Professional Documents
Culture Documents
Diajukan ke:
OLEH :
YOGYAKARTA
2016
i
HALAMANPENGESAHAN
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
CITIC SERAM ENERGY LIMITED
Menyetujui ,
Dose Pembimbing
ii
ii
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penyusun masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan proposal pengajuan kerja
praktek ini. Proposal kerja praktek ini, penyusun mengambil judul “Metoda Analisa Formasi
Reservoir Formasi “A” “ Lapangan “C” Berdasarkan Data Log Sumur ”
Penyusun menyadari proposal ini belum sepenuhnya sempurna, maka kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat melengkapi dan menyempurnakan dalam pembuatan
proposal kerja praktek ini. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan memberikan saran dan kritik terhadap proposal kerja praktek ini.
3
DAFTAR ISI
4
BAB 5. PENUTUP ..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ viii
LAMPIRAN........................................................................................................................... xi
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tempat Pelaksanaan
Kerja Praktek ini dilaksanakan di kantor pusat Citic Seram Energy Limited di
Jakarta, yang beralamatkan: Menara Citibank, Lvl 3 & 6, Jl. Metro Pondok Indah Kav.II
BA, Jakarta Selatan 12310, Indonesia.
2
1.6. Alat, Data Dan Fasilitas
Untuk mendukung kegiatan penelitian maka dibutuhkan beberapa alat dan fasilitas
pendukung diantaranya:
Alat:
b) Literatur terkait
Data:
a) Data Log:
- Kepala Log
- Kolom Log:
kurva Log Permeabilitas (Log Spontaneous Potential / Log SP dan Log Gamma
Ray / Log GR), Log Resitivitas (Laterallog Deep / LLD, Lateralog Shallow / Log
LLS, dan Micro Spherically Focused Log / Log MSFL) dan Log Porositas
(Neutron Porosity / NPHI dam Density Log / RHOB).
- Skala Kedalaman
Fasilitas:
a) Akses ke perpustakaan
b) Akses ke internet
c) Akses untuk penggandaan data
d) Pembimbing dari perusahaan
3
Memberikan informasi, pengetahuan serta keterampilan tentang perolehan,
pengolahan, dan analisis data berupa data bawah permukaan yakni data sumur dan juga
data seismik dalam memecahkan permasalahan stratigrafi menggunakan konsep
geologi dan sikuen stratigrafi.
Mampu mengaplikasikan teori yang didapat di bangku kuliah untuk
diimplementasikan secara langsung di lapangan atau dunia kerja.
b. Manfaat untuk Perusahaan (Citic Seram Energy Limited)
Membantu memecahkan permasalahan geologi yang berhubungan dengan analisis dan
intepretasi data bawah permukaan Formasi yang akan diteliti.
Memberikan data evaluasi terhadap permasalahan stratigrafi Formasi yang akan
diteliti dengan menggunakan metode sikuen stratigrafi.
Memberikan evaluasi yakni gambaran umum dari kondisi geologi bawah permukaan
yakni kondisi stratigrafi maupun kondisi struktur geologi dan mengenai sejarah
sedimentasi, yang menghasilkan unit-unit batuan sedimen yang terdapat pada Formasi
yang akan diteliti sehingga diharapkan dapat bermanfaat dalam pendekatan untuk
mengetahui prospek reservoar.
c. Manfaat untuk Institusi Pendidikan (UPN “Veteran” Yogyakarta)
Memberikan kesempatan bagi calon Sarjana Teknik Geologi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta untuk terjun secara langsung dalam
dunia industri sehingga kedepannya dapat menambah pengalaman dan kemampuan
bagi mahasiswa tersebut sebelum berkecimpung didalam dunia kerja.
Menjalin kerja sama yang mendukung satu sama lain antara pihak institusi universitas
dengan pihak perusahaan yang terkait.
1.8. Pebimbing
Untuk pembimbing dilapangan diharapkan dapat disediakan oleh perusahaan,
sedangkan untuk pembimbing di universitas, penulis telah mendapatkan dari salah satu
staff pengajar pada Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4
BAB 2
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian pada Kerja Praktek ini yaitu secara deskriptif dan analisatif dengan
mengintergrasikan beberapa jenis kurva log (Wireline). terdiri dari beberapa tahap yang
dicantumkan dalam diagram alir penelitian.
Studi Pustaka
Pengambilan Data Log
Data Wireline Log
Analisa Formasi
5
2.1. Studi Pustaka
Dalam tahap ini mahasiswa akan melakukan pendalaman materi mengenai data serta
regional lapangan yang akan digunakan menggunakan literatur yang disediakan.
2.2. Tahapan Pengambilan Data
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian : .
- Kepala Log
- Kolom Log:
kurva Log Permeabilitas (Log Spontaneous Potential / Log SP dan Log Gamma Ray / Log GR),
Log Resitivitas (Laterallog Deep / LLD, Lateralog Shallow / Log LLS, dan Micro Spherically
Focused Log / Log MSFL) dan Log Porositas (Neutron Porosity / NPHI dam Density Log /
RHOB).
- Skala Kedalaman
2.3. Analisa Formasi
Pendeskripsian dan analisa reservoir dilakukan dengan menggunakan metoda evaluasi formasi
berdasarkan data kurva log (Wireline) pada sumur pemboran yang nantinya dapat menghasilkan
parameter petrofisik limit reservoir. Fraksi ataupun jumlah hidrokarbon dalam Formasi dapat
diketahui dengan tepat jika water saturation (Sw) diketahui. Sayangnya Sw merupakan
parameter yang tidak bisa langsung diketahui kecuali melalui pendekatan parameter- parameter
lain, terutama resitivitas (R) dan porositas (O).
Dalam evaluasi formasi, berbagai pengukuran / perhitungan dilakukan untuk mengetahui tipe
resistivitas, diantaranya adalah air formasi Rw yang merupakan fungsi dari salinitas dan
temperatur. Rw yang semakin rendah disebabkan oleh karena salinitas dan temperatur yang
semakin tinggi. Selain Rw, resistivitas batuan jenuh air atau Ro dan resistivitas formasi batuan
yang sesungguhnya atau Rt juga perlu diketahui dengan tepat. Harga Ro yang nilainya lebih besar
dari Rw, menunjukan nilai hantaran listrik saat batuan dijenuhi oleh air (Sw = 100%). Sedangkan
Rt menyatakan nilai hantaran listrik sesungguhnya dari formasi batuan yang mengandung air, gas,
dan minyak atau kombinasi antara ketiganya. Dalam suatu formasi harga Rt bisa lebih tinggi atau
sama dengan harga Ro tergantung fluida yang tergantung di dalam batuan tersebut.
Jika parameter-parameter di atas diketahui, maka akan didapatkan faktor resistivitas formasi
(F) yaitu perbandingan antara resistensi spesifik dari formasi porous jenuh larutan ionik Ro dengan
resistensi spesifik larutan ionik tersebut Rw. Dalam evaluasi formasi, F merupakan suatu faktor
6
yang sangat penting, dan sifat itu didekati dengan pendekatan yang berbeda untuk formasi yang
bersih (tidak mengandung shale) dengan formasi yang mengandung shale (shaly). Pendekatan F
pada formasi shaly bersifat lebih kompleks.
Dalam mengevaluasi suatu formasi, dilakukan 2 jenis evaluasi, yaitu:
2.3.1. Evaluasi Kualitatif
Pada evaluasi kualitatif ini parameter-parameter yang dievaluasi antara lain :
a. Zona batuan reservoir
Batuan reservoir yang sarang dapat dibedakan dengan zona batuan kedap dengan
melihat bentuk-bentuk kurva log. Adapun kenampakan antara lapisan batuan kedap
dengan batuan sarang pada log adalah:
Zona batuan kedap dicirikan oleh :
a) Harga kurva sinar gamma yang tinggi.
b) Tidak terbentuk kerak Lumpur pemboran, diameter lubang bor kadang-kadang
membesar (tidak selalu).
c) Adanya separasi negatif pada mikrolog.
d) Harga tahanan pada zona terusir (Rxo) hampir sama dengan tahanan jenis
formasi (Rt).
e) Harga porositas neutron lebih tinggi dari pada harga porositas densitas.
Zona batuan reservoir yang sering dicirikan :
a) Harga kurva sinar gamma yang rendah.
b) Harga kurva SP menjauhi garis dasar serpih.
c) Terbentuknya kerak lumpur pemboran .
d) Adanya separasi positif pada mikro log.
e) Mempunyai harga porositas menengah sampai tinggi.
b. Litologi
Jenis litologi zona reservoir dapat ditentukan berdasarkan kenampakan defleksi
log tanpa melakukan perhitungan. Adapun kenampakan litologi batuan reservoir adalah
sebagai berikut :
Batupasir pada log dicirikan :
o Defleksi sinar gamma rendah.
o Terjadi separasi positif pada kurva tahanan jenis mikro.
7
o Kadang-kadang mempunyai diameter lubang bor yang relatif lebih kecil karena
cenderung membentuk kerak lumpur yang tebal.
Batugamping pada log dicirikan:
o Defleksi kurva sinar gamma rendah.
o Harga (O)lebih tinggi (lebih tinggi daripada batupasir).
o Terjadi separasi pada kurva tahanan jenis mikro apabila batugamping tersebut
porous, dan terjadi separasi negatif bila batugamping tidak porous.
o Kurva log neutron berhimpit dengan kurva log densitas.
o Lubang bor kadang-kadang membesar.
Batubara pada log dicirikan oleh:
o Nilai GR-nya memiliki harga yang paling rendah, karena batubara sangat sedikit
mengandung unsur Kalium.
o Densitas batubara rendah, oleh karenanya tidak banyak menyerap sinar gamma.
o Batubara pada log neutron biasanya akan memberikan respon defleksi yang relative
lebih besar dibandingkan dengan batupasir, karena batubara relative kompak
(densitas batubara besar) dari batupasir.
o Umumnya memiliki nilai resistivitas yang cukup besar.
Untuk menetukan litologi suatu formasi digunakan log sonik log densitas dan
log neutron .Untuk mengidentifikasi litologi suatu formasi dapat digunakan metoda :
1. Plot M-N
Metode plot M-N menggunakan log sonik, log neutron, dan log densitas. Log – log
tersebut digunakan untuk menghitung harga variable M dan N yang berguna untuk
menentukan matriks dan formasi
Harga M dan N dihitung dengan menggunakan persamaan Schlumberger (1972),
yaitu:
Keterangan
Δtf :interval waktu lewat dari cairan
8
Δt :interval waktu lewat zona yang menarik (dibaca dari log sonic)
f :Densitas cairan
tf 189 185
f 1 1,1
oNf 1 1
Harga M dan N tersebut kemudian dimasukan ke dalam chart CP-8 dan akan
didapatkan komposisi mineral matriks batuan.
2. Plot MID
Seperti plot M-N, metode ini juga menggunakan gabungan log sonik, log neutron,
dan log densitas. Prosedur identifikasi litologi dengan plot MID adalah sebagai berikut:
a) Melakukan cross plot antara log neutron dengan log densitas untuk mendapatkan harga
porositas total semu (Ots1) dengan menggunakan chart CP-1a (Schlumberger, 1985).
b) Melakukan cross plot antara log sonik dengan log neutron untuk mendapatkan harga
porositas total semu (Ots2) dengan menggunakan chart CP-2a (Schlumberger, 1985).
c) Dengan menggunakan chart CP-14(Schlumberger, 1985). Dilakukan cross plot harga pb
(dibaca pada log densitas) dengan harga porositas semu (Ots1) dan cross plot antara
harga interval waktu ( log sonic) dengan harga porositas total semu (Ots2) untuk
mendapatkan harga pmax (densitas matriks semu) dan harga Δt max (interval waktu
lewat dari matriks semu).
d) Melakukan cross plot antara pmax dengan harga Δt max untuk mengidentifikasikan
matriks batuan dengan menggunakan chart CP-15 (Schlumberger, 1985).
9
c. Fluida Formasi
Untuk membedakan jenis cairan yang terdapat dalam formasi apakah air, minyak
atau gas dapat ditentukan dengan melihat log tahanan jenis dan gabungan log neutron-
densitas. Zona hidrokarboan ditujukan dengan adanya separasi antara harga tahanan jenis
zona terusir (Rxo) dengan harga tahanan jenis formasi (Rt) .Separasi tersebut dapat positip
atau negatif tergantung pada harga Rmf / Rw. Untuk harga Rmf yang lebih besar daripada
harga Rw (harga Rmf / Rw > 1),harga perbandingan Rxo dengan Rt akan maksimum dan
hampir sama dengan harga Rmf / Rw di zona air. Nilai Rxo / Rt yang lebih rendah
daripda harga maksimum tersebut menujukan adanya hidrokarbon dalam formasi . Pada
lubang bor dimana harga Rmf < daripada harga Rw (Rmf / Rw kecil),zona hidrokarbon
ditunjukan oleh harga Rxo / Rt < 1.
Untuk membedakan gas atau minyak yang terdapat dalam formasi dapat dilihat
pada gabungan log neutron-densitas. Zona gas ditujukan oleh harga porositas neutron
yang jauh lebih kecil daripada harga porositas densitas, sehingga akan ditujukan oleh
separasi kurva log neutron dan log densitas yang lebih lebar.
Dalam zona minyak kurva neutron dan kurva densitas membentuk separasi positif
yang lebih sempit daripada zona gas (dalam formasi bersih) Pada zona lempungan kurva
neutron dan densitas berhimpit atau membentuk separasi negatif ( Harga porositas
neutron lebih besar daripada harga porositas densitas). Zona air ditujukan oleh separasi
kurva neutron dan densitas yang sempit atau berhimpit. Zona air dibedakan dengan zona
minyak dengan melihat harga tahan jenisnya .Zona akan menunjukan harga tahanan jenis
formasi (Rt) yang lebih tinggi daripada zona air.
10
2.3.2.Evaluasi Kuantitatif
Porositas didefinisikan sebagai volome pori-pori persatuan volume dari suatu formasi.
Nilai dari kesarangan dari suatu formasi dapat ditentukan dari log neutron, densitas dan
sonik. Adapun perhitungan mencari harga kesarangan adalah sebagai berikut:
1. Dengan mengunankan log densitas
Pada porositas menggunakan log densitas terbagi menjadi dua persamaan dimana
persamaan tersebut berdasarkan dingkar kandungan lempung:
11
Keterangan
OD : Porositas log densitas
ODc : porositas log densitas terkoreksi
pma : Densitas matrik batuan (John T . Dewan, 1983)
2,65 untuk pasir, batupasir, dan kuarsit
2,68 untuk pasir gampingan, atau gamping pasiran
2,71 untuk batugamping
2,87 untuk dolomit
pf : Densitas cairan lumpur
1,0 untuk lumpur tawar
1,1 untuk lumpur garam (pembulatan dari 1,0 + 0,73N)
pb : Densitas bulk formasi
ODlp : Porositas log densitas zona lempung
Vlp : Volume lempung dalam formasi
2. log neutron
Untuk formasi bersih lempung harga porositas dapat dibaca dari log kemudian
dikoreksi terhadap jenis litologi dengan persamaan:
ONc = ON – ( ON – Vlp)
Keterangan:
ON : Porositas log neutron
ONc : Porositas log neutron terkoreksi
ONIp : Porositas log neutron zona lempungan
Vlp : Volume Lempung
3. Dengan menggunakan log sonic
Penggunaan log sonic pada perhitungan porositas terbagi menjadi :
Formasi bersih oleh Wylline atau Hunt-Raymer
12
Untuk formasi lembungan
Keterangan:
OS : Porositas sonik zona yang diteliti
Δt : waktu tempuh geolombang suara dalam matriks batuan
Δtma : waktu tempuh gelombang suara dalam matriks batuan
51,5 – 55,5 (batupasir)
59,0 (batugamping)
13,5 (dolomit)
Bcp : Koreksi kompaksi = A serpih/100
Osc : Porositas sonik terkoreksi
OSlp : Porositas sonik dari zona lempung
Vlp : Volume lempung
4. Porositas efektif
Porositas efektif didapatkan dari nilai rata – rata porositas log densitas dan porositas
log neutron dengan rumus (Dewan, 1983):
Keterangan:
Oe : Porositas efektif
ODc : Porositas log densitas terkoreksi
ONc : Porositas log neutron terkoreksi
Porositas rata –rata
Keterangan:
Ol :Porositas rata-rata
13
ODc : Porositas log densitas terkoreksi
ONc : Porositas log neutron terkoreksi
b. Tahanan jenis
1. Air formasi (Rw)
Tahanan jenis air formasi merupakan tahanan jenis air yang terdapat dalam formasi
sebelum formasi tersebut ditembus oleh bit pemboran yang sering disebut connate water.
Tahanan jenis air formasi dapat ditentukan dengan 4 jenis metoda:
a. Metode Rwa
Dalam suatu zona yang bersih berlaku:
Keterangan:
Rw : Tahanan jenis air formasi
Rt : Tahanan formasi yang sesungguhnya
α : Faktor perbandingan
(0,81 batupasir terkonsolidasi dan 1 untuk batugamping)
m : Faktor sementasi
b. Metode Sp
Dalam suatu zona bersih yang basah berlaku:
Keterangan:
SP : Harga kurva SP dari formasi
K : Suhu (faktor dasar)
Rmfe : Ekuivalen tahanan jenis cairan lumpur
Rwe : Ekuivalen tahanan jenis air formasi
Adapun prosedur penentuan harga Rw dengan metode SP adalah sebagai berikut:
o Memilih suatu zona yang bersih lempung, basah (ditunjukan oleh harga Rt yang
sama atau hamper sama dengan harga Rxo).
14
o Melakukan pembacaan nilai kurva SP pada kedalaman dimana terjadi defleksi
maksimum dari zona yang telah dipilih.
o Menentukan suhu formasi pada kedalaman dimana terjadi defleksi maksimum
kurva SP dengan menggunakan chart Schlumberger Gen-6.
Atau dengan persamaan:
(Tmax – Ts)
Tf = Ts + Df
(Dmax)
Melakukan konversi harga Rmf dari suhu permukaan kedalam suhu formasi dengan
menggunakan chart Schlumberger Gen-9 atau dengan persamaan:
Tt + 6,77
Rmf = X Rt
Tmax + 6,77
Dimana :
Rmf = tahanan jenis mud filtrat pada kedalaman tertentu (ohmm)
Tt = Suhu permukaan (0F)
Tmax = Suhu formasi (0F)
Rt = Tahanan jenis, pada suhu tertentu yang harganya sudah diketahui
15
Metode pickett plot didasarkan pada observasi bahwa nilai Rt (true resistivity)
adalah fungsi dari nilai porositas (O), saturasi air (Sw) dan faktor sementasi (m).
Metode ini menggunakan crossplot nilai porositas dan nilai resistivitas dalam (ILD atau
LLD).
2. Tahanan jenis cairan Lumpur (Rmf)
Tahanan jenis cairan lumpur dapat diperoleh secara langsung pada cairan lumpur
dari contoh lumpur yang akan disirkulasikan. Hasil pengukuran tersebut dituliskan pada
kepala log.
3. Tahanan jenis formasi (Rt)
Tahanan jenis formasi (Rt) merupakan harga tahanan jenis dari formasi yang
cukup jauh dari bor dan tidak dipengaruhi oleh pemboran atau invasi ,sehingga
tahanan jenis tersebut merupakan harga tahanan jenis yang aktual. Harga tahanan jenis
tersebut dapat langsung dibaca pada log tahanan jenis dengan alat yang dalam
(LLD/Laterallog deep) atau dari log induksi (ILD/introduction log deep).
4. Tahanan jenis zona terusir (Rxo)
Harga tahannan jenis dari zona terusir (Rxo) ini dapat dibaca pada log MSFL
(Micro Spherical Focused Log) atau dari log MLL (Micro Lateral Log).
c. Kejenuhan air
1. Kejenuhan air pada zona terusir (Sxo)
Kejenuhan air pada zona terusir dapat ditentukan dengan mengguanakan
persamaan sebagai berikut:
1⁄
√�
� �
�
��= 𝑉sh(1− 𝑉�ℎ ⁄ 2) ∅�
+
√𝑅�ℎ √��.𝑅𝑚�
Keterangan:
Sxo : Kejenuhan air zona terusir
Rxo : Tahanan jenis air zona terusir
Vsh : Volume serpih dalam formasi
Rsh : Tahanan jenis serpih (LLD pada saat Grmax)
16
∅e : Porositas Efektif
Rmf : Tahanan jenis cairan lumpur
√𝑅�ℎ √��.𝑅𝑤
Keterangan:
Sw : Kejenuhan air formasi
Sh = 1 – Sw
17
Kejenuhan hidrokarbon yang dapat bergerak adalah sebesar kejenuhan hidrokarbon (Sh)
dari formasi dikurangi harga hidrokarbon sisa (Shr) ,atau sama dengan harga kejenuhan air
pada zona terusir (Sxo) dikurangi harga kejenuhan air formasi (Sw) .
Dengan mengetahui harga kejenuhan hidrokarbon yang dapat bergerak ,akan dapat
ditentukan juga besarnya volume hidrokarbon yang dapat naik ke permukaan . Dengan
mengetahui prosentase volume hidrokarbon yang bergerak ini akan dapat diketahui
ekonomis tidaknya suatu cadangan hidrokarbon dalam reservoir. Volume hidrokarbon yang
dapat naik kepermukaan dirumuskan:
18
BAB 3
DASAR TEORI
19
b) Log Gamma Ray (GR)
Log GR merupakan suatu catatan terhadap kedalaman dari radioaktivitas alamiah suatu
formasi. Sifat keradioaktifan tersebut berasal dari peluruhan unsur-unsur di dalam batuan
seperti (U) Uranium, Thorium (Th), dan Potasium (K) yang secara menerus memancarkan
sinar gamma berenergi tinggi maupun menembus formasi, sehingga dapat dideteksi oleh
detektor (biasannya jenis detektor scintillation). Skala GR adalah API (American Petrolium
Institute). Sinar Gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan permeable dan
impermeable karena unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat didalam serpih yang
impermeable, dan tidak banyak terdapat pada batuan pasir dan karbonat yang secara umum
adalah permeable. Jenis Log Gamma Ray:
SGT (Standart Gamma Ray Tool)
Sebagai referensi utama bagi semua run logging
Korelasi “well to well”
Membedakan lapisan permeable dan nonpermeable
Menghitung volume clay.
NGT (Natural Gamma Ray Tool)
Mendeteksi, mengenali dan mengevaluasi mineral-mineral radioaktif.
Mengenali tipe clay dan menghitung volume clay.
Lapisan yang permeable mungkin mengandung garam uranium lebih banyak
daripada lapisan yang kurang permeable.
Pembacaan Uranium pada log NGT kadang berguna sebagai petunjuk adanya
pergerakan fluida.
��
Vlp = 𝐺� �
𝑔−𝐺� ��� max− ����
/𝐺� ���
20
Dimana :
Vlp : volume lempung
GR log : harga kurva GR formasi (dibaca dari log GR)
GR min : harga log GR minimum (zona bersih)
GR max : harga log GR maksimum (lempung)
Identifikasi litologi dan zona permeable
Log GR dapat digunakan untuk menentukan jenis litologi. Formasi yang sering
mempunyai radioaktivitas kecil dan menunjukkan defleksi ke kiri. Formasi lempung yang
kedap mempunyai sifat radioaktivitas tinggi dan kurva log nya ke arah kanan.
Mendeteksi adanya mineral radioaktif
c) Log Resistivitas
Log ini digunakan untuk Mendeteksi kandungn fluida dalam batuan reservoir (hidrokarbon
atau air) dan Mengidentifikasi zona permeable serta porositasnya Log resistivitas mengukur
besarnya tahanan jenis dari batuan dan fluida, yang berhubungan dengan kemampuan batuan
melakukan arus listrik. Perbedaan jenis fluida dan batuan akan menyebabkan terjadinya
perbedaan tahanan jenis pada kurva log. Satuan resisitivitas adalah ohm.
Log resistivitas merupakan log elektrik yang digunakan untuk:
Menderminasi kandungan fluida dalam batuan reservoir (hidrokarbon atau air)
Mengidentifikasi zona permeable
Menentukan porositas
Besar kecilnya resistivitas tergantung pada:
Resistivitas batuan (wadah)
Jumlah air formasi (isi)
Geometri pori batuan
Tipe-tipe log resistivitas:
1. Log Elektroda
Laterolog didesain untuk mengukur Rt, karena log ini dicatat pada sumur yang diisi salt water
based muds maka penentuan Rt tidak begitu dipengaruhi oleh invasi.
Microspherically Focused Log (MSFL) MSFL merupakan log elektroda tipe bantalan yang
terfokuskan, digunakan untuk mengukur Rxo (tahanan pada “flushed zone”)
21
Microlog, Microlog merupakan log elektroda tipe bantalan yang terutama digunakan untuk
mendeteksi kerak lumpur. Ada dua pengukuran yang dihasilkan microlog yaitu mikrolog
normal (kedalam 25 pengukuran 3-4 inchi, mengukur Rxo) dan micro inverse (kedalam
pengukuran 1-2 inchi, mengukur Rmc). Adanya kerak lumpur pemboran menunjukkan adanya
invasi pada zona permeable. Zona permeable dicirikan oleh adanya separasi positif pada
microlog (rxo >Rmc).
Microlateral Log (MLL) dan proximity Log (PL) MLL dan PL merupakan log elektroda tipe
bantalan terfokuskan yang didesain untuk mengukur Rxo. MLL hanya bisa bekerja dalam sumur
yang diisi salt water base muds, sedangkan PL dapat digunakan pada fresh water base muds.
Log Induction bekerja dalam:
o Fresh mud
o Resistivitas formasi < 200 ohm-m
o Rmf/Rw > 2.0
2. Log Lateral akan bekerja lebih baik pada:
Salt mud
Resistivitas formasi > 200 ohm-m
Rmf/Rw < 2.0
Large borehole > 12 in, serta deep invansion (>40inchi)
22
Identifikasi adanya kandungan gas : dengan penggabungan log densitas dan log neutron.
Adanya sparasi positif (D > N) yang lebar antara log densitas dan neutron menunjukkan
adanya kandungan gas.
Menentukan densitas hidrokarbon
Prinsip pencatatan dari log densitas adalah suatu sumber radioaktif (cobalt-60 atau cesium
137) yang dimaksukkan ke dalam lubang bor mengemiskan sinar gamma ke dalam formasi. Di
dalam formasi sinar tersebut akan bertabrakan dengan elektron dari formasi. Pada setiap
tabrakan sinar gamma akan berkurang energinya (efek comton scatering). Sinar gamma yang
terhamburkan dan mencapai detektor pada suatu jarak tertentu dari sumber dihitung sebagai
indikator densitas formasi.
Jumlah tabrakan merupakan fungsi langsung dari jumlah elektron di dalam suatu formasi.
Karena itu log densitas dapat mendeterminasi densitas elektron (jumlah elektron per cm3)
formasi dihubungkan dengan densitas bulk sesungguhnya (ρb) didalam gr/cc. harga (ρb)
tergantung dari densitas matrik bantuan, porositas dan densitas fluida pengisi formasi. Alat
yang digunakan adalah LDT (Litho Density Tool).
Berat jenis total (bulk density) tergantung dari:
- Berat jenis butir batuan (ρma)
-
- Berat jenis fluida pengisi pori batuan (ρf)
RHOB pada mineral:
- Coal = 1,68 gr/cc - 100% sandstone = 2,65 gr/cc
- Salt = 2,03 gr/cc - 100% limestone = 2,71 gr/cc
- Gypsum = 2,35 gr/cc - 100% dolomite = 2,87 gr/cc
- Shale = 2,5 gr/cc
- Anhydrite = 2,98 gr/cc
(Sumber: Asquith, George and Charles Gibson, “Basic Well Log Analysis For Geologists”, AAPG)
e) Log Neutron
Merupakan tipe log porositas yang mengukur konsentrasi ion hydrogen dalam suatu
formasi. Didalam suatu formasi bersih yang diisi air atau minyak, log neutron mencatat
porositas yang diisi cairan. Log ini berguna untuk Menentukan:
23
- Porositas, mendeteksi kandungan air dalam partikel-partikel lempung sebagai porositas.
- Identifikasi litologi, dengan penggabungan log densitas, neutron dan sonic dalam “cross plot”
M – N atau M/D. Identifikasi adanya gas : dengan penggabungan log neutron dan densitas.
Adanya gas ditunjukkan harga porositas densitas (d) yang jauh lebih besar dari porositas neutron
(n).
Bagian-bagian Log terdiri dari:
Kepala Log (Heading) Sebuah Log umumnya memiliki judul/kepala pada bagian atas yang
mencantumkan semua informasi yang berhubungan dengan sumur, misalnya jenis instrumen
yang digunakan, kalibrasi instrumentasi, komentar -komentar mengenai pengukuran , skala
kurva dan informasi lainnya.
Kolom Log (Track) Umumnya terdiri dari 3 macam kolom kurva, yang dikenal sebagai
kolom1, 2 dan 3, dihitung dari kiri ke kanan. Kolom kedalaman memisahkan kolom1 dan 2
dan tiap kolom kurva boleh memuat lebih dari satu kurva. Biasanya dicetak pada kertas
dengan ukuran 11” terdiri dari satu kolom kedalaman dan beberapa kolom kurva , dimana
angka kedalaman membagi sumbu panjang log dengan pembagian skala tertentu. Kadang -
kadang bisa terdiri atas 4 kolom kurva dan 1 kolom kedalaman atau lebih banyak lagi
tergantung kebutuhan.
Skala Log Skala log ditampilkan pada kepala log dalam skala linier maupun logaritmik.
Skala Kedalaman Terdiri dari dua skala kedalaman (standar) yang satu digunakan untuk
korelasi sedangkan yang lain digunakan untuk keperluan interpretasi yang rinci. Satuan
kedalam bisa dalam kaki (Feet) atau meter tergantung satuan yang digunakan dalam
perusahaan minyak. Pada skala korelasi, garis-garis kedalaman akan terjadi setiap 5 meter
atau 10 kaki, sedangkan skala rinci terjadi setiap 1 meter atau 2 kaki.
Kecepatan Logging, Kecepatan loging terekam pada sisi kiri dan kanan dari log lapangan ,
berupa garis patah-patah. garis ini akan terbentuk setiap satu menit dan panjang garis tersebut
dalam meter atau kak ( feet) sehingga jika dikalikan 60 menit akan didapatkan kecepatan
loggin dalam meter per jam atau feet per jam. Khususnya pada log nuklir, kecepatan loging
sangat berpengaruh terhadap keakuratan data statistik yang diambil (LQC). Jika kecepatan
loging tinggi maka data yang diambil mempunyai angka statistik yang rendah sehingga
resolusi kurva menjadi rendah sebaliknya jika kecepatan loging rendah, walaupun banyak data
yang terekam tapi secara keseluruhan mungkin tidak diperlukan sehingga tidak efisien .
24
Corak Kurva, Setiap kurva ditunjukkan dengan corak yang unik, ada yan g berbentuk garis
patah panjang, garis pendek patah, garis lurus, garis titik dan titik- titik. Ada juga yang
menggunakan warna untuk masing masing kurva yang tujuannya untuk memudahkan dalam
pembacaan kurva tersebut.
25
BAB 4
TINJAUAN GEOLOGI
26
sangat erat dengan perkembangan tektonik tepi benua Australia. Interaksi konvergen antara
lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik pada Miosen Akhir yang diikuti oleh rotasi Kepala
Burung berlawanan arah jarum jam pada Mio-Pliosen telah menyebabkan perkembangan tektonik
kedua kawasan itu berbeda, sehingga unit litologi dari Pulau Seram dan Ambon dapat dibedakan
menjadi Seri Australia dan Seri Seram.
Data stratigrafi menunjukkan bahwa paling kurang terjadi dua kali kompresi tektonik dan dua
kali continental break up berkait dengan pembentukan Pulau Seram dan Ambon. Continental break
up pertama diikuti oleh kompresi tektonik yang pertama terjadi pada Palezoikum. Kontraksi kerak
bumi yang terjadi setelahnya meletakkan batuan-batuan metamorfik tingkat tinggi, seperti granulit,
ke dekat permukaan, dan mantel atas tertransport ke atas membentuk batuan-batuan ultra basa,
sehingga pada Pulau Seram banyak ditemukan mineral nikel. Setelah itu, terjadi erosi yang
menyingkap batuan-batuan metamorfik dan disusul dengan thermal subsidence yang membentuk
deposenter bagi pengendapan Seri Australia. Continental break up yang ke dua terjadi pada Jura
Tengah, dan diikuti oleh pemekaran lantai samudera. Peristiwa ini berkaitan dengan selang waktu
tanpa sedimentasi dalam Seri Australia pada Jaman Jura. Kompresi terakhir terjadi pada Miosen
Akhir. Kejadian ini sangat kritis bagi evolusi geologi Pulau Seram dan Ambon. Interaksi konvergen
yang terjadi menyebabkan Seri Australia mengalami thrusting, pengangkatan orogenik, dan
perlpatan sehingga berubah menjadi batuan sumber bagi Seri Seram
27
Gambar 4.1. Stratigrafi Pulau Seram Serta Sejarah Tektonik Dari Pulau Seram
28
4.1.3 Stratigrafi Regional Pulau Seram
Stratigrafi Pulau Seram dibagi menjadi dua bagian, yakni Seri Australia, (bagian
utara dari Australia Continental Margin) dan Seri Seram (Kemp, dkk., 1992).
a. Seri Australia
Pre-Rift Sequence
Seri Australia terdiri dari sedimen berumur Trias – Miosen Akhir yang secara tidak
selaras berada di atas batuan metamorfik dan diendapkan di margin bagian utara Australia
Continental Margin.
Basement dari Pulau Seram terdiri dari batuan metamorfik derajat tinggi – rendah
dari Kompleks Kobipoto, Taunusa, Tehoru, dan Formasi Saku. Ketiga kompleks
metamorfik tersebut tersingkap di permukaan karena adanya sesar naik selama Miosen
Akhir dan Pliosen dan kemudian mengalami sesar mendatar.
Seri dari batuan ultrabasa juga ditemukan di bagian timur, tengah dan barat dari
Pulau Seram. Batuan ultrabasa tersebut merupakan bagian dari kerak samudera yang
terbentuk pada saat continental breakup dan pemekaran lantai samudera pada Jura Akhir
dan mengalami pengangkatan pada Miosen Akhir.
Intra-Cratonic Rifting Sequence
Batuan sedimen tertua di Pulau Seram adalah Formasi Kanikeh yang diendapkan
di neritik luar, berupa batupasir dan mudstones dan secara tidak selaras terdapat di atas
batuan beku dan batuan metamorfik (basement). Umur dari Formasi Kanikeh adalah Trias
Tengah – Trias Akhir (Gambar 4.1).
Di atas Formasi Kanikeh secara gradasi terdapat Formasi Saman-Saman yang
berupa batu gamping (Gambar 4.1). Kemudian secara menjari di atas Formasi Saman-
Saman terdapat Formasi Manusela yang berupa batugamping dan diendapkan pada
lingkungan neritik – batial.
Continental Breakup Sequence
Sedimentasi pada Jura Akhir ditandai oleh continental breakup dan pemekaran
lantai samudera. Sekuen ini terdiri dari batulempung dan serpih yang diendapkan di neritik
luar. Di sekuen ini, Formasi Manusela secara tidak selaras ditutupi oleh serpih dan
batulempung (Satuan Serpih Kola). Ketidakselarasan ini disebabkan oleh continental
breakup dan pemekaran lantai samudera di utara Australian continental margin.
29
Passive Margin Sequence
Satuan Serpih Kola ditutupi secara tidak selaras oleh batuan mudstones, kalsilutit,
napal, rijang, batugamping merah, serpih pasiran, dan betugamping terumbu yang
dinamakan Perlapisan Nief (Gambar 4.2.). Satuan ini diendapkan pada Awal Kapur – Akhir
Miosen.
Perlapisan Nief memperlihatkan perkembangan suatu cekungan pada saat
berakhirnya masa continental breakup atau disebut sebagai fase post-rift. Transgresi secara
regional terjadi di Pulau Seram pada saat itu. Margin terluar dari Lempeng Australia
bergerak secara cepat dari zona neritik dalam, outer-shelf, shelf slope, dan lingkungan
batial.
b. Seri Seram
Miosen Akhir merupakan fase kritis dari evolusi geologi dan tektonik dari Pulau
Seram. Pada saat itu terjadi kolisi besar antara Lempeng Australia yang bergerak ke utara,
Lempeng Eurasia yang bergerak ke timur, dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat,
kemudian menghasilkan sesar naikyang besar di Pulau Seram.
Pada awal sesar naik dan pengangkatan orogenesa yang cepat, terjadi gravity
slide/slump unit yang menghasilkan diendapkannya Kompleks Salas secara tidak selaras
di atas Seri Australia (Gambar 4.1.). Kompleks Salas diendapkan di outer shelf–bathyal,
yang terdiri dari batulempung, dan mengandung klastik, bongkah, dan blok dari batuan
sebelum mengalami pengangkatan.
Selain Kompleks Salas, erosi dari pengangkatan batuan di Pulau Seram ini juga
menyebabkan diendapkannya Formasi Wahai (Gambar 4.2.) yang berupa endapan klastik
di outer shelf – bathyal pada Pliosen – Awal Pleistosen. Di atas Formasi Wahai, terdapat
Formasi Fufa yang merupakan endapan laut dangkal (zona neritik) dari erosi ketika proses
pengangkatan masih berlangsung pada Awal Pleistosen (Gambar 4.2). Formasi Wahai
terdiri dari mudstones, batulempung, batupasir, batulanau, konglomerat, dan batugamping.
30
.
Gambar 4.2. Model Evolusi Kompleks Salas, Wahai, dan Formasi Fufa
31
Sesar utama dan pengangkatan di Pulau Seram diawali pada Miosen Akhir – Pliosen Awal.
Kemudian sejak terjadinya proses tersebut, Pulau Seram secara tektonik selalu aktif. Ini
diindikasikan dengan adanya pengangkatan dan erosi dari sedimen Plio-Pleistosen dari bagian
tengah pulau serta adanya proses sesar mendatar mengiri yang sangat kuat. Bukti di lapangan dari
keberadaan sesar mendatar ini adalah adanya perubahan arah aliran sungai yang dikendalikan oleh
sesar mendatar dan adanya offset dari batuan yang ada.
32
Gambar 4.4. Peta geologi dan struktur permukaan di Pulau Seram.
33
BAB V
PENUTUP
Dengan diberikannya kesempatan untuk melakukan kerja praktek dapat membantu membuka
wawasan mahasiswa dalam memnghadapi pekerjaan nantinya dan keterkaitan antara Lembaga
Perguruan Tinggi dan dunia kerja semakin dapat ditingkatkan. Kesempatan yang diberikan oleh
pihak perusahaan tentunya akan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh mahasiswa yang hasil
kerja praktek akan disusun dalam bentuk laporan di universitas (program studi).
34
LAMPIRAN
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan, saya lampirkan beberapa dokumen, antara
lain:
• Surat pengantar kerja praktek dari Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
viii
ix
x
DAFTAR PUSTAKA
Asquith, G.B and Gibson,C.R., 1982. “ Basic W ell Log Analysis for Geologist”, AAPG, Tulsa,
Oklahoma.
Asquith, G., Krygowski, D., 2004. Basic Well Log Analysis Second Edition, Tulsa: AAPG. 239h.
Bassiouni, Z., and Rhea Jr. J., 1994. Theory, Measurement, and Interpretation of Well Log. Society
of Petroleum Engineers, United States of America.
Harsono, A., 1997, “ Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log ”, Edisi 8, Schlumberger Oilfield Service,
Jakarta, Indonesia.
xi