You are on page 1of 70

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA LAPANGAN

DI
PT. MARTINA BERTO, Tbk. ,
PT. KIMIA FARMA, Tbk. ,
NEWater SINGAPORE, dan NASUHA HERBS and
SPICES

DISUSUN OLEH :

DESY ANANDA SARI

13.11.4101.48401.0.0017

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN


2015

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia
dan petunjuknya penulis dapat Laporan Kunjungan Kerja Lapangan (KKL)
tentangIndustriFarmasi.
LaporanKunjunganKerjaLapanganinidikerjakansetelahselesainyakegiatan
KunjunganKerjaLapanganIndustri yang penyusun laksanakan mulai tanggal 28
September – 03 Oktober 2015 di PT. Matina Berto, Tbk., PT. Kimia Farma, Tbk.,
NEWater Singapore, dan Nasuha Herbs and Spices.
Penyelesaian Laporan Kunjungan Kerja Praktek Kerja Lapangan ini tidak
lepas dari bantuan dan doa dari keluarga, relasi dan teman yang telah mendukung
dan meluangkan waktu untuk ikut berpartisipasi. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini tidak lupa penyusun megucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt. Selaku Direktur Akademi Farmasi ISFI
Banjarmasin.
2. Pimpinan beserta seluruh staff dan karyawan PT. Martina Berto, Tbk.
3. Pimpinan beserta seluruh staff dan karyawan PT. Kimia Farma, Tbk.
4. Pimpinan beserta seluruh staff dan karyawan NEWater Singapore.
5. Pimpinan beserta seluruh staff dan karyawan Nasuha Herbs and Species.
6. Seluruh dosen, staff dan karyawan Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin.
7. Orang tua dan teman-teman serta orang terdekat penyusun yang telah
membantu menyelesaikan Laporan Kunjungan Kerja Lapangan ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah
banyak membantu penulis dalam hal material dan spiritual dalam
pelaksanaan KKL dan dalam menyelesaikan penyusunan laporaran ini.

iii
Penyusun berharap Kunjungan Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat dan
menjadi panduan dalam menghadapi persaingan di dunia kerja yang semakin
penuh tantangan di masa yang akan datang. Penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan Laporan KKL ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidak
sempurnaan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga Laporan KKL ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Akhir kata, penyusun mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan kesalahn semoga
laporan ini dapat berguna bagi para pembaca.

Banjarmasin,27 November 2015

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan Kunjungan Kerja Lapangan ............................... 1
1.2 Pengertian – pengertian ....................................................................... 2
BAB II URAIAN OBJEK KUNJUNGAN KERJA LAPANGAN
A. PT. MARTINA BERTO, Tbk .............................................................. 6
Gambaran Umum 6
2.1 Sejarah ....................................................................................... 6
2.2 Visi dan Misi ............................................................................. 6
2.3 Struktur Organisasi .................................................................... 7
2.4 Proses Produksi .............................................................................. 7
2.5 Bahan Baku ................................................................................ 8
2.6 Proses Pembuatan ...................................................................... 8
2.7 Pengujian Mutu.. .......................................................................... 10
2.8 Terhadap Produk Jadi………………………………………...17
2.9 Tes Kebocoran…………………………………………… ..... 17
2.10 Pengemasan ........................................................................... 21
2.11 Distribusi ............................................................................... 22
2.12 Hasil Produksi ....................................................................... 22
2.13 Pengolahan Limbah .................................................................... 23
B. PT. KIMIA FARMA, Tbk PLANT JAKARTA ................................. 24
Gambaran Umum 24
2.2 Sejarah ..................................................................................... 24

v
2.3 Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan .................................................. 25
2.4 Struktur Organisasi ....................................................................... 26
2.5 Proses Produksi ............................................................................ 26
2.6 Proses Pembuatan 26
C. NEWater SINGAPORE...................................................................... 40
Gambaran Umum 40
2.3 Sejarah ..................................................................................... 40
1. Slogan PUB .................................................................................... 41
2. Lembaga Pengolahan dan Pendistribusian Air ............................... 42
3. Sumber Air Bersih di Singapura .................................................... 42
4. Proses Produksi .............................................................................. 44
4.1 Pengumpulan ........................................................................... 44
4.2 Produksi ................................................................................... 45
5. Pemantauan Kebersihan Air ........................................................... 47
5.1 Parameter Pengganti Secara Online......................................... 47
5.2 Biosensor ................................................................................. 47
5.3 Sampling Rutin ........................................................................ 47
6. Menjaga Kualitas Air di Konsumen ............................................... 51
7. Distribusi ........................................................................................ 51
8. Sistem Manajemen ......................................................................... 53
D. NASUHA HERBS AND SPICES ..................................................... 54
1. Gambaran Umum ........................................................................... 54
2.4 Sejarah ..................................................................................... 54
2.5 Proses Produksi ........................................................................ 54
2.6 Produk ...................................................................................... 55
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 59
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Produk PT. Martina Berto .................................................... 22


Gambar 2.2 Lokasi Reservoir di Singapura ............................................. 43
Gambar 2.3 Skema Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Singapura ...... 46
Gambar 2.4 Skema Pengolahan Air di NEWater .................................... 47
Gambar 2.5 Biosensor Online .................................................................. 48
Gambar 2.6 Sistem Monitoring Ikan ....................................................... 49
Gambar 2.7 dan 2.8 Pemantauan Kualitas Air di Jaringan Distribusi ..... 50
Gambar 2.9 Sistem Manajemen Kualitas Air Terpadu .............................. 53

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Harga Air Bersih di Singapura .................................................. 52

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya Kunjungan Kerja Lapangan ini sebagai


persyaratan untuk kelulusan sebagai Ahli Madya Farmasi.

Tujuan kunjungan kerja lapangan mahasiswa Akademi Farmasi ISFI


Banjarmasin di Industri Farmasi adalah :

1. Mengetahui tentang persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)


di industri farmasi PT. Kimia Farma, Tbk. Dan mengetahui bahan , cara
dan pembuatan yang bebas dari bahan kimia, sehingga menghasilkan
produk kosmetik yang aman serta halal.
2. Mengetahui bagaimana pengolahan air di NEWater Singapore dan lebih
mengenal tanaman-tanaman obat yang digunakan untuk pembuatan
minuman herbal di Nasuha Herbs and Spices.
3. Membandingkan adanya kesesuaian teori tentang industri farmasi yang
didapat selama diperkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di industri
farmasi.
4. Meningkatkan dan memperluas keterampilan mahasiswa sebagai bekal
untuk memasuki dunia kerja.
5. Menambah wawasan dan memperoleh ilmu pengetahuan tentang industri
farmasi dan profesi farmasi di industri farmasi.

Penulisan laporan ini merupakan kelanjutan tujuan PKL yang telah


ditempuh para mahasiswa dan merupakan rangkuman dari kegiatan yang telah
dilaksanakan, sehingga dapat mempermudah mempelajari dan menelaahnya
kembali.

1
2

1.2 Pengertian-Pengertian

1. Industri Farmasi
Menurut PERMENKES RI NO.1799/MENKES/PER/XII2010 tentang
Industri Farmasi.
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan k
egiatan pembuatan obat atau bahan obat.
2. Pedagang Besar Farmasi (PBF)
Menurut PERMENKES No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbebtuk badan hukum yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Perbekalan Farmasi
Menurut PERMENKES No. 922 / Menkes / PER / 1993 Perbekalan
farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan obat, obat asli
Indonesia, alat kesehatan, kosmetika dan sebagainya.
4. Bahan Baku
SK. Menkes No. 245 / Menkes /SK /V / 1990 Bahan baku adalah semua
bahan, baik berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam
pengolahan obat dengan standar mutu bahan baku farmasi.
5. Bahan Obat
Menurut PERMENKES RI No. 1799 / MENKES / PER / XII / 2010
tentang Industri Farmasi. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat
maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan
standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
6. Karantina
Karantina adalah status bahan atau produk yang dispisahkan secara fisik
dengan sistem tertentu menunggu keputusan apakah bahan atau produksi
3

tersebut ditolak atau dapat digunakan untuk pengolahan, pengemasan dan


distribusi (Badan POM, 2003)
7. Pengemasan
Pengemasan adalah bagian siklus produksi yang dilakukan produk ruahan
untuk menghasilkan produk jadi (Badan POM, 2003).
8. Produk Ruahan
Produk ruahan adalah tiap bahan-bahan yang telah selesai diolah dan
tinggal memerlukan tahap pengemasan untuk menghasilkan produk jadi
(Badan POM, 2003).
9. Produk Antara
Produk antara adalah tiap bahan atau campuran bahan yang masih
memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk menjadi
produk ruahan (Badan POM, 2003).
10. Tanggal Daluarsa/Expire Date
Tanggal daluarsa / Expire date adalah tanggal yang menyatakan bahwa
sebelum tanggal tersebut suatu batch masih memenuhi spesifikasi standar
mutu yang memenuhi syarat (Badan POM, 2003)
11. CPOB atau Cara Pembuatan Obat yang Baik
Menurut PERMENKES RI No. 1799 / MENKES / PER/ XII / 2010
tentang Industri Farmasi. Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang
disingakat CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat yangdihasilkan sesuai dengan persyaratan dan
tujuan pengguanaanya.
12. Obat
Menurut PERMENKES RI No. 1799 / MENKES / PER / XII / 2010
tentang Industri Farmasi.
Obat adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
4

13. Obat Jadi


Obat jadi adalah sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk
biologi dan kontrasepsi yang siap untuk digunakan mempengaruhi dan
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
(Badan POM, 2003).
14. Produksi
Produksi adalah seluruh rangkaian kegiatan yang meliputi penerimaan dan
penyiapan bahan baku serta bahan pengemasan, pengolahan dan
pengendalian mutu sehingga diperoleh produk jadi yang siap
didstribusikan (Badan POM, 2003).
15. Pengemasan
Pengemasan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari pengisian,
pembungkusan, pemberian etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan
terhadap produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi (Badan
POM,2003).
16. Pengawasan Mutu (Quality Control)
Pengawasan mutu (Quality Control) adalah semua upaya yang dilakukan
selama pembuatan dan dirancang untuk menjamin keseragaman produk
obat yang memenuhi spesifikasi, identitas, kekuatan, kemurnian, dan
karakteristik lain yang ditetapkan (Badan POM, 2003).
17. Sanitasi
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya (Badan POM, 2003).
18. Bets
Bets adalah sejumlah obat yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam
yang dihasilkan dalam satu siklus pembuatan atas suatu perintah
pembuatan tertentu (Badan POM, 2003).
19. Nomor Bets
Nomor Batch adalah penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau
gabungan keduanya, yang merupakan tanda pengenal suatu batch, yang
5

memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan batch


tersebut, termasuk seluruh tahap produksi, pengawasan dan distribusi
(Badan POM, 2003)
20. Granulasi basah
Granulasi basah adalah cara pembuatan tablet dengan mencampurkan zat
aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dengan jumlah yang tepat sehingga diperoleh masa lembab
yang dapat digranulasi (Depkes RI, 1999).
21. Granulasi kering
Granulasi basah adalah proses pembuatan tablet dengan cara
mencampurkan zat aktif dan eksipien dalam keadaan kering, untuk
kemudian dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi
persyaratan (Depkes RI, 1999).
22. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, disingkat limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusakkan lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain
(Depkes RI, 1999).
BAB II
URAIAN OBJEK KUNJUNGAN KERJA LAPANGAN

A. PT. MERTINA BERTO, Tbk.


2.1 Sejarah
PT. Martina Berto merupakan perusahaan kosmetika dengan
keinginan mempercantik wanita Indonesia lahir dan batin dengan
memanfaatkan sumber daya alam di Indonesia. PT. Martina Berto
didirikan pada tahun 1970 oleh ibu Dr. Martha Tilaar, seorang sarjana dan
ahli gizi lulusan Universitas Jurusan Kecantikan Amerika. Pada Tahun
tersebut, awalnya beliau hanya mendirikan salon di garasi rumah orang
tuanya di Jl. Kusuma Atmaja No. 47 Menteng, Jakarta Selatan. Lalu pada
tahun 1974, beliau membangun Martha Tilaar Beauty School. Kemudian,
pada tahun 1981, berkembang menjadi sebuah perusahaan dangan nama
PT. Martha Tilaar Group dan sekarang sebagai distributor produk Martha
Tilaar. Pada tahun 1986, dibangun kembali pabrik kedua yang sampai
sekarang terletak di daerah Pulogadung, Jakarta Timur.
PT. Martina Berto mengeluarkan produksi kosmetik yang di tata dari
tahun 1998 sampai sekarang berjumlah lebih dari 600 macam produk. PT.
Martina Berto memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 500 orang
sebagaian besar adalah wanita dengan maksud untuk membantu
mendapatkan pekerjaan yang layak. Dengan dihasilkannya produk yang
berkualitas kepada para konsumen, PT. Martina Berto berhasil meraih
penghargaan ISO 9001 pada tahun 1996.
2.2 Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi perusahaan perawatan kecantikan dan spa (Beauty & Spa) yang
terkemuka di dunia dengan produk yang bernuansa ketimuran dan alami,
melalui pemanfaatan teknologi modern dan menempatkan penelitian dan
pengembangan sebagai sarana peningkatan nilai tambah bagi konsumen
dan pemangku kepentingan lainnya.

6
7

b. Misi
1. Mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk perawatan
kecantikan dan spa yang bernuansa ketimuran dan alami dengan standar
mutu internasional guna memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai
segmen pasar dari premium, menengah atas, menengah dan menengah-
bawah dalam suatu portofolio yang sehat dan setiap merek mampu
mencapai posisi 3 besar di Indonesia di setiap segmen pasar yang
dimasukinya.
2. Menyediakan layanan yang prima kepada semua pelanggan dalam porsi
yang seimbang, termasuk konsumen dan para penyalur produk.
3. Mempertahankan kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan bisnis.
4. Merekrut, melatih dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan
produktif sebagai bagian dari aset Perusahaan.
5. Memanfaatkan metode operasi, sistem dan teknologi yang efisien dan
efektif di seluruh unit dan fungsi usaha.
6. Menerapkan ‘Good Corporate Governance’ secara konsisten demi
kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholders).
7. Memberikan tingkat keuntungan yang wajar kepada para pemegang
saham.
8. Mengembangkan pasar kosmetika dan jamu internasional dengan fokus
jangka menengah di kawasan Asia Pasifik dengan produk dan merek
pilihan, dan fokus jangka panjang di pasar global.

2.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi PT. Martina Berto, Tbk. dapat dilihat pada lampiran 1.
8

2.4 Proses Produksi


Produksi yang dilakukan Martha Tilaar telah berstandar Internasional yaitu
ISO 9001, ISO 14001, Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB), and
Good Manufacturing Practices (GMP). Semua produk yang dihasilkan akan
diteliti dibagian R n D (Research and Development).

2.5 Bahan Baku

Bahan baku berupa simplisia yang berasal dari supplier dan bahan baku
berupa herba ekstrak diolah mandiri dari kebun yang dikelola di gunung
Putri. Bahan baku berupa minyak yang diambil sarinya dengan kadar
tertentu diperoleh dari supplier dalam bentuk sediaan yang sudah jadi.

Sebelum bahan baku diproses, bahan baku terlebih dahulu ditimbang, diuji
fisik, lalu dibersihkan kemudian disortir dengankadar air 5%. Bila
memenuhi persyaratan maka bahan baku dapat diproses.

2.6 Proses Pembuatan


Produksi menggunakan formulasi tradisional yang diproses dengan
menggunakan teknologi canggih. Pengembangan suatu produk dapat
dipasarkan dimulai dari suatu ide, yang oleh pihak laboratorium kemudian
dibuat formulanya berdasarkan farmakope dan literatur lain.
Bentuk sediaan kosmetik terbagi 2, yaitu :
a. Bentuk Padat
Termasuk bedak tabur, bedak padat, pemulas mata, pemulas pipi,
dan lipstik.

- Bedak Tabur
Cara Pembuatan : Bahan dihaluskan dengan mesin penghalus
kemudian di tambahkan talk dan bahan
tambahan dan siap untuk dikemas.
9

- Bedak Padat
Cara Pembuatan : Bahan dihaluskan dengan mesin penghalus
di tambah zat pengikat dan zat pelicin lalu
di cetak langsung pada wadahnya pada
tekanan tertentu.
- Pemulas Mata dan Pipi
Cara Pembuatan : Bahan dihaluskan dengan mesin penghalus
di tambah zat pengikat, zat pelicin dan zat
pewarna lalu dicetak langsung pada
wadahnya dengan tekanan tertentu.
- Lipstik
Cara Pembuatan : Basis minyak tengkawang, dicampur
carbowa, paraffin, zat pewarna dan minyak
zaitun. Dilumerkan pada suhu tertentu
sehingga diperoleh lipstik cair, dituang
kedalam cetakan dinginkan. Setelah lipstik
memadat, masukan kedalam kemasan
khusus lalu dilewatkan diatas api khusus
untuk mengkilapkan dan membuat batang
lipstik menjadi lebih rata dan warnanya
cerah.
Pembuatan lipstik berdasarkan area :

- Liquid Processing Area : Lipstik diproses (untuk pembuatan


lipstik 1 warna satu hari atau
perminggu semua bahan dan wangi-
wangian.
- Lipstik Moulding Area : Lipstick yang sudah dicampur siap
untuk dicetak.
- Lipstik Flaming Area : Lipstik diperhalus dan diperlicin
permukaannya.
10

- Lipstik Packing Area : Lipstik yang dicetak dan dikemas


siap untuk diedarkan.

b. Bentuk Semi Padat


Meliputi lotion, krim dan lain-lain. Prinsipnya sama dengan
sediaan padat, hanya yang perlu diperhatikan kekentalannya.
- Lotion
Cara Pembuatan :
Vaselin dan oleum dilebur pada suhu tertentu lalu dimasukan ke
dalam mikser, diaduk bersama sampai dingin. Kemudian di
tambah dengan bahan tambahan seperti bahan pengawet, diaduk
lagi sampai homogeny. setelah itu dimasukan dalam pengemas.
- Krim
Cara Pembuatan :
Bahan baku ditimbang sesuai formula, fase minyak ditambahkan
dengan air dan surfaktan, dimasukan kedalam mesin, kemudian
dicampur dengan zat berkhasiat sampai homogen.
2.7 Pengujian Mutu
Pengujian dilakukan mulai dari bahan baku, bahan baku setengah
jadi dan bahan jadi. Quality Control (QC) meliputi penentuhan pH,
penetapan kadar,zat warna,derajat halus dan viskositas. Pengujian kualitas
dilakukan pada konsumen salon dengan pengawasan dokter kulit.
a. Terhadap Bahan Baku
- Pengujian kadar zat berkhasiat.
- Pengujian kemurnian.
- Pengujian kadar air.
b. Terhadap produk antara
Bedak tabur
- Homogenitas
Tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau
ketidakcampuran pada dispersi bedak yang menyebabkan
11

pulverisasi yang jelek atau pengeluaran warna keseragaman pada


bedak dapat dengan mudah diperiksa dengan menyebarkannya
pada kertas putih dan diuji dengan kaca pembesar. Jika terdapat
ketidakseragaman yang terdeteksi, proses selanjutnya untuk
memperoleh pengembangan warna maksimal harus diperoleh
dalam homogenitas.
- Kadar air
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan
ataupun sediaan dilakukan dengan cara yang tepat yang bertujuan
memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air dalam bahan, dimana nilai maksimal atau rentang
yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
Bedak padat

- Shade control dan Lighting


Shade control adalah salah satu dari aspek yang
mengancam dalam pengendalian mutu bedak. Variasi antar bets
yang sama terjadi, dan titik yang tepat dimana untuk
mempertimbangkan suatu bets baru dapat menjadi pilihan komersil
walau kadang-kadang sukar untuk ditentukan. Pengendalian
produksi harus sedemikan rupa sehingga shade-nya tidak berbeda
dari yang baku.
- Dispersi Warna
Pewarna pada bedak wajah haruslah terdispersi secara
homogen dalam dasar bedak. Tidak boleh ditemukan adanya
lapisan warna atau ketidakbercampuran pada dispersi bedak yang
menyebabkan pulverisasi yang jelek atau pengeluaran warna
keseragaman pada bedak dapat dengan mudah diperiksa dengan
menyebarkannya pada kertas putih dan diuji dengan kaca
pembesar. Jika terdapat ketidakseragaman yang terdeteksi, proses
12

selanjutnya untuk memperoleh pengembangan warna maksimal


harus diperoleh dalam homogenitas.
- Pay Off
Hasil dari bedak harus selalu diperiksa pada kulit. Jika
tekanan pada cake terlalu besar, bedak yang dihasilkan tidak akan
tersapu bersih dengan mudah. Jika tekanannya terlalu rendah, cake
akan menjadi lembek dan mempunyai kecenderungan menjadi
remuk dan pecah.
- Uji Tekanan
Pada bedak tekanan yang diberikan secara alami haruslah
rata, dengan adanya kantung-kantung udara akan membuat cake
menjadi mudah pecah. Keseragaman dan kekerasan dari cake
sebaiknya diperiksa dengan penetrometer. Pemeriksaan pada table
sebaiknya diambil dari berbagai segi untuk meyakinkan bahwa
produk cukup keras dan tekanan yang diberikan seragam.
- Tes Keretakan
Langkah yang paling baik terhadap kecenderungan bedak
menjadi pecah adalah dengan menjatuhkan bedak pada permukaan
kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10 inci. Jika cake yang
dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan bahwa kekompakannya
lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan hal-hal yang tidak
memuaskan.

Lipstik
- Pemeriksaan kekuatan lipstik
Pengamatan dilakukan terhadap kekuatan lipstik dengan
cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kira-kira ½ inci dari
tepi lipstik, digantungkan beban yang berfungsi sebagai penekan.
Tiap 30 detik berat penekan ditambah (10 gram). Penambahan
berat sebagai penekanan dilakukan terus menerus sampai lipstik
patah, pada saat lipstik patah merupakan nilai kekuatan lipstiknya.
13

- Penentuan pH sediaan
Alat pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan
menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan
dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu
dikeringkan dengan tissu. Sampel dibuat dalamkonsentrasi 1%
yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilebur dalam beker glass dengan
100 ml air suling di atas penangas air. Setelah dingin kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan
pH meter merupakan pH sediaan. Penentuan pH dilakukan tiga kali
pada tiga lipstik terhadap masing-masing konsentrasi.
- Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pemeriksaan stabilitas sediaan dilakukan terhadap adanya
perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan lipstik dilakukan
terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan pada suhu
kamar pada hari ke 1, 5, 10 dan selanjutnya setiap 5 hari hingga
hari ke-30. Pada perubahan bentuk diperhatikan apakah lipstik
terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pencetakan atau tidak,
pada perubahan warna diperhatikan apakah lipstik terjadi
perubahan warna dari warna awal pembuatan lipstik atau tidak,
pada perubahan bau diperhatikan apakah lipstik masih berbau khas
dari parfum yang digunakan atau tidak.
- Pemeriksaan titik lebur lipstik
Pengamatan dilakukan terhadap titik lebur lipstik dengan
cara melebur lipstik. Sediaan lipstik yang baik adalah sediaan
lipstik dengan titik lebur dengan suhu di atas 50ºC. Lipstik
dimasukkan dalam oven dengan suhu awal 50ºC selama 15 menit,
diamati apakah lipstik meleleh atau tidak, setelah itu suhu
dinaikkan 1ºC setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lipstik
mulai meleleh.
14

- Uji oles
Uji oles dilakukan secara visual dengan cara mengoleskan
lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati
banyaknya warna yang menempel dengan perlakuan 5 kali
pengolesan. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles yang
baik jika warna yang menempel pada kulit punggung tangan
banyak dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan
tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles yang
tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak merata.
Pemeriksaan dilakukan terhadap masing-masing sediaan yang
dibuat dan dioleskan pada kulit punggung tangan dengan 5 kali
pengolesan.
- Pemeriksaan homogenitas
Masing-masing sediaan lipstik diperiksa homogenitasnya
dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang
transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar.
- Uji iritasi
Uji iritasi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
bahwa lipstik yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit
atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi
primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan
atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya
baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada
kulit.
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel
terbuka (Patch Test) pada lengan bawah bagian dalam terhadap 10
orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan
sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5 x
2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini
dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama tiga hari berturut-turut
15

untuk sediaan yang paling tinggi konsentrasi pewarnanya, yaitu


konsentrasi 18%, reaksi yang terjadi diamati. Reaksi iritasi positif
ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada
kulit lengan bawah bagian dalam yang diberi perlakuan. Adanya
kulit merah diberi tanda (+), gatal-gatal (++), bengkak (+++), dan
yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa diberi tanda (0). Kriteria
panelis uji iritasi sesuai dengan Ditjen POM, 1985.
Lotion dan krim

- Pemeriksaan organoleptis sediaan


Pemeriksaan organoleptis sediaan meliputi bentuk, bau dan
warna sediaan yang dilakukan secara visual.
- Penentuan tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan cara
sebanyak 1 tetes krim ditempatkan di atas gelas objek, ditambah 1
tetes larutan metilen biru, dicampur merata, diamati di bawah
mikroskop, akan terbentuk warna biru yang homogen yang
menunjukkan terbentuknya emulsi tipe minyak dalam air
sedangkan jika terbentuk warna biru yang tidak homogen pada fase
luar menunjukkan terbentuknya emulsi tipe air dalam minyak
(Wedana, 2013). Sediaan pelembab pada penelitian ini harus
memiliki tipe emulsi minyak dalam air.
- Pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan cara sediaan
krim atau lotin ditimbang sebanyak 1 gram dan diencerkan dengan
aquades 10 ml. Elektroda pHmeter dicelupkan ke dalam sampel
krim atau lotion yang telah diencerkan hingga pada monitor jarum
menunjukkan angka yang stabil (Juwita, 2013). pH sediaan harus
sesuai dengan pH kulit yaitu berkisar antara 6-7 (Paithankar,
2010).
- Pengukuran ukuran partikel
16

Pengukuran ukuran partikel sediaan diamati dengan


menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan micrometer
okuler. Krim atau lotion ditimbang sebanyak 0,1 gram dan
diencerkan dengan air suling hingga 1 ml. selanjutnya hasil
pengenceran diambil dan diteteskan pada kaca obyek untuk
diamati dibawah mikroskop dan dilakukan pengukuran partikel
sampai dengan 500 partikel (Anggraini dkk, 2011). Ukuran partikel
untuk emulsi adalah 1-100µm (Ansel, 1985).
- Pengukuran viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan
viscometer Brookfield .Sebanyak 250 ml sediaan krim
dimasukkan ke dalam beaker glass. Selanjutnya spindel
diturunkan hingga batas yang ditentukan ke dalam beaker glass
yang berisi krim dan selanjutnya dilakukan pengaturan kecepatan
(Asswal, Kalra, Rout, 2013). Viskositas sediaan krim adalah
30000-70000 cps (Buhse, 2003).
- Pengukuran daya sebar
Pengukuran daya sebar sediaan dilakukan dengan cara 0,5
gram sediaan diletakkan diatas kertas grafik yang dilapisi kaca
transparan lalu dibiarkan ± 15 detik. Selanjutnya dihitung luas
daerah yang diberikan oleh sediaan lalu ditutup lagi dengan
lempengan kaca yang diatasnya diberi beban dengan berat
tertentu (10 g, 20 g, 30 g) dan dibiarkan selama 60 detik lalu
dihitung luas yang diberikan oleh sediaan (Anggraini dkk, 2011).
Sediaan harus dapat menyebar secara merata (Paithankar, 2010).
Kriteria uji daya sebar dapat dilihat pada tabel.
- Pengukuran homogenitas sediaan
Pengukuran homogenitas sediaan dilakukan dengan cara
sediaan ditimbang 0,5 gram di atas wadah kemudian diamati
secara visual dan sensoris dengan cara diraba (Singh et al., 2011).
- Pengukuran daya tercucikan air
17

Krim ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dioleskan pada


telapak tangan dan dicuci dengan sejumlah volume air sambil
membilas tangan. Air dilewatkan dari buret dengan kecepatan
0,25 tetes per detik lalu diamati secara visual da atau tidaknya
krim yang masih tersisa pada telapak tangan. Volume air yang
terpakai kemudian dicatat (Anggraini dkk, 2011). Sediaan
pelembab harus mudah tercucikan air.
2.8 Terhadap Produk Jadi
Produk-produk yang dihasilkan nantinya akan diuji salah satunya
dengan dipanaskan dibawah sinar matahari untuk mengetahui apakah
produk tersebut dapat terkena cahaya matahari secara langsung atau
tidak. Umumnya semua produk pada tahap ini dapat bertahan selama
6 bulan sampai dengan 3 tahun.
2.9 Tes kebocoran (pada produk lotion dan krim)
Pengujian mutu dilakukan juga pada formula yang belum
diproduksi dalam jumlah besar, yaitu dilakukan uji di awal yang
mecakup bagaimana produk itu pada kulit berminyak, kering dan
normal sesuai formulanya. Bila hasilnya baik diadakan uji panel
melalui salon kecantikan dan anak-anak SMU tertentu untuk
mengetahui minat konsumen terhadap produk tersebut. Objek
percobaan telah dikontrak dan dapat asuransi. Dilakukan di salon-
salon Martha Tilaar dengan dokter spesialis kulit. Monitoring
dilakukan juga pada sampel tertinggal, misalnya sampel tertinggal ada
yang bocor atau rusak maka dipasaran juga mengalami hal yang sama
dan semua harus cepat dilaporkan ke bagian marketing agar produk
ditarik dipasaran.
Bagian quality control melakukan pengawasan mutu secara
menyeluruh, mulai dari incoming material, in process control, dan
outgoing product. Incoming material meliputi pemeriksaan terhadap
bahan baku dan bahan kemas. Sedangkanin proces control meliputi
pemeriksaan terhadap produk ruahan dan produk antara (work in
18

process) serta pengawasan di line produksi dan pengemasan.


Pemeriksaan outgoing product meliputi pemeriksaan terhadap produk
yang telah dikemas dalam inner/master boxStandar yang ditetapkan
adalah standar mutu internal yang dibuat oleh R&D. Berdasarkan
Farmakope Indonesia, BP, USP, dan sebagainya.
Laboratorium QC terdiri dari 5 bagian pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan Raw Material
Dilakukan terhadap setiap bahan baku yang datang dari supplier .
Staf QC yang bertugas sebagai sampler bahan baku yang akan
menyampling bahan baku yang telah diberi status karantina. Jumlah
sampel yang disampling adalah n+1 (n=kemasan) untuk jumlah
kemasan diatas 20 buah. Sedangkan kemasan dalam jumlah dibawah 20
maka akan diperiksa secara keseluruhan. Bahan baku yang diperiksa
meliputi bahan baku cair, wax atau granular, serbuk, zat warna, dan
parfum. Acuan pada pemeriksaan bahan baku adalah standar bahan
baku internal yang ditetapkan R&D standardisasi. Setiap hasil uji diberi
label status sesuai hasil pemeriksaannya. Label status tersebut antara
lain:
 Label released (warna hijau) untuk pemeriksaan yang memenuhi
spesifikasi pemeriksaan.
 Label rejected (warna merah) untuk pemeriksaan yang tidak
memenuhi spesifikasi pemeriksaan.
 Label hold (warna jingga) untuk pemeriksaan yang memerlukan
keputusan penanganan lebih lanjut.
Bahan baku released dipindahkan penyimpanannya dari ruang
karantina ke ruang penyimpanan bahan baku. Untuk menjaga kualitas
bahan baku yang ada dilakukan pemeriksaan ulang. Setiap bahan baku
memiliki masa periksa ulang yang berbeda Bahan baku cair
mempunyai masa periksa ulang (PU) 6 bulan sekali untuk bahan yang
tidak sensitif dan 3 bulan untuk bahan yang sensitif. Bahan baku
serbuk mempunyai masa periksa ulang 1 tahun sekali untuk bahan
19

yang tidak sensitif dan 6 bulan untuk bahan yang senstif. Sedangkan
bahan baku parfum mempunyai masa periksa ulang 1 tahun sekali dan
zat warna 2 tahun.
2. Pemeriksaan Packaging Material
Packaging material terdiri dari wadah kemas dan kemas cetak.
Pemeriksaan wadah kemas meliputi pemeriksaan warna, bentuk,
dimensi, uji kebocoran, berat, daya cengkram, uji printing, body text,
dan uji fungsi.
Uji kebocoran wadah yang dilakukan ada 3 macam yaitu
 Uji kebocoran positif,
 Uji kebocoran negatif, dan
 Uji kebocoran dengan air pressure.
Ketiga metode tersebut dilakukan tergantung dari jenis wadah
kemas, Pemeriksaan kemas cetak meliputi warna, bentuk, dimensi, uji
printing, body text, jenis material, berat jenis, daya rekat, dan uji fungsi
terhadap wadah. Bahan kemas cetak yang datang dari supplier ,
dibuatkan BPPB (Bon Penerimaan Pembelian Barang) oleh petugas
gudang dan masuk ke dalam ruang karantina. Apabila dari hasil
pemeriksaan ditemukan banyak ketidaksesuaian, maka akan dilakukan
sampling ulang dan diperiksa kembali untuk memastikan hasil
pemeriksaan.
3. Pemeriksaan Bulk Work in Process
Pemeriksaan bulk WIP dilakukan terhadap bulk, bulk ruahan, dan
produk antara baik liquid dan dry. Parameter pemeriksaan untuk
bulk liquid berdasarkan SPR (Standar Produk Ruahan) Parameter
pemeriksaan yang dilakukan antara lain pemerian, viskositas, pH,
densitas, warna, titik leleh, dan homogenitas. Berbeda dengan bulk
liquid, pemeriksaan terhadap bulk dry dilakukan terhadap produk antara
dan ruahan. Parameter untuk pemeriksaan bulk dry antara lain
homogenitas, warna, densitas, moisture content, dan titik leleh (standar
ditetapkan oleh R&D).
20

4. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi menjadi perhatian penting bagi produk
kosmetik karena resiko kontaminasi dapat berasal dari berbagai sumber
meskipun dalam produk sudah mengandung bahan antimikroba.
Parameter pemeriksaan yang dilakukan antara lain Angka Lempeng
Total (ALT), angka kapang dan khamir, serta bakteri patogen.
Standar pemeriksaan mikrobiologi mengacu pada standar BPOM. Air
yang dipakai untuk produksi juga dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
Biasanya dilakukan satu bulan sekali untuk parameter mikrobiologi dan
satu minggu sekali untuk pemeriksaan pH (pH 6.5 – 7.5). Pemeriksaan
mikrobiologi juga dilakukan pada ruang produksi, air untuk mencuci,
dinding, dan lantai serta mesin produksi.
5. Pemeriksaan in Process Control dan Outgoing Product
Pemeriksaan IPC dilakukan pada tahap awal, tengah, dan
akhir pengemasan. Parameter yang diperiksa oleh IPC antara lain :
 Kelengkapan lampiran pada PCO ( packing order) dan LPK (lembar
petunjuk kemas),
 Kesesuain pada produk dan kemasan,
 Hasil penimbangan,
 Kesesuaian kemasan,
 Penampilan produk,
 Fungsi kemasan,
 Kelengkapan kemasan,
Tahap akhir pengemasan meliputi pengecekan nama dan isi
produk, nomor bets , nomor regestrasi/notifikasi, segel, pengambilan
retained sample, periksa PSP penimbangan, inner box. Untuk produk
dry seperti make up base, lipstik, dan dekoratif dilakukan pemeriksaan
outgoing product . Pemeriksaan ini dilakukan terhadap produk yang
telah dimasukkan dalam inner/master box. Pada pemeriksaannya
disesuaikan nama produk dan nama pada inner box, nomor bets, nomor
21

registrasi/notifikasi, expired date, jumlah produk, dan kondisi produk


serta kelengkapan produk.
2.10Pengemasan
a. Sediaan Padat
Pemulas mata atau pipi dan : Dikemas dalam wadah pipih yang
bedak padat ditentukan oleh pihak produksi.
Lipstik : Dikemas dalam wadah berbentuk tabung.
Bedak tabur : Dikemas dalam wadah yang bermacam-
macam tergantung berat bedak dan merk
produk masing-masing

b. Sediaan Cair
Sediaan cair dimasukkan pada botol atau tube dengan ukuran tertentu
sesuai ke praktisan dan mek produk masing-masing.
2.11 Distribusi
Pemasaran produk dilakukan dengan dua cara :
 Pemasaran Langsung
Yaitu hasil produksi langsung dipasarkan oleh perusahaan kepada
konsumen.
 Pemasaran Tidak Langsung
Yaitu pendistribusian dilakukan oleh yang menyalurkan produk kepada
konsumen. Produk-produk PT. Marthita Berto juga dipasarkan diluar
negeri seperti Malaysia, Brunnei Darusalam dan Eropa.
2.12 Hasil Produksi (Brand)
- Belia
- Berto Tea
- Biokos
- Caring Colours
- Cempaka Cosmetics
- Dewi Sri Spa
- Jamu Garden
22

- Mirabella Cosmetics
- PAC
- Rudy Hadisuwarno
- Sariayu

Gambar 2.1 Produk-produk PT. Martina Berto, Tbk.


23

2.13 Pengolahan Limbah


a. Limbah Padat
Limbah langsung dibakar, contoh limbah yaitu sisa dari bahan
pengemas.
c. Limbah Cair
Jika limbah tersebut mengandung bahan berbahaya maka akan
diuji dulu kadarnya, dan yang tidak melewati ambang batas maka
dinetralkan dahulu sebelum dibuang.

B. PT. KIMIA FARMA, Tbk PLANT JAKARTA


2.2 Sejarah
Cikal-bakal Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi
pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda
tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien
Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks
perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958,
Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan
farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia
Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum
PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan
berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali
mengubah statusnya menjadi perusahaan publik—PT Kimia Farma
(Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan
dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek
24

Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan
kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama
puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan
pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan
bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.
PT. Kimia Farma, Tbk. Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet,
tablet salut, kapsul, granul, sirop kering, suspensi/sirop, tetes mata, krim,
antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan satu-satunya pabrik obat di
Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk memproduksi obat
golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh sertifikat
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO:9001.

2.3 Visi, Misi dan Budaya Perusahaan


1. Visi
Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan kesehatan dan
lingkungan.
2. Misi
1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan
penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.
2. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (Health Care
Provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan
sistem informasi perusahaan.
3. Budaya Perusahaan
Kimia Farma memiliki budaya perusahaan yang di sebut I CARE yang
merupakan singakatan dari :
I = INNOVATE
Memiliki budaya berpikir Out OF The Box, dan membangun
produk unggulan
C = COSTUMER FIRST
25

Mengutamakan pelanggan sebagai rekan kerja / mitra.


A = ACCOUNTABILITY
Bertanggung jawab atas amanah yang dipercayakan oleh
perusahaan.
R = RESPONSIBILITY
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat
sasaran dan dapat diandalkan.
E = ECO-FRIENDLY
Menciptakan dan menyediakan produk maupun jasa layanan yang
ramah lingkungan.

2.4 Struktur Organisasi


Stuktur organisasi PT. Kimia Farma, Tbk. Plant Jakarta dapat dilihat pada
lampiran 1.
2.5 Proses Produksi
2.5.1 Bahan Baku / Bahan Awal
1. Bahan baku pada awalnya dipesan olehPerencanaan Pengendalian
Produksi dan Inventori (PPPI), bahan yang dipesan akan dikirimkan ke
bagian penyimpanan. Penerimaan bahan baku berasal dari lokal dan
impor.
2. Setiap pemasukan, pengeluaran, dan sisa bahan harus dilakukan
pencatatan.
3. Pada saat diterima harus diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran label
dari bahan tersebut.
4. Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan hendaklah
memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan yang diberi label
dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi.
5. Bahan awal yang mengalami kerusakan oleh suhu disimpan ditempat yang
suhu udaranya diatur.
26

6. Bahan awal yang mudah terurai atau menurun potensinya harus


dinyatakan batas waktu penggunaanya.
7. Persediaan bahan awal diperiksa dalam selang waktu tertentu untuk
meyakinkan bahwa wadahnya tertutup rapat, bertanda yang benar dan
dalam kondisi yang baik. Pemeriksaan laboratorium kembali dilakukan
sesuai prosedur yang ditentukan.
8. Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat ditandai dengan jelas,
ditempatkan terpisah dan secepatnya dikembalikan ke pemasok atau
dimusnahkan.
2.6 Proses Pembuatan
Bagian produksi dipimpin oleh seorang Manager Produksi yang
membawahi Asisten Manager Produksi I yang bertanggung jawab
terhadap produksi produksi tablet non-betalaktam dan Anti Retro Viral
(ARV), Asisten Manager Produksi II yang bertanggung jawab terhadap
produksi krim, cairan, kapsul, sirup kering non- betalaktam dan produk
steril, Asisten Manager Produksi III yang bertanggung jawab terhadap
produksi sediaan betalaktam. Dalam melaksanakan tugasnya, masing-
masing Asisten Manager membawahi supervisor.
Alur proses produksi pada tiap bagian produksi ini dimulai dari
Bagian PPPI memberikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada masing-
masing bagian produksi untuk produksi, yang disertai dengan Bon
Penyerahan Bahan Baku (BPBB), Bon Penyerahan Bahan Kemas (BPBK),
Man Hour (MH), Machine Hour (MCH), dan Berita Acara Produksi
(BAP). Pengembangan produk akan memberikan Catatan Pengolahan Bets
(CPB) dan Catatan Pengemasan Bets (CPSB). BPBK akan diteruskan ke
gudang kemas, sedangkan BPBB serta CPB akan dikirimkan ke
penimbangan sentral. Kemudian bahan baku yang telah ditimbang akan
dikirim ke masing-masing bagian produksi untuk melakukan kegiatan
produksi.
2.6.1 Produksi I
27

Asisten manajer produksi I adalah seorang apoteker, yang


bertanggung jawab terhadap kegiatan produksi I, yaitu produksi tablet non
betalaktam dan ARV. Rifampicin memiliki ruangan khusus untuk
produksi mulai dari proses mixing sampai akhir pencetakan, sedangakn
produksi ARV dilakukan di gedung terpisah dari produksi 1. Asisten
manajer dibantu oleh 4 supervisor, yaitu Spv. Granulasi, Spv. Pencetakan
40 tablet, dan Spv. Penyalutan tablet, Spv. Produksi dan Pengemasan
ARV. Adapun tahapan-tahapan produksi, sebagai berikut:
a. Granulasi
Metode yang digunakan dalam proses produksi tablet
meliputi granulasi basah, granulasi kering dan metode cetak
langsung.

 Granulasi Basah
Pada metode granulasi basah diawali dengan membuat
larutan pengikat. Proses pencampuran awal yaitu bahan aktif,
bahan pengisi, sebagian penghancur dan larutan pengikat
dicampur menggunakan mikser Diosna. Bahan yang telah
tercampur kemudian dikeringkan dalam ruang Dehumidifier.
Dilakukan pemeriksaan LOD (Loss On Drying), jika memenuhi
syarat dilakukan pengayakan dengan Communiting
Fitzmill/Oscilating Granulator agar distribusi partikelnya lebih
seragam. Tahap akhir adalah pencampuran akhir dengan fase luar
atau lubrikan, biasanya digunakan Magnesium Stearat atau Talk,
menggunakan alat V-mikser sehingga menjadi massa cetak.
Selanjutnya, massa cetak tersebut akan dikirim ke Karantine In
Process (KIP) untuk dilakukan pemeriksaan oleh bagian In
Process Control (IPC).
 Granulasi Kering
Pada granulasi kering, proses pencampuran awal dilakukan
dengan mengayak semua bahan, kemudian dilakukan
28

pencampuran awal menggunakan mikser Diosna V-250. Setelah


itu, digranulasi dengan metode slugging menggunakan mesin
cetak atau compacting menggunakan Roller Compactor kemudian
dilakukan pengayakan dengan menggunakan Oscillating
Granulator sampai diperoleh granul yang siap untuk dicetak.
Setelah granul terbentuk, kemudian dilakukan proses
pencampuran akhir dengan fase luar menggunakan V-mikser
untuk memperoleh massa cetak. Massa cetak yang dihasilkan
dikirim ke KIP untuk dilakukan pemeriksaan oleh IPC.
 Cetak Langsung
Proses cetak langsung dilakukan dengan pengayakan semua
bahan aktif dan bahan pembantu ke dalam satu wadah, V-mikser
sampai menjadi massa cetak. Selanjutnya massa cetak dikirim ke
KIP untuk dilakukan pemeriksaan oleh IPC.
b. Pencetakan tablet
Setelah melalui pemeriksaan IPC dan dinyatakan memenuhi
syarat, massa cetak tersebut dikembalikan ke Bagian Produksi I
untuk dicetak. Setelah selesai pencetakan tablet, maka dibawa ke
KIP untuk pemeriksaan laboratorium oleh QC.
c. Penyalutan
Proses penyalutan dilakukan terhadap beberapa sediaan
tablet. Tablet salut yang diproduksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.
Plant Jakarta ada dua jenis, yaitu tablet salut film dan tablet salut
gula.
 Tablet Salut Gula
Proses pembuatan tablet salut gula terdiri dari 4 tahap, yaitu
Protecting/Sealing, Sub Coating, Coating/Coloring dan
Polishing.
a) Protecting. Pada awal proses penyalutan, tablet inti akan
mengalami penyalutan awal yang disebut dengan protecting
dengan tujuan untuk melakukan proteksi terhadap tablet inti.
29

Bahan yang biasa digunakan adalah larutan Shellac. Proses


selanjutnya adalah mengeringkan tablet inti yang telah
terproteksi tersebut ke dalam dehumidifier dengan suhu 40 C
selama 17 jam.
b) Sub Coating. Untuk menambah bobot tablet, biasanya
menggunakan Magnesii Oxydum Talc. Setelah proses sub
coating tablet kembali dikeringkan di dalam dehumidifier
dengan suhu 40°C selama 17 jam.
c) Coating/Coloring. Tablet yang telah kering kemudian
dilakukan coating/ coloring yaitu dengan membasahi tablet
menggunakan larutan gula, pengawet dan pewarna sampai
diperoleh bentuk tablet dengan permukaan yang halus dengan
pewarnaan yang merata. Setelah dilakukan proses coating,
tablet dikeringkan di dalam dehumidifier dengan suhu 40oC
selama 17 jam.
d) Polishing. Biasanya menggunakan polishing wax untuk
memberikan warna yang mengkilap dari tablet salut dan
pengeringan dilakukan kembali dengan suhu 40oC selama 17
jam. Setelah seluruh proses selesai, tahap seleksi dilakukan
secara manual (visual pada meja kaca) dan dengan mesin,
kemudian dilakukan IPC.
 Tablet salut film
Prosesnya lebih sederhana dengan efisiensi waktu yang
lebih baik. Proses penyalutan film hanya terdiri dua tahap, yakni
pada tablet inti dilakukan spraying dan dilanjutkan dengan
polishing. Setelah penyalutan, dilakukan seleksi untuk memeriksa
kualitas penyalutan. Produk yang terseleksi dengan baik
kemudian dikirim ke karantina menunggu hasil pemeriksaan
laboratorium.
2.6.2 Produksi II
30

Produksi II berada di bawah tanggung jawab Asisten Manajer


Produksi II untuk menangani produk kapsul, krim, cairan dan sirup
kering non betalaktam dan produk steril (injeksi). Asisten manajer
dibantu oleh empat supervisor, yaitu: Spv. Kapsul, Spv, Krim, Spv.
Cairan dan sirup kering non betalaktam, Spv. Sediaan steril (injeksi).
a. Pembuatan Sediaan Kapsul
Proses pembuatan kapsul dilakukan dengan metode
granulasi. Granul yang terbentuk dibawa ke KIP untuk dilakukan
pemeriksaan oleh IPC. Setelah memenuhi syarat dibawa kembali ke
ruangan produksi kapsul untuk dilakukan filling kapsul
menggunakan mesin bosch dengan metode punches and dies. Kapsul
yang terbentuk dilakukan polishing, kemudian dibawa kembali ke
KIP untuk pengujian oleh IPC.
b. Pembuatan Sediaan Krim
Produk krim di buat dari fase air dan fase minyak yang
terlebih dahulu di lakukan peleburan. Kedua fase di mixing dengan
mesin planetary pada suhu 35°- 40°C sampai terbentuk basis krim.
Zat aktif di campur ke sedikit basis di lumpang sampai homogen.
Kemudian zat aktif di mixing ke dalam basis, kemudian dibawa ke
KIP untuk di lakukan uji. Setelah memenuhi syarat uji, dibawa
kembali ke ruang produksi krim untuk dilakukan filling ke tube.
c. Pembuatan Sediaan Cairan
Bahan aktif dan bahan tambahan di lakukan mixing dalam
sebuah tangki sampai homogen. Bagian KIP akan melakukan
sampling ke produksi cairan untuk di lakukan pemeriksaan oleh IPC.
Setelah memenuhi syarat, di lakukan filling ke botol. Selama proses
filling di lakukan pengecekan keseragaman volume setiap 30 menit,
kemudian dilakukan capping.
d. Pembuatan Sediaan Steril (injeksi)
Produk steril dibuat pada kondisi yang terkendali dan
dipantau dengan teliti. Oleh karena itu, untuk membuat sediaan steril
31

diperlukan suatu ruangan terpisah dengan rancangan bangunan dan


konstruksi khusus. Tekanan udara di dalam ruangan lebih tinggi dari
ruangan sekitarnya untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang.
e. Pengolahan Air Produksi
Pengolahan air yang akan digunakan oleh bagian produksi
berada di bawah tanggung jawab Produksi II. Air yang dihasilkan
dari proses pengolahan ini akan digunakan untuk pembuatan sediaan
cairan, pembuatan injeksi dan pencucian wadah seperti botol, tutup
botol dan ampul.

2.6.3 Produksi III


Produksi III khusus memproduksi antibiotik turunan penisilin
(betalaktam) yaitu Ampicilin dan Amoxicilin. Gedung betalaktam
menurut CPOB harus dipisahkan dengan gedung yang lain karena
sifat kontaminasi dari produk betalaktam terhadap sediaan obat lain
(berhubungan dengan reaksi alergi/anafilaksis). Produk betalaktam ini
diformulasi menjadi tiga bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul dan sirup
kering. Plant Jakarta memproduksi kapsul dan sirup kering hanya
sampai pencampuran sedangkan pengisian dimakloonkan.
Proses produksi betalaktam pada dasarnya sama dengan
produksi sediaan non betalaktam, proses pembuatan tablet dilakukan
dengan granulasi kering.
2.6.4 Narkotika dan Psikotropika
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta memiliki hak
khusus untuk mengimpor, memproduksi dan mendistribusikan obat-
obatan golongan narkotika di Indonesia sesuai Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 199/Menkes/SK/III/1996.
2.7Pengawasan Mutu
Bagian Pengawasan mutu dipimpin oleh seorang Asisten Manajer
yang membawahi enam supervisor, yaitu: Spv. Pemeriksaan Bahan
32

Baku, Spv. Pemeriksaan Bahan Pengemas, Pemeriksaan Produk


Antara dan Ruahan, Pemeriksaan Mikrobiologi dan Limbah,
Pemeriksaan Produk Jadi, Pengawasan Proses Produksi.
- Pemeriksaan Bahan Baku
Supervisor pemeriksaan bahan baku mengawasi kegiatan
sampling, pengambilan sampel diambil dari atas, tengah, bawah
wadah bahan baku, kemudian dilakukan pemeriksaan. Selanjutnya
bagian pengawasan mutu memberikan Hasil Pemeriksaan
Laboratorium (HPL). Jika HPL menyatakan bahwa bahan baku
diluluskan maka diberi label hijau dan jika ditolak diberi label merah.
- Pemeriksaan Bahan Pengemas
Pemeriksaan bahan pengemas yang akan masuk gudang juga
dilakukan berdasarkan surat permohonan pemeriksaan dari bagian
penyimpanan bahan kemas.
- Pemeriksaan Produk Antara dan Produk Ruahan
Setiap unit proses produksi dilakukan pemeriksaan laboratorium
oleh QC berdasarkan surat permohonan periksa laboratorium akan
sampling produk antara atau ruahan dari KIP. Pemeriksaan yang dilakukan
pada produk antara dan produk ruahan, meliputi :
a. Masa cetak granul, diperiksa Loss On Drying (LOD), sifat alir, bobot
jenis.
b. Tablet inti dan tablet salut, diperiksa visual, keseragaman bentuk dan
ukuran, waktu hancur, kekerasan, keragaman bobot, kesragaman
kandungan, waktu hancur kerenggasan, uji disolusi dan penetapan
kadar.
c. Cairan, diperiksa visual, pH, viskositas, keseragaman volume, volume
cairan terpindahkan, bobot jenis, penetapan kadar.
d. Kapsul, diperiksa Loss on Drying (LOD), keragaman bobot dan
keseragaman kandungan
e. Krim, diperiksa pH, homogenitas dan stabilitas krim
f. Sirup kering, diperiksa Loss On Drying
33

g. Injeksi, diperiksa uji sterilisasi, pH, jumlah partikel, kejernihan dan


keseragaman volume.
2.8 Pemeriksaan Mikrobiologi dan Limbah
Quality Cotrol (QC) atau pengawasan mutu juga memeriksa
mikrobiologi pada bahan baku antibiotik dengan uji potensi antibiotik,
dan untuk bahan non antibiotik, meliputi uji kontaminasi penicillin pada
air produksi setiap satu minggu sekali, pada udara ruang produksi setiap
satu bulan sekali dan uji sterilitas. Pengawasan mutu juga memeriksa
limbah dengan uji pH, suhu, Total Solid Suspended (TSS), kandungan
ammonia (NH3), PO4, Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical
Oxygen Demand (COD).
- Pemeriksaan Produk Jadi
Setelah menjadi produk jadi, produk tetap dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikan kembali mutu produk. Pemeriksaan
meliputi visual, keseragaman kandungan, keseragaman volume dan
penetapan kadar.
- Pengawasan Proses Produksi
Sebelum melakukan proses produksi, QC harus memeriksa terlebih
dahulu hasil produksi awal untuk memastikan alat menghasilkan produk
yang sesuai spesifikasi. Contohnya, QC memeriksa ketebalan, diameter,
dan kekerasan tablet saat awal dicetak. Setelah lulus pemeriksaan, QC
memutuskan proses produksi boleh berjalan. Jika belum memenuhi
syarat, QC akan menolak proses produksi sampai setting alat
menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi.
2.9 Pengemasan
Bagian pengemasan yang dipimpin oleh Asisten Manajer dibantu
oleh 5 Supervisor (Spv.) yaitu Supervisor KIP (Karantina In Process); Spv.
pengemasan primer; Spv. pengemasan sekunder sediaan tablet dan kapsul;
Spv. pengemasan sekunder sediaan liquid, krim, injeksi, sirup kering
narkotik/psikotropik; dan Spv. Penandaan.
34

Proses pengemasan dimulai setelah produk ruahan diluluskan oleh


QC. Semua produk dikemas sesuai dengan bahan kemasan yang telah
ditentukan.Produk yang telah melalui pengemasan primer kemudian
dimasukkan ke jalur pengemasan sekunder sesuai dengan bentuk
sediaannya.
- KIP (Karantina In Process)
Supervisor KIP bertugas menerima, menyimpan dan mengeluarkan
produk massa (kecuali sirup dan injeksi), produk antara (krim, cairan,
granul dan lain-lain) dan produk ruahan sampai produk jadi (untuk semua
produk, termasuk sediaan injeksi dan sirup) untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium oleh IPC.
Ada 5 jenis bon penyerahan :
1) Bon I : Penyerahan produk antara dari bagian produksi ke KIP.
2) Bon II : Penyerahan produk antara yang telah diperiksa dari KIP
kebagian
produksi untuk melanjutkan proses.
3) Bon III : Penyerahan produk ruahan dari bagian produksi ke KIP.
4) Bon IV : Penyerahan produk ruahan dari KIP ke bagian
pengemasan.
5) Bon V :Penyerahan produk jadi dari bagian pengemasan ke
gudangproduk jadi.
- Pengemasan Primer
Pengemasan primer dikhususkan untuk sediaan padat, yaitu tablet
dan kapsul. Pengemasannya dimulai dari proses stripping, blistering atau
counting (dimasukkan dalam botol).
a. Strip
Bahan yang digunakan untuk stripping adalah polycellonium.Alat
stripping yang digunakan contohnya adalah Forecma.
b. Blister
Bahan blister yang digunakan adalah Aluminium foil. Alat blistering yang
digunakan ada Duankwei.
35

c. Counting ke Dalam Botol


Biasanya digunakan untuk obat yang murah atau tablet salut gula. Alat
yang digunakan adalah chi new.
- Pengemasan Sekunder Sediaaan Tablet dan Kapsul
Bertanggung jawab terhadap pengemasan sekunder dari produk
yang telah dikemas pada pengemasan primer tablet dan kapsul. Hasil
strip dan blister yang lulus tes kebocoran dilanjutkan ke pengemasan
sekunder yaitu dengan memasukkannya ke dalam dus.
- Pengemasan Sekunder Sediaan Liquid, Krim, Injeksi, Sirup Kering
Narkotik Atau Psikotropik
Pada pengemasan sekunder ada 12 jalur pengemasan dimana jalur
1-8 untuk jalurpengemasan sekunder untuk produk tablet dan kapsul,
jalur 9-10 adalah jalur pengemasan sekunder untuk sediaan cair dan
semisolid, jalur 11-12 terletak pada ruangan tertutup yang merupakan
jalur pengemasan sekunder narkotika dan psikotropika.
- Penandaan
Supervisor penandaan mendapat Rencana Harian dari bagian
pengemasan sehari sebelumnya dan memiliki tugas memberikan
penandaan pada leaflet, etiket dan box yang berupa expired date,
manufacturing date, No. Batch dan Harga Eceran Tertinggi (HET).

2.10Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan industri dibagi 4 macam, yaitu limbah
padat, limbah cair, cemaran debu/gas (Betalaktam dan non Betalaktam) serta
limbah bakteri. Pengolahan limbah Industri dilakukan sebagai berikut :
2.10.1 Limbah Padat
Limbah padat industri farmasi dapat bersumber dari :
1) Obat-obat kadaluarsa
2) Kegiatan produksi, meliputi: Kegagalan produksi, debu bahan
formulasi yang terkumpul dari dust collector dan vacuum cleaner,
36

bekas kemasan bahan baku dan bahan pembantu serta kemasan yang
rusak.
3) Kegiatan laboratorium, contohnya agar dari sampel kadaluarsa
4) Kegiatan kantin karyawan, terdiri dari kotoran/sampah dapur
5) Kegiatan administrasi perkantoran, terdiri dari arsip-arsip kadaluarsa
6) Sampah kebun/halaman
Adapun penanganan untuk limbah padat ini antara lain :

a. Limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah kerjasama dengan


pengolah limbah B-3 padat misalnya PT. Prasada Pamunah Limbah
Industri (PT. PPLI).
b. Limbah media agar diolah dengan cara disterilisasi dengan alat
autoklaf, ditampung dengan wadah tertutup, kemudian dikirim ke PT.
PPLI.
c. Kotoran dan sampah dari kantin dan kebun, bekerjasama dengan Dinas
Kebersihan DKI Jakarta untuk dibuang ke TPA.
d. Kertas berkas arsip dan berkas kemasan dihancurkan dan di daur ulang
bekerjasama dengan pihak ketiga.

2.10.2 Limbah cair


Limbah cair dapat berasal dari :
1) Kegiatan produksi
2) Kegiatan laboratorium
3) Kegiatan sarana penunjang
4) Limbah domestik pencucian
5) Limbah kantin
2.10.3 Limbah gas atau debu
Limbah gas atau debu berasal dari :
1) Kegiatan sarana penunjang, gas yang berasal dari sisa pembakaran
bahan bakar boiler.
37

2) Kegiatan produksi : Debu yang berasal dari kegiatan proses, antara lain
dari proses granulasi, proses pencetakan tablet, proses coating dan
proses massa kapsul.
Upaya pengelolaan limbah debu atau gas antara lain :
a. Limbah asap dan gas yang keluar dari boiler.
b. Limbah debu yang terjadi dalam proses produksi dikurangi dengan
pemasangan dust collector pada ruang-ruangan yang banyak
menghasikan debu.
c. Pembersihan debu-debu dengan menggunakan vacuum cleaner,
kemudian ditampung dan dikumpulkan, untuk selanjutnya di tangani
seperti limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
2.10.4 Sistem Pengolahan Limbah
Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan lemak pada instalasi
penyaringan khusus untuk lemak, dimana padatannya diambil secara
berkala untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada pipa
penyaluran limbah dan alat penyaringan.
Limbah domestik ditampung pada bak khusus, cairannya dialirkan ke
Instalasi Pengolahan Limbah Sentral, sedangkan padatannya
diendapkan dan dilakukan penyedotan setiap sekali setahun.
Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust colector disimpan di
gudang khusus limbah B3, untuk penanganannya, industri bekerja
sama dengan pihak ketiga.
Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung pada kolam khusus,
untuk selanjutnya dilakukan treatment pemecahan cincin betalaktam
dengan menambahkan larutan NaOH Teknis, kemudian dialirkan ke
Instalasi Pengolahan Limbah Sentral.
Limbah Non-Betalaktam dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah
Sentral ditampung pada bak utama, disatukan dengan limbah lainnya,
untuk kemudian dialirkan ke bak 2 dan 3 yang berisi bakteri anaerob,
kemudian dialirkan ke bak 4 untuk di aerasi dan penguraian oleh
38

bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan limbah dialirkan ke bak


sedimentasi, lalu ke bak yang berisi ikan sebagai indikator hayati.
Sistem pengolahan limbah akan diperiksa berkala oleh Kementrian
Lingkungan Hidup untuk diberikan penilaian berupa :
1) Proper Hitam : Harus dilakukan penegakan hukum, karena ada
indikasi kesengajaan terkait kelalaian yang dapat membahayakan
lingkungan.
2) Proper Merah : Dilakukan pembinaan, karena ada kekurangan terkait
pengelolaan limbah
3) Proper Biru : Pengolahan limbah cukup bagus tapi masih ada
kekurangan.
4) Proper Hijau : Pengolahan limbah disertai CSR.
5) Proper Emas : Pengolahan limbah sudah sangat baik.
39

C. NEWater SINGAPORE
1. Gambaran Umum
2.3 Sejarah
Singapura, dengan luas wilayah 700 km2 mampu menyediakan
kebutuhan air bersih bagi penduduknya melalui manajemen pengelolaan
yang baik.
Singapura mengolah kembali air limbah, melakukan desalinasi
(menghilangkan garam dan mineral dari air laut), memperluas area
tangkapan air, dan mengefisiensikan penggunaan air serta manajemen
pengelolaannya. Saat ini, dua per tiga lahan Singapura digunakan sebagai
lokasi penyimpanan air untuk memenuhi kebutuhan 1,4 juta m3 air bersih
di negeri itu.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Singapura bekerja
keras memproduksi air bersih bagi penduduknya. Negara dengan
penduduk lebih dari 5 juta jiwa ini mengupayakan manajemen
pengelolaan air bersih yang baik. Selain mengimpor, kebutuhan air bersih
Singapura diperoleh dari reservoir dan daerah tangkapan air lainnya
(20% dari total kebutuhan), penyulingan air laut (10%), dan pengolahan
air limbah menjadi air bersih (30%).
Singapura mengalokasikan dua per tiga dari luas daratannya
sebagai daerah tangkapan air. Area ini dilindungi dari alih fungsi dan
penggunaan lahan lainnya dengan tujuan untuk menangkap setiap tetes
air hujan di Singapura. Melalui drainase permukaan, sungai dan
reservoir, air hujan kemudian masuk ke instalasi pengolahan untuk diolah
menjadi air bersih.
Singapura telah memulai upaya pengolahan air limbah menjadi
air bersih sejak pertengahan tahun 1970-an. Menjelang peralihan abad
40

ke-21, Singapura sukses dengan percobaann ya pada pabrik reklamasi air


Bedok. Berawal dengan produksi 10.000 m3 air, pabrik di Bedok ini
menghasilkan air bersih yang memenuhi syarat Badan Perlindungan
Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Model
tersebut kemudian direplikasi dalam skala yang lebih luas di Singapura.
Hingga saat ini, dapat dikatakan 100% air limbah di Singapura
dikumpulkan melalui jaringan dan diproses untuk kemudian
didistribusikan kembali sebagai air bersih oleh perusahaan bernama
NEWater.
Perusahaan ini beralamat di Gedung Lingkungan 22-01, 40
Scotts Road, Singapura. Lembaga PUB (Public Utilities
Board ) merupakan agensi air nasional di bawah Kementerian
Lingkungan dan Sumber Daya Air. Agensi ini mengelola secara terpadu
pasokan air untuk Singapura, penampungan air, dan air bekas
pemakaian.
Untuk menjamin sebuah pasokan air yang beragam dan
berkesinambungan, Singapura mengandalkan Empat Keran Nasional
(Four National Taps), yakni resapan air lokal, impor dari Malaysia, daur
ulang dengan NEWater, dan desalinasi atau pemurnian air dari kadar
garam.
Pada akhir tahun 2005, Singapura mendirikan pabrik desalinasi
air laut Tuas senilai 200 juta dollar Singapura. Inilah pabrik pengolah air
laut pertama untuk tingkat kecamatan dengan kapasitas 114 juta m3
air/hari.
NEWater dan desalinasi keduanya dieksplorasi untuk mengurangi
ketergantungan pada air yang diimpor dari Malaysia. Pemerintah
Malaysia memiliki perjanjian terikat dengan Pemerintah Singapura utuk
menjual air kepada Singapura sampai tahun 2061.
1.Slogan PUB (Public Utilities Board)
PUB memiliki slogan yaitu Water For All : Conserve, Value, Enjoy
yang memiliki arti :
41

 Conserve : menghemat
 Value : hasil / menghasilkan
 Enjoy : menikmati
Diharapkan agar semua rakyat Singapura bisa bekerja sama dalam
program menghemat air, menghasilkan cukup air, sehingga semua rakyat
Singapura dapat menikmati hasil yang telah didapat.
2. Lembaga Pengolahan dan Pendistribusian Air Bersih

Saat ini, penyediaan dan pengelolaan sumber daya air di Singapura


dilakukan oleh PUB yang berada langsung di bawah Kementerian
Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air (MEWR). Awalnya, PUB dan
Kementerian Lingkungan Hidup merupakan dua organisasi yang terpisah.
PUB pada saat itu memiliki tanggung jawab dalam penyediaan air bersih
dan jaringan utilitas lainnya, seperti listrik dan gas. Sementara Kementerian
Lingkungan Hidup memiliki tanggung jawab dalam mengelola lingkungan,
termasuk melestarikan sumber daya air yang ada dan mengolah air kotor
sisa aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Sejak tahun 2002, Kementerian Lingkungan Hidup berubah menjadi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air. PUB yang semula
merupakan organisasi terpisah selanjutnya menjadi bagian dari kementerian
baru ini dan memiliki tanggung jawab untuk melakukan kegiatan
penyediaan dan pengelolaan sumber daya air secara menyeluruh. PUB yang
semula hanya bertanggung jawab di bidang penyediaan/ distribusi air bersih,
sejak saat itu bertanggung jawab untuk mengelola air kotor dan
menanggulangi potensi banjir di Singapura. Dengan kewenangan barunya
ini, PUB memiliki ruang yang lebih besar untuk mengelola sumber daya air
secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
Ruang lingkup kewenangan PUB ini meliputi kegiatan
pengumpulan, produksi, distribusi dan pengolahan kembali air yang sudah
dikonsumsi masyarakat.
3. Sumber Air Bersih di Singapura
42

3.1 Resapan Air Lokal


Dalam proses pengumpulan, air hujan dikumpulkan melalui sungai,
kanal, dan saluran air, lalu disimpan di 17 waduk (reservoir). Berbagai
waduk dihubungkan oleh jaringan pipa sehingga kelebihan air dapat
dipompa dari satu waduk ke waduk lainnya. Hal itu untuk
mengoptimalkan kapasitas penyimpanan. Waduk tersebut sekaligus juga
untuk mencegah terjadinya banjir ketika hujan.
Air dari waduk tersebut kemudian disalurkan ke saluran air untuk
disaring. Setelah itu, air yang sudah disaring disimpan dalam waduk
tertutup sebelum didistribusikan kepada pelanggan.
3.2 NEWater
Pengelolaan air tidak berakhir sampai di situ. Air bekas pemakaian
pelanggan kemudian dikumpulkan lagi melalui sistem pembuangan
kotoran dan dibersihkan di pabrik reklamasi air.
Bagi Singapura, air bekas pemakaian bisa menjadi sumber daya untuk
diolah kembali menjadi air bersih. Pengolahan air bekas pemakaian
menggunakan teknologi membran canggih dan ultraviolet yang disebut
NEWater. Air yang dihasilkan pun kembali murni, bahkan sangat murni.
Air yang sangat murni ini sehat untuk diminum, dan rasanya hambar.
Oleh karena itu, sebagian besar air hasil NEWater ini biasanya
disalurkan ke pabrik-pabrik yang membutuhkan air murni. Sisanya
dicampur dengan air dari waduk, lalu diolah kembali dan didistribusikan
ke masyarakat untuk siap diminum. NEWater mampu menyumbang
pasokan air bersih 30 % dari total 273.000 m3 (60 juta galon) kebutuhan
air masyarakat Singapura pada 2013.
3.3 Impor dari Malaysia
Selain dari resapan air lokal dan NEWater, Singapura juga
mengimpor air dari Johor, Malaysia. Kerja sama air antara Singapura dan
Malaysia diwujudkan dalam dua perjanjian bilateral. Perjanjian pertama
berakhir pada Agustus 2011 dan perjanjian kedua berlaku hingga 2061.
43

3.4 Desalinasi Air


Singapura juga memanfaatkan sumber daya air laut untuk
pemenuhan air bersih bagi rakyatnya. Air laut disaring dengan proses
desalinasi. Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk
mengurangi kandungan garam terlarut dari air garam hingga level
tertentu sehingga air dapat digunakan.
Pabrik desalinasi pertama Singapura adalah SingSpring
Desalination Plant yang mulai beroperasi di Tuas pada September 2005.
Pabrik ini merupakan proyek kemitraan pertama di Singapura antara
negara dan pihak swasta.
SingSpring mampu menghasilkan air bersih 30 juta galon atau
136.000 meter kubik per hari dan merupakan salah satu pabrik desalinasi
terbesar di kawasan tersebut. Pabrik desalinasi kedua akan dibangun pada
tahun ini. Pabrik ini diharapkan mampu menambah pasokan air menjadi
70 juta galon atau 318.500 m3 per hari.
4. Proses Produksi
4.1 Pengumpulan
PUB bertanggung jawab untuk mengumpulkan air hujan. Air hujan
ini kemudian di tampung di 17 reservoir yang tersebar di seluruh penjuru
Singapura. Setiap reservoir terhubung satu sama lainnya, sehingga
kelebihan air dari satu reservoir dapat dialirkan ke reservoir lainnya.

Gambar 2.2 Lokasi Reservoir di Singapura


44

Keterangan: 1) Reservoir Tengeh, 2) Reservoir Poyan, 3) Reservoir


Murai, 4) Reservoir Sarimbun, 5) Reservoir Kranji, 6) Reservoir, Danau
Jurong, 7) Reservoir Pandan, 8) Reservoir Upper Seletar, 9) Reservoir
Upper Peirce, 10) Reservoir Lower Peirce, 11) Reservoir MacRitchie,
12) Reservoir Marina, 13) Reservoir Lower Seletar, 14) Reservoir
Punggol, 15) Reservoir Serangoon, 16) Reservoir Bedok, dan 17)
Reservoir Pulau Tekong.
4.2 Produksi
Air yang terkumpul di reservoir, baik yang langsung berasal dari
air hujan, hasil pencampuran NEWater dan hasil pencampuran desalinasi
air laut selanjutnya dialirkan melalui pipa-pipa air untuk diproses lebih
lanjut menjadi air bersih layak minum.
4.2.1 Pengolahan Kembali Air yang Sudah Dikonsumsi Masyarakat
Air yang sudah digunakan, dikumpulkan melalui Deep Tunnel
Sewerage System (DTSS) dan diolah kembali sehingga menghasilkan
produk NEWater.
DTSS merupakan jaringan pipa bawah tanah sepanjang 48 km yang
terbentang dari utara ke timur Singapura. Jaringan ini ditanam
sedalam 55 meter di bawah permukaan air tanah untuk memastikan
agar air kotor ini tidak bercampur dengan air hujan serta masuk ke dan
mencemari reservoir. Jaringan perpipaan ini berakhir di pusat-pusat
pengolahan air kotor (Water Reclamation) yang ada di Singapura.
45

Gambar 2.3 Skema Pemenuhan Kebutuhan Air bersih di Singapura


Di NEWater air yang sudah digunakan masyarakat kembali
diproses melalui 3 tahapan penting agar bisa menjadi air layak
minum :
 Tahap pertama dari proses produksi NEWater dikenal sebagai
Mikrofiltrasi (MF). Dalam proses ini, air yang digunakan
diperlakukan dilewatkan melalui membran untuk menyaring dan
dipertahankan pada padatan tersuspensi permukaan membran, partikel
koloid, bakteri penyebab penyakit, beberapa virus dan kista protozoa.
Air yang masuk disaring melalui membran hanya berisi garam terlarut
dan molekul organik.
 Tahap kedua dari proses produksi NEWater dikenal sebagai Reverse
Osmosis (RO). Dalam RO, membran semipermeabel digunakan.
Membran semipermeabel memiliki pori-pori sangat kecil yang hanya
memungkinkan molekul yang sangat kecil seperti molekul air untuk
melewatinya. Akibatnya, kontaminan yang tidak diinginkan seperti
bakteri, virus, logam berat, nitrat, klorida, sulfat, desinfeksi oleh-
produk, hidrokarbon aromatik, pestisida, dll, tidak dapat melewati
membran. Oleh karena itu, NEWater adalah air RO dan bebas dari
virus, bakteri, dan mengandung sejumlah diabaikan garam dan bahan
organik. Pada tahap ini, air sudah dari kualitas air kelas tinggi.
 Tahap ketiga dari proses produksi NEWater benar-benar bertindak
sebagai pengaman lanjut back-up untuk RO. Pada tahap ini, ultraviolet
atau UV desinfeksi digunakan untuk memastikan bahwa semua
organisme yang tidak aktif dan kemurnian air produk dijamin.
46

Gambar 2.4 Skema Pengolahan Air di NEWater


5. Pemantauan Kebersihan Air
5.1 Parameter Pengganti Secara Online
Parameter pengganti berada di pemompa induk dan servis reservoir
yang berada di luar dan di dalam.
5.2 Biosensor
Biosensor adalah sensor yang mengombinasikan komponen hayati
dengan komponen elektronik (transduser) yang mengubah sinyal dari
komponen hayati menjadi luaran yang terukur. Biosensor juga dapat
diartikan sebagai sebuah alat analisis yang mengkombinasikan komponen
biologis dengan detektor fisikokimia.
Kegunaan dari biosensor ini untuk lingkungan hidup adalah :
 Kontrol polusi
Monitoring senyawa-senyawa toksik di udara, air, dan tanah.
Penentuan BOD (Biological Oxygen Demand)
Di Singapura, biosensor menggunakan ikan sebagai komponen
hayati. Biosensor terbuat dari tangki dengan 8 ruang, proses ditempatkan
pada tiap ruang untuk menangkap sinyal listrik saat ikan bernafas, siyal
dianalisa dan ditampilkan di komputer, sehingga alarm berbunyi saat
pola nafas 6 dari 8 ikan berubah tiba-tiba, dan menghasilkan auto-
sampling untuk analisis detail.
47

Gambar 2.5 Biosensor Online

Gambar 2.6 Sistem Monitoring Ikan

5.3 Sampling Rutin


Instalasi air dihubungkan dengan pompa-pompa utama ke
reservoir-reservoir di Singapura. Reservoir kemudian akan melewati
transmisi utama sehingga akan sampai kepada pelanggan baik itu untuk
industri, komersial, maupun kebutuhan domestik. Baru kemudian akan
ada feedback dari pelanggan yang akan ditampung oleh PUB.
48

Gambar 2.7 dan 2.8 Pemantauan Kualitas Air di Jaringan Distribusi

6. Menjaga Kualitas Air di Konsumen


 Pekerja Pipa Bersetifikat
49

Pekerja pipa yang memiliki sertifikat dari PUB berlisensi. Pekerja pipa
bertugas untuk memastikan aspek keamanan pasokan air minum tidak
terganggu.
 Peralatan Air di Rumah
Memenuhi standar dan persyaratan teknis serta pekerja pipa memastikan
kesesuaian instalasi.
 Penegakan Hukum
Pengaturan melalui UU utilitas publik.
7. Distribusi
Setelah diolah, air disimpan di reservoir tertutup sebelum kemudian
didistribusikan kepada para konsumen.

Adapun harga dari air bersih itu adalah :


50

Tabel 2.1 Harga Air Bersih di Singapura


8. Sistem Manajemen
Sistem Manajemen Kualitas Air Terpadu meliputi :
 Jenis data
 Pengumpulan data
51

 Penggabungan data
 Menganalisis dan pelaporan

Gambar 2.9 Sistem Manajemen Kualitas Air Terpadu

D. NASUHA HERBS AND SPECIES


1. Gambaran Umum
2.4 Sejarah
Nasuha Enterprise Sdn Bhd. adalah perusahaan milik keluarga
yang didirikan oleh Tuan Haji Nasuha Binti Kasian sebagai perintis dan
pemimpin dalam industri herbal dan rempah dengan 108 lebih jenis
52

produk yang diedarkan. Perusahaan ini mengeluarkan banyak pilihan


antara lain rempah-rempah mentah, rempah-rempah kari serbuk, rempah-
rempah sup serbukyang menggunakan merk dagang Mak Siti.
Kebun tanaman herba miliknya terletak di Batu 12 Jalan Muar –
Pagoh di Negeri Johor, Malaysia. Tanah perkebunan meliputi kawasan
seluas 1500 hektar lebih, yang dikenal sebagai kebun herbal dan rempah-
ratus perkebunan terbesar di Asia, menghasilkan 6 hingga 10 m3herbal
mentah dan rempah-ratus setiap hari.
Kebun ini ditanami dengan 135 jenis herbal yang dikumpulkan dari
seluruh dunia. Ia menggunakan sistem yang betul-betul organik, tanpa
bahan kimia dan pestisida, herba bebas dari pencemaran bahan kima.
Herba yang dituai dan kering kemudian diproses dengan mengguakan
teknologi terkini untuk mencegah kehilangan nutrien semula, dengan itu
menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Pengadonan dan
pembungkusan dilakukan dengan cepat selepas pengeringan dan
mengurangi pencemaran untuk mempertahankan kesegaran produk.
2.5 Proses Produksi
Tumbuh-tumbuhan yang dipanen, kemudian melalui proses
pengeringan menggunakan teknologi terbaru untuk mencegah hilangnya
nutrisi alami, dengan demikian dapat mempertahankan kualitas gizi
tinggi dri produknya. Pencampuran dan pengemasan yang dilakukan
segera setelah pengeringan untuk mengurangi kontaminasi dan untuk
mempertahankan kesegaran produk.
Perusahaan ini berkembang pesat dengan GMP ( Good
Manufacturing Practice ) berfokus pada tidak hanya herbal makanan dan
minuman, tetapi juga dalam produksi produk-produk berkualitas tinggi
standar internasional herbal kesehatan dan kosmetik.
2.6 Produk
Nasuha Enterprise telah mengeluarkan 16 produk teh dan sup herbal
bernama C.T Herbs Spices yang dipasarkan oleh Budayatama Corporation
53

Sdn Bhd. Produk tersebut antara lain adalah Teh dan Sup Noni, Gora,
Allspice, Kayu manis, Serico, Scaphium, Garcinia, dan Centella.
 Mengkudu atau Noni
Nama Latin : Morinda citrifolia
Buah noni mengandung proxeronia yang tinggi yang berfungsi
sebagai enzim yang bisa memulihkan sistem tubuh di samping menjaga
imuntias tubuh. Mengkudu mampu merangsang sistem imun tubuh dan
mengandung selenium untuk mencegah sakit. Penduduk Hawai yang
terkenal dengan tumbuhan mengkudu atau noni, menggunakannya
untuk mengobati kencing manis, sakit jantung, darah tinggi serta
masalah pinggang dan kencing batu. Mengkudu mempunyai sifat
antioksidan di samping bisa mengatasi sakit sendi dan baik untuk
penyakit gout.
 Gora atau Cola, Kola.
Nama Latin : Cola nitida
Keluarga : Sterculiaceae
Tanaman yang berasal dari Afrika ini berfungsi untuk
meningkatkan stamina. Mengandung cafein, polifenol, kolin, betaine,
starch, dan gula. Gora dikenal sebagai tonikum yang telah terbukti dan
diakui di seluruh dunia dan mempunyai berbagai khasiat serta fungsi
utuk meningkatkan kesehatan. Berdasarkan penelitian di Australia,
kandungan dalam buah gora aktif untuk mempertahankan kekuatan
mental dan fisik. Gora juga mengatasi neuralgia kronik dan sakit saraf,
lemah otot, kelelahan, dan migrain. Dalam penelitian gora juga bisa
menambah tenaga, menambah selera makan, dan mengatasi mencret.
 Renek Serico atau Keji Beling
Nama Latin : Strobilantes crispus Bl
Mempunyai kandungan kalium, natrium, dan silikat. Keji beling
bisa mengobati penyakit kencing manis, hepatitis, sembelit, penyakit
kulit, dan keracunan makanan. Kalium dengan kadar yang tinggi dan
54

pekat pada daunnya bersifat diuretik yang dapat melarutkan batu yang
terbentuk sekaligus melancarkan air kencing.
 Allspice
Nama Latin : Pimenta dioica
Digunakan untuk mengobati perut kembung, mencret, dan
masalah saraf. Allspice juga mengatasi sakit dada, sakit sendi,
melegakan sistem pernafasan dan berguna sebagai pembersih darah.
Penelitian juga menyebutkan, pati minyak dari daun allspice sagat baik
untuk ramuan kosmetik dan untuk menghilangkan bau badan di
samping mengobati sakit perut.
 Gingko
Nama Latin : Gingko biloba
Terbukti meningkatkan daya ingat, menjaga mental dan
psikologi serta kesehatan mental. Gingko berfungsi memperbaiki
peredaran darah di serabrum dan memperbaiki sel-sel otak, sekaligus
mampu mengobati penyakit pusing. Menurut penelitian, Gingko juga
mengatasi lelah, sakit kepala, lupa, sembelit, dan masalah sakit
pinggang serta jantung.
 Asam Gelugur
Nama Latin : Garcinia atroviridis
Mengandung asam hidroksicitris untuk mengurangi kolesterol.
Juga mengurangi asam lemak, menigkatkan pengeluaran glicogen di
hati, mengurangi selera makan, dan menghangatkan badan.
 Pegagan
Nama Latin : Centella Asiatica
Pegagan menjaga sistem urat saraf, luka, masalah kulit, selesma,
sakit tengkuk, gatal-gatal, dan memperbaiki fugsi otak untuk
meningkatkan daya ingatan. Penelitian juga mendapatkan bahwa
pegagan membantu dalam mengobati sakit kusta, komplikasi sifilis,
kerusakan hati, radang sendi, sembelit, wasir, membuang lemak,
menggigil, dan masalh pernafasan.
55

 Kembang Semangkuk
Nama Latin : Scaphium macropodium
Dapat mengobati penyakit batuk dan lelah, mengurangi demam,
dan melegakan sistem penafasan.
 Kayu Manis
Nama Latin : Cinnamomun verum
Mempunyai khasiat mengobati sakit perut,mencret, masalah
haid, dan sakit pinggang.
 Kayu putih
Nama Latin : Melaleuca leucadendron Linn
Mengatasi perut kembung, sakit kepala, kejang otot, kurang
selera makan, batuk, mencret, lelah, dan masuk angin.
 Eucaliptus
Nama Latin : Eucalyptus globulus
Selain batangnya yang dapat dijadikan kertas, dau dan pati
minyaknya juga dapat mengobati tuberkulosis, paru-paru, radang
tenggorokan, sakit tengkuk, pegal linu, sakit sendi, dan dapat digunakan
sebagai antiseptik.
 Royal Stevia
Nama Latin : Stevia rebaudiana
Benihnya diimpor dari Jepang yang lebih dikenal sebagai
campuran atau bahan pemanis dalam makanan.

Sementara itu, antara herba lain yang ditanam besar-besaran


diladang Nasuha termasuk buah keras dari Indonesia, egg fruits dari
Amerika Serikat, penamanan pohon secara besar-besaran yaitu kunyit,
sambung nyawa, ginseng korea, dan salak pondok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kunjungan kerja lapangan diperoleh kesimpulan :
1. PT. Martina Berto adalah perusahaan kosmetika dengan keinginan
mempercantik wanita Indonesia lahir dan bathin dengan memanfaatkan
sumber daya alam Indonesia.
Proses produksi telah berstandar internasional, yaitu ISO 9001, ISO 4001,
Cara Pembuatan Kosmetik yang Benar (CPKB), dan Good Manufacturing
Practices (GMP).
2. PT. Kimia Farma (Persero), Tbk. adalah salah satu perusahaan obat
terkemuka di Indonesia. PT. Kimi Farma, Tbk Plant Jakarta memproduksi
sediaan tablet, tabletsalut, kapsul, granul, sirop kering, suspensi/ sirop,
tetes mata, krim, antibiotika, dan injeksi. Perusahaan ini juga menjadi satu-
satunya perusahaan yang memiliki hak khusus untuk mengimpor,
memproduksi, dan mendistribusikan obat-obatan golongan narkotika di
Indonesia. Sehingga sudah pasti Industri farmasi ini telah memperoleh
sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO 9001.
3. NEWater Singapore adalah perusahaan yang bergerak di bawah lembaga
PUB ( Public Utilities Board ) yang megelola secara terpadu pasokan air
untuk Singapura, penampungan air, dan air bekas pemakaian. Hingga saat
ini, dapat dikatakan 100% air limbah di Singapura dikumpulkan melalui
jaringan dan diproses untuk kemudian didistribusikan kembali sebagai air
bersih oleh perusahaan NEWater.
4. Nasuha Enterprise Sdn Bhd. adalah perusahaan milik keluarga yang
didirikan oleh Tuan Haji Nasuha Binti Kasian, sebagai perintis dan
pemimpin dalam industri berbasis herbal dan rempah dengan 108 jenis
produk yang diedarkan. Dan perusahaan ini juga meluncurkan 16 jenis teh

56
57

herbal yang dibuat dengan tanaman yang sudah terbukti mempunyai


banyak manfaat.
5. Kunjungan kerja lapangan sangat bemanfaat karena dapat meningkatkan
dan memperluas keterampilan mahasiswa sebagai bekal untuk memasuki
dunia kerja.
6. Dari hasil kunjungan diperoleh bahwa adanya kesesuaian antara teori yang
didapat di bangku perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di industri
farmasi.
B. Saran
1. Terhadap pelaksanaan kunjungan kerja lapangan :
a. Kiranya waktu penulisan laporan diperpanjang agar dapat menghasilkan
laporan yang lebih baik.
b. Semoga pelaksanaan kunjungan kerja lapangan mendatang akan lebih
mamperhatikan faktor waktu, biaya, dan tenaga pelaksanaanya.
2. Terhadap objek kunjungan kerja lapangan :
a. Sebaiknya objek kunjungan kerja lapangan lebih variatif jenisnya
sehingga mahasiswa mendapat pengalaman yang lebih lama.
b. Penjelasan yang diberikan oleh pihak pabrik hendaknya lebih baik dan
terperinci, juga waktu yang diberikan lebih lama agar mahasiswa benar-
benar dapat memahami proses produksi yang dilakukan pabrik tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun


2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Depkes RI. 2009. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Depkes RI. 2010. Permenkes RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang


industri Farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Badan POM. 2003. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. BPOM.
Jakarta

Kimia Farma,2015. PT. Kimia Farma. Diambil dari http://www.kimiafarma.co.id.


Diakses pada tanggal 21 Oktober 2015.

Rahmayani. Nadiya, 2012, Laporan Kunjungan Kerja Lapangan, AKFAR ISFI,


Banjarmasin.

NEWater, 2015, PUB – NEWater. Diambil dari http://www.pub.gov.sg. Diakses


pada tanggal 21 Oktober 2015.

Mathatilaar, 2015, Kunjungan Kerja Lapangan PT. Martina Berto, Tbk. Diaambil
dari https://lehanyai.wordpress.com/farmasi/pkl-industri/. Diakses pada
tanggal 21 Oktober 2015

Nasuha Herbs and Species, 2015, Nasuha Herbs and Spices Paradise. Diambil dari
http://nasuhaherbspices.com/pages/page12.html. Diakses pada tanggal 21
Oktober 2015

58
59

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma,Tbk


59

Lampiran 2. Produk – produk Nasuha Herbs and Spices


59

Lampiran 3, NEWater Singapore


59

Lampiran 4 , PT Martina Berto

You might also like