You are on page 1of 10

TUGAS : KMB II

OLEH : I Nengah Sunarto, S.Kep.

ACROMEGALI

Disusun Oleh:
Kelompok 4 (kelas II a D III Kep.)

1) Mathilda Cintya Yuni Sintari 6) Muh. Subhan


2) Waode Sitti Nur Selfi 7) Sudarmin
3) Asri Jaya 8) Jusyanti
4) Erlianti 9) Reni Wijayanti
5) Nurhasma 10) Nurjannah

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna


Kendari
2009

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
pembuatan Askep ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Dalam Askep
ini kami mencoba menguraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
penyakit “Acromegali” yang mudah-mudahan dapat dipahami dan bermanfaat
bagi setiap pembaca.

Askep ini kami susun berdasarkan pedoman referensi yang


berhubungan erat dengan judul yang kami sajikan. Selain itu, dalam
penyajian Askep ini kami menambahkan hal-hal yang dapat mendukung
penjelasan dari judul tersebut sehingga Akep ini lebih mudah dipahami.

Kami menyadari betapa sulitnya menghasilkan Askep yang sempurna


tanpa dukungan pihak lain. Untuk itu,kamai tetap mengharapkan sumbang
saran dan kritik dari para pemikir serta pembaca sekalian,sehingga dapat
membangun motivasi kami untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkecimpung dalam pembuatan Askep ini. Semoga Askep ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Amin…..

Kendari, Januari 2009

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................
2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
PENDAHULUAN
Konsep Dasar Keperawatan........................................................................
4
1. Pengertian................................................................................
2. Etiologi…………………………………………………………….... 4
3. Patofisiologi………………………………………………………....
4
4. Manifestasi Klinik………………………………………………..... 4
5. Penatalaksanaan…………………………………………........
5
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian………………………………………………………….
6
B. Diagnosa……………………………………………………………. 6
C. Rencana Keperawatan………………………………………........
6
D. Implementasi………………………………………………………. 9
E. Evaluasi……………………………………………………………..
9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 10

3
PENDAHULUAN

Konsep Dasar Keparawatan

1. Pengertian
Akromegali adalah keadaan dimana terjadi produksi hormon pertumbuhan
yang berlebihan. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan akromegali adalah
hipofisis. Hipofisis adalah kelenjar endokrin yang kira-kira sebesar kacang yang
terletak di dasar tulang tengkorak dan di bawah otak. Kelenjar hipofisis mengeluarkan
bermacam-macam hormon, termasuk hormon yang mempengaruhi kelenjar lainnya,
sehingga disebut kelenjar kepala bagi kelenjar endokrin lainnya. Hipofisis terdiri dari
tiga bagian, yaitu lobus anterior, lobus intermedia dan lobus posterior.

2. Etiologi
1.Lesi-lesi neoplastik atau infiltrtaif di hipofisis atau hipotalamus.
2.Tindakan operasi di hipofisis /hipotalamus atau terapi ablatif dengan isotop.
3.Kerusakan dalam kepala (trauma pada tengkorak).
4.Lesi-lesi vaskuler di otak.
5.Idiopatik.

3. Patofisiologi
Sekresi hormon pertumbuhan yang tidak memadai pada usia kanak-kanak
mengakibatkan keterbatasan pertumbuhan. Sebaliknya, sekresi yang berlebihan pada
usia kanak-kanak menyebabkan gigantisme sehingga seorang penderita penyakit ini
dapat mencapai tinggi 7 kaki (2,1 meter) atau bahkan 8 kaki (2,4 meter). Produksi
hormon pertumbuhan yang berlebihan pada orang dewasa mengakibatkan deformitas
tulang serta jaringan lunak, dan pembesaran visera tetapi tanpa menyebabkan
peningkatan tinggi badan. Keadaan ini dikenal sebagai akromegali.

4. Manifestasi Klinis
Tanpa kerja vasopressin pada nefron distal ginjal, maka akan terjadi
pengeluaran urin yang sangat encer seperti air dengan berat jenis 1.010 hingga 1.005
dalam jumlah yang sangat besar setiap harinya. Urin tersebut tidak mengandung zat-
zat yang biasa terdapat didalamnya seperti glukosa dan albumin. Karena rasa haus
yang luar biasa, pasien cenderung minum 4 hingga 40 liter per hari dengan gejala
khas ingin minum air yang dingin.
Pada diabetes insipidus herediter, gejala primernya dapat berawal sejak lahir.
Kalau keadaan ini terjadi pada usia dewasa, biasanya gejala poliuria memiliki awitan
yang mendadak atau bertahap (insidius). Penyakit ini tidak dapat dikendalikan
dengan membatasi asupan cairan karena kehilangan urin dalam jumlah besar akan
terus terjadi sekalipun tidak dilakukan penggantian cairan. Upaya-upaya untuk
membatasi cairan akan membuat pasien tersiksa oleh keinginan minum yang luar
biasa yang tidak pernah terpuaskan di samping akan menimbulkan keadaan
hipernatremia dan dehidrasi yang berat.

4
5. Penatalaksanaan
1)Kausal : terhadap kelainan dalam hipotalamus/hipofisis.
2)Terapi substitusi dengan:
Desmopresin 10-20 ug intranasal (MINRIN) atau 1-4 ug subkutan, efektif
selama 12-24 jam. MINRIN adalah derivat dari vasopressin dari pabrik FERRING
AB, Malmoe, Swedia. Sudah lama digunakan dengan sukses di Eropa. Pemakaian
mudah sekali karena dihirup secara intra nasal (bagi penulis ini pilihan
utama).Vaso pressin dalam aqua 5-10 U sub kutan, efektif antara 1-6 jam.
Lypressin 2-4 unit intranasal, efektif antara 4-6 jam. Vasopressin dalam ol.
Tannate 5 unit intramuskuler, efektif selama 24-72 jam.
3)Transplantasi:
Implantasi hipofisis kera subkutan. Biasanya implant ini tidak bisa bertahan lama.
4)Terapi menika mentosa, efektifitas diragukan.
Chlorpropamide 200-500 mgr perhari
Clofebrate 4x500 mgr perhari
Carbamazepine 400-600 mgr perhari

5
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1.Biodata
2.Riwayat Keperawatan
a.Keluhan Utama :Gangguan tidur
b.Riwayat Kesehatan Sekarang: Buang air kecil yang sering dan perasaan dahaga
yang hebat akan mengganggu istirahat pasien
c.Riwayat Kesehatan Dahulu : Trauma, inflamasi yang pernah terjadi
d.Riwayat Kesehatan Keluarga : Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga
dan pengaruhnya terhadap diabetes insipidus
3.pola Fungsi Kesehatan
a.Pola Istirahat Tidur : Pola istirahat klien akan terganggu karena BAK yang sering
dan dahaga yang hebat.
b.Pola Aktivitas :Aktivitas terganggu karena BAK yang sering
c.Pola Nutrisi : Klien mengalami penurunan nafsu makan akibat dari dehidrasi.
d.Pola Eliminasi : Pada eliminasi urine klien mengalami sering BAK.
4.Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : lemah, lemas
- TTV : Nadi, Suhu, TD, RR
- Berat Badan : sama atau kurang dari berat badan sebelumnya.
- Kepala dan wajah : wajah sayu,mata cowong
- Mulut : bibir kering, mulut pucat
- Dada : nafas cepat dan dangkal
- Jantung : denyut cepat tapi lemah
- Ekstremitas : ekstrimitas dingin
5.Pemeriksaan Penunjang
- Tes defripasi cairan
- Pengukuran kadar vasopressin plasma
- Pengukuran osmolalitas plasma serta urin.

B. Diagnosa Keperawatan

(1) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan dalam persyarafan


kandung kemih
(2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada pola aktivitas
(3) Ansietas berhubungan dengan faktor internal stress psikologis
(4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun

C.Perencanaan

(1) Diagnosa I : perubahan pola eliminasi urin berhubungan gangguan dalam


persyarafan kandung kemih
Tujuan : pola eliminasi urin pasien kembali normal
Kriteria hasil : - pasien akan mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
- pasien akan mempertahankan keseimbangan masukan/haluaran urin
- pasien akan mengungkapkan/mendemonstrasikan perilaku dan teknik untuk

6
mencegh retensi urin.
Intervensi:
1.Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya. Bandingan keluaran urin dan
masukan cairan dan catat berat jenis urin
R/: mengidentifikasi fungsi kandung kemih (mis: pengosongan kandung kemih,
fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.
2.Palpasi adanya distensi kandung kemih dan observasi pengeluaran cairan
R/: disfungsi kandung kemih bervariasi, ketidakmampuan berhubungan dengan
hilangnya kontraksi kandung kemih untuk merilekskan sfingter urinarius
3.Anjurkan pasien untuk minum/masukan cairan (2-4 /hr) termasuk juice yang
mengandung asam askorbat
R/: membantu mempertahan fungsi ginjal, mencegah infeksi dan pembentukan batu
4.Bersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering lakukan perawatan kateter
bila perlu
R/: menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit/kerusakan kulit
5.Pantau BUN, kretinin, SDP
R/: meggambarkan fungsi ginjal dan mengidentifikasi komplikasi
6.Berikan pengobatan sesuai indikasi seperti: vitamin dan atau antiseptik urinarius
R/: mempertahankan lingkungan asam dan menghambat pertumbunhan bakteri
(kuman)

(2) Diagnosa II : gangguan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada pola
aktivitas
Tujuan : pasien bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidur
Kriteria Hasil : - pasien akan mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan
penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang
- pasien akan melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi:
1.Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang
hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari
R/: karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan, aktifitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan
yang meningkatkan waktu tidur
2.Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari
R/: peningkatan kebingungan, disorientasi da tingkah laku yang tidak koopertif dapat
malanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas
3.Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat mandi dan masase punggung
R/: meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk
4.Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur
R/: menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke kamar mandi/berkemih
selama malam hari
5.Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih
R/: menurunkan stimulasi sensori dengan menghanbat suara-suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.

(3) Diagnosa III : ansietas berhubungan dengan faktor internal stress psikologis
Tujuan : pasien tidak cemas dan mengungkapkan kemampuan untuk mengatasi
Kriteria Hasil : - pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat
dapat diatasi
- pasien mengidentifikasi ketidakefektifan pereilaku koping dan konsekuensinya

7
Intervensi:
1.Kaji tingkat ansietas pasien tentukan bgaimana pasien menangani masalah dimasa
yang lalu dan bagaiman pasien malakukan koping dengan masalah yang dihadapinya
sekarang
R/: membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan ketrampilan yang mungkin
membantu pasien mengatasi keadaannya sekarang dan atau kemungkinan lain untuk
memberikan bantuan yang sesuai
2.Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
R/: memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas
pengetahuannya.
3.Berikan kesempatan psien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya
R/: kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberi
respon dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi
yang sedang dihadapinya
4.Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkatkan peran sakit pasien
R/: orang terdekat/keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk
mempertahankan ketergantungan dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri
mampu melakukannya tanpa bentuan orang lain

(4) Diagnosa IV : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan nafsu makan menurun
Tujuan : nafsu makan pasien kembali normal
Kriteria Hasil : - pasien akan menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai sasaran dengan nilai laboraturium normal dan tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi:
1.Timbang berat badan tiap hari
R/: memberikan informasi tentang kebutuhan diit/keefektifan terapi
2.Anjurkan istirahat sebelum makan
R/: menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan
3.Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan
situasi tidak terburu-buru, temani
R/: lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk
makan
4.Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diit
R/: keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut akanan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala
5.Kolaborasi dengan ahli gizi
R/: membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan daan
fungsi usus

8
D. Implementasi
(1)Mengkaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya. Membandingkan
keluaran urin dan masukan cairan dan catat berat jenis urin.
(2)Memberikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, menganjurkan
latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari.
(3)Mengkaji tingkat ansietas pasien tentukan bagaimana pasien menangani
masalah dimasa yang lalu dan bagaiman pasien malakukan koping dengan
masalah yang dihadapinya sekarang.
(4)Memberikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.
(5)Memerikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapinya.
(6)Mengajarkan klien tentang HE yang akan diberikan dengan hasil klien
mengerti.
E. Evaluasi
(1) Pola eliminasi urin pasien mendekati normal
(2) Pasien bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidur
(3) Pasien tidak cemas dan mengungkapkan kemampuan untuk mengatasi
(4) Nafsu makan pasien kembali normal
(5) Pasien mulai mengerti dengan penyakitnya

9
DAFTAR PUSTAKA

http://kasendaadhd.blogspot.com/search/label/ASUHAN KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
http://id.wikipedia.org/wiki/Hipofisis#
http://www.neuro-onkologi.com/articles/Manajemen Adenoma Hipofisisomi.doc
http://kasendaadhd.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_31.html

10

You might also like