You are on page 1of 8

Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen

Terhadap Penyembuhan Luka Dan Fungsi Pernafasan

Reni Prima Gustya


Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNAND
Email: reni.rafie@gmail.com

Abstract : Injury and pain resulted from surgery makes the patient too lazy to move so
delays wound healing and leads respiratory complications mobilization is a prominent
factor in accelerating wound healing and optimal postoperative respiratory function.
Type of research is Quasi-experimental approach to posttest control group
design. Research objectives were to determine the effect of early mobilization after
abdominal surgery on wound healing and respiratory function. sample were 40 patients
who undergone abdominal surgery room in IRNA RSUP DR. M. Djamil Padang. Analysis
using Mann Whitney test. The results showed there were significant differences in wound
healing and respiratory function of patients with postoperative abdominal between groups
that do not perform according to the procedure of early mobilization (control) with early
mobilization group that according to the procedure (treatment) for major surgery with p =
0.000. there were no significant differences in respiratory function of patients post
abdominal surgery between the control group with treatment for minor surgery with p =
0.067 and there were significant differences in wound healing of the patient post
abdominal surgery between the control group with treatment for minor surgery with p
=0.000. Hospital is expected to provide facilities to the smooth extension of early
mobilization after surgery and nurses implementasi early mobilitation in nursig care plan
for recovery wound and increase respiratory function.

Keywords: early mobilization, wound healing, respiratory function

Abstrak : Luka dan nyeri akibat pembedahan luka membuat pasien malas bergerak
sehingga banyak luka operasi yang mengalami keterlambatan penyembuhan serta terjadi
komplikasi gangguan pernafasan. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat penyembuhan luka pasca bedah serta optimalnya fungsi pernafasan. Jenis
penelitian ini adalah Quasi-eksperimental dengan pendekatan posttest control group
design. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini pasca pembedahan
abdomen terhadap penyembuhan luka operasi abdomen dan fungsi pernafasan. Sampelnya
40 pasien pasca operasi abdomen yang dirawat diruang IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil
Padang. Analisa menggunakan Uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan penyembuhan luka dan fungsi pernafasan pasien post operasi abdomen antara
kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini sesuai prosedur (kontrol) dengan
kelompok yang melakukan mobilisasi dini sesuai prosedur perlakuan untuk bedah mayor
dengan p = 0.000. tidak terdapat perbedaan pada fungsi pernafasan pasien post operasi
abdomen antara kelompok kontrol dengan perlakuan untuk bedah minor dengan p= 0,067
dan terdapat perbedaan bermakna penyembuhan luka pasien post operasi abdomen antara
kelompok kontrol dengan perlakuan untuk bedah minor dengan p= 0,000. Diharapkan RS
menyediakan sarana dan prasana untuk kelancaran penyuluhan mobilisasi dini pasca
pembedahan dan perawat melakukan intervensi mobilisasi dini dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan pada pasien post operasi abdomen guna mempercepat penyembuhan
luka & peningkatan fungsi pernafasan.

Kata kunci : mobilisasi dini, penyembuhan luka, fungsi pernafasan


106
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2,Desember 2011 :106-113

Tindakan pembedahan merupakan setelah pasien sadar atau anggota gerak


salah satu pilihan untuk mengatasi masalah tubuh dapat digerakkan kembali setelah
penyakit atau kesehatan pada praktik dilakukan pembiusan regional. pasien pasca
kedokteran modern. Luka akibat operasi diharapkan dapat melakukan
pembedahan pada umumnya berukuran mobilisasi sesegera mungkin, seperti
besar dan dalam, sehingga membutuhkan melakukan gerakan kaki, bergeser di tempat
waktu penyembuhan yang lama tidur, melakukan nafas dalam dan batuk
(Priharjo.,1992). Ada beberapa masalah efektif dengan membebat luka atau dengan
yang sering muncul pada paska pembedahan jalinan kedua tangan di atas luka operasi,
diantaranya luka akan mengalami stress serta teknik bangkit dari tempat tidur
selama masa penyembuhan akibat dari (Brunner & Suddarth, 1996). Long, (1998)
nutrisi yang tidak adekuat,gangguan juga menyatakan bahwa mobilisasi dini
sirkulasi dan perubahan metabolisme yang mempunyai manfaat untuk peningkatan
dapat memperlambat penyembuhan luka sirkulasi darah yang dapat menyebabkan
(Potter& Perry,2006). Efek lain yang dapat pengurangan rasa nyeri, mencegah
ditimbulkan akibat paska pembedahan tromboflebitis, memberi nutrisi untuk
adalah gangguan pernafasan akibat anestesi penyembuhan pada daerah luka, dan
yang diberikan dan obat nyeri paska operasi. meningkatkan kelancaran fungsi ginjal.
Keduanya dapat menekan pusat pernafasan Mobilisasi secara tahap demi tahap
sehingga akan menurunkan frekuensi sangat berguna untuk membantu jalannya
pernafasan dan pengembangan paru, penyembuhan pasien. Secara psikologis
tindakan nafas dalam dan batuk efektif akan mobilisasi akan memberikan kepercayaan
membantu mengurangi depresi pernafasan pada pasien bahwa dia mulai merasa
(Potter & Perry,2006). sembuh (Rustam Muchtar, 1992)
Mobilisasi merupakan faktor yang Pembedahan mengakibatkan
menonjol dalam mempercepat penyembuhan timbulnya luka dan nyeri pada bagian tubuh
atau pemulihan luka pasca bedah serta pasien. Rasa nyeri setelah pembedahan
optimalnya fungsi pernafasan. Banyak biasanya berlangsung 24 sampai 48 jam,
keuntungan yang dapat diraih dari latihan naik namun dapat berlangsung lebih lama
turun tempat tidur dan berjalan pada periode
tergantung pada luas luka, penahan nyeri
dini pasca bedah, diantaranya peningkatan
kecepatan kedalaman pernapasan, peningkatan yang dimiliki pasien dan respon terhadap
sirkulasi, peningkatan berkemih dan nyeri. Nyeri dapat memperpanjang masa
metabolisme (Taylor, 1997). Mobilisasi akan penyembuhan, karena mengganggu
mencegah kekakuan otot dan sendi hingga kembalian aktifitas/mobilisasi pasien dan
juga mengurangi nyeri, menjamin hal ini yang menjadi salah satu alasan
kelancaran peredaran darah, memperbaiki pasien untuk tidak mau bergerak atau
pengaturan metabolisme tubuh, melakukan mobilisasi segera (Long, 1998).
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ Kebanyakan dari pasien masih
vital yang pada akhirnya justru akan mempunyai kekhawatiran kalau tubuh
mempercepat penyembuhan luka. digerakkan pada posisi tertentu pasca
Menggerakkan badan atau melatih kembali operasi akan mempengaruhi luka operasi
otot-otot dan sendi pasca operasi di sisi lain yang masih belum sembuh yang baru saja
akan memperbugar pikiran dan mengurangi selesai dikerjakan. Padahal tidak
dampak negatif dari beban psikologis yang sepenuhnya masalah ini perlu
tentu saja berpengaruh baik juga terhadap dikhawatirkan, bahkan justru hampir semua
pemulihan fisik. jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau
Mobilisasi sudah dapat dilakukan pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan
sejak 6 jam setelah pembedahan, tentu rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan
107
Gusty, Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen…

tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan untuk melakukan gerakan sehingga gerakan
bergerak, masa pemulihan untuk mencapai menjadi terbatas. Hasil observasi luka
level kondisi seperti pra pembedahan dapat didapatkan bahwa 5 orang yang tidak
dipersingkat (Brunner & Suddarth, 1996). melakukan mobilisasi menunjukkan pinggir
Pembedahan abdomen adalah luka laparatomi memerah hari ke-4 dan 2
pembedahan yang dilakukan pada bagian orang diantaranya setengah luka menjadi
abdomen. Kecepatan pemulihan pada luka lembab dan memerah pada hari ke 6. Dari
abdomen lebih cepat bila mobilisasi dini 10 orang yang tidak melakukan mobilisasi
dilakukan, kejadian eviserasi pascaoperatif ditemukan 5 orang yang mengeluh
pada serangkaian kasus akan jarang terjadi timbulnya batuk. Berdasarkan fenomena
bila pasien segera melakukan mobilisasi. diatas, maka peneliti tertarik ingin
Untuk operasi di perut, jika tidak ada melakukan penelitian tentang pengaruh
perangkat tambahan yang menyertai pasca mobilisasi dini pasca pembedahan terhadap
operasi, tidak ada alasan untuk berlama- penyembuhan luka dan fungsi pernafasan
lama berbaring di tempat tidur (Setiawan pasien dengan post operasi abdomen di
Eka, 2010). IRNA B Bedah RSUP Dr. M.Djamil
Dari data yang diperoleh di ruang Padang.
IRNA (B) bedah RSUP DR. M. Djamil
bulan Agustus-Oktober 2009 dari 132 orang METODE
pasien pasca operasi yang mengalami Penelitian ini merupakan penelitian
penyembuhan luka lambat sebanyak 78 Quasi eksperimental dengan pendekatan
orang (59,1%) dengan lama perawatan rata- posttest control group design untuk
rata 8-10 hari dan penyembuhan luka mengetahui pengaruh mobilisasi dini pasca
normal sebanyak 54 orang (40,9 %) dengan pembedahan abdomen terhadap
lama rawat kurang dari 8 hari. Hal ini penyembuhan luka operasi abdomen dan
sejalan dengan penelitian yang pernah fungsi pernafasan. Populasinya adalah
dilakukan Syahlinda (2008), bahwa pasien seluruh pasien pasca operasi abdomen yang
yang menjalani operasi laparatomi di IRNA dirawat diruang IRNA Bedah RSUP DR. M.
B (bedah) RSUP M. Jamil Padang pada Djamil Padang. Pengambilan sampel dalam
bulan Juli-Oktober 2007 mengalami penelitian ini menggunakan teknik
penyembuhan luka insisi pasca operasi Pengambilan sampel dengan teknik
laparatomi dengan tidak terjadi komplikasi Sampling Kuota untuk mencapai sampel
37,9 % dalam 5- 10 hari perawatan dan sebanyak 10 orang untuk setiap kelompok
mengalami penyembuhan luka dengan (kontrol dan perlakuan) dengan ciri tertentu
komplikasi 62,1 % dalam 11- 56 hari yang sesuai dengan kepentingan penelitian.
perawatan. Sampling kuota adalah teknik untuk
Hasil observasi peneliti dari tanggal menentukan sampel dan populasi yang
2-22 februari 2010 dari 12 orang yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah
mengalami luka abdomen (laparatomi), 10 yang diinginkan (Sugiyono,2005)
orang tidak melakukan mobilisasi, posisinya Kriteria pasien adalah yang
hanya telentang di tempat tidur. Sedangkan melakukan operasi abdomen di RSUP DR.
2 orang lagi melakukan mobilisasi namun M. Djamil Padang dan dirawat diruang
tidak beraturan. Dari hasil wawancara IRNA Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang,
pasien mengatakan merasa takut bila jahitan pasien dengan 6-10 jam pasca operasi
robek, nyeri bila melakukan gerakan,dan abdomen serta telah mendapat penyuluhan
takut akan banyaknnya alat-alat medis yang mobilisasi dini, tidak mengalami gangguan
menempel ditubuh pasien seperti: nutrisi, gangguan pernapasan dan penyakit
drain,infuse, selang NGT, kateter urine. penyerta (HIV, DM, sepsis, kanker ganas),
Keadaan ini akan mempengaruhi pasien tidak mengalami trauma,gawat abdomen,
108
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2,Desember 2011 :106-113

fraktur pelvis, kompresi fraktur, gangguan melakukan mobilisasi dini (kelompok


pernafasan. Penelitian ini melihat perbedaan perlakuan), kemudian kelompok control
penyembuhan luka dan fungsi pernafasan untuk bedah mayor dan minor masing-
pada pasien post operasi abdemen yang masing 10 orang yang tanpa diberikan
menjalankan mobilisasi dini sesuai standar pendidikan tentang mobilisasi dini.
prosedur yang telah dibuatkan (kelompok Pemberian pendidikan kesehatan sudah
perlakuan) dengan kelompok yang dilakukan mulai pada saat preoperasi dan
melakukan mobilisasi dini tidak sesuai berlanjut sampai post operasi sehingga
standar. Hasil ini akan dianalisa kelompok perlakuan benar dikendalikan
menggunakan uji Mann Whitney dengan dalam perlakuan, dari 40 responden lebih
nilai signifikansi p= 0.05. Bila p<0.05 ada dari separoh responden laki-laki 25 orang
perbedaan antara penyembuhan luka dan (62,5%),lebih dari separoh responden
fungsi pernafasan pasien post operasi dengan umur < 50 tahun sebanyak 27
abdomen antara kelompok kontrol dengan orang (67,5%), lebih dari separoh responden
perlakuan. berstatus nutrisi normal sebanyak 24 orang
(60%).
Jumlah pasien laki–laki dan
HASIL DAN PEMBAHASAN perempuan pada kelompok kontrol yang
Penelitian ini dilakukan di ruang mengalami bedah mayor dan minor masing–
bedah IRNA B RSUP Dr.M.Djamil Padang masing sebanyak 5 orang, sedangkan pada
pada bulan Juni-September 2010 dengan kelompok perlakuan yang mengalami bedah
subyek penelitian adalah pasien pasca mayor pasien laki-laki maisng-maisng 7
abdomen yang mengalami bedah orang dan perempuan masing- masing 3
mayor(laparatomi) dan bedah minor orang dapat dilihat pada tabel 1. Indikasi
masing-masing sebanyak 10 orang penyakit yang dilakukan bedah abdomen
diberikan pendidikan tentang mobilisasi dini (laparatomi) dapat dilihat pada tabel 2.
dan dipantau serta dibantu terus dalam

Tabel 1 Distribusi Jenis Diagnosa Medis Pasien Paska Pembedahan Abdomen mayor
pada kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok
Diagnose Medis Kelompok Kontrol
Intervensi
Adhesi post laparatomi 1 -
Laparatomi eksplorasi,perforasi gaster 3 -
Laparatomi eksplorasi,perforasi apendik 4 2
Laparatomi eksplorasi, kolostomi ec.ca rectum 2 4
laparatomi eksplorasi,pielolitotomy - 1
herniostomi,hernioraphy - 1
laparatomi eksplorasi,colostomi ec ileus obstruksi - 1
laparatomi eksplorasi, hernia scrotalis dekstra - 1
Jumlah 10 10

109
Gusty, Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen…

Tabel 2 Distribusi Jenis Diagnosa Minor Pasien Paska Pembedahan Abdomen pada
kelompok kontrol dan perlakuan
Diagnosa Medis Kelompok kontrol Kelompok intervensi
Apendiktomi 9 4
Hernioraphy 1 5
Funikocolectomi - 1
Jumlah 10 10

Pada tabel 3 digambarkan terdapat pembekuan darah ini dapat memperlambat


peningkatan rata-rata penyembuhan luka penyembuhan luka. Seiring dengan
post operasi abdomen pada kelompok pernyataan Rustam (1995) bahwa mobilisasi
perlakuan bedah mayor dibanding dengan dapat mencegah terjadinya trombosis dan
kelompok kontrol bedah mayor sebesar 5 tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi
maupun perlakuan bedah minor darah normal/lancar sehingga resiko
dibandingkan dengan kontrol bedah minor terjadinya trombosis dan tromboemboli
sebesar 5,1. dapat dihindarkan. Mobilisasi segera
Setelah dianalisa dengan menggunakan uji setahap demi setahap berguna untuk
mann whitney didapatkan nilai p<0,05 yaitu membantu penyembuhan luka opersi. Hasil
p = 0.000 yang berarti terdapat peningkatan penelitian senada dengan Syahlinda (2008),
penyembuhan luka post operasi abdomen bahwa pasien yang menjalani operasi
pada kelompok perlakuan dibandingkan laparatomi di IRNA B (bedah) RSUP M.
dengan kelompok control pada bedah mayor Jamil Padang pada bulan Juli-Oktober 2007
maupun bedah minor. mengalami penyembuhan luka insisi pasca
Hal ini menunjukkan bahwa operasi laparatomi dengan tidak terjadi
pendidikan dan pemantauan pemberian komplikasi dengan melakukan mobilisasi.
mobilisasi dini sesegera mungkin Berdasarkan hasil pengamatan
memberikan penyembuhan luka operasi peneliti bahwa penyembuhan luka pada
abdomen yang baik. Hal ini sesuai dengan kelompok yang diberi penyuluhan dan
yang disampaikan oleh Kozier,(1995) pemantauan mobilisasi waktu
bahwa mobilisasi yang dilakukan akan perkembangan penyembuhan luka pada
memperlancar peredaran darah sekitar luka kelompok bedah mayor (laparatomi) sama
operasi sehingga sirkulasi nutrisi kearah dimana pelepasan drain sudah dapat
luka terserap dengan baik dan proses dilakukan pada hari ke 3 dan pengangkatan
penyembuhan luka cepat. Hal ini juga jahitan selang seling sudah bisa dilakukan
didukung oleh Rodt (2008) mengganti- pada hari ke 7 dan hari ke 14 jahitan sudah
ganti posisi di tempat tidur, berjalan dan dapat dilepas semua walaupun dari indeks
melakukan gerakan-gerakan yang masa tubuh klien ada 2 orang yang kurus
dianjurkan dokter atau perawat akan sedangkan pada kelompok minor rata-rata
memperbaiki sirkulasi sehingga terhindar pasien sudah dapat pulang pada hari ke 4
dari resiko pembekuan darah karena sedangkan di kelompok kontrolnya pasien
pulang pada hari ke 7.

110
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2,Desember 2011 :106-113

Table 3. Analisis Penyembuhan Luka Responden Post Operasi Abdomen kelompok


Kontrol dengan Perlakuan pada Pembedahan Mayor dan Minor

Kelompok Mean Peningkatan SD p


rata-rata
Bedah Mayor
Kontrol 5 5 0.000 0.000
Perlakuan 10 0.000
Bedah Minor
Kontrol 4.9 5,1 0.316 0.000
Perlakuan 10 0.000

Pada tabel 4 digambarkan terdapat terganggu, dimana silia bronkkus yang


peningkatan rata-rata fungsi pernafasan bekerja normal mendorong
pada responden post operasi abdomen pada sekret dengan demikian reflek batukpun
kelompok perlakuan bedah mayor dibanding menurun dan kebersihan paru akan
dengan kelompok kontrol bedah mayor terganggu akibat terkumpunya sekret
sebesar 2,1 maupun pada kelompok sehingga mdah terjadi infeksi. Efek anestesi
perlakuan bedah minor dibandingkan umum adalah istirahat seluruh sistem dalam
dengan kontrol bedah minor sebesar 0,6.. tubuh termasuk sistem pernafasan hal ini
Setelah dianalisa dengan menggunakan uji dapat menyebabkan Sekret yang menetap di
mann whitney didapatkan peningkatan bronkus dan paru akan menyebabkan
fungsi pernafasan pada kelompok perlakuan pertumbuhan bakteri yang selanjutnya
dibandingkan dengan kelompok control berkembang menjadi pneumonia. Infeksi
pada bedah mayor dengan nilai p<0,05 yaitu pulmonal tetap berkembang mesti dilakukan
p = 0.000. namun tidak terjadi peningkatan intervensi untuk pencegahannya. Sekret
fungsi pernafasan pada kelompok yang stagnasi dapat dikurangi dengan
perlakuan bedah minor dibandingkan mengubah posisi setiap dua jam sekali dan
dengan kelompok kontrol bedah minor fisioterapi dada dengan menggunakan
dengan nilai p>0,05 yaitu p = 0.067. teknik posisi untuk mengalirkan sekret dari
Hal ini sesuai menurut Flanagan dan segmen paru (Potter & Perry, 2006).
Mark-Maran,1997 yang menyatakan Perawat harus mengajarkan kepada klien
meningkatkan aktivitas fisik atau untuk nafas dalam dan batuk pada saat
dilakukannya mobilisasi dini pasca bedah puncak efek analgesik yang terjadi 20-30
akan meningkatkan sirkulasi, nutrisi serta menit setelah pemberian obat (Potter &
pengobatan yang adekuat pada luka pos Perry, 2006). Mobilisasi merupakan faktor
operasi. Seiring dengan Garrison (2004) yang menonjol dalam mempercepat
menyatakan salah satu manfaat dari penyembuhan atau pemulihan luka pasca
mobilisasi dini adalah meningkatkan fungsi bedah serta optimalnya fungsi pernafasan.
paru. Pasien dengan operasi mayor selalu Banyak keuntungan yang dapat diraih dari
menggunakan obat analgesik latihan naik turun tempat tidur dan berjalan
(antinyeri),penggunaan obat-obat nyeri pada periode dini pasca bedah, diantaranya
pasca operasi dapat menekan pusat peningkatan kecepatan kedalaman
pernafasan sehingga frekuensi pernapasan pernapasan, peningkatan sirkulasi,
dan pengembangan paru menurun, peningkatan berkemih dan metabolisme
pengeluaran lendir dari paru-paru juga akan (Taylor, 1997).

111
Gusty, Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen…

Pada kelompok bedah minor tidak klien dengan operasi minor baik control dan
terdapat perbedaan bermakna fungsi perlakuan pernafasan normal.yang
pernafasan pada kelompok perlakuan menghambat klien bergerak adalah karena
minor.hal ini bisa dikarenakan anestesi yang nyeri yang ditimbulkan akibat operasi
digunakan hanya spinal dan tidak mengenai sehingga hanya ada 3 orang yang
system pernafasan,klien masih bisa bernafas menurunnya reflek batuk pada hari 1 post
normal. Berdasarkan hasil pengamatan operasi.
peneliti bahwa selama proses penyembuhan

Table 4. Analisis Fungsi Pernafasan Responden Post Operasi Abdomen kelompok


Kontrol dengan Perlakuan pada Pembedahan Mayor dan Minor

Kelompok Mean Peningkatan SD p


Rata-rata
Bedah Mayor
Kontrol 5,9 2,1 0.875 0.000
Perlakuan 8 0.000
Bedah Minor
Kontrol 7,4 0,6 0.966 0.067
Perlakuan 8 0.000

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Pemberian mobilisasi dini sesuai
prosedur sangat membantu percepatan Brunner & Suddarth, 2002. Bedah Buku
penyembuhan luka operasi yang mengalami Ajar Medikal Vol 2 Ed 8. Jakarta:
post operasi abdomen baik untuk bedah EGC.
mayor maupun minor sehingga Barbara C. Long, 1996. Praktek
penyembuhan bisa sesuai dengan konsep Keperawatan Medikal Bedah.
teori serta lama rawatan menjadi Jakarta: EGC.
memendek. Ebell Mark, (2005). Early Mobilization
Selanjutnya Pemberian mobilisasi Better for Acute Limb Injuries.
dini sesuai prosedur sangat membantu Diakses pada tanggal 18 Januari
meningkatkan fungsi pernafasan khususnya 2010 dari
untuk pasien mengalami tirah baring lama http://proquest.umi.com/pqdweb?did
pada pasien pasca operasi mayor abdomen =797615551&sid=1&Fmt=3&clientl
sehingga dapat mencegah timbulnya d=45625&RTQ=309&VName=PQD
komplikasi gangguan pernafasan Effendy N., (1998). Dasar – Dasar
Peneliti menyarankan kepada RS Keperawatan kesehatan Masyarakat.
agar menyediakan sarana dan prasana untuk Jakarta: EGC.
kelancaran penyuluhan mobilisasi dini pasca Ester Monica, (2001). Keperawatan Medikal
pembedahan. Bedah : Pendekatan Sistem Gastro
Perawat harus lebih memotivasi kliennya intestinal. Jakarta : EGC
untuk melakukan mobilisasi dini post Garrison, (2004). Dasar-dasar Terapi dan
operasi abdomen dan bila perlu diperlukan Latihan Fisik. Jakarata : Hypocrates
pendampingan Kozier B., (1995). Fundamental of
Nursing;Concepts,Process, and
Practice Redwood City. California

112
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2,Desember 2011 :106-113

Niven Neil, (2002). Psikologi Kesehatan. Priharjo, 1997. Pemenuhan Kebutuhan


Alih bahasa : Waluyo, Agung. Aktivitas. Jakarta : EGC
Jakarta : EGC. Rustam, (1992). Sinopsis obstetri. Jakarta :
Notoatmojo S., (2003). Pendidikan dan EGC
Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Syahlinda, (2008). Efektifitas pedoman
Cipta mobilisasi terhadap penyembuhan
Notoatmojo S., (1997). Ilmu Kesehatan luka pada pasien paska laparatomi di
Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. irna b (bedah) RS. Dr. M. Jamil
Okwerita, (2008). Pengaruh Penyuluhan
Terhadap Mobilisasi Dini Pasca
Bedah Sesar Di Ruangan Kebidanan
RSUD Sungai Dareh. Padang :
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran UNAND. .
Potter & Perry, (2006). Fundamental
Keperawatan (Edisi 4). Jakarta :
EGC

113

You might also like