpeni juga menggunakan kekerasan untuk memaksa penduduk memberi keterangan. Pada
suatu hari, kumpeni dan tuan-tuan tanah kaya berhasil mendapat informasi tentang keluarga
si Pitung. Maka merekapun menyandera kedua orang tuanya dan si Haji Naipin. Dengan
siksaan yang berat akhirnya mereka mendapatkan informasi tentang dimana Si Pitung berada
dan rahasia kekebalan tubuhnya.
Berbekal semua informasi itu, polisi kumpeni pun menyergap Si Pitung. Tentu saja Si Pitung
dan kawan-kawannya melawan. Namun malangnya, informasi tentang rahasia kekebalan
tubuh Si Pitung sudah terbuka. Ia dilempari telur-telur busuk dan ditembak. Ia pun tewas
seketika.Meskipun demikian untuk Jakarta, Si Pitung tetap dianggap sebagai pembela rakyat
kecil.

You might also like