You are on page 1of 8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Perkiraan usia merupakan sub-disiplin yang ada pada departemen forensik.

Hal ini dikarenakan pentingnya fungsi identifikasi dengan menggunakan gigi

geligi untuk mengetahui identitas seseorang, usia, dan jenis kelamin dikarenakan

gigi merupakan bagian terkuat dari tubuh seseorang. Selain untuk

mengidentifikasi seseorang yang mengalami kecelakaan, kebakaran, maupun

bencana alam, identifikasi dari gigi geligi dapat membantu pihak berwajib untuk

melihat hubungan antara kejahatan yang terjadi dengan korban.1,6

Indonesia yang merupakan negara dengan tingkat bencana alam yang cukup

tinggi menjadi salah satu negara yang cukup sering mengaplikasikan metode-

metode perkiraan usia berdasarkan gigi geligi untuk membantu dalam

mengidentifikasi korban. Perkiraan usia dilihat dari gigi geligig dapat dilakukan

dengan pemeriksaan klinis, radiografi, histologi atau pun dengan biokimiawi.

Berdasarkan pemeriksaan radiografi dapat menggunakan rontgen periapikal,

lateral oblique, panoramik, sefalometri, digital imaging and advanced imaging

technologies. 2,7

Perkiraan usia seseorang dapat dilihat dari gigi geligi dengan menggunakan

beberapa metode antara lain adalah metode Schour dan Massler, Demirjian,

Willem, Al-qathani, Nolla, Gustafson, serta Kraus dan Jordan. Pemeriksaan

10
11

metode ini dibantu dengan pemeriksaan klinis individu serta pemeriksaan

radiografi.1-5

3.1 Metode Schour dan Massler (1941 dan 1944)

Merupakan metode tertua yang digunakan. Tujuan penelitian dari Schour

dan Massler ada 3 yaitu untuk menguji seberapa akurat teori erupsi gigi, untuk

melihat faktor dari erupsi yang paling menonjol sesuai dengan penelitiannya, dan

untuk mengetahui lebih baik bagaimana proses erupsi gigi geligi.3

Lalu metode ini menjelaskan mengenai identifikasi gigi geligi dengan

menjabarkan 22 stase pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Pada metode

ini, pemeriksaan dilakukan dengan melihat perkembangan gigi, erupsi gigi, dan

resopsi akar yang terjadi pada gigi sulung dan permanen pada regio kanan rahang

atas dan rahang bawah. Tabel yang dihasilkan dari penelitian oleh Schour dan

Massler dapat digunakan dengan rentang usia 5 bulan intra uterin hingga usia 35

tahun.3,7

Fase 1 dari pertumbuhan gigi geligi menurut Schour dan Massler dimulai

dari pembentukan benih gigi pada usia 5 bulan in utero. Fase 2 terlihatnya

pembentukan benih gigi geligi pada usia 6 bulan in utero. Fase 3 terjadi pada usia

7 bulan in utero. Fase 4 terjadi pada usia 8 bulan in utero. Fase 5 terjadi pada saat

kelahiran, dimana terlihat mahkota benih gigi anterior telah terbentuk jelas namun

belum memperlihatkan adanya pertumbuhan akar gigi. Fase 6 yang terjadi pada

usia 6 bulan memperlihatkan telah terbentuknya akar pada gigi anterior baik

rahang atas maupun bawah namun belum sempurna dan mahkota gigi posterior
12

telah terbentuk. Fase 7 pada usia 9 bulan. Fase 8 pada usia 1 tahun telah terbentuk

akar gigi pada gigi posterior sulung rahang bawah. Fase 9 pada usia 2 tahun

menunjukkan akar gigi anterior telah terbentuk namun ujung akar belum

mengalami penutupan secara sempurna dan akar gigi posterior mulai terbentuk

secara keseluruhan. Fase 10 pada usia 3 tahun semua akar gigi telah tertutup

kecuali pada gigi posteior rahang bawah. Fase 11 usia 4 tahun menunjukkan akar

telah tertutup sempurna dan mahkota gigi molar pertama permanen telah

terbentuk sempurna dan mulai terlihat benih gigi molar kedua permanen. Fase 12

pada usia 5 tahun memperlihatkan gigi permanen anterior telah terbentuk

mahkotanya dan terjadi resopsi akar pada gigi anterior baik rahang atas maupun

rahang bawah disertai telah terbentuknya benih mahkota gigi premolar pertama

dan kedua baik pada rahang atas maupun rahang bawah serta gigi kaninus. Fase

13 mahkota gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua permanen telah

terbentuk sempurna. Fase 14 usia 7 tahun terlihat gigi anterior rahang bawah telah

digantikan dengan gigi permanen dan gigi insisif sentra rahang atas telah

digantikan dengan gigi permanen. Fase 15 usia 8 tahun mulai terlihat akar gigi

kaninus, premolar pertama dan premolar kedua namun belum sempurna. Fase 16

usia 9 tahun terlihat pembentukan benih mahkota gigi molar ketiga. Fase 17 usia

10 tahun menunjukkan gigi premolar pertama rahang atas dan rahang bawah telah

erupsi. Fase 18 usia 11 tahun menunjukkan semua gigi telah tergantikan dengan

gigi permanen. Fase 19 usia 12 sudah terjadi erupsi gigi secara sempurna kecuali

pada gigi molar ketiga yang masih berupa mahkota. Fase 20 usia 15. Fase 21 telah
13

terbentuknya akar gigi molar ketiga secara sempurna. Fase 22 usia 35 tahun akar

gigi telah tertutup sempurna.3

3.1.1 Keuntungan dan Kelebihan

Beberapa diagram perkembangan gigi memiliki rentang usia yang terbatas,

namun tidak dengan diagram Schour and Masseler yang dapat mencakup

perkembangan gigi dari umur prenatal hingga dewasa muda. Salah satu

kekurangan dari diagram Schour and Masseler adalah tidak cukup detail dalam

mengidentifikasi tahapan mahkota dan akar, sebagaimana hampir semua diagram

didasarkan pada deskripsi radiografis gigi dari perkembangan gigi yang secara

langsung maupun tidak langsung belum menggambarkan bentuk anatomis serta

tidak menunjukkan tahapan perkembangan gigi internal. Tidak seperti metode

yang lain, metode ini tidak membutuhkan waktu yang banyak untuk melakukan

perhitungan. Metode ini sederhana dan cukup akurat untuk mengestimasi umur

kronologis pada anak-anak. Namun kekurangan lain dari metode Schour and

Masseler ini adalah kurang mampu memberikan hasil estimasi umur yang tepat

jika diaplikasikan pada individu dengan umur 12 tahun ke atas. Hal ini

dikarenakan tidak lengkapnya tahapan perkembangan gigi pada diagram Schour

and Masseler yang hanya terdapat tahapan umur 15 tahun, 21 tahun dan 35 tahun

pada umur remaja sampai dewasa muda.

3.2 Metode Demirijian (1973)

Metode Demirijian merupakan metode sederhana yang didasari dari

perkembangan 7 gigi permanen rahang bawah kiri. Metode ini dapat digunakan
14

dengan rentang usia dari 3 hingga 16 tahun. Metode ini dilakukan dengan melihat

dari rontgen panoramik. Metode ini didasari pada estimasi usia kronologis dan

disederhanakan menjadi 8 tahapan dan memberikan nilai mulai dari “A” hingga

“H”. Nilai ini digunakan mulai dari benih gigi hingga terbentuknya mahkota, akar

gigi hingga penutupan apeks gigi. berdasarkan hal tersebut metode ini dapat

memperkirakan usia detal dari rontgen yang tersedia.1,7

Gambar 3.2 Tahap klasifikasi gigi permanen menurut Demirijian1


15

Gambar 3.2 Rontgen panoramik yang menunjukkan penggunaan metode Demirijian9

3.3 Metode Al-Qathani

Metode Al-Qathani disebut juga London Atlas Method yang merupakan

metode yang dibuat dengan membandingkan gambar yang telah dibuat dari usia

28 minggu in utero hingga usia 23 tahun. Metode ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasi dari gigi sulung dan gigi permanen pada regio kanan rahang atas

dan bawah. Pemeriksaan dari metode ini dilakukan pada kalsifikasi gigi, resopsi

akar, dan erupsi gigi dengan membandingkan rontgen panoramik dengan atlas

yang ada.7
16

Gambar 3.3 Atlas klasifikasi dan erupsi gigi geligi menurut Al-Qathani7

3.4 Metode Nolla

Metode Nolla merupakan metode yang digunakan dengan membagi periode

kalsifikasi gigi permanen menjadi 10 tahap. Tahapan ini dimulai dari

terbentuknya benih gigi hingga penutupan sempurna foramen apikal gigi.

Penilaian dari metode ini tidak melibatkan gigi molar ketiga dan dilakukan

analisis pada gigi permanen rahang atas dan rahang bawah kemudian tahapan ini

dicocokan dengan tahapan yang telah disebutkan kemudian diberikan nilai.1


17

Gambar 3.5 Tahapan penilaian menurut metode Nolla1

3.5 Metode Blenkin-Taylor (2012)

You might also like