Professional Documents
Culture Documents
Daftar isi
i
Prakata
Lampiran IX mengenai Modul Instalasi Pengolahan Air Minum Sederhana (IPAS) ini, disusun
untuk melengkapi pengaturan teknis yang terdapat dalam batang tubuh Permen PU.
Penyusunan Modul IPAS bertujuan untuk memberikan petunjuk bagi para pengguna dalam
penyelenggaraan modul PMA agar menghasilkan air minum yang sesuai dengan standar
yang berlaku dan agar prasarana dan sarana air minum terpelihara dengan baik sehingga
dapat melayani kebutuhan air minum kepada masyarakat secara berkesinambungan.
Modul ini disusun oleh Panitia Teknis Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri PU
tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM BJP yang telah dirumuskan dan melalui
rapat teknis dan konsensus pada tanggal 23-24 Juli 2008 di Bandung. Rapat konsensus ini
dihadiri oleh wakil-wakil produsen, konsumen, asosiasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi
serta instansi terkait.
ii
Pendahuluan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM), memberikan suatu pedoman baik kepada Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan SPAM. Dengan PP tersebut diharapkan
kualitas teknis penyelenggaraan dan pelayanan air minum kepada masyarakat dari tahap
perencanaan, pelaksanaan konstruksi sampai pemanfaatan dan pengelolaan memenuhi
standar yang di tetapkan. Pengembangan SPAM bertujuan membangun, memperluas dan
meningkatkan sistem fisik (teknis) dan non-fisik (kelembagaan, keuangan dan peran serta
masyarakat) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menjadi lebih baik.
Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2005 juga mengatur SPAM Bukan Jaringan Perpipaan
(BJP). Penyelenggaraan SPAM BJP seperti disebutkan diatas, termasuk upaya-upaya
masyarakat memperoleh air minum melalui bangunan perlindungan mata air, bangunan
penampung air hujan, sumur dalam, sumur dangkal (sumur gali dan sumur pompa tangan),
instalasi pengolahan air minum sederhana, instalasi saringan rumah tangga, instalasi
dengan destilator surya atap kaca, dan instalasi pengolahan air minum dengan reverse
osmosis, dengan unit pelayanan berupa hidran umum, terminal air/mobil tangki air, dan
sambungan rumah. Selain itu penyediaan air minum dapat juga melalui instalasi air minum
dalam kemasan, termasuk air minum isi ulang.
Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) sangat diperlukan oleh masyarakat mengingat
pada umumnya air baku masih membutuhkan proses pengolahan sebelum dapat digunakan
terutama bila akan dikonsumsi sebagai air minum. Dalam kaitannya modul ini akan
diaplikasikan di masyarakat proses pengolahan yang diterapkan sebaiknya mudah untuk
dilaksanakan dan memanfaatkan material yang mudah didapat oleh masyarakat namun
tetap mutu air hasil pengolahan memenuhi standar yang berlaku.
Modul instalasi pengolahan air minum sederhana (IPAS) ini memuat perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, pengelolaan termasuk pengoperasian, kelembagaan dan
administrasi, dan pemeliharaan. Modul ini disusun berdasarkan materi teknis yang telah
disusun pada TA 2006 oleh Direktorat Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Departemen Pekerjaan Umum melalui Pekerjaan Kegiatan Teknis Tata Cara
Perencanaan dan Pelaksanaan SPAM Bukan Jaringan Perpipaan.
iii
Modul instalasi pengolahan air minum sederhana
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan kriteria, ketentuan teknis, dan tahapan yang diperlukan dalam
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan (temasuk didalamnya pengoperasian,
kelembagaan dan administrasi), dan pemeliharaan modul instalasi pengolahan air minum
sederhana.
2 Acuan normatif
3.1
air baku
air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang
dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah atau air hujan yang memenuhi
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum
3.2
air minum
air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
3.3
instalasi pengolahan air minum sederhana
selanjutnya disebut IPAS adalah proses penjernihan air minum secara sederhana dengan
cara penyaringan melalui antara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang
sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor, dan lain-lain dengan sumber air
baku berasal dari air permukaan (bukan payau/laut), air tanah, maupun air hujan
3.4
oksidator
unsur/senyawa kimia yang dapat mengoksidasi senyawa kimia lainnya
3.5
pemeliharaan
kegiatan perawatan dan perbaikan unsur-unsur sarana secara rutin dan berkala yang
bertujuan untuk menjaga agar IPAS dapat diandalkan kelangsungannya.
3.6
pengoperasian
rangkaian kegiatan mulai dari dari persiapan untuk melakukan operasi menjalankan sistem
pengolahan air minum sederhana untuk menghasilkan air minum yang langsung dapat
diminum
1 dari 8
3.7
penyediaan air minum
kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar
mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
3.8
sistem penyediaan air minum bukan jaringan perpipaan
selanjutnya disebut SPAM BJP merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik
dari prasarana dan sarana air minum baik bersifat individual, komunal, maupun komunal
khusus yang unit distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan
tidak termasuk dalam SPAM
4 Perencanaan
4.1 Lokasi
Lokasi IPAS ini harus berdekatan dengan sumber air baku antara lain saluran irigasi, sungai,
waduk, danau, kolam penampungan air hujan. Lokasi juga dapat berdekatan dengan sumur
atau air tanah.
2 dari 8
b. Bangunan penyangga untuk drum/bak agar proses bisa berlangsung secara gravitasi
c. Media dan bahan penyaring
d. Katup, pipa dan perlengkapannya
e. Komponen pendukung
4.4.2 Fungsi
5 Pelaksanaan konstruksi
a. 4 (empat) drum
b. Pipa PVC dengan φ ¾ - φ 1 Inci untuk pipa masuk dan antar bak
c. Pipa PVC dengan φ 2 Inci untuk pipa kuras
d. Kran air φ ¾ Inci
e. Katup φ 2 Inci
f. Pasir
g. Kerikil
h. Potongan bata
i. Cat
j. Gergaji
k. Parang
l. Besi
m. Bor
n. Kuas
o. Ember
p. Cangkul
a. Bangun tiang/bangunan penyangga untuk bak-bak pengolahan air dan tempatkan bak
tersebut sesuai urutannya.
b. Siapkan bak-bak pengolahan dengan pemasangan pipa-pipa, keran, media penyaring.
3 dari 8
c. Persiapan bak:
1) Pada bak pertama yang merupakan bak pengaduk (berfungsi sebagai bak
pengendap pula pada kasus kekeruhan air baku tinggi) siapkan pipa masuk air baku
dilengkapi keran. Untuk air baku yang diketahui mengadung besi (Fe) dan Mangan
(Mn) maupun logam lainnya perlu disiapkan pula pipa/selang udara yang terhubung
dengan pompa udara baik yang manual maupun dengan kompresor.
2) Pada bak kedua susun media penyaring pasir cepat yang terdiri dari dua lapisan
yaitu lapisan bawah berupa kerikil dengan diameter rata-rata 5-10 mm setebal 20 cm;
lapisan diatasnya terdiri dari pasir (lebih baik bila pasir kuarsa/silika) dengan butiran
0.5-1,2 mm setebal 30 cm.
3) Pada bak ketiga susun media penyaring pasir lambat yang terdiri dari dua lapisan
yaitu lapisan bawah berupa kerikil dengan diameter rata-rata 5-10 mm setebal 20 cm;
lapisan diatasnya terdiri dari pasir (lebih baik bila pasir kuarsa/silika) dengan butiran
0.2-0,5 mm setebal 30 cm; dapat ditambahkan arang kelapa dengan diameter 5-10
mm dengan ketebalan sekitar 30 cm untuk menghilangkan warna dan bau.
4) Bak keempat merupakan bak air bersih hasil pengolahan pada bak-bak sebelumnya.
5) Pipa-pipa dapat terbuat dari pipa plastik maupun lainnya yang memenuhi persyaratan
terdiri dari pipa masuk, pipa keluar, pipa penguras, dan keran/katup pengatur aliran.
6) Ukuran pipa masuk serta pipa antar bak φ ¾ - φ 1 Inci serta ukuran pipa penguras φ 2
Inci.
6 Pengoperasian
a. Pada kondisi awal bak-bak pengolahan dalam keadaan tanpa terisi air serta semua
keran/katup dalam kondisi tertutup kecuali keran/katup pada pipa air masuk ke bak
pertama.
b. Alirkan air baku masuk ke bak pertama hingga bak terisi penuh, bila air baku keruh (≥ 50
NTU) maka perlu pembubuhan bahan kimia seperti tawas, alum atau lainnya dengan
terlebih dahulu melakukan pengukuran pH air baku untuk menentukan perlu tidaknya
penambahan bahan kimia pengatur pH seperti kapur, soda api, dll. Bila diketahui air
baku mengandung kadar besi (Fe) dan Mangan (Mn) maupun logam lainnya maka
setelah bak pertama terisi penuh dilakukan proses oksidasi terhadap air baku.
c. Dalam hal diperlukan penambahan bahan kimia seperti alum, tawas, kapur dan lain-lain
maka dosis yang tepat didapat melalui beberapa kali ujicoba untuk mendapatkan
komposisi dosis bahan kimia yang tepat disesuaikan dengan karakteristik air baku.
Bahan-bahan kimia yang diperlukan dibubuhkan pada bak pertama kemudian dilakukan
pengadukan selama ±5 menit kemudian diamkan selama ±30 menit untuk
berlangsungnya pengendapan.
d. Dalam hal diperlukan proses oksidasi pada air baku maka dapat dilakukan pembubuhan
bahan kimia yang bersifat oksidator seperti klor, kaporit, kalium permanganat dengan
dosis sesuai ketentuan peraturan yang berlaku atau bila proses oksidasi akan
memanfaatkan oksigen di udara bebas dapat menggunakan pompa udara manual
(dengan pompa tangan) atau menggunakan pompa kompresor dengan perkiraan waktu
proses secara umum seperti ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini.
4 dari 8
Tabel 1 Waktu kontak proses oksidasi zat besi (Fe)
e. Setelah air baku mendapat pengolahan awal yang diperlukan kran ke bak kedua dapat
dibuka sehingga air mengalami proses penyaringan melalui saringan pasir cepat hingga
air pada bak pertama habis.
f. Bila air pada bak kedua telah penuh maka keran ke bak ketiga dapat dibuka sehingga air
yang telah mengalami proses penyaringan pada bak kedua dapat melanjutkan diolah
melalui proses penyaringan pasir lambat pada bak ketiga.
g. Bila air pada bak ketiga telah penuh maka keran ke bak keempat dapat dibuka
sehinggan air yang telah mengalami pengolahan dapat ditampung pada bak keempat
yang merupakan bak penampung air bersih.
h. Pembukaan keran pada tiap tahapan dilakukan secara perlahan dan dengan bukaan
yang agak kecil agar air mendapat waktu yang cukup untuk menjalani proses
penyaringan.
i. Setelah beberapa waktu pengoperasian dimana tampak pada bak-bak pengolahan
terdapat endapan pada dasar bak maka keran pada pipa penguras dapat dibuka untuk
membuang endapan tersebut. Media-media penyaring juga perlu dibersihkan bila aliran
air mulai tidak lancar.
6.2 Kelembagaan
a. Bila IPAS digunakan secara komunal, pengelola adalah individu atau kelompok yang
ditunjuk oleh masyarakat pengguna PAH.
b. Pengelola bertanggungjawab terhadap keberlangsungan pelayanan IPAS.
c. Pekerjaan yang dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat seperti
penggalian/urugan tanah, pembuatan konstruksi, pemasangan pipa harus dilaksanakan
dibawah pengawasan tenaga ahli/pendamping teknis/PDAM.
d. Pembagian air minum kepada pemakai sesuai dengan jadual yang telah disepakati.
6.3 Administrasi
a. Catat setiap pembagian air dalam buku catatan yang telah tersedia.
b. Retribusi dan jadwal penarikan retribusi ditentukan oleh pengelola dan disetujui oleh
masyarakat pengguna IPAS.
7 Pemeliharaan
5 dari 8
2) Arang tempurung biasanya paling lama 3 bulan sekali harus diganti dengan yang
baru.
3) Tidak bisa digunakan untuk menyaring air yang mengandung bahan-bahan kimia
seperti air buangan dari pabrik, karena cara ini hanya untuk menyaring air keruh, tapi
bukan menyaring air yang mengandung zat kimia tertentu.
b. Untuk keperluan air minum harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih.
6 dari 8
Lampiran A
Gambar-gambar IPAS
Tangki
Pengaduk/ 1m
Pengendap
Tangki Kran/Katup
Saringan
Kasar
Pipa
Masuk 0,8 m
Tangki
Saringan
Halus
Tangki Air
Bersih
Ember
Pipa
Kuras
7 dari 8
Pompa Udara
• Pompa Manual (Tangan)
Tangki • Pompa Listrik (Kompresor)
Pengaduk/ 1m
Pengendap
Tangki Kran/Katup
Saringan
Kasar
Pipa
Masuk 0,8 m
Tangki
Saringan
Halus
Tangki Air
Bersih
Ember
Pipa
Kuras
DJOKO KIRMANTO
8 dari 8