You are on page 1of 25

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAN MASYARAKAT

KELURAHAN (LPMK) DALAM PELAKSANAAN


PEMBANGUNAN PERSPEKTIF PERATURAN
MENTERI DALAM NEGERI NO 5 TAHUN 2007 DI
KELURAHAN BANJARDOWO

MANUSKRIP

Oleh
MUHAMAD NASTAIN
8111413132

Gd. K-1, Kampus Sekaran Gunung Pati, Semarang 50229


Telp/Fax. (024) 8507891-70709205
Laman: www.fh.unnes.ac.id, Email: fh@unnes.ac.id, twitter:@fh_unnes

1
2
Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Perspektif Peraturan Menteri
Dalam Negeri No 5 Tahun 2007 Di Kelurahan Banjardowo
Muhammad Nastain1. 2018. Rodiyah2.
Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
muhamadnastain17@gmail.com
ABSTRAK
LPMK Banjardowo merupakan lembaga yang bermitra dengan Kelurahan
Banjardowo dan bertugas untuk menyusun rencana pembangunan. Peran LPMK
Banjardowo belum diketahui secara pasti sudah teralisasi atau belum. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga
Kemasyarakatan menyatakan tentang tugas dan fungsi LPMK. Tugas dan fungsi
tersebut dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui pelaksanaan peran
LPMK Banjardowo. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana peran LPMK
dalam Pelaksanaan Pembangunan persspektif Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 5 Tahun 2007 di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang? dan
Apa Kendala LPMK dalam Pelaksanaan Pembangunan di Kelurahan Banjardowo
Kecamatan Genuk Semarang? Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran
dan menemukan kendala LPMK dalam Pelaksanaan Pembangunan di Kelurahan
Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang.
Konsep dan teori yang yang digunakan adalah teori welfarestate demokrasi di
Indonesia. Penelitian ini juga menggunakan teori peran dan konsep peran. Konsep
LPMK dalam perspektif Permendagrp Nomor 5 Tahun 2007, Konsep pemberdayaan
dan konsep otonomi daerah dalam perspektif Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014.
Pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yuridis-sosiologis. Sumber
data penelitian ini yaitu primer, sekunder, dan tertier. Teknik pengambilan data
dengan wawancara, dokumentasi, dan observasi dengan cara pengapatan terhadap
kegiatan LPMK banjardowo. Validitas data menggunakan triangulasi dan
menggunakan analisis data menggunakan interactive analisys models.
Hasil penelitian menunjukkan (1) Peran LPMK Banjardowo dilihat dari tugas
dan fungsi LPMK Banjardowo, LPMK Banajrdowo telah melaksanakan tugas dan
fungsi sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007. tetapi masih ada
tugas dan fungsi dari LPMK Banjardowo yang harus diperbaiki dan ditingkatkan.
(2)Kendala secara internal LPMK terkait sumber daya manusia anggota LPMK
Banjardowo dan penyampaian dari LPMK yang masih kurang, kendala secara
eksternal terkait dengan partisipasi masyarakat yang kurang dan program yang telah
ditetapkan pemerintah kota. Disarankan LPMK Banjardowo untuk dapat
melaksanakan tugas dan fungsi secara baik dan keseluruhan serta meminimalisir
kendala yang dihadapi.

Kata Kunci : LPMK; Peran ; Permendagri; Banjardowo

1
Mahasiswa
2
Pembimbing
3
4

Role of Village Community Empowerment Institution (VCEI) in the


Implementation of Development of the Minister of Home Affairs's perspective
Number 5 Year 2007 in Banjardowo Village Sub District Genuk Semarang.
Muhammad Nastain3, 2018. Rodiyah4.
Faculty of Law State University of Semarang
muhamadnastain17@gmail.com
ABSTRACT
VCEI Banjardowo is an institution that partnered with Banjardowo and
is tasked to develop a development plan. The role of VCEI Banjardowo is not yet
known to have been realized or not. Regulation of the Minister of Home Affairs
Number 5 Year 2007 on Guidelines for Structuring of Community Institutions
states about the duties and functions of VCEI. These duties and functions can serve
as indicators to know the implementation of the role of VCEI Banjardowo. The
formulation of this research problem is how the role of VCEI in the Implementation
of Development perspective of Minister of Home Affairs Regulation Number 5
Year 2007 in Banjardowo Village Sub District Genuk Semarang? and What
Obstacles VCEI in the Implementation Pembangunandi Banjardowo District
Genuk Semarang The purpose of this study is to describe the role and finds
obstacles VCEI in the Implementation of Development in Banjardowo Village
District Genuk Semarang.
The concept and theory used is the theory of welfareate democracy in
Indonesia. This research also uses role theory and role concept. The concept of
VCEI in the perspective of Permendagrp Number 5 Year 2007, the concept of
empowerment and the concept of regional autonomy in the perspective of Law
number 23 of 2014. Qualitative research approach to the type of
juridical-sociological research. The data sources of this research are primary,
secondary, and tertiary. Technique of data retrieval by interview, documentation,
and observation by applying to VCEI banjardowo.Validity of data using
triangulation and using data analysis using interactive analisys models.
The results of the study show that (1) The role of VCEI Banjardowo is
seen from the task and function of VCEI Banjardowo, VCEI Banajrdowo has
carried out its duties and functions according to the Minister of Home Affairs
Regulation Number 5 of 2007. but there are still duties and functions of VCEI
Banjardowo which must be improved and improved. (2) VCEI internal constraints
related to the human resources of VCEI members Banjardowo and the submission
of VCEI which is still lacking, externally constraints related to poor community
participation and programs established by the municipality. It is suggested VCEI
Banjardowo to be able to perform tasks and functions well and overall and
minimize the constraints faced.

Keywords: VCEI; Role; Ministery Law of Home Affairs; Banjardowo

3
College student
4
advisor

4
5

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 2007 tentang

Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan memberikan wadah bagi warga

masyarakat untuk terlibat langsung dalam upaya peningkatatan pembangunan

melalui lembaga masyarakat yang terdapat di tingkat wilayah kelurahan. Peran

aktif masyarakat sangat berpengaruh demi terciptanya pembangunan secara

partisipatif baik dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Lembaga

Masyarakat Kelurahan dibentuk untuk membantu Lurah dalam pelaksanaan

pembangunan di tingkat Kelurahan.

Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Kota Semarang merupakan

salah satu wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kota Semarang dalam

wilayah kerja Kecamatan Genuk yang menjalankan fungsi pemerintahan di

wilayah tingkat bawah. Menurut penjelasan dari Lurah Banjardowo, “Kelurahan

Banjardowo Secara langsung berinteraksi dengan masyarakat dalam

memberikan pelayanan publik mewakili pemerintah pusat. Kelurahan

Banjardowo memilikiluas wilayah 324,16 Ha, terbagi dalam 47 RT dan 8 RW

dengan Jumlah Penduduk 9830 jiwa”.5

Perencanaan Pembangunan di Kelurahan Banjardowo selama ini

dilaksanakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarkat Kelurahan (LPMK)

Kelurahan Banjardowo. Sebagai mitra dari pemerintah kelurahan LPMK

5
Wawancara dengan Sumarjono Lurah Banjardowo pada 23 Februari 2018 di Kantor
Kelurahan Banjardowo.

5
6

Banjardowo mewakili warga masyarakat dalam penyampaian aspirasi

pembangunaan. Tercatat hingga saat ini sudah ada beberapa program yang

diusulkan oleh LPMK dalam upaya pelaksanaan pembangunan di kelurahan

Banjardowo. Menurut hasil laporan tahunan LPMK Banjardowo tahun 2017

LPMK telah mengusulkan pembangunan berupa pavingisasi jalan dengan

volume pengerjaan seluas 685 M3 dan pembuatan talut saluran air dengan

volume 235 M3 pengerjaan ini telagh memakan dana sebesar Rp 589.000.000;

namun pembangunan yang dilakukan belum dapat mengatasi permasalahahan

yang ada di masyarakat seperti permasalahan banjir dan sampah yang selama

ini dikeluhkan oleh masyarakat.6

LPMK mempunyai tugas yan tertuang dalamPasal 8 Peraturan Menteri

Dalam Negeri no 8 Tahun 2018

“Lembaga Pemberdayaan Masyarakat desa atau Kelurahan


(LPMD/LPMK)/ Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau
Kelurahan (LKMDILKMK) atau sebutan nama lain sebagaimana
dimaksud asal 7 huruf a mempunyai tugas menyusun rencana
pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong
royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan
pembangunan” (Permendagri No 5 Tahun 2007)7
Dalam melaksanakan tugasnya LPMK mempunyai fungsi yang

tertuang dalam Pasal 9 Peraturan menteri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007,

adapun fungsi tersebut adalah8 :

6
Laporan Tahunan LPMK Banjardowo Tahun 2017
7
Peraturan Mentri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan
Lembaga kemasyarakatan
8
Ibid

6
7

a. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam


pembangunan;
b. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara kesatuan
Republik Indonesia;
c. Peningkatan Kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah
kepada masyarakat;
d. Penyusunan rencana, pelaksanaan pelestarian dan
pengembangan hasil hasil pembangunan secara partisipatif;
e. Penumbuh kembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi,
serta swadaya gotong royong masyarakat;
f. Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi
sumberdaya alam serta keserasian lingkungan.

Tingginya angka anak putus sekolah di Kelurahan Banjardowo

mengakibatnkan tingkat SDM rendah Sehingga berdampak pada kedewasan

serta peran aktif dari warga dalam penyerapan aspirasi masyarakat yang

dilaksanakan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan. Sehingga

pihak LPMK juga kebingungan dalam menentukan prioritas utama

pembangunan yang akan di dahulukan. Beberapa indikasi permasalahan di atas

tentunya berakibat pada kurang maksimalnya peran Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPMK) Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk dalam

menjalankan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan latar belakang diatas fokus permasalahan dalam penelitian

ini yang hendak dikaji adalah : (1) Bagaimana implementasi peran Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam Pelaksanaan

Pembangunan perspektif Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun

2007 di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang? (2)Apa faktor

kendala Lembaga Pemberdayan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dalam

7
8

Pelaksanaan Pembangunan perspektif Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

5 Tahun 2007 di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang.

B. METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan

jenis penelitian yuridis sosiologis menggunakan sumber data primer,

sumber data sekunder dan sumber data tersier dengan teknik pengumpulan

data wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi serta menggunakan

validitas data dengan teknik analisis kualitatif dimana data yang diperoleh

disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara kualitatif agar dapat

kejelasan masalah yang diteliti.9

C. HASIL PENELITIAN

1. Implementasi Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Kelurahan dalam Pelaksanaan Pembangunan Prespektif

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 di

Kelurahan Banjardowo

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007

Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan Pasal 2 Menjelaskan

Bahwa “di desa dan dikelurahan dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan

yang dapat dibentuk atas prakarsa masyarakat yang difasilitasi oleh

pemerintah melalui musyawarah dan mufakat dan pembentukan itu

9
Moeleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya

8
9

ditetapkan dalam Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Daerah

Kabupaten/ Kota”.10

Teori peran yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto menerangkan

banhwa “peran dalam konteks hukum meliputi tugas, fungsi dan wewenang

aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sebagai aspek

yuridis peran tersebut.11 Kaitan dengan peran LPMK maka identifikasi peran

LPMK akan dilakukan berdasarkan dari tugas dan fungsi LPMK khusunya

LPMK Banjardowo.

1.1. Tugas Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dalam

Pelaksanaan Pembangunan Prespektif Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 5 Tahun 2007 di Kelurahan Banjardowo

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa LPMK mempunyai tugas dan fungsi

dalam menjalankan perannya. Pasal 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

5 Tahun 2007 bahwa LPMK mempunyai tugas menyusun rencana

pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong

masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Tugas LPMK

tersebut harus dilaksanakan oleh seluruh LPMK termasuk LPMK Banjardowo.

Implementasi tugas LPMK banjardowo dapat dilihat sebagai berikut.

10
Peraturan Menteri Dalam Negeri Loc.cit.
11
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2002 Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. h.225
9
10

1.1.1. Membantu Pemerintah Kelurahan dan Sebagai Mitra Bagi

Kelurahan Dalam Memberdayakan Masyarakat Kelurahan.

Tugas LPMK membantu pemerintah Kelurahan dan juga sebagai mitra

bagi Kelurahan dalam memberdayakan masyarakat kelurahan. tugas tersebut

tidak secara eksplisit dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun

2007. Hasil penelitian yang peneliti lakukan menyatakan bahwa LPMK

Banjardowo telah melaksanakan tugas tersebut yaitu membantu pemerintah

kelurahan dan juga sebagai mitra bagi kelurahan dalam memberdayakan

masyarakat kelurahan. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan Sarjono Lurah

Banjardowo. Sarjono menyatakan bahwa :

“LPMK sebagai Patner kerja kelurahan maupun pak lurah dari


organisasinya itu emang beda dari lembaga masyarakat dan
satunya dari pemerintah tetapi untuk masalah pekerjaan kita
saling membantu”.12.

Sarjono juga menyatakan bahwa LPMK Banjardowo sudah berjalan dengan

bagus yang artinya LPMK Banjardowo telah melaksanakan tugasnya yaitu

salah satunya membantu pemerintah kelurahan dan juga sebagai mitra bagi

kelurahan dalam memberdayakan masyarakat kelurahan.

1.1.2. Menyusun rencana pembangunan secara partisipatif

Tugas LPMK Banjardowo terkait penyusunan program kerja dalam satu

tahun dapat dilihat dari LPMK Banjardowo ketika merumuskan dan menyusun

program kerja selama satu tahun Samsul Hadi Ketua LPMK Banjardowo secara

tidak langsung menyatakan bahwa penyusunan program kerja LPMK

12
wawancara dengan Sarjono Lurah Banjardowo pada tanggal 15 Februari
2018 di Kantor Kelurahan Banjardowo
10
11

Banjardowo sudah sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-undangan.

Pasal 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 menyatakan

bahwa tugas LPMK adalah menyusun rencana pembangunan secara partisipatif.

Artinya program kerja yang disusun oleh LPMK jika berkaca pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 adalah penyusunan

program kerja yang dilakukan secara partisipatif. Karena pengertian rencana

pembangunan dapat dikaitkan dengan program kerja. Seperti yang disampaikan

oleh Samsul Hadi bahwa LPMK Banjardowo dalam menyusun program kerja

sudah sesuai dengan ketentuan peraturan-perundang-undangan yaitu

penyusunan program kerja yang dilakukan secara partisipatif. Pernyataan

Samsul Hadi Ketua LPMK Banjardowo sebagai berikut:

“Bekerja sama dengan RT RW, dalam bekerja LPMK tidak


bisa lepas dariRT RW dan elemen masyarakat sehingga setiap
program kerja selalu melibatkan masyarakat”.13

penyusunan program kerja LPMK Banjardowo selalu melibatkan peran serta

dari masyarakat sehingga partisipasi dari masyarakat dapat terakomodir oleh

LPMK yang diimplementasikan dalam program kerja.

Penyusunan rencana pembangunan secara partisipatif yang dilakukan

oleh LPMK Banjardowo jika melihat data kegiatan pembangunan dapat

dikatakan telah dilakukan secara partisipatif. Hal tersebut dapat dilihat dari

penyusunan program pembangunan yang hampir merata di RT/RW Kelurahan

Banjardowo. Penyusunan rencana program pembangunan LPMK Banjardowo

13
wawancara dengan Samsul Hadi Pada 18 Februari 2018 di Kantor
LPMK Banjardowo
11
12

dapat dilihat pada Tabel4.1 tentang Rencana Pembangunan Kelurahan

Banjardowo :

Tabel 4.1 Rencana Pembangunan Kelurahan Banjardowo

Ukuran/
Biaya
No Kegiatan Lokasi Volume
(Rp)
(m³)
1 Peninggian dan pavingisasi RT 03 RW 2 75 60.000.000
jalan
2 Peninggian dan pavingisasi RT 04 RW 2 75 60.000.000
jalan
3 Peninggian dan pavingisasi RT 03 RW 8 100 60.000.000
jalan
4 Peninggian dan pavingisasi RT 01 RW 4 85 65.000.000
jalan
5 Peninggian dan pavingisasi RT 05 RW 4 75 60.000.000
jalan
6 Pavingisasi jalan RT 03 RW 6 200 60.000.000
7 Peninggian dan pavingisasi RT 06 RW 6 75 60.000.000
jalan
8 Peninggian jalan RT 03 RW 7 120 70.000.000
9 Peninggian dan pavingisasi RT 05 RW 3 100 70.000.000
jalan
10 Pembangunan talud saluran RT 01 RW 1 110 70.000.000
11 Pembangunan talud saluran RT 02 RW 8 75 60.000.000
12 Pembangunan talud saluran RT 02 RW 5 125 74.500.000
Jumlah 469.500.000

1.1.3. Menggerakan Swadaya Gotong Royong Masyarakat

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa sudah tidak

ada lagi gotong royong atau swadaya yang dilakukan oleh masyarakat

Kelurahan Banjardowo dalam hal pembangunan.

Hal tersebut dikarenakan pembangunan di Kelurahan Banjardowo mulai

sekarang dikerjakan oleh pemborong atau pihak ketiga. Agus anggota LPMK

Banjardowo bagian pemuda dan olahraga menyatakan bahwa:

12
13

“ya seperti yang tadi saya sampaikan mas, karena proyek yang
turun dari pemerintah sekarang langsung turun ke pemborong
atau Pelaksana Lapangan (PL) jadi dalam upaya pembangunan
ya tidak melibatkan masyarakat karena masyarakat sekarang
hanya tau jadinya saja”.14

Oleh karena itu unsur gotong royong dan swadaya dari masyarakat

Kelurahan Banjardowo khususnya yang berkaitan dengan pembangunan fisik

atau pembangunan infrastruktur di Kelurahan Banjardowo sudah tidak lagi

diterapkan. Kondisi tersebut tentu berbalik dengan tugas yang diamanatkan oleh

Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 5 Tahun 2007 yang salah satunya

menyatakan bahwa tugas LPMK adalah menggerakan menggerakan swadaya

gotong royong masyarakat.

1.1.4. Melaksanakan Dan Mengendalikan Pembangunan.

LPMK Banjardowo dalam melaksanakan dan pembangunan berdasarkan

hasil penelitian adalah LPMK Banjardowo hanya mengawasi terkait dengan

pembangunan. Pemeliharaan atau perawatan pembangunan tidak dilakukan oleh

LPMK Banjardowo. Pernyataan tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh

salah satu anggota LPMK Banjardowo. Agus selaku anggota LPMK

menyatakan bahwa:

“LPMK itu hanya pengawasan tidak melakukanperawatan. Jadi


LPMK tidak melakukan perawatan tetapi ketika ada kerusakan
LPMK mengusulkan pembangunan terhadap fasilitas yang rusak
tadi. Jadi LPMK tidak melakukan perawatan hanya pengawasan
dan pengusulan pembangunan”15

14
wawancara dengan Agus Anggota LPMK pada 23 Februari 2018 di Kantor
LPMK
15
wawancara dengan Agus Anggota LPMK pada 23 Februari 2018
di Kantor LPMK.

13
14

Pernyataan tersebut tentu sangat kontaproduktif dengan tugas LPMK

sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 yang

salah satunya menyatakan bahwa tugas LPMK adalah melaksanakan dan

mengendalikan pembangunan. Jika LPMK Banjardowo tidak melakukan

perawatan khususnya pada hal pembangunan maka dapat dipastikan LPMK

Banjardowo tidak atau belum malaksanakan tugas LPMK terkait dengan

mengendalikan pembangunan dengan keseluruhan.

1.2. Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan dalam

Pelaksanaan Pembangunan Prespektif Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 5 Tahun 2007 di Kelurahan Banjardowo

Pembahasan mengenai fungsi LMPK akan dibatasi pada fungsi LPMK

sesuai dengan Pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007.

Artinya pembahasan tentang fungsi LPMK Banjardowo hanya berkaitan dengan

fungsi yang telah ditentukan dalam Pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 5 Tahun 2007. Fungsi LPMK menurut Pasal 9 Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 5 Tahun 2007 menyatakan bahwa fungsi LPMK adalah:

1.2.1. Penampungan Dan Penyaluran Aspirasi Masyarakat Dalam

Pembangunan.

Peneliti menyimpulkan terkait dengan perbedaan pendapat tersebut

bahwa LPMK Banjardowo sesungguhnya telah melaksanakan tugas dalam hal

pembangunan telah berupaya untuk menyerap dan menyalurkan aspirasi

masyarakat Kelurahan Banjardowo.

14
15

Adanya salah satu atau beberapa masyarakat Kelurahan Banjardowo

yang belum merasa bahwa LPMK sudah sesuai dengan fungsinya yaitu

menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat Kelurahan Banjardowo dapat

terjadi karena beberapa hal. Hal yang mendasar yang melatarbelakangi adanya

salah satu atau beberapa masyarakat Kelurahan Banjardowo terkait dengan

fungsi LPMK Banjardowo yang belum menyerap dan menyalurkan aspirasi

masyarakat Kelurahan Banjardowo dalam hal pembangunan dikarenakan

LPMK Banjardowo belum dapat menyentuh seluruh masyarakat Kelurahan

Banjardowo.

1.2.2. Penanaman Dan Pemupukan Rasa Persatuan Dan Kesatuan

Masyarakat Dalam Kerangka Memperkokoh Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Hasil penelitian menunjukan bahwa LPMK Banjardowo telah

melaksanakan fungsi tersebut. Agus yang merupakan anggota LPMK

Banjardowo menyatakan bahwa:

“Setiap bulan agustus kita adakan kegiatan perlombaan dan


upacara dan seperti kegiatan di bulan bulan tertentu seperti
sedekah bumi dan lain sebagainya, itu juga dapat mempererat
rasa persatuan” .16
Pernyataan dari Agus selaku anggota LPMK Banjardowo setidaknya

adapat dijadikan alasan bahwa memang benar LPMK Banjardowo telah

menjalankan fungsi untuk melakukan menanamkan dan pemupukan rasa

persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan rutin yang

16
Ibid

15
16

dilakukan oleh Kelurahan Banjardowo bersama LPMK Banjardowo seperti

memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Upacara

Bendera pada tanggal 17 Agustus serta perkuatan rasa persatuan dengan tradisi

Sedekah Bumi. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat memberikan nilai untuk

menanamkan dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam

kerangka memperkokoh NKRI.

1.2.3. Peningkatan Kualitas Dan Percepatan Pelayanan Pemerintah

Kepada Masyarakat

Peneliti dalam melakukan penelitian menemukan data bahwa LPMK

Banjardowo ikut terlibat dalam pengawasan pelayanan pemerintah kepada

Masyarakat. Agus anggota LPMK menyatakan bahwa:

“Dengan pendekatan kepada perangkat kelurahan agar pelayanannya


lebih bermanfaat bagi masyarakat. LPMK melakukan pendampingan
dengn cara peneguran terhadap pegawai kelurahan yang dinilai kurang
efektif” dulu sebelum LPMK ada masyarakat mengalami kendala
pelayanan yang sangat lambat di pelayanan publik semenjak ada LPMK
pelayanan menjadi cepat karena ada peran pengawasan dari LPMK
yang mewakili masyarakat”.17
Pernyataan dari Agus dapat menandakan bahwa LPMK Banjardowo telah ikut

serta untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. LPMK

Banjardowo melalui pengawasan yang dilakukan terhadap Pemerintah

Kelurahan Banjardowo telah mampu meningkatkan pelayanan pemerintah

kepada masyarakat. Kondisi tersebut tentu menjadikan LPMK Banjardowo

sebagai lembaga yang ikut membantu Pemerintah Keluraha Banjardowo dalam

rangka meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

17
Ibid

16
17

1.2.4 Penyusunan Rencana, Pelaksana, Pengendali, Pelestarian Dan

Pengembangan Hasil - Hasil Pembangunan Secara Partisipatif

LPMK Banjardowo dapat dikatakan telah melaksanakan fungsi

penyusunan rencana, pelaksana, pengendali, pelestarian, dan pengembangan

hasil-hasil pembangunan secara partisipatif apabila LPMK Banjardowo telah

mampu melaksanakan tugas yang berkaitan dengan penyusunan rencana,

pelaksana, pengendali, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan

secara partisipatif. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memberikan data

bahwa LPMK Banjardowo dalam melaksanakan fungsi penyusunan rencana,

pelaksana, pengendali, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan

secara partisipatif sebenarnya telah ada upaya yang dilakukan oleh LPMK

Banjardowo. Tetapi dalam kenyataannya masih mengalami kendala. Agus

menyatakan bahwa:

“Dalam upaya perencanaan pelaksanaan pelestarian dan


pengemabngan hasil pembangunan yang ada selama ini LPMK
sudah maksimal mengupayakan agar semua hasil pembangunan
di manfatkan dan dikembangkan guna memberdayakan
masyarakat sekitar, akan tetapi selalu terkendala dengan
perijinan atau wewenang dari dinas dinas terkait. Contohnya di
banjardowo ini kan ada pasar yang sudah di bangun namun
kosong tidak ada aktivitas jual beli. Sebenarnya LPMK ingin
mengembangkan dan memanfaatkan pasar spaya dapat
diamanfaatkan oleh warga namun terkendala dengan wewenang
yang dimiliki oleh dinas pasar karena itukan menajdi tanggung
jawab dinas pasar. Jadi LPMK susah untuk masuk
kedalamnya”.18

18
Ibid

17
18

Artinya upaya LPMK Banjardowo dalam menyusun rencana, pelaksana,

pengendali, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara

partisipatif belum terlaksana secara menyeluruh. Upaya LPMK Banjardowo

kedepan dalam rangka melaksanakan fungsi penyusunan rencana, pelaksana,

pengendali, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara

partisipatif harus didukung dan diberikan kemudahan oleh berbagai pihak. Hal

tersebut agar LPMK dapat melaksanakan fungsinya dan juga dapat turut serta

untuk melakukan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan.

1.2.5 Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta

swadaya gotong royong masyarakat

LPMK Banjardowo jika melihat dari hasil penelitian yang peniliti

lakukan maka LPMK Banjardowo seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

bahwa sudah tidak ada lagi gotong royong atau swadaya yang dilakukan oleh

masyarakat Kelurahan Banjardowo dalam hal pembangunan. Hal tersebut

dikarenakan pembangunan di Kelurahan Banjardowo mulai sekarang dikerjakan

oleh pemborong atau pihak ketiga. Agus selaku anggota LPMK Banjardowo

menyatakan bahwa:

“ya seperti yang tadi saya sampaikan mas, karena proyek


yang turun dari pemerintah sekarang langsung turun ke
pemborong atau Pelaksana Lapangan (PL) jadi dalam upaya
pembangunan ya tidak melibatkan masyarakat karena
masyarakat sekarang hanya tau jadinya saja”.19

Jika swadaya dan gotong royong dalam hal pembangunan sudah tidak

dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Banjardowo karena pembangunan

19
wawancara dengan Agus 23 Februari 2018 di Kantor LPMK Bajardowo
18
19

dilaksanakan oleh pihak lain maka fungsi LPMK Banjardowo dalam

mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya masyarakat tidak

terlaksana. Kedepan seharunsya funmgsi tersebut harus tetap dilaksanakan dan

tidak hanya terjebak pada hal pembangunan saja sehingga budaya partisipasi,

gotong royong, dan swadaya tetap dilakukan oleh masyarakat Kelurahan

Banjardowo dengan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat.

1.2.6 Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya

alam serta keserasian lingkungan hidup.

LPMK Banjardowo dalam kaitan ini tentu juga harus melaksanakan

fungsi tersebut. Penelitian yang peeliti lakukan memberikan kesimpulan, bahwa

terkait dengan pendayagunaan, dan pengembangan sumber daya alam, LPMK

Banjardowo belum melaksanakan hal tersebut. Hal itu dikarenakan LPMK

Banjardowo sedang fokus dalam pembangunan infrastruktur dan

pengembangan potensi wisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Agus selaku Anggota LPMK Banjardowo menyatakan bahwa:

“Selama ini untuk pendayagunaan dan pengembangan SDA


belum pernah dilakukan di LPMK banjardowo ini karena LPMK
saat ini fokus kepada pengembangan pembangunan insfrastruktur
yang ada. Jadi belum mengembangkan SDA yang ada. paling
nanti setelah polder itu jadi dikembangkan sebagai sarana
rekreasi masyarakat sehinga menumbuhkan atau menaikan
ekonomi masyarakat yang ada di sekitar”.20

Peran LPMK Banjardowo dalam melakukan pemberdayaan masyarakat

di Kelurahan Banjardowo telah diidentifikasi dengan tugas dan fungsi LPMK

Banjardowo. Teori peran yang disampaikan oleh Soerjono Soekanto telah

20
Ibid

19
20

dihubungkan dengan peran LPMK Banjardowo. Teori peran menurut Soerjono

Soekanto bahwa peran dalam konteks hukum meliputi tugas, fungsi dan

wewenang aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sebagai

aspek yuridis peran tersebut. Artinya peran LPMK Banjardowo telah berhasil

diidentifikasi berdasarkan tugas dan fungsi LPMK Banjardowo.

Berdasarkan penjelasan diatas terkait dengan tugas dan fungsi LPMK

Banjardowo maka dapat dikatakan bahwa LPMK Banajrdowo telah

melaksanakan tugas dan fungsi sesuai aturan perundang-undangan yaitu

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007. Walaupun secara

keseluruhan LPMK Banjardowo telah dikatakan telah melaksanakan tugas dan

fungsi tetapi masih ada tugas dan fungsi dari LPMK Banjardowo yang harus

diperbaiki dan ditingkatkan. Hal tersebut mengingat ada salah satu fungsi

LPMK yang berpotensi melanggar Peraturan Walikota. Selain itu juga masih

ada satu atau dua fungsi yang belum terlaksana secara absolut.

2. Kendala Pelaksanaan Peran LPMK dalam Pemberdayaan Masyarakat

Prespektif Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Di

Kelurahan Banjardowo

Faktor kendala yang sedang dihadapi oleh LPMK Banjardowo dalam

menjalankan tugas dan fungsi merupakan bagian yang harus dihadapi dan

diselesaikan oleh LPMK Banjardowo. Hal tersebut agar kendala yang terjadi

tidak mengganggu kinerja dari LPMK Banjardowo dalam menajlankan tugas

dan fungsi. Ada banyak kendala yang dihadapi oleh LPMK Banjardowo yang

dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu kedalam kendala internal dan

20
21

kendala eksternal. Kendala secara internal yaitu terkait sumber daya manusia

anggota LPMK Banjardowo dan penyampaian dari LPMK yang masih kurang,

sedangkan kendala secara eksternal terkait dengan partisipasi masyarakat yang

kurang dan program yang telah ditetapkan pemerintah kota. Terkait dengan

kendala yang dihadapi oleh LPMK Banjardowo dapat dilihat pada Tabel 4.2

D. SIMPULAN

Hasil penelitian yang peneliti lakukan menyimpulkan bahwa peran

LPMK Banajardowo dilihat dari tugas dan fungsi terkait tugas LPMK

Banjardowo maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. LPMK mempunyai tugas yang tidak tertulis dalam Permendagri

Nomor 5 Tahun 2007akan tetapi LPMK Banjardowo melaksanakan

tugas tambahan dalam membantu pemerintah Kelurahan dan juga

sebagai mitra bagi Kelurahan dalam pemberdayaan masyarakat

2. Tugas LPMK dalam menyusun rencana pembangunan secara

partisipatif LPMK telah melakukan tugas menyusun rencana secara

partisipatif melalui penyerapan aspirasi masyarakat saat penyusunan

program kerja tahunan.

3. Tugas LPMK dalma menggerakkan swadaya gotong royong

masyarakattidak dapat diaksanakan oleh LPMK hal ini terkait

adanya kebijakan dari Pemerintah Kota Semarang terkait

pelaksanaan pembangunan yang harus melibatkan pihak ke-3

sehingga masyarakat tidak melaksanakan gotong royong dalam

upaya pembangunan.

21
22

4. Tugas LPMK dalam melaksanakan dan mengendalikan pembangunan

tidak doijalankan secara maksimal karena LPMK hanya sebagai

pengawas pembangunan tidak sebagai pelaksana pembanunan.

Terkait implementasi peran fungsi LPMK dalam pelaksanaan pembangunan di

kelurahan Banjardowo hasil yang di peroleh adalah :

1. LPMK Banjardowo dalam pelaksanaan Fungsi penampungan dan

penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembanunan telah

melaksanakan tugas dalam hal pembangunan telah berupaya untuk

menyerap dan menyalurkan aspirasi masyarakat Kelurahan

Banjardowo.

2. LPMK Banjardowo dalam pelaksanaan fungsi penanaman dan

pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka

memperkokoh NKRI telah melaksanakan fungsi tersebut dengan

cara mengadakan kegiatan yang dapat mempersatukan semangat

persatuan seperti perlombaan pada hari Kemerdekaan Indonesia.

3. LPMK Banjardowo dalam pelaksaan fungsi peningkatan kwalitas

dan percepatan pelayanan kepada masyarakat ikut terlibat dalam

pengawasan pelayanan pemerintah kepada masyarakat sehinga

pelayanan mampu meningkatkan pelayanan pemerintah keapada

masyarakat.

4. LMK Banjardowo dalam pelaksanaan fungsi perencanaan,

pelaksana, pengendali dan pengembangan hasil halil pembangunan

secara partisipatif sebenarnya telah ada upaya yang dilakukan oleh

22
23

LPMK Banjardowo. Tetapi dalam kenyataannya masih mengalami

kendala terkait wewenang dari Dinas tertentu.

5. LPMK Banjardowo dalam penggali, pendayagunaan dan

pengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian

lingkungan hidup LPMK Banjardowo belum melaksanakan hal

tersebut. Hal itu dikarenakan LPMK Banjardowo sedang fokus

dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan potensi wisata

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat

Selain dari peran yang dilakukan oleh LPMK Banjardowo, penelitian

ini juga menyimpulkan terkait dengan kendala yang dihadapi LPMK

Banjardowo dalam melaksankan tugas dan fungsi. Kendala LPMK

Banjardowo terdiri dari kendala internal dan kendala eksternal. Kendala

secara internal yaitu terkait kurang profesionalitasl anggota LPMK

Banjardowo dalam menjalankan tugas dan fugsinya dan penyampaian dari

LPMK Banjardowo yang masih kurang, sedangkan kendala secara eksternal

terkait dengan partisipasi masyarakat yang kurang dan program yang telah

ditetapkan pemerintah kota.

E. UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga skripsi dengan

judul “Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat kelurahan Dalam Pelaksanaan

Pembangunan Prespektif Peraturan Menteri Dalam Negeri No 5 Tahun 2007 Di

Kelurahan Banjardowo” dapat terselesaikan dengan baik.

23
24

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini dapat tersusun dengan baik tidak

terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan kali ini penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang sekaligus dosen pembimbing skripsi yang memberikan

arahan dengan sabar.

3. Dr. Martitah, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang

4. Dani Muhtada, Ph.D Ketua Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan ilmunya yang bermanfaat bagi penulis dikemudian hari.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak. Akhirnya,semoga

skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi perkembangan hukum di

Indonesia.

F. DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Moeleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya

Mubyarto,1994,Keswadayaan Desa Tertinggal. Yogyakarta : Aditya Media.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mammujdi, 2003,Penelitian Hukum Normatif,


Suatu TinjauanSingkat, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.

24
25

Sutopo, H.B.,1998. Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif, Surabaya : UNS


Pers.

Syafrudin, Ateng. 1991. Titik Berat Otonomi Daerah Pada Daerah tingkat II
dam Pembangunannya. Jakata : Rineka Chipta

Sarwono Sarlito Wirawan, 2014. Teori-Teori Pesikologi Sosial. Depok: Raja


Grafindo Persada

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman


Penataan Lembaga Kemasyarakatan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentng Pemerintah Daerah

Jurnal :

Rodiyah. 2013. Aspect Democracy In The Formation Of Regional Regulation1


(Case Study The Formation Of Regional Regulation About Education In
Perspective Socio-Legal). International Journal of Business, Economics
and Law, Vol. 2, Issue 3 (June).

Rodiyah. 2014. The Acceleration Model Of Protection Rights For The Impact
Of Natural Disaster Based On The Local Wisdom Through The
Harmonization Of Legislations. International Journal of Business,
Economics and Law, Vol. 4, Issue 3 (June).

Rodiyah, Waspiah, and Andry Setiyawan. 2015. Acceleration Model In


Obtaining Intellectual Property Rights (Ipr) On Micro, Small And
Medium Enterprises (Smes) In Semarang City Central Java.
International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 6, Issue 4
(Apr)

Rodiyah, 2017. The Policy Of Conservation For Justice Values On Law School
Curriculum On College Incorporated Of Unnes (The Justice Value Based
Policy Of University’s Tridharma). International Journal of Business,
Economics and Law, Vol. 12, Issue 4 (Law).

Internet :

http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx diakses pada 17 Januari


20118

25

You might also like