You are on page 1of 20

TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

AGREGAT

KELOMPOK 1

UTARI NUR RAMADHANI 1309025025


YOAN FEBRIANA SARY 1309025021
SRI KUMALA YANTI 1309025037
NUNUK ENDANG PURWANTI 1309025001
ANDI ROSITA EVIANI 1309025026
DETA INDRAYANI 1309025009
INDRA GAMA PAMUNGKAS 1309025035
TEDDY ARIYADI SETIYANTO 1309025008
ANNISA’UL MAGHFIRAH 1309025040
FEBRINA GITTA DEVITA LUBIS 1309025020
ANGGI T. ANUGRAH 1009015062

S1 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. DEFINISI ........................................................................................................ 1
B. JENIS-JENIS AGREGAT.............................................................................. 2
C. KONSEP DASAR ........................................................................................... 2
II. ISI ........................................................................................................................... 2
A. PEMBAHASAN .............................................................................................. 2
B. PENELITIAN-PENELITIAN 10 TAHUN TERAKHIR ........................... 15
III. PENUTUP ............................................................................................................. 17
A. KESIMPULAN .............................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18


I. PENDAHULUAN
A. Definisi

Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat biasanya
berupa material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama
dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau dapat
pula sebagai bahan pengkerasan jalan.

Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil,
pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral
padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐fragmen.

Agregat merupakan bahan susun campuran beraspal maupun beton, sehingga


pendalaman pengetahuan perihal agregat sangat penting untuk membantu penguasaan
metode perancangan rumus campuran kerja maupun perancangan campuran beton yang
akan dikerjakan di lapangan.
Ada beberapa peranan dari agregat itu sendiri antara lain agregat dapat menghemat
penggunaan semen Portland, Jika dicampur dengan bahan pengikat yang lain dapat
menghasilkan kekuatan yang besar pada beton, Mengurangi susut pengkerasan beton,
Mempengaruhi kualitas perkerasan jalan yang ditentukan dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material, Mengontrol workability pada adukan beton, Dengan
gradasi yang baik akan diperoleh sifat beton yang mudah untuk dibentuk atau didesign.

B. Jenis-Jenis Agregat
Agregat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber, berat, bentuk,
ukuran butir, dan asal kejadiannya yaitu sebagai berikut :
 Berdasarkan sumber : Agregat Alam dan Agregat Buatan
 Berdasarkan berat : Agregat ringan, Agregat normal, Agregat berat
 Berdasarkan bentuk : Bulat, Bersudut, Pipih, Lonjong
 Berdasarkan ukuran butir : Agregat halus, Agregat Kasar, Batu
 Berdasarkan asal kejadiannnya : Batuan beku, Batuan sedimen, Batuan Metamorfik

1
C. Konsep Dasar
Pada makalah ini akan dibahas mengenai peranan agregat, jenis-jenis agregat, gradasi
umum dan sedang, gradasi agregat halus dan kasar, perbandingan agregat halus terhadap
agregat kasar, ukuran butir maksimum, koreksi, bentuk butiran, tekstur permukaan butiran,
berat jenis dan berat volume agregat, absorpsi dan kadar air, kekuatan dan kekerasan, substansi
perusak pada agregat, sifat termis, kualitas yang diharapkan, pengombinasian agregat,
pengambilan agregat, pengolahan agregat, penyimpanan agregat, dan penelitian 10 tahun
terakhir mengenai agregat.

II. ISI
A. Pembahasan
o Gradasi Umum

Gradasi (pembagian/butir, grading) adalah distribusi ukuran butir agregat. Agregat


diayak menurut ayakan standar, kemudian disusun dari ayakan terbesar di bagian paling atas.
Setelah digetarkan cukup lama, berat agregat yang tertahan pada setiap ayakan dicatat,
dihitung persentasenya. Presentase Kumulatif Tertahan dan Presentase Kumulatif Lolos
kemudian dihitung.

Kurva gradasi agregat dapat dibuat menggunakan hasil dari analisis ayakan/saringan.
Kurva gradasi digambarkan pada skala semilog, yaitu dengan “ukuran ayakan” pada absis
berskala log dan “% berat yang melalui ayakan” pada ordinat berskala linier.

Gradasi ideal adalah gradasi yang tersusun sepadat mungkin, dengan rongga udara
mendekati nol. Kemudian pada tahun 1907 Fuller dan Thompson membuat rumus “kurva
gradasi ideal” sebagai berikut:

𝒅 𝟏/𝟐
Pt = ( )
𝑫

Keterangan: Pt = rasio total butir yang lebih halus dari diameter d


D = diameter terbesar

2
Rumus ini kemudian digeneralisasi dengan mengubah angka 1/2 menjadi q, yang
bernilai antara 0 dan 1. Hubungan ini berbentuk parabolis. Asumsinya bahwa gradasi yang
semakin padat (udara minimum memerlukan semen yang minimum) akan menghasilkan beton
yang lebih baik dan lebih ekonomis. Namun dalam praktik ternyata kurva parabolis ini tidak
berlaku. Rongga udara akan minimal bila diameter butir kecil, sementara yang terlalu kecil
tidaklah praktis.

Untuk mudahnya gradasi dinyatakan dengan suatu angka , yaitu Modulus Kehalusan
(Fineness Modulus - FM). Modulus kehalusan adalah suatu angka yang secara kasar
menggambarkan rata-rata ukuran butir agregat.

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒌𝒖𝒎𝒖𝒍𝒂𝒕𝒊𝒇 % 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒂𝒚𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓


𝑭𝑴 =
𝟏𝟎𝟎

Perlu diperhatikan bahwa untuk perhitungan FM, hanya kumulatif tertahan pada
ayakan ukuran standar yang diperhitungkan.

o Gradasi Senjang (Gap Grading)

Gradasi senjang (Gap Grading) adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang
ada tidak lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali.
Campuran beraspal dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan. Apabila 3 butir agregat
berdiameter sama disusun, maka ukuran butir yang selanjutnya dibutuhkan adalah sekecil
lubang yang ada. Jika perbedaannya cukup jauh ada ukuran yang dilompati inilah yang disebut
gap grading.

Beton dengan agregat yang gap grading dapat digunakan akan tetapi ada banyak
kelemahannya karena beton cenderung memisahkan butir halus yang sedikit. Dalam praktik
pun, agregat yang tidak berdempetan yang tidak mungkin dikerjakan. Perlu menggunakan
mortar sebagai pelumas yang membungkus agregat yang lebih besar.

Untuk mendapatkan penyebaran gradasi yang baik, dapat dilakukan pencampuran


dengan agregat bergradasi seragam pada ukuran butir yang tidak dimiliki agregat bergradasi
sela, sehingga diperoleh campuran bergradasi menerus yang baik. Jadi, gradasi senjang dapat

3
dilakukan hanya jika pengecoran dapat diatur sebaik mungkin seperti pada beton pracetak
(karena dilakukan di pabrik, bisa dikontrol dengan lebih teliti), terutama pada pembuatan
balok praktekan.

o Gradasi Agregat Halus dan Kasar

Gradasi agregat halus sangat penting peranannya dalam suatu konstruksi yang
berkualitas karena berpengaruh terhadap sifat beton. Gradasi agregat halus menurut BS dan
SK.SNI T-15-1990-03. Kekerasan pasir dikelompokkan menjadi 4 Zona :

1. Zona/Daerah 1 : Pasir Kasar


2. Zona/Daerah 2 : Pasir Agak Kasar
3. Zona/Daerah 3 : Pasir Agak Halus
4. Zona/Daerah 4 : Pasir Halus

Gradasi Agregat Kasar

4
Makin besar diameter maksimum maka semakin ekonomis. Gradasi agregat kasar
untuk ukuran maksimum tertentu dapat divariasi tanpa berpengaruh besar pada kebutuhan
semen dan air yang baik. Karena variasi sulit diantisipasi, sering lebih ekonomis untuk
mempertahankan keseragaman penanganan daripada menyesuaikan proporsi untuk variasi
gradasi.

o Perbandingan Agregat Halus Terhadap Agregat Kasar

Agregat halus mempunyai syarat tidak boleh mengandung bagian yang polos pada 1
set ayakan lebih besar dari 45% dan tertrahan pada ayakan berikutnya. Agregat halus yang
menembus ayakan berlubang 4.8 mm, 4.75 mm, 5.0 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3
mm, 0.15 mm, 0.075mm.

Agregat Kasar

Agregat kasar (kerikil) yang sebaiknya masuk dalam batas 40 mm, 20mm, 12.5 mm, 10 mm,
4.8mm.

o Ukuran Agregat Maksimum

Secara umum dipakai agregat yang maksimum ukurannya karena biasanya yang paling
ekonomis (luas permukaan kecil, ruang kosong kecil, pasta semen yang dibutuhkan juga juga
seedikit), juga susut karena pengeringan dapat dikurangi. Semakin besar partikel semakin
kecil luas permukaan yang harus dibasahi per unit massa (specific surface). Oleh karena itu,
memperlebar rentang gradasi agregat dengan menggunakan ukuran maksimum yang lebih
besar akan memperkecil kebutuhan air campuran. Sehingga untuk tingkat workability tertentu
rasio air-semen dapat dikurangi dan konsenkuensinya kekuatan meningkat. Tetapi walaupun
begitu ada batas ukuran maksimum agregat dimana peningkatan kekuatan akibat berkurangnya
kebutuhan air masih dapat mengimbangi efek negatif yang timbul dengan berkurangnya luas
permukaan letakan dan dengan ada diskontinuitas akibat penggunaan agregat berukuran besar
yang menyebabkan sifat heterogenitas beton menjadi menonjol. Sifat heterogenitas ini
memberi pengaruh negatif terhadap kekuatan beton.

5
o Koreksi

Koreksi untuk undersize dan oversize

Undersize adalah adanya kandungan agregat halus (pasir) dalam agregat kasar,
sedangkat oversize adalah adalah agregat kasar yang ada di dalam agregat halus. Jadi koreksi
digunakan untuk diayak dan kemudian dipecah sampai ke ukuran yang benar, terutama pada
proporsi mix design.

Koreksi untuk membengkaknya pasir

Membengkaknya agregat halus disebabkan oleh lapisan tipis dari air yang menekan
diantara partikel pasir sehingga tumpukan pasir tersebut menembang. Jumlah pengembangan
pasir halus dan pasir kasar yang berbeda, karena pasir halus permukaannya lebih luas daripada
pasir kasar sehingga air yang diserap juga semakin besar. Bila cara pengukuran untuk
pencampuran beton dilakukan dengan perbandigan volume, maka penimbangannya harus
dikoreksi. Besarnya pengembangan tergantung dari kelembaban dan kehalusannya. Pada saat
kelembabannya sudah jenuh, volume pasir akan kembali mengecil karena seluruh rongga antar
partikel terisi oleh air.

o Bentuk Butiran

Test standard yang dapat dapat digunakan dalam menentukan bentuk agregat ini adalah
ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:

1. Agregat bulat. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaan
kecil. Beton yang dihasilkan oleh agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat
kurang kuat.
2. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur. Rongga udaranya lebih tinggi sekitar
35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan.
Beton yang dihasilkan agregat ini belum cukup baik untuk struktur yang menekankan
pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat belum cukup
baik (masih kurang kuat).

6
3. Agregat bersudut. Rongga udara lebih tinggi sekitar 38-40%. Beton yang dihasilkan
agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton
mutu tinggi, karena ikatan antara agregat baik. Agregat ini dapat juga digunakan untuk
lapisan perkerasan kaku (rigid pavement).
4. Agregat panjang. Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari lebarnya. Agregat
disebut panjang jika ukuran terbesar lebih 9/5 ukuran rata-rata. Ukuran rata-rata adalah
ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agregat. Agregat ini lebih
cenderung berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan
tekan dari beton yang menggunakan agregat ini buruk.
5. Agragat pipih. Jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan
tebalnya lebih kecil. Agregat ini tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi.
6. Agregat pipih dan panjang. Yaitu agregat yang mempunyai panjang jauh lebih besar
dari pada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.

o Tekstur Permukaan
Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Agregat licin/halus(glassy)
Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan agregat dengan
permukaan kasar. Agregat /licin terbentuk dari akibat pengikisan oleh air,atau akibat patahnya
batuan (rocks) berbutir halus atau batuan yang berlapi-lapis.
2. Kristalin
Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal yang nampakdengan jelas melalui
pemeriksaan visual.
3. Berbutir

7
Pecahan agregat jenis ini berbntuk bulat dan seragam
4. Berbentuk sarang lubah (honeycombs)
Tampak dengan jelas, pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui pemeriksaan
visual, kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.
5. Kasar
Pecahnya kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halus atau kasar yang mengandung
bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan jelas melalui pemeriksaan visual

o Berat Jenis dan Volume Agregat


Berat jenis agregat adalah perbandingan berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara terhadap air pada volume yang sama.Berat jenis (Specipic
Gravity) agregat dikenal:

1. Berat Jenis Curah atau Kering (Bulk Specipic Gravity) adalah perbandingan a
ntara berat agregat kering dan berat air suling yang isinyasama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
2. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh (SSD Specipic Gravity)adalah
perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25 oC
3. Berat Jenis Semu (Apparent Specipic Gravity) adalah perbandinganantara
berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama denganisi agregat
dalam keadaan kering pada suhu 25 oC

Berat jenis digunakan untuk menentukan Volume yang diisi oleh agregat. Berat
jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga secara
langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton. Hubungan
antara berat jenis dengan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat
maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.

8
o Absorbsi dan Kadar Air
1. Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat. Ada 4 jenis
kadar air dalam agregat yaitu:
2. Kadar air kering tungkuyaitu agregat yang benar-benar kering tanpa air
3. Kadar air kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi
mengandung sedikit airdalam porinya sehingga msih dapat menyerap air.
4. Jenuh kering dimana agregat yangpada permukaannya tidak terdapat air tetapi
didalam buirannya sudah jenuh air.Pada kondisis ini air yang terdapat dalam agregat
tidak tidak menambah atau mengurangi jumlah air dalam adukan beton.
5. Kondisi basah yaitu kondisi dimanadi dalam butiran maupun permukaan agregat
banyak mengandung air sehingga akan menyebabkan penambahan jumlahair pada
adukan beton.

Penyerapan air (Water Absorption), adalah perbandingan berat air yangbdapat diserap
terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen. Daya serap air adalah kemampuan
agregat dalam menyerap air sampai keadaan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah
air yang terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering sampai dengan keadaan
jenuh.Daya serap air berhubungan denganpengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang
dibutuhkan pada beton

o Kekuatan Agregat

Salah satu faktor penting penentuan kekuatan beton ialah agregat itu sendiri selain
semen yang biasa menjadi bahan campuran pada beton Kekuatan agregat akan berpengaruh
pada kekuatan beton, artinya agregat yang lemah tidak akan menghasilkan beton yang kuat
dan untuk membuat beton dengan kekuatan tinggi harus menggunakan agregat yang
kekuatannya tinggi pula. Kekuatan dan elastisitas agregat, tergantung dari : jenis batuan,
susunan mineral, tekstur batuan, atau kristal batuan.

Untuk mengukur kekuatan batuan sebagai agregat dipergunakan cara pendekatan


dengan penguji kekuatan tekan batuan sampai hancur dengan bentuk kubus dengan sisi 50mm
atau silinder diameter 25mm atau 50 mm dan tinggi 2 kali diameter benda uji.

9
Dalam pengujian kekuatan agregat untuk beton ini, terdapat beberapa cara dan istilah yang
dipergunakan oleh beberapa negara. antara lain kekuatan hancur, nilai kekuatan pukul
(impact), dan kekuatan aus, contoh :

a. British standart ( BS – 812 – 1967 ), memakai cara dengan mencari kekuatan hancur (
crushing value ), kekuatan pukul ( impact value ) , ten percent fine value .

b. ASTM Standart C 131 dan C535 , memakai cara uji geseran dengan mesin Los Angels,
dan ketahanan aus dinyatakan dalam persen bagian yang aus dari contoh uji agregat kasar
( cara uji ini dianut oleh Indonesia dengan SNI 03 – 2417 – 1997 ).

c. Di Indonesia, cara pengujian dengan bejana Rudeloff pada agregat kasar. kekuatan
dinyatakan dengan persen hancur yang menembus ayakan 2,0 mm terhadap berat contoh
uji. ( cara uji tercantum dalam SII 0079 – 79 ). Untuk memeriksa permukaan agregat
kasar dapat pula dilakukan dengan cara penggoresan terhadap permukaan agregat dengan
menggunakan batang tembaga / kuningan ( menurut cara ASTM C 235 – 68 atau SII 0053
– 1975 ) dan agregat yang lemah hanya diperbolehkan 5 %.

Untuk agregat halus, dilakukan cara uji pasir dengan percobaan giling dan kekerasanya
dibanding pasir kuarsa di uji dengan cara yang sama. Nilai keamanan pasir dinyatakan dalam
indeks kekerasan. Kekerasan, perbandingan bagian yang aus menembus ayakan 0,30 mm
antara pasir contoh dengan pasir kuarsa ( cara uji tercantum dalam Standar Industri no.
78/SI/1975 ).

o Kekerasan Agregat

Substansi Perusak Agregat

Pada dasarnya banyak hal yang dapat mempengaruhi agregat terutama merusak
kualitas agregat itu sendiri, agar lebih mudah kita memahaminya kami akan membaginya
menjadi 2 kelompok bahasan yaitu subtasnsi kimiawi dan fisik. Kelompok fisik berkaitan
dengan kototan tanah liat, lumpur atu debu halus. Dalam jumlah sedikit, kotoran ini tidak
dapat dihindari namun kotoran yang berlebihan akan melapisi permukaan agregat sehingga

10
mengurangi lekatan pasta semen. Apalagi jika disertai gumpalan. Jenis ini mudah diketahui
dengan mata telanjang atau dengan cara segenggam air lalu meremasnya . Bila ada sisa
kotoran yang tertinggal pada tangan maka pasir kotor. Kotoran disebabkan kurangnya
penyiraman pada saat pengambilan. Batu pecahan mesin umunya mengandung kotoran yang
lebih sedikit daripada kerikil alam atau batu pecahan tangan. Kadar lumpur (atau butir yang
lebih kecil dari 70 mikron) maksimum 5% untuk agregat halus , 1 % untuk agregat kasar,
munurut SII, gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah diserpihkan maksimum 3%
menurut ASTM.

Kelompok kimiawi terdiri dari kotoran organik, garam dan alkali. Kotoran organik
seperti gula, misalnya akan memperlambat pengikatan. Kotoran seperti humus dan serpihan
kayu akan menyebabkan bercak pada permukaan. Kadar zat organik di uji dengan larutan
natrium sulfat. Bila warnanya lebih tua dari standar maka harus di tolak, menurut ASTM,
krcuali bila warnanya gelap disebabkan adanya arang atau lignit atau bisa dibuktikan dengan
percobaan perbandingan kekuatan mortar. Kekuatan tidak kurang dari 95% terhadap mortar
dengan pasir standar. Arang dan lignit maksimum 0,5 – 1 %, menurut ASTM.

Kotoran yang lain akan mengganggu ketahanan (durability), yaitu menguraikan


kembali (dekomposisi) hasil hidrasi, aatau bereaksi menghasilkan produk yang mengembang.
Kesetabilan kimiawi menandakan bahwa agregat tidak akan bereaksi menghasilkan prosuk
yang mengembang. Kesetabilan kimiawi menandakan bahwa agregat tidak akan bereaksi
secara kimia dengan semen atau akan terpengaruh secara kimia oleh pengaruh luar yang lain.
Kekekalan diuji dengan larutan garam sulfat. Menurut ASTM dan SII bagian yg hancur
maksimum :

Natrium Sulfat Magnesium Sulfat


Agregat halus 10 % 15 %
Agregat Kasar 12 % 18 %

Adanya garam akan menyebabkan korosi pada tulangan terutama apabila kualitas
botonynya jelek. Karena itu secara praktis praktis pasirlaut dilarang untuk digunakan sebagai

11
campuran beton. Ketahanan terhadap pembekuan dan pencarian adalah penting untuk beton
ekspos bila menghadapi 4 musim.

o Sifat Termal

Koefisien muai, kondisi suhu yang berubah-ubah tentu akan mempengaruhi pemuaian
yang terjadi pada agregat penyusun beton. Apabila agregat yang digunakan berbeda-beda,
maka berpotensi terjadinya perbedaan regangan yang mengakibatkan tegangan dalam
tambahan dan dapat menyebabkan pelepasan ikatan antara agregat dan pasta semen.
Sebaiknya dipilih agregat yang memiliki koefisien muai mendekati atau sama dengan
koefisien muai semen. Sifat termal lainnya ialah panas jenis agregat, yang merupakan
pertimbangan untuk pekerjaan khusus seperti pada pembangunan pabrik.

o Kualitas Agregat yang Diharapkan

Kualitas yang diharapkan dari agregat kasar:

a. Kekuatan, Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada campuran
beton karena dapat menahan agregat tersebut dari pergereran atau perpindahan dan
memberikan tahanan gesek yang kuat sehingga akan meningkatkan keamanan.
b. Bentuk butir, butir-butir bulat atau bersudut umumnya lebih baik daripada yang
berbentuk pipih atau panjang dikarenakan butir-butir bulat ataupun bersudut
menghasilkan tumpukan butir yang yang erat jika dikonsolidasikan, sehingga hanya
membutuhkan pasta semen yang sedikit dengan kemudahan pengerjaan yang sama.
c. Gradasi, gradasi yang baik ialah agregat-agregatnya harus terdistribusi dengan baik.

Kualitas agregat halus haruslah

a. Berbentuk baik, bentuk yang kubikal atau bulat lebih baik daripada yang sangat bulat
atau pipih. Pemakaian pasir hasil penggilingan menambah kekuatan tekan dan lentur
b. Tidak menggunakan pasir laut, dikarenakan dapat menyebabkan korosi pada tulangan
c. Tergradasi dengan baik, sehingga mempunyai ruang kosong minimal dan luas
permukaan minimal sehingga pasta semen yang dibutuhkan tidak terlalu banyak
d. Tahan terhadap pengaruh beku-cair

12
o Pengombinasian Agregat

Susuan butiran agregat di pasaran kadang tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, dalam
pembuatan adukan beton maka diperlukan pencampuran agregat agar gradasinya sesuai
standard dan menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan baik.

Kemungkinan yang dilakukan untuk memperbaiki gradasi agregat, yaitu menambah fraksi
(bagian) butiran yang kurang, mengurangi jumlah butiran-butiran yang terlalu banyak,
menggabungkan dua atau lebih jenis agregat agar diperoleh gradasi yang memenuhi syarat.

a. Mencampur/menggabungkan Pasir
Gradasi pasir jauh lebih penting dari pada gradasi kerikil, karena mortar (campuran
semen, pasir, dan air) merupakan pelumas adukan beton muda serta menentukan sifat
dan kohesi dari campuran bersangkutan.
b. Menggabungkan Agregat Kasar
Untuk menggabungkan agregat kasar dapat dilakukan seperti menggabungkan pasir,
dengan gradasi standard untuk agregat kasar.
c. Menggabungkan Agregat Kasar dan Agregat Halus
Untuk merancang campuran beton, proporsi optimum harus ditentukan sedemikian
rupa sehingga dengan jumlah air campuran minimum dapat diperoleh suatu campuran
beton yang dapat dikerjakan dengan mudah tanpa memperhatikan segregasi dan
bleeding.
o Pengambilan Agregat

Pengambilan agregat disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang diinginkan, dan
rencana pemanfaatannya.

a. Endapam aagregat kuarter/resen


Pada tipe endapan ini, tanah penutup belum terbentuk. Endapan ini terdapat di sekitar
aluran sungai. Keadaan endapannya masih terlepas sehingga pengambilannya dapat
dilakukan dengan alat sederhana seperti sekop dan cangkul maupun menggunakan
showel dan backhoe. Pemilihan besar butir (ukuran pasir dan kerikil) dilakukan secara
semi mekanis menggunakan saringan pasir.

13
b. Endapan agregat yang telah membentuk formasi
Tipe endapan ini telah tertutup oleh tanah/soil, sehingga sebelum pengambilan perlu
dilakukan land clearing/pembersihan tanah penutup. Endapan agregat ini biasanya
sudah tercampur dengan lumpur dan bahan organik. Untuk mendapatkan agregat yang
bersih, sistem penambangan dilakukan dengan menggunakan pompa tekan/semprot
bertekanan tinggi dan dilakukan pencucian.
c. Produksi agregat dari batu pecah
Agregat ini diproduksi dari bongkahan-bongkahan hasil peledakan (biasanya batuan
andesit dan basalt), lalu dipecah lagi dengan bantuan palu atau crusher untuk
disesuaikan ukurannya dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, pengolahannya
terdiri dari peremukan, pengayakan, dan pengangkutan.

o Pengolahan Agregat

Berdasarkan proses pengolahannya agregat digolongkan menjadi 2 (dua) macam,


yaitu agregat alam dan agregat buatan.

1. Agregat alam merupakan agregat yang bentuknya alami, terbentuk berdasarkan aliran
air sungai dan degradasi. Agregat yang terbentuk dari aliran air sungai berbentuk bulat
dan licin, sedangkan agregat yang terbentuk dari proses degradasi berbentuk kubus (
bersudut) dan permukaannya kasar. Contoh agregat alam yang sering dipergunakan
adalah kerikil dan pasir. Kerikil adalah agregat yang mempunyai diameter lebih dari ¼
inchi (6,35 mm), sedangkan pasir berukuran kurang dari ¼ inchi.

2. Agregat buatan merupakan agregat yang berasal dari hasil sambingan pabrik-pabrik
semen dan mesin pemecah batu. Agregat buatan sering disebut filler (material yang
berukuran lebih kecil dari 0,075 mm). Contoh agregat buatan adalah : Klinker dan
breeze yang berasal dari limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari
tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight Expanded Clay Agregate), cook breeze
berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite berasal dari tanah liat (shale) yang
dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu metamorphore atau shale yang

14
mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada tungku vertical pada suhu
tinggi.

o Penyimpanan Agregat

Agregat dalam penyimpanan tidak ditempatkan dalam bangunan, tetapi dibiarkan


dalam udara terbuka.

Penyimpanan agregat di lapangan harus diberi alas agar tidak bercampur dengan tanah
dan Lumpur. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar dari hujan, karena agregat yang
terlalu basah akan sulit untuk menentukan kadar air semennya pada waktu membuat adukan.

Penimbunan agregat harus dilakukan diatas bak-bak berlantai dan tidak boleh melebihi
kapasitas bak serta harus dilakukan pengawasan agregat sejak datang penimbunan sampai
dengan pengambilan kembali.

B. Penelitian-Penelitian 10 Tahun Terakhir

Iman Satyarno dan Kardiyono Tjokrodimuljo dari Universitas Gadjah Mada


melakukan penelitian mengenai kerikil dari sungai Mahakam. Hal ini didasari bahwa
pekerjaan konstruksi di wilayah Propinsi Kalimantan Timur selalu dihadapkan pada
kelangkaan bahan agregat. Kebutuhan dipenuhi dengan mendatangkan bahan agregat dari
daerah lain, sehingga anggaran konstruksi menjadi mahal. Di sepanjang daerah pengaliran
sungai, rawa serta pedataran aluvial sungai Mahakam, beserta anak-anak sungai yang
bermuara ke sungai Mahakam, memiliki deposit batu kerikil, berupa batuan sedimen lebih dari
2,7 juta m3. Wujud visual batu kerikil ini memiliki ciri yang prospektif untuk bahan agregat,
tetapi sifat teknisnya belum banyak diinformasikan, sehingga pemanfaatan masih terbatas.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk memperjelas potensinya
sebagai bahan konstruksi. Dikarenakan sulit untuk mendapatkan pasir yang berkualitas, maka
penelitian akan dilakukan pada pembuatan beton non pasir.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kerikil Mahakam secara umum memenuhi


syarat untuk digunakan sebagai agregat beton. Berat jenis, berat satuan dan daya resap air
menunjukan ciri-ciri sebagai agregat normal. Bahkan tingkat kekerasan dan ketahanan

15
terhadap keausan, kerikil Mahakam menunjukan ciri-ciri yang dapat digunakan sebagai
agregat beton normal dengan mutu beton kelas III . Julistiono Handojo, Handoko Sugiharto

Julistiono Handojo, Handoko Sugiharto, See Jen dan Tjwa Kim Siong dari Universitas
Kristen Petra meneliti mengenai agregat dari Madura, Jawa Timur. Agregat kasar dan halus
yang digunakan untuk pembuatan beton di Madura masih banyak didatangkan dari pulau
Jawa. Untuk melihat kemungkinan penggunaan krikil Madura sebagai agregat kasar beton,
telah dilakukan penelitian kekuatan terhadap kerikil Madura yang berasal dari Paterongan,
Torjun, dan Omben. Meskipun secara umum dapat dikatakan sifat-sifat fisik kerikil tersebut
mendekati sama dengan kerikil dari Mojokerto atau Pasuruan dan memenuhi syarat SNI, ACI,
ASTM maupun BS, hanya krikil dari Torjun yang memenuhi syarat kepipihan. Modulus
kehalusan kerikil tersebut juga tidak memenuhi syarat SNI walaupun masih memenuhi syarat
BS. Penggunaan kerikil Paterongan, Torjun, dan Omben untuk mix disain 225 kg/cm2
ternyata di bawah target yang diharapkan, sehingga kerikil Paterongan dan Omben
direkomendasi hanya untuk beton rabat, sedangkan kerikil dari Torjun kemungkinan masih
bisa digunakan untuk beton struktur dengan perbaikan gradasi.

Ibtahel Salem dari Istanbul Turki melakukan penelitian mengenai bubuk kapur di Irak.
Bubuk kapur adalah bahan limbah yang dihasilkan dari memotong batu-batu besar di Mosul
dan kota-kota lain utara Irak. Limbah ini memerlukan tempat yang sangat luas untuk dapat
dikumpulkan dan menyebabkan keluhan besar bagi pemilik pabrik-pabrik, sehingga seiring
dengan meningkatnya permintaan untuk melindungi lingkungan, terutama di daerah
penumpukan, solusi untuk menggunakan limbah ini sangat penting. Ibrahim melakukan dua
jenis campuran beton dengan tiga campuran yang berbeda untuk setiap jenis.

Tipe campuran A: Beton bercampur dengan kapur hancur sebagai agregat halus.

Tipe campuran B: Campuran beton dengan sungai pasir normal halus agregat.

Hasil yang didapat:

1. Campuran beton tipe A membutuhkan lebih banyak air dibandingkan campuran tipe B
untuk mendapatkan kekuatan yang sama

16
2. Campuran beton tipe A memberi kekuatan yang lebih dibandingkan campuran tipe B,
dimana peningkatan kuat tekan tergantung pada rasio air / semen, jenis campuran
beton, dan umur beton.
3. Bubuk kapur dapat digunakan untuk menghasilkan beton dengan kualitas yang baik
yang cocok untuk paving block beton untuk jalan setapak, kebun, halte, dan tempat
umum lainnya.

III. KESIMPULAN

Agregat merupakan bahan susun campuran beraspal maupun beton, sehingga


pendalaman pengetahuan perihal agregat sangat penting untuk membantu penguasaan metode
perancangan rumus campuran kerja maupun perancangan campuran beton yang akan
dikerjakan di lapangan.
Ada beberapa peranan dari agregat itu sendiri antara lain agregat dapat menghemat
penggunaan semen Portland, Jika dicampur dengan bahan pengikat yang lain dapat
menghasilkan kekuatan yang besar pada beton, Mengurangi susut pengkerasan beton,
mempengaruhi kualitas perkerasan jalan yang ditentukan dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dengan material, Mengontrol workability pada adukan beton, Dengan gradasi yang
baik akan diperoleh sifat beton yang mudah untuk dibentuk atau didesign

17
DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Tri, Teknologi Beton, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005

Nugraha, Paul Antoni. Teknologi Beton : Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi.
Yogyakarta: Andi. 2007

http://civilhighway.files.wordpress.com/2011/07/buku-ajar-teknologi-bahan-1.pdf diakses pada


19 September 2014 pukul 20:22 WITA

http://evaervina.wordpress.com/2013/07/21/kekuatan-agregat/ diakses pada 19 September


2014 pukul 15:22 WITA

http://helenaall.blogspot.com/2014/01/uji-berat-jenis-agregat-halus.html diakses pada 18


September 2014 22:12 WITA

http://iicbe.org/siteadmin/upload/8003C514591.pdf diakses pada 22 September 2014 pukul


00:29 WITA

http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11004-7-572822629470.pdf diakses pada


20 September 2014 pukul 17:00 WITA

http://mtbb.tsipil.ugm.ac.id/tesis/01/Endro%20pradono.pdf diakses pada 22 September 2014


pukul 00:04 WITA

http://pradhity.blogspot.com/2009/04/ya-agregat.html diakses pada 20 September 2014 pukul


16:00 WITA

http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/39.pdf diakses pada 22 September 2014 pukul


00:11 WITA

http://www.scribd.com/doc/117668990/BERAT-JENIS-DAN-PENYERAPAN-AIR-
AGGREGAT-HALUS-DAN-KASAR diakses pada 18 September 2014 14:32 WITA

http://www.slideshare.net/MuhammadMughny/teknologi-bahan-1-11156087 diakses pada 18


September 2014 16:32 WITA

You might also like