You are on page 1of 28

Darah adalah tempat larut atau tersuspensinya bahan-bahan seperti O2, CO2, nutrient, zat sisa

metabolisme, elektrolit, dan hormon yang akan diangkut dan diedarkan ke berbagai bagian
tubuh.
Fungsi
1. Transportasi
[mengangkut O2 dan nutrient ke jaringan, zat sisa metabolisme, CO2, dan urea ke paru-
paru dan ginjal]
2. Homeostasis
[distribusi panas ke seluruh tubuh]
3. Penyangga
[menjaga konsentrasi H+ dari cairan ekstraselular konstan pada pH 7,4 dengan penyangga
(Hb, protein plasma, HCO3-)]
4. Protektif
[melawan infeksi]
5. Pembekuan Darah
[menutup pendarahan ketika terjadi jejas]
Komposisi
1. Plasma
 Air [90%]
medium transport; pembawa panas
 Elektrolit [1%]
eksitabilitas membran; distribusi osmotik cairan antara CES dan CIS; menyangga
perubahan pH
 Nutrient, zat sisa, gas, hormon
diangkut dalan darah; gas CO2 darah berperan dalam keseimbangan asam-basa
Protein Plasma [6-8%]
Albumin
mengangkut banyak bahan; berperan dalam menentukan tekanan osmotik koloid
Globulin
Alfa & Beta
mengangkut banyak bahan tak larut air; faktor pembekuan; molekul
prekursor aktif
Gama
Antibodi
Fibrinogen
prekursor inaktif untuk jalinan fibrin pada pembekuan darah
2. Sel-Sel
 Eritrosit [5.000.000/mm3]
BIKONKAF
d: 8μm; tebal tepi luar: 2μm; tebal bagian tengah: 1μm
Bikonkaf: luas permukan lebih besar untuk difusi O2 menembus membran
Sel yang tipis: O2 cepat berdifusi antara bagian paling dalam sel dan
eksterior sel
Nukleus dan organel (-), terisi penuh dengan Hb untuk memaksimalkan fungsinya
sebagai pengangkut O2, CO2, dan ion hidrogen.
Membran:
 Licin: supaya tidak melekat pada lapisan sel endotel dan menyebabkan
penyumbatan
 Lentur: suapaya dapat melewati kapiler yang diameternya hanya 3μm
Metabolisme perlu dilakukan untuk mempertahankan:
 Fungsi Hb
 Integritas membran
 Volume eritrosit
 Jumlah piridin nukleotida tereduksi cukup
Terdapat empat jalur metabolisme:
 Glikolitik Embden-Meyerhof
Pemecahan glukosa anaerobik, menghasilkan 90% dari ATP yang
diperlukan,
 Heksosa Monofosfat
Hasilkan piridin nukleotida tereduksi yang bersama glutation tereduksi
mencegah jejas oksidatif [denaturasi dan agregasi globin]. 5-10% glukosa
termetabolisme melalui jalur ini,
 Methemoglobin Reduktase
Mempertahankan besi heme dalam valensi 2,
 Leubering-Rapaport
Menghasilkan 2,3 Biphosphoglycerate yang diperlukan untuk mengatur
afinitas Hb terhadap O2,
Eritrosit berusia 120 hari [empat bulan]. Sebagian besar eritrosit tua hancur di
kapiler limfa karena sempit dan berkelok-kelok. Eritrosit yang sudah tua akan
mengalami proses destruksi.
Destruksi:
 Intravaskuler [5-10%]
RBC pecah intravaskuler

Hb bebas di plasma Ginjal Urin[hemosiderin, Hb, metHb]

Hb – Haptoglobin Methemalbumin

Heme Globin

Heme Heme diikat Hemopeksin

Methemalbumin

HEPAR [RES]
 Ekstravaskuler [90%]
Hemoglobin berfungsi untuk mengangkut O2 dari paru-paru dan CO2 dari jaringan
ke paru-paru.

4 sub unit: 4 gugus heme dan globin


Heme: cincin porfirin+Fe
Globin: protein yang terdiri dari 2
pasang pasang rantai polipeptida.
Masing-masing mengikat 1 gugus
heme.

Sintesis Hb
1. Deliveri, suplai, dan kehilangan Fe menahun

2. Sintesis protoporfirin
3. Sintesis rantai globin
diregulasi oleh gen pada:
o Kromosom 11, bentuk kelompok beta, delta, epsilon
o Kromosom 16, bentuk kelompok alfa, zeta
Kombinasi rantai alfa dan beta membentuk hemoglobin.
Varian Hb
1. Embrional
Hb Gower 1 Hb Portland
Hb Gower 2 HbF [Fetus]
2. Dewasa
Hb A1 [92-95%]
Hb A2 [3-5%]
HbF [1-2%]
 Leukosit [4.000-11.000/mm3]
Klasifikasi
 Granulosit
[segmented: 45-73%, bands: 3-5%]
Warna ungu pada pewarnaan netral
Granula kecil dan banyak
Inti berlobus banyak [PMNs]
Diapedesis, Fagositosis, dan Lisosom

[0-4% of total leukocyte]


Granula tidak menutupi inti dan berwarna merah
Inti dengan 2 lobus
Lawan infeksi parasit cacing dan berperan dalam reaksi
alergi

[0-1% of total leukocyte]


Granula menutupi inti dan berwarna biru
Memiliki kemampuan diapedesis
Mengandung histamin, serotonin, dan heparin [mediator
inflamasi]

 Agranulosit
[2-8% of total leukocyte]
Paling besar. Sirkulasi: monosit, jaringan: makrofag.
Highly Fagosit
Ada di dermis (sel Langerhans), alveoli (dust cells),
limfa (sinusoidal cells), liver (kupffer cells).
[20-40% of total leukocyte]
Paling kecil
Nukleusnya hampir menutupi sitoplasma
2 tipe: limfosit T dan limfosit B

Fungsi dari leukosit adalah untuk melawan infeksi dan juga berperan dalam
proses inflamasi serta reaksi alergi
Umur:
 Granulosit
Sirkulasi: 4-8 jam
Jaringan: 4-5 hari
Bisa lebih cepat lagi kematiannya jika terjadi infeksi
 Monosit
Sirkulasi: 20 jam
Jaringan (makrofag): bulan-tahun
 Limfosit
bulan-tahun. Punya sirkulasi:
KGB – sirkulasi – jaringan – KGB
 Trombosit [150.000-350.000/mm3]
fragmen kecil sel [d. 2-4μm] dari megakariosit [d. s.d.
60μm]
Umur 10 hari
Nukleus (-), organel&sitosol (+), granula (+),
aktin&miosin (+)
Sirkulasi 67%
Limfa 33% [disimpan, akan dikeluarkan jika terjadi jejas atau dibutuhkan]
Fungsi: membentuk sumbat di daerah yang mengalami jejas, dengan kata lain
berperan dalam proses hemostasis.
Haemopoiesis adalah proses pembentukan sel darah
Tempat:
1. Janin
0-2 bulan yolk sac mesoblastik
2-7 bulan hati(utama), limfa, kgb hepatik
5-9 bulan sumsum tulang meduler
2. Bayi sumsum tulang merah semua tulang
3. Dewasa sumsum tulang kuning vertebrae, sternum, sacrum, femur proksimal
Haemopoietic Stem Cells adalah sel yang memulai haemopoiesis. Jumlahnya sangat sedikit (1
dari 20 juta sel berinti di sumsum tulang), dan mempunyai kemampuan untuk memperbaharui
diri sendiri.
Sel prekursornya mampu merespon haemopoietic growth factors sehingga kemampuan
produksinya meningkat saat dibutuhkan.
Haemopoietic Growth Factor [HGF] adalah hormon glikoprotein yang meregulasi proliferasi dan
diferensiasi dari haemopoietic progenitor cells dan fungsi dari sel-sel darah biasa.

Erythropoiesis [pembentukan eritrosit]


Akibat hipoksia, ginjal mengeluarkan
hormon erythropoietin yang
merangsang sumsum tulang untuk
melakukan erythropoiesis.
Rubriblast: masih ada inti

Prorubrisit: masih ada inti


sintesis ribosom
Rubrisit: masih ada inti
akumulasi Hb
Metarubrisit: Hb max, nukleus out

Retikulosit: menembus dinding kapiler


sinusoid sumsum tulang dan masuk
sirkulasi

Eritrosit
Leukopoiesis [pembentukan sel darah putih]
1. Myelosis [leukosit granulosit]
Mieloblas (inti besar, tampak kromatin halus dengan 1-2 anak inti, d:10-15μm)
Promielosit (anak inti tak jelas, ukuran lebih besar dari mieloblas, granula primer)
Mielosit (granula sekunder, inti membulat dengan salah satu inti mendatar)
Metamielosit (inti seperti kacang, lekukannya setengah dari diameter)
 Neutrofil batang (inti U, lekukannya lebih dari setengah diameter. d: 10-16μm)
 Neutrofil segmen (inti membentuk 2-5 lobus. d:10-15μm)
 Eosinofil (granula dan sitoplasma merah serta tidak menutupi inti)
 Basofil (granula biru dan menutupi inti)
2. Monosit
Mieloblas (pseudopodia (+), granula (-), dan inti berlekuk)
Promonosit
Monosit (granula (+), d: 16-20μm, terdapat di sirkulasi)
Makrofag (terdapat di jaringan)
3. Limfosit
Limfoblas
Prolimfosit
Limfosit (6-9μm s.d. 20-30μm)
- Primer: sumsum tulang dan thymus
- Sekunder: KGB, limfa, kelenjar limfoid, saluran pencernaan
Plamosit (untuk hasilkan Ig)
Thrombopoiesis [pembentukan trombosit]

Megakarioblas [granula (-); inti (+)]


Promegakariosit [granula kebiruan, tonjolan
sitoplasma, inti (+)]
Megakariosit [ukuran besar, inti multiple]
Metamegakariosit [inti(+)]
Trombodit [inti (-), granulomer di bagian tengah
dan tialomer di tepi
Tahap-Tahap Pengontrolan
1. HGF tertentu menuju sel dan berikatan dengan reseptornya
2. Terjadi pengaktifan jalur JAK/STAT; MAP KINASE; dan PI3KINASE
3. Jalur JAK/STAT akan menyebabkan dimer STAT aktif dan mengaktifkan ekspresi gen
4. Jalur MAP KINASE menyebabkan terjadinya siklus sel
5. Jalur PI3KINASE mengaktifkan AKT untuk menghambat apoptosis sehingga sel dapat
membelah

Golongan Darah
1. Sistem ABO [Landsteiner, 1900]
Berdasarkan adanya:
 Antigen di permukaan eritrosit
 Aglutinin dalam plasma

Antigen golongan darah ABO pembentukannya diatur oleh:


 gen A, gen B (kromosom 9)
 gen H (kromosom 19), membentuk antigen H
Test golongan darah
2. Sistem Rhesus
Ditemukan pertama kali pada eritrosit kera (Macacus rhesus) oleh Lanstainer&Weiner
Ada antigen D = Rh+
Tidak ada antigen D = Rh-

3. Sistem MN

Pemeriksaan Hematologi Rutin


Tes hematologi merupakan pemeriksaan laboratorium yang sering diminta karena merupakan
salah satu pemeriksaan penyaring dan dapat membantu menegakkan diagnosis serta memantau
penanganan penderita.
1. Kadar Hb
dapat ditentukan dengan cara:
 Kalorimeterik visual cara sahli
 Fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemoglobinsianida [dianjurkan WHO]
Nilai rujukan kadar Hb disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin.
– Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu
berkisar antara 13,6 - 19, 6 g/dl.
– Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar
paling rendah yaitu 9,5 - 12,5 g/dl.
– Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya
mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 - 14,8 g/dl.
– Pada pria dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 - 16 g/dl sedangkan pada
wanita dewasa antara 12 - 14 g/dl.
– Pada wanita hamil terjadi hemodilusi sehingga untuk batas terendah nilai
rujukan ditentukan 10 g/dl.
2. Ht: jumlah semua eritrosit dalam 100ml darah
dapat ditentukan dengan cara:
 Manual:
- Makrohematokrit: tabung wintrobe
- Mikrohematokrit: tabung mikrokapiler
 Automatik: dihitung dari MCV dan jumlah eritrosit
Kadar normal pada:
 Perempuan: 37-43%
 Laki-laki: 40-48%
3. Laju Endap Darah (LED)
Mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah di dalam plasma dalam waktu 1 jam
(satuan: mm)
Prinsip
Jika darah vena dimasukkan ke dalam tabung dan dibiarkan pada posisi tegak, maka
eritrosit cenderung akan mengendap di dasar tabung. Tinggi plasma di atas endapan
eritrosit dilaporkan sebagai LED dalam mm.
Nilai normal
– Pada cara Wintrobe nilai rujukan untuk wanita 0 - 20 mm/jam dan untuk pria 0 -
10 mm/jam
– Pada cara Westergreen nilai rujukan untuk wanita 0 - 15 mm/jam dan untuk pria 0
- 10 mm/jam.
4. Hitung Sel Darah
 Eritrosit dan Leukosit
dapat digunakan metode:
- Manual: kamar hitung Improved Neubauer setelah diencerkan dengan larutan
hayem
- Elektrik
 Trombosit
Langsung: kamar hitung
Tak langsung: apusan darah tepi
5. Hitung Retikulosit
Hitung retikulosit yang tepat dapat mencerminkan aktivitas eritropoiesis. Hitung
retikulosit umumnya menggunakan metode pewarnaan supravital. Sampel darah
dicampur dengan larutan brilliant cresyl blue (BCB) atau new methylene blue maka
ribosom akan terlihat sebagai filamen berwarna biru. Jumlah retikulosit dihitung per 1000
eritrosit dan dinyatakan dalam %, jadi hasilnya dibagi 10.
Pewarna yang digunakan memiliki formula sebagai berikut:
 Brilliant Cresyl Blue (BCB) : brilliant cresyl blue 1.0 gr; NaCl 0.85% 99.0 ml.
Saring larutan sebelum dipergunakan.
 New methylene blue : NaCl 0.8 gr; kalium oksalat 1.4 gr; new methylene blue N
0.5 gr; aquadest 100 ml. Saring larutan sebelum dipergunakan.
Dianjurkan menggunaan new methylene blue kerena kesalahan metode ini pada nilai
normal, yaitu 25 %.
Sampel darah yang digunakan untuk hitung retikulosit adalah darah kapiler atau vena,
dengan antikoagulan (EDTA) atau tanpa antikoagulan (segar).
Nilai Rujukan
 Dewasa : 0.5 - 1.5%
 Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5%
 Bayi : 0.5 - 3.5%
 Anak-anak : 0.5 - 2.0%
6. Sediaan Apus Darah Tepi
Sediaan hapusan darah penting untuk pemeriksaan keadaan trombosit, keadaan eritrosit
dan keadaan lekosit. Cara membuat sediaan hapusan darah dapat menggunakan kaca
obyek dan menggunakan kaca penutup.
1. Sentuhlah setetes kecil darah (diameter maksimal 2 mm) kira-kira 2 cm dari
tepi kaca obyek. Darah yang dipakai adalah darah kapiler, darah heparin atau
darah EDTA.
2. Letakkan kaca obyek dengan darah di sebelah kanan
3. Dengan tangan kanan, letakkan kaca obyek lain di kiri tetes darah, lalu
gerakkan ke kanan sampai menyentuh darah
4. Tunggu darah menyebar sampai ½ cm dari sudut kaca penggeser
5. Geser kaca ke kiri dengan sudut 30-45o , jangan menekan ke bawah
6. Biarkan sediaan mengering di udara
7. Tulis nama klien dan tanggal pada bagian sediaan yang tebal
Setelah hapusan darah selesai, dilanjutkan dengan pewarnaan dengan berbagai cara
misalnya pewarnaan Wright dan Giemsa. Teknik pewarnaan tidak perlu dibahas dalam
kuliah ini. Dengan pewarnaan maka keadaan sel-sel darah akan terlihat jelas di bawah
mikroskop.
 ANATOMI GINJAL DAN SALURAN KEMIH

Figure 1 urinary system


Figure 2 struktur ginjal

Definisi : Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak rongga belakang
usus agak atas. Bentuknya seperti kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke arah sumbu tengah tubuh.
Bagian-bagian ginjal :
1. Korteks : bagian terluar dari ginjal yang berkontak langsung dnegan kapsul
fibrosa dan memiliki warna kemerahan dan merupakan lokasi Kapsul
Bowman dan glomerulus
2. Medulla : bagian yang lebih dalam pada ginjal yang terdiri dari 6-18 piramida
ginjal
3. Calyx : Banyak saluran mengumpul untuk mengalirkan urin oleh ginjal
menjadi saluran kecil, kemudian menjadi kaliks kecil (minor), kemudian kalik
besar (mayor) (di pusat ginjal)
4. Piala ginjal : saluran gabungan dari kaliks-kaliks pada ginjal
5. Pelvis renalis : saluran yang menyalurkan urin dari piala ginja ke urether
6. Ureter : saluran yang keluar dari ginjal untuk menyalurkan urin ke vesika
urinaria
 FUNGSI GINJAL & PEMBENTUKAN URIN
 Fungsi ginjal
1. Menjaga keseimbangan air dalam tubuh
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh
3. Mengatur jumlah dan konsetrasi ion-ion dalam CES
4. Mempertahankan volum plasma
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh
6. Mengeluarkan produk sisa metabolisme tubuh (urea, keratin dan asam urat)
7. Mengeluarkan banyak senyawa asing
8. Menghasilkan eritropoetin, renin, kalsitriol atau vitamin D3

Eritropoetin adalah hormon yang akan merangsang peningkatan laju produksi sel
darah merah di sumsum tulang. Renin berperan dalam mengatur tekanan darah.
Kalsitriol atau vitamin D3 (bentuk aktif dari vitamin D) berfungsi mengatur tekanan
darah dengan mengatur keseimbangan kadar kalsium dan hormon prostaglandin.

 Pembentukan urin
Pembentukan urin terjadi pada nefron (unit fungsional terkecil ginjal)
Urin yang terbentuk merupakan hasil saringan dari darah, berikut adalah sumber
darah dari ginjal
1. Filtrasi (pada glomerulus)
 Plasma bebas protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam
kapsula bowman
 Tekanan filtasi netto yang memicu filtrasi disebabkan oleh
ketidakseimbangan gaya fisik yang bekerja menembus membrane
glomerulus. 20%-25% curah jantung disalurkan ke ginjal
 20% total darah dalam tubuh masuk ke ginjal untuk di filtrasi dalam
glomerulus. Laju filtrasi glomerulus rata-rata 125 ml/ menit
 Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus bergantung dengan kekuatan
kontraksi jantung, tekanan dalam arteriola,
 Laju filtrasi glomerulus (LFG) dapat dihitung denagn rumus
LFG = Kf x tekanan netto filtrasi
Dimana Kf adalah koefisien filtrasi yang merupakan sifat-sifat membrane
glomerulus secara kolektif
2. Reabsorbsi (pada tubulus kontortus proksimal)
 Tubulus pada ginjal di kelilingi oleh kapiler peritubuler, sehingg
memungkinkan terjadinya reabsorbsi
 Proses menyerap kembali air dan zat terlarut dalam filtrate, menembus
epitel peritubuler menuju cairan peritubular.
 Reabsorbsi sedikit banyak hanya berkaitan dengan reabsorbsi aktif Na+
dari lumen tubulus ke dalam plasma kapiler peritubuler
 Sebagian reabsorbsi Na+ berlangsung diawal nefron
 Elektrolit lain yang secara aktif direabsrbsi oleh tubulus adalah PO4 3- dan
Ca2+
3. Sekresi
 Melibatkan tanspor transepitel, dari plasma peritubulus menuju lumen
tubulus ginjal
 Tubulus ginjal dapat selektif menambah bahan tertentu ke dalam cairan
tubulus
 Sekresi ini penting untuk
1) H+ , regulasi asam-basa
2) K+ , menjaga konsentrasi ion kalium plasma pada kadar yag sesuai
untuk mempertahankan eksitabiitas membrane otot dan saraf.
3) Ion organic, eliminasi lebih efisien senyawa organic asing dari
tubuh
 DEFINISI URIN
Cairan yang diekskresikan oleh ginjal, ditampung dalam kandung kemih dan
dikeluarkan melalui uretra
Urin merupakan cairan sampah metabolisme jernih, transparan & berwarna kuning
muda. Jumlah urin rata-rata 700-2000 ml per hari. mengandung urea, asam urat,
NaCl, dll
Pada urine normal terdisi atas 95-96% air, dan 4-5% adalah zat terlarut
Sedangkan pada urin abnormal bias terdapat glukosa, protein/albumin, bilirubin,
pigmen empedu, darah.
 MACAM-MACAM SPESIMEN URIN
 Syarat specimen urin
1. Jenisnya sesuai dengan pemeriksaan
2. Volumnya cukup untuk melakukan pemeriksaan
3. Kondisi layak (segar, tidak berubah warna, tidak menggumpal)
4. Antikoagulan yang digunakan sesuai
5. Ditampung di wadah yang memenuhi syarat (tabung tertutup rapat)
 Cara pengambilan specimen urin
1. Punksi suprapubik
Pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding
perut menggunakan semprit dan jarum steril
2. Kateter
Pemeriksaan dengan cara ini berisiko tercemar bateri, tempat penusukan
kateter diusahakan sedekat mungkin dengan ujung kateter yang beraa
dalam kandung kemih
3. Urin porsi tengah
Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Sampel diambil degan
membuang beberapa ml urin yang pertama dikeluarkan
 Macam-macam specimen urin
1. Urin sewaktu : urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tidak
ditentukan dengan khusus
2. Urin bersih : urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari
3. Urin tampung : memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu
o Urin posprandial (1,5-3 jam setelah makan)
o Urin 24 jam
o Urin siang 12 jam
o Urin malam 12 jam
o Urin 2 jam
 KOMPOSISI URIN
 Air 95%
 5% komponen terlarut
1. Urea
2. Sodium, potassium, phosphate
3. Ion Sulfat
4. Ion Kreatinin
5. Ion Kalsium
6. Ion Magnesium
7. Ion bikarbonat
 SIFAT FISIK URIN & CIRI URIN
 PEMERIKSAAN URIN
 PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
1. Jumlah urin (normal 700-2000 ml/hari) / tergantung jumlah intake cairan
o Polyuria : >2500ml per 24 jam
o Oligouria : 100-300 ml per 24 jam
o Anuria : <100 ml per 24 jam
2. Warna urin : kuning muda karena pigmen urochrom, warna urin dapat juga
dipengaruhi oleh
o Obat-obatan. Contoh rifamfisin menimbulkan warna merah
o Makanan. Contoh bit menimbukan warna merah
o Penyakit. Contoh pada penderita hepatitis akut warna urine kuning tua
3. Kejernihan : normalnya jernih, jika keruh dapat dikarenakan oleh urat amorf,
phosphate amorf, karbonat yang mengendap atau dapat juga karena adanya
bakteri dari botol penampung .
4. Berat jenis : normalnya 1.003-1.030. yang mempengaruhi berat jenis adalah
produksi urin, komposisi urin, fungsi daya memekatkan dari ginjal. Bera jenis
urin meningkat saat kandungan glukosa yang tinggi, dehidrasi, proteinuria,
eklamsia, lipoid nefrosis. Cara mengukurnya bias dengan urinometer,
refraktometer, tes strip
5. Bau : normalnya urine berbau khas. Dalam keadaan lain dapat berbau
seperti buah-buahan (pada penderita DM), bau ammonia (akibat perombakan
ureum di urin oleh bakteri), bau jengkol karena makan jegkol
6. pH : 4,5-8. pH urin patologis jika <4,5 atau >8. Pemeriksaa dapat dilakukan
dengan menggunakan kertas lakmus, kertas nitrasin, caik celup dan pH
meter.
 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK (pemeriksaan sedimen urin)
Ada 2 jenis sedimen urin yaitu sedimen organic dan sedimen anorganik
1. Unsur organic
o Epitel
o Eritrosit
o Leukosit
o Silinder : cetakan protein yang terbentuk di lumen tubulus ginjal. Silinder
tampak sebagai masa protein yang homogeny dengan tepi sejajar dan
berwarna ungu
o Srtuktur lainya : bakteri
2. Unsur anorganik
o Zat amorf : biasanya terdiri dari urat dalam urin yang asam dan fosfat
dalam urin alkalis
o Kristal dalam urin normal
1) Pada pH asam : asam urat, Na-urat, Ca-sulfat
2) Pada pH asam/netral/basa : Ca-oksalat
3) Pada pH alkali/ netral : ammonium-magnesium fosfat dan dikalsium
fosfat
o Kristal yang abnormal : sistein, leusin, tirosin, kolesterol dan bilirubin
o Kristal obat misalnya Kristal sulfa
 PEMERIKSAAN KIMIAWI
1. Pemeriksaan glukosa (normal 1-25 mg/dL)
Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa dalam urin. Glukosuria adalah
keadaan dimana ditemukan glukosa dalam urin yang melebihi bats normal.
Pemeriksaan :
 Berdasarkan reduksi ion Cu
 Menggunakan carik celup
 Menggunakan metode fehling
 Menggunakan metode bennedic
2. Pemeriksaan protein urin (normal 10mg/dL)
Proteinuria/albuminuria adalah keadaan dimana protein ditemukan dalam urin
yang melebihi kadar normalnya.
Pemeriksaan :
 Meoda exton
 Carik celup
 Uji biuret
 MANFAAT/INDIKASI PENCITRAAN DIAGNOSTIK
 Untuk mencitrakan sebagai pendukung diagnosa dan pengobatan suatu penyakit
 JENIS-JENIS PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 RONTGEN : ditemukan oleh Rontgen (jerman, 1985)
o Berupa gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang pendek
o Menggunakan sinar x. Sifat-sifat sinar X :
1) Daya tembus : dapat menembus bahan dengan daya tembus besar
2) Pertebaran : sinar x akan bertebar kesegala penjuru ketika mengenai
suatu bahan
3) Penyerapan : sinar x diserap baik pada benda dengan BA tinggi, sehingga
tampak putih (radioopak) pada film
4) Efek fotografi : sinar x dapat menghitamkan film (Ag-Br)
5) Pendar flour (fluorensensi) : sinar x menyebabkan bahan memendarkan /
memantulkan cahaya
6) Ionisasi : sinar x menyebabkan ionisasi benda yang dikenainya
7) Biologic : sinar x menyebabkan perubahan biologic pada jaringan (untuk
radioterapi)
o Jenis pemeriksaan sinar x
1) Fluoroskopi : pemeriksaan dapat melihat secara langsung dosis radiasi
tinggi
2) Radiografi : menggunakan film RD, memerlukan perlengkapan,
mempertahankan posisi pemotretan terhadap jenis pemeriksaan.
o Gambaran pada film hasil rontgen
 Radiolusen dan Radioopak
Daya tembus sinar-x pada jaringan tergantung dari berat atom/kepadatan
jaringan. Jaringan yang mudah ditembus sinar-X pada foto akan
memberikn bayangan yang hitam (radiolusen), sedangkan jaringan yang
sukar ditembus sinar-X akan memberikan bayangan putih (radio opak),
diantanya terdapat bayangan perantara yaitu tidak terlalu hitam
(moderately radiolusen) dan tidak terlalu putih (moderately radio opak).
Diantara moderately radiolusen dan moderately radio opak terdapat
bayangan keputih-putihan (intermediate)
Berdasarkan mudah tidaknya ditembus sinar-X, maka bagian tubuh dibedakan :
1.Radiolusen (gas, udara).
2.Moderately radiolusen (lemak).
3.Intermediate (jaringan ikat, otot, darah, kartilago, epitel, batu cholesterol,
batu asam urat).
4.Moderately radio opak ( tulang, garam kalsium).
5.Radioopak (logam berat)

Figure 3 gambaran rontgen thorak


 USG (ultra sonografi)
o Menggunakan gelombang suara dengan frequensi tinggi, untuk pemeriksaan
dinamis (gerak)
o Keuntungan : tidak ada radiasi, aman, tidak ada rasa sakit, cepat, nilai
diagnostic tinggi
o Kerugian : tidak mampu melihat tulang , tidak bias melihat organ tubuh
beroonga berisi gas
 CT-SCAN (computed tomografi)
o Menggunakan sinar x
o Untuk menghasilkan gambaran berupa potongan melintang , gambaran yang
dihasilkan tajam
o Keuntungan : dapat memberikan gambaran berupa potongan melintang, dan
dapat membuat gambara 3dimensi
o Kerugian : biaya cukup mahal, dan radiasi cukup besar
 MRI (agnetic resonance imaging)
o Menggunakan resonansi magnetic dalam pencitraanya, dan memanfaatkan
inti atom H dalam tubuh.
o Menampilkan gambaran berupa potongan
o Keuntungan : radiasi pengion tidak ada, memberikan gambaran berbagai
posisi tanpamengubah posisi pasien, mampu melihat jaringan lunak dengan
jelas.
o Kerugian : tidak bias digunakan oleh pasien dengan logam yang tertanam
pada tubuh (pen tulang, ring jantung), biaya mahal, dan tidak cocok untuk
pasien yang takut ruang sempit (Claustrophobia)
 JENIS PEMERIKSAAN RONTGEN DASAR
 TANPA KONTRAS
o Tidak menggunakan bahan kontras, karena sudah terlihat radio opak (putih)
pada film. Contoh: gambaran pada tulang
 DENGAN KONTRAS
o Menggunakan bahan kontras (bahan yang sangat radio opak apabila
terpapar sinar x), krena organ yang ingin di citrakan tanpa kontras terlihat
radilusen.
o Kontras digunakan untuk membantu memerjelas pencitraan
o Contoh :
1) Untuk mencitrakan traktus digestvus digunakan kontras barium
2) Untuk mencitrakan traktus urinarius digunakan kontras iodium

pemeriksaan dengan kontras pemeriksaan tanpa kontras

 BAHAYA RADIASI DAN PENCEGAHANYA


 Efek samping
Bergantung pada jumlah dosis dan luas paparan radiasi yang diterima.
Pengaruh sinar x
o Kulit : menyebabkan kemerahan, kerontokan rambut, dan pelepasan kulit
o Kerusakan hemopoetik : limfopeni, anemi, respon imun menurun dan
leukemia
o Kanker
o Mutasi gen dan perubahan kromosom
o Mandul/ steril
o Katarak
 Pencegahan
o Tujuan
1) Pada pasien : untuk memperkecil efek samping yang ditimbulkan untuk
pasien. Dilakukan denga cara pemberian dosis sekecil mungkin, sesuai
dengan kebutuhan saja.
2) Pada pemeriksa : agar pemeriksa tidak mendapat radiasi terlalu besar
dari pemeriksaan yang dilakukan
o Prinsip proteksi
1) Menggunakan pelindung : baik pasien ataupun pemeriksa harus
menggunakan pelindung , contohnya pada pemeriksa menggunakan
pengaman yang dilapisi timbal agar radiasi sinar x tidak bias menembus.
Selian itu juga melapisi pintu yang berhubungan degan dunia luar dengan
timbal, agar lingkungan tidak tercemar radiasi
2) Menjaga jarak : karena pancaran radiasi hamburan juga dapat menambah
dosis radiasi
3) Mempersingkat waktu pemaparan radiasi : diusahakan pemeriksaan
dilakukan secepat mungkin tanpa pengulangan. Karena semakin lama
terpapar semakin banyak juga dosis radiasi yang didapat.

You might also like