Professional Documents
Culture Documents
Easting Northing
-5 67
37 67
37 53
105 53
105 1
53 1
53 -12
-5 -13
-5 67
b. Data eksplorasi lubar bor yang menunjukan tubuh biji nikel dan saplorite
3. Evaluasi cadangan adalah bagian penting dalam perencanaa tambang karena merupakan
tahap untuk menilai dan memperkirakan kuantitas dan nilai ekonomis cadangan. Sedangkan
aspek penting agar hasil eksplorasi yang telah dilakukan mempunyai nilai kuantitatif adalah
analisis dan perhitungan cadangan.
1) Dapat mencerminkan secara tepat kondisi geologi, karakteristik, dan sifat endapan,
Evaluasi cadangan batubara ini merupakan pekerjaan (tahap) lanjutan dari hasil
Pemodelan Sumberdaya Batubara. Pada tahapan ini mulai diterapkan (diidentifikasikan)
batasan-batasan teknis maupun ekonomis yang dapat menjadi pembatas dari model
sumberdaya batubara yang telah diterapkan (dimodelkan) sebelumnya. Selain itu, pada
tahapan ini diharapkan telah dapat dikuantifikasi jumlah batubara yang realistis dan layak
yang dapat diperoleh melalui penambangan dengan metoda & sistem penambangan yang
dipilih sesuai dengan model sumberdaya yang telah diketahui. Secara umum, aspek-aspek
penting yang akan diuraikan & dipelajari adalah sebagai berikut :
Penentuan & pemilihan pit potensial
Konsep nisbah kupas (stripping ratio)
Faktor-faktor pembatas dan losses
Metode-metode perhitungan cadangan batubara
Konsep optimasi jumlah cadangan tertambang.
Model yang dibuat harus sesuai dengan data yang dimiliki. Kriteria ini dibutuhkan
karena model yang dibuat seringkali hanya berdasarkan intuisi pembuatnya dan tidak
mempedulikan data yang dimiliki dikarenakan pembuatan model berdasarkan data
memakan waktu yang sangat lama (Cowan et al., 2002). Satu hal yang tidak dapat
dipisahkan dari pemodelan adalah metode interpolasi (algoritma) yang digunakan
(Mallet and Mallet, 2002). Saat ini telah banyak metode interpolasi yang dapat
digunakan seperti krigging, IDW, RBF, natural neighbor, dll. Sarana pemodelan
dituntut dapat menghasilkan model yang tepat. Model yang dihasilkan akan berbeda
antara satu metode interpolasi dan metode yang lain. Gambar 2 menunjukkan contoh
perbedaan persebaran suhu dengan menggunakan metode interpolasi yang berbeda.
Pada tahap input dan kalibrasi data dilakukan digitasi data dan korelasi data yang didapatkan.
Data yang dimiliki terkadang berupa gambar atau tulisan sehingga perlu diubah menjadi data
digital. Data juga dikorelasikan untuk melihat penyebaran data dan hubungannya satu sama
lain karena seringkali data yang didapatkan memiliki data yang berbeda. Misal pada dua bor
yang berdekatan ditemukan nama litologi yang berbeda seperti lava dan andesit, data tersebut
perlu dianalisa dan dilakukan koreksi data pada data agar data tidak bertentangan. Data
struktur juga dilakukan koreksi dan penyederhanaan agar struktur dapat dimodelkan dengan
baik. Jika data yang dimiliki tidak memeuhi kaidah cross-cutting relationship maka perangkat
lunak Leapfrog Geothermal® tidak mampu memodelkannya. Gambar 4 menunjukkan
struktur pada lapangan (atas) dan struktur yang disederhanakan untuk dimodelkan (bawah).
Pada tahap pembuatan model stratigrafi dilakukan pembuatan model stratigrafi dengan
menggunakan data yang telah dikoreksi dan dibuat satuan stratigrafi baru yang mencakup
semua satuannya. Penyusun membuat garis batasbatas satuan geologi dan menentukan
hubungan masingmasing satuan stratigrafi terhadap satuan stratigrafi yang lain. Model
dihasilkan dengan garis batas satuan geologi yang diinterpolasikan dengan data bor dan data
geologi permukaannya. Gambar 5 menunjukkan model stratigrafi yang dihasilkan. Model
tersebut hanya berisi lapisan-lapisan batuan dan hubungannya satu sama lain tanpa adanya
kehadiran struktur sehingga pada beberapa bagian terlihat batas satuan saling berpotongan.
Tahap pembuatan model struktur geologi dilakukan tanpa adanya unsur stratigrafi. Tahap ini
dilakukan dengan cara penyusun membuat garis struktur pada permukaan beserta sudut
kemiringan strukturnya. Yang paling penting dalam pembuatan model struktur adalah
menentukan usia relatif dan hubungan antar strukturnya. Gambar 6 menunjukkan bagaimana
struktur yang lebih tua (ungu dan hijau) menghilang pada struktur yang lebih muda (biru
muda) dan saling memotong dengan struktur yang lainnya.
Pada tahap pembuatan model geologi dilakukan penyatuan model stratigrafi dan model
struktur. Tahap ini dilakukan dengan menentukan lapisan batuan apa yang dipotong oleh
suatu struktur. Model yang dihasilkan juga disesuaikan dengan data penampang geologi yang
dimiliki dengan menggunakan data garis. Gambar 7 menunjukkan proses penyesuaian model
yang dihasilkan dengan penampang geologi untuk menghasilkan model yang sesuai dengan
penampang geologi.
Pada tahap analisa kualitas model dilakukan pemeriksaan model terhadap data yang dimiliki.
Jika pada model terdapat kenampakan yang menyalahi data seperti penyebaran stratigrafi
yang terubah karena struktur atau ketidaksamaan dengan data bor maka proses pembuatan
model geologi perlu diulangi. Jika model yang dihasilkan tidak menyalahi data maka model
geologi 3 dimensional sistem panas bumi telah dapat diterima. Model yang dihasilkan dapat
memberikan visualisasi untuk mempermudah dalam pemahaman kondisi geologi. Dengan
menggunakan model yang dihasilkan dapat dibuat beberapa penampang geologi baru atau
melihat penyebaran satuan geologi secara 3 dimensional sehingga mempermudah proses
eksplorasi ataupun pengembangan lapangan panas bumi. Selain visualisasi, model yang
dihasilkan juga bisa digunakan untuk memperkirakan jalur pemboran baru (sumur prognosis)
seperti yang ditunjukkan pada gambar 8. Dengan perkiraan jalur pemboran tersebut, maka
dapat dibuat rencana pemboran yang lebih matang dan dapat memberikan hasil yang lebih
baik.
3.
.