Professional Documents
Culture Documents
Oleh
dr. Ria Wulandari Soelistijanto
DOKTER INTERNSIP
RUMAH SAKIT BINA SEHAT
JEMBER
2017
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.A
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Status : Menikah
Jam : 17.00
B. ANAMNESA
RPS : pasien datang dengan keluhan sesak mulai tadi pagi, nyeri perut
mulai kemarin, mual (+), muntah (+) 2x, pusing (+), badan terasa
lemas
Status Generalis
Respirasi : 39 x/menit
Suhu : 36 C
Sp02 : 99 %
BB : 60 kg
A. Kepala Leher
B. Thoraks
Pergerakan :Simetris
C. Abdomen
Nyeri tekan
D. Ekstremitas
Akral Dingin + +
+ +
Oedem - -
+ +
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. ECG
2. HASIL RONTGEN THORAX
Hasil Bacaan :
Cardiomegali
P : 11,5 - 16,5
P : 4,0 - 5,0
P : 37,0 - 45,0
Kimia klinik
SGOT 56 u/l 5 - 34
E. DIAGNOSIS BANDING
F. DIAGNOSIS KERJA
G. PENATALAKSANAAN
AP dr Suryono, Sp.JP :
- Infus PZ 7 tpm
- Inj fargoxin 1 amp
- Inj ketorolac 1 amp extra
- Inj ondancetron 1 amp extra
- Observasi ICU
H. RESUME
Pasien atas nama Ny. A usia 42 tahun datang ke IGD tanggal 02-01-2018 pukul 17.00
dengan keluhan sesak mulai tadi pagi, nyeri perut (+), mual (+), muntah(+), pusing
dan badan terasa lemas. RPD jantung rutin kontrol dan minum obat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah dan tampak sesak, TD 100/70, N
200x/menit, S 36 C, RR 39x/menit, SpO2 99%, BB 60 kg. Pada pemeriksaan thorax
didapatkan suara rhonki +/+. didapatkan oedem pada ekstremitas bawah. Pada
pemeriksaan penunjang ECG didapatkan irama jantung atrial fibrilasi dengan rapid
ventricular respons dan right bundle branch block. Pada rontgen thorax didapatkan
cardiomegali dan curiga oedem paru Hasil laboratorium didapatkan peningkatan
WBC 19,82 103/uL, PLT 623+ 103/uL, SGOT 56 u/l, SGPT 38 u/l dan urea 54,1
mg/dL. Diagnosa banding untuk pasien ini adalah Atrial Fibrilasi Dengan Rapid
Ventricular Respons, Right Bundle Branch Block, Supraventricular Tachycardia
dengan konduksi aberant, Cardiomegali dan Edema paru. Diagnosa kerja Atrial
Fibrilasi Dengan Rapid Ventricular Respons, Right Bundle Branch Block,
Cardiomegali dan Edema paru. Penatalaksaan di IGD atas perintah dr Suryono, Sp.JP
Infus PZ 7 tpm, Inj fargoxin 1 amp, Inj ketorolac 1 amp extra, Inj ondancetron 1 amp
extra, Observasi ICU
I. OBSERVASI IGD
TGL S O A P
/JAM
(19.46) Napas spontan GCS : 1-1-1 ROSC Inj sulfas atropin 2 amp
HR (+) HR : 45 x/menit
RR : 8 x/menit
ECG : AF
TINJAUAN PUSTAKA
A. ATRIAL FIBRILASI
1. PENGERTIAN
Atrial fibrillasi (AF) adalah gangguan irama jantung yang paling sering
ditemukan, dan prevalensinya meningkat seiring usia populasi.Walaupun sering
terkait dengan penyakit jantung lainnya, AF terkadang muncul pada pasien tanpa
keluhan jantung tertentu. Gangguan hemodinamik dan kejadian tromboemboli
menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Tabel 1.1 Definisi pada tiap klasifikasi Atrial Fibrilasi (AF).
Sumber : 2014 AHA/ACC/HRS Guideline for the Management of Patients With Atrial
Fibrillation: Executive Summary
Sumber : Lilly, LS. Pathophysiology of Heart Disease 4th ed. Lippincott & Wilkins.
AV nodal merupakan suatu faktor yang dapat membatasi konduksi selama AF.
AV nodal terlokasi pada anterior dari trigonum Koch, yang dikelilingi oleh sel
transisional. Terdapat 2 jalur impuls dari atrium ke AV nodal yaitu dari posterior
melalui crista terminalis dan dari anterior melalui septum interatrial. Pada suatu kasus
bisa jadi terdapat jalur aksesori (mis.pada sindroma WPW), yang merupakan serabut
otot yang menghubungkan atrium dan ventrikel dan mempunyai kapasitas untuk
konduksi cepat. Konduksi melalui jalur aksesori selama AF berlangsung dapat
menyebabkan very rapid ventricular response dan dapat berakibat fatal. Obat-obatan
seperti digitalis, calcium channel antagonist, dan beta-blocker umumnya diberikan
untuk memperlambat konduksi pada AV nodal selama AF, namun tidak menghentikan
aliran impuls yang melalui jalur aksesori, sehingga dapat meningkatkan konduksi dan
menyebabkan hipotensi ataupun cardiac arrest.
Gambar 1.8 Trigonum Koch
Pada AF, ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi fungsi hemodinamik,
yaitu : hilangnya aktivitas mekanik atrial yang sinkron, respon ventrikular yang
irregular, dan nadi yang sangat cepat. Respon ventrikular yang cepat dapat
menurunkan cardiac output, sehingga dapat terjadi hipotensi dan kongesti pulmo.
Hilangnya aktivitas mekanik atrial yang sinkron dapat menyebabkan darah menjadi
stasis di atrium, sehingga meningkatkan risiko thrombus, yang merupakan penyebab
penting dari kejadian stroke. Thrombus yang terkait dengan AF seringkali berasal dari
left atrial appendage (LAA). Namun karena patofisiologi dari thromboembolisme
pada pasien AF belum dapat dijelaskan secara pasti, maka mekanisme yang
menghubungkan faktor risiko stroke iskemik pada AF juga belum dapat secara
lengkap dijabarkan.
Oleh karena itu, fokus tatalaksana pada AF adalah pada tiga aspek,
yaitu: (1) ventricular rate control, (2) mengembalikan ke irama sinus, dan (3)
penilaian kebutuhan antikoagulan untuk mencegah thromboembolisme.
A Report of the American College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines and the European Society of Cardiology Committee for Practice
Guidelines and Policy Conferences (Committee to Develop Guidelines for the
Management of Patients With Atrial Fibrillation). 2001. ACC/AHA/ESC Guidelines
for the Management of Patients With Atrial Fibrillation : Executive Summary. Journal
of the American College of Cardiology Vol 38, No.4
A Report of the American College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on
Practice Guidelines and Heart Rythm Society. 2014. ACC/AHA/ESC Guidelines for
the Management of Patients With Atrial Fibrillation : Executive Summary. Journal of
the American College of Cardiology Vol 64, No.21.
Atrial Fibrillation Clinical Presentation. 2013. (Accessed Sep 27, 2013, at http://emedicine.
medscape.com/article/151066-clinical.)