Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Almayudin
Muhammad Rafiq
Aswia Abda
Iffah Khairiyah Ismayanti
Nur harianti
MA MADANI BINTAN
TAHUN AJARAN 2015-2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5 Inovasi………………………………………………………………………………..9
3.1 Simpulan…………………………………………………………………………….11
3.2 Saran………………………………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ BELAJAR SUKSES DARI JEPANG”.
Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Disamping itu, penulis juga berharap karya tulis ini mampu menjadikan motivasi
terutama kepada para siswa dan siswi MA Madani Bintan agar belajar dari negera Jepang yang
dapat menjadi salah satu negara maju di dunia dengan segala kekurangan yang dimiliki oleh
negara tersebut.
Dengan selesainya karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB II PEMBAHASAN
3
Sesudah PD II perusahaan Jepang yang besar membentuk tiga sistem, yaitu sistem
ketenagakerjaan sepanjang hidup, diorganisasikan menurut perusahaan. Dari ketiga sistem
pekerja menganggap sebagai anggota perusahaannya dan memiliki rasa kesetiaan pada
perusahaannya. Selain itu, bangsa Jepang juga memiliki etos dan budaya kerja yang unik.
Menurut mereka:
Bekerja adalah untuk mendapat kesenangan, bukan sekedar untuk mendapat gaji.
Harus mendewakan langganan.
Bisnis adalah perang. Orang Jepang yang ada di dunia bisnis menganggap bisnis
sebagai perang yang melawan denga perusahaan lain.
Bagi orang Jepang, gaji tidak menjadi motivasi yang kuat. Itulah sebabnya etos dan
budaya kerja tidak berubah. Perusahaan–perusahaan Jepang memilih untuk menjadi langsing dan
ringan.
4
Budaya kerja bangsa Jepang yang diperkenalkan melalui asas ini antara lain pencatatan
waktu, senam pagi sebelum bekerja, bekerja dalam tim, dan penjelasan singkat mempelajari cara
kerja sebelum memulai kerja.
Kaidah dan etika kerja tersebut merupakan ciri-ciri dan budaya kerja di Jepang. Akan
tetapi, budaya kerja tersebut tidak berhasil diterapkan dalam budaya kerja orang Malaysia. Untuk
menerapkan budaya kerja orang Jepang, diperlukan sikap konsisten dan komitmen tinggi. Jika
tidak dilaksanakan sungguh-sungguh, maka akan sia-sia belaka.
Etika kerja orang Jepang berbeda denga etika orang Barat. Bangsa Barat percaya pada
anggapan bahwa sesuatu dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Oleh karena itu, para pekerja di
Barat sering mendesak kenaikan gaji dan hal-hal lain tanpa memperkirakan pengeluaran,
kemampuan, dan pendapatan perusahaan. Bangsa Jepang beranggapan bahwa mereka perlu
bekerja keras dan berusahademi mendapatkan sesuatu.
Uniknya, Jepang adalah negara yang tidak memiki utang luar negeri. Padahal, jika dilihat
pada kondisi yang ada, Jepang tidak memiliki sumber daya alam yang memadai. Alamnya sangat
sulit untuk dikembangkan dan sering ditimpa bencana seperti gempa bumi, letusan gunung
berapi, dan badai topan. Bahkan, 85% kebutuhan energi Jepang juga masih diimpor dari negara-
negara lain.
Meskipun tidak memiliki banyak sumber daya alam, mereka tidak berpangku tangan dan
membiarkan keadaan geografis dan takdir menentukan nasib dan masa depan mereka. Bangsa
Jepang sadar mereka perlu berjuang untuk kesejahteraan hidupnya. Bagi mereka, hidup
merupakan perjuangan. Dalam perjuangan berbagai rintangan dan cobaan harus dihadapi dengan
tabah. Perjuangan itu akan berhasil melalui etika kerja yang teratur, penuh disiplin, kreatif dan
inovatif.
5
Hal tersebut bias mereka capai karena adanya sikap kerja keras, rasa malu untuk
melanggar norma, hemat, loyalitas, inovasi, pantang menyerah, kerja sama kelompok, mandiri,
menjaga tradisi, disiplin, fokus, dan kuatnya budaya baca.
Jelaslah kiranya bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa
Jepang. Sudah sejak lama Jepang menekankan pentingnya semangat belajar bagi masyarakatnya.
Bagi mereka, membaca bukanlah kegiatan yang dipaksakan, melainkan kebutuhan.
Hasilnya, penggunaan waktu secara efisien oleh orang-orang Jepang merupakan sesuatu
yang lumrah disana. Misalnya, mereka terbiasa membaca buku ketika sedang dalam perjalanan
naik densha (kereta listrik). Anak-anak maupun orang dewasa sibuk membaca buku atau koran.
Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca.
Budaya baca masyarakat Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses
penerjemahan buku-buku berbahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan lain-lain.Penerjemahan buku-
buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan. Cara
semacam itu terus berkembang hingga era modern.
Media memiliki peran penting di Jepang sebagai media sosialisasi ilmu pengetahuan dan
teknologi. Media bukan hanya menjadi sarana hiburan, namun juga sarana pendidikan. Acara-
acara televisi di Jepang banyak di isi dengan kuliah-kuliah dari profesor dari pelbagai bidang
pengetahuan, teknologi , serta sosialisasi hasil-hasil penelitian. Bagi bangsa Jepang, ilmu
pengetahuan dan teknologi memang dianggap sebagai tulang punggung perekonomian.
Pemerintah Jepang sangat memperhatikan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru.
Peningkatan profesionalisme guru tentu saja diikuti oleh peningkatan kesejahteraan guru.
Pemerintah menghargai profesi guru dengan memberi insentif yang tinggi.
Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan Jepang dalam merombak pendidikan,
yaitu:
Perhatian pada pendidikan datang dari beberapa pendidikan
Sekolah di Jepang tidak mahal
Jepang tidak melakukan diskriminasi terhadap sekolah
Kurikulum sekolah di Jepang sangat berat, namun dapat diikuti oleh para siswa
6
Disamping itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh The Political and Economic
Risk Consultancy (PERC), lembaga konsultan yang berkedudukan di Hongkong pada akhir
2001 (Republika, 3 Mei 2002) menempatkan Jepang dalam urutan ketiga, di bawah Korea
Selatan dan Singapura, dalam Human Deveploment Index atau indeks pembangunan manusia.
Sampai saat ini Jepang adalah satu-satunya negara di Asia yang mempunyai kedudukan
yang sejajar dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan perekonomian dengan raksasa dunia seperti
AS. Tak heran jika Malaysia pernah menjadikan Jepang sebagai kiblat pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
7
Hal lain yang perlu diperhatikan orang yang ingin berbisnis di Jepang adalah berusaha
menjalin hubungan aisatsu dengan rekan kerja dalam perusahaan dan firma. Aisatsu bermakna
“memberikan ucapan selamat”, tetapi sebenarnya ucapan tersebut bermakna dalam. Meskipun
ucapan tersebut singkat, hal itu dapat mempererat hubungan bisnis dengan perusahaan Jepang.
Sikap ramah perlu ada dalam urusan bisnis. Hindari sikap sombong dan tinggi hati karena
hal itu tidak disukai bangsa Jepang dan juga bangsa manapun di dunia.
2.5 Inovasi
Menurut Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi 1998, “Jepang memiliki pengalaman
ekonomi yang baik dari waktu ke waktu, sejalan dengan pembangunan umat manusianya yang
baik.” Pernyataan Sen ini jelas memberitahukan bahwa fondasi pembangunan ekonomi
kerakyatan Jepang adalah pembangunan kualitas sumber daya manusianya.
Pemerintah membuka jalan kerja sama dengan pihak-pihak di luar negeri untuk alih
teknologi, modal, dan pasar. Secara inovatif dan produktif, rakyat elite mencipta dan
memproduksi industri teknologi. Rakyat kebanyakan mengoperasikan industri teknologi, jasa,
dan servis. Global Competitiveness dari Forum Ekonomi Dunia pada September 2005
mendudukkan inovasi teknologi Jepang pada kualitas nomor satu ranking dunia.
Pada 1997 Prof. Suetmatsu Yoshikazu dari Universitas Nagoya mangatakan bahwa
711.436 industri yang memakai tenaga robot, 58 % dimiliki oleh Jepang, AS 10.8 %, Jerman 9.4
%, dan selebihnya dimiliki Italia, Rusia, serta Korea.
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik
temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.
Contohnya:
Teknik perakitan mobil bukan ciptaan orang Jepang, patennya dimiliki orang AS. Tapi,
ternyata Jepang dengan inovasinya dapat mengembangkan industri perakitan kendaraan yang
lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga lebih murah, ringan, mudah dikendarai dan
dirawat, serta lebih hemat bahan bakar.
8
Jepang memang dikenal suka meniru produk buatan Barat. Namun, meskipun pintar
meniru, mereka memiliki daya inovasi yang tinggi. Jika pihak Barat memakai proses logika,
rasional, dan kajian empiris untuk menghasilkan sebuah inovasi, maka bangsa Jepang melibatkan
aspek emosi dan intuisi untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan selera pasar.
Bangsa Jepang menggunakan ilmu yang diperoleh untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan produk Barat, membuat produk dengan dasar sama, tetapi dengan penyesuaian pada
segi kegunaan dan budaya sendiri demi memenuhi kepentingan pasar dan konsumen.
Hasilnya, produk Jepang terkenal lebih ringan, mudah digunakan, hemat, dan lebih
murah dibanding produk Barat yang ditirunya. Tak heran jika produk-produk Jepang kemudian
menduduki posisi pertama dan menjadi pilihan konsumen karena lebih ekonomis, bermutu,
mudah digunakan, dan memiliki berbagai fungsi.
Iklim usaha inovatif Jepang dilindungi oleh pemerintah dan pihak bisnis yang
menciptakan 3 pilar pelindung inovasi, yaitu:
Budaya organisasi yang menfasilitasi kreativitas dan inovasi.
Manajer yang berperan sebagai pemimpin yang memberikan contoh aktivitas-
aktivitas kreatif.
Seluruh karyawan harus mendapatkan pelatihan berpikir kreatif dan pelatihan
memahami proses inovasi di organisasi.
Yang mengagumkan dari proses inovasi Jepang adalah fakta bahwa mereka membuat
produk yang sesuai dengan kebutuhan domestik. Jika kebutuhan domestik mereka telah
terpenuhi, maka sisanya diekspor ke negara-negara lain.
Rahasia kemajuan teknologi baterai Jepang untuk otomotif disebabkan kerja sama yang
sudah dilakukan sejak 1990 antara pabrikan otomotif dan elektronik atau baterai. Suriawase
merupakan bahasa Jepang yang artinya ‘koordinasi dan integrasi’. Prinsip ini menjadikan kerja
sama yang menghasilkan terobosan dan pengembangan teknologi yang diperlukan secara
maksimal dan bias dicapai pada berbagai sektor industri yang saling berkaitan untuk
mewujudkan mobil listrik atau hidrogen masa depan.
9
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Negara Jepang adalah salah satu negara maju di dunia yang mempunyai banyak
keterbatasan di struktur geografisnya. Dengan keterbatasan yang dimiliki negaranya, semakin
menjadikan negara Jepang untuk selalu berusaha bangkit untuk menciptakan suatu karya yang
inovatif. Dari kebiasaan orang Jepang dapat kita tarik kesimpulan bahwa kriteria orang Jepang,
yaitu gigih dalam bekerja, mempunyai semangat belajar yang tinggi, tidak pantang menyerah
dengan segala keterbatasan, tidak malu meniru orang Barat, dan selalu inovatif.
3.2 Saran
Seharusnya siswa dan siswi MA Madani terus berusaha untuk menghasilkan sesuatu
yang baru walaupun memiliki banyak kekurangan baik dari Sumber Daya Alamnya maupun dari
kurangnya tenaga ahli. Dengan kekurangan yang dimiliki seharusnya mampu menjadi motivasi
untuk siswa dan siswi MA Madani agar semakin semangat dalam belajar, tidak pernah menyerah
dan putus asa dan selalu berusaha untuk menciptakan sesuatu yang lebih inovatif lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Adi Susilo, Taufik. 2010. Belajar Sukses dari Jepang. Jogjakarta: Starbooks
Wahono, Romi Satria. “10 Resep Sukses Bangsa Jepang”, www.romisatriawahono.net.
Adhitama, Toeti. “Jepang dan Modernisasi Pendidikan”, http:// www.ppim.or.id/artikel/.
“Belajar dari Jepang”, www.sobatbatam.com,
“Belajar dari kesederhanaan Jepang”, http:// taruna-nusantara-mgl. sch. id/id/ index2 .php?option
=com_content&do_pdf=1&id=340