You are on page 1of 8

Dongeng Fabel Singkat Si Ulat Bulu

Ada sebuah taman labirin kecil nan elok yang menghiasi sebuah istana kerajaan yang megah. Di
taman labirin itu tumbuh dan hiduplah berbagai macam bunga yang amat sangat indah dan sedap
dipandang. Aromanya pun memikat siapapun yang menghirupnya. Daun-daunnya yang hijau dan
segar pun seolah-olah menyejukkan mata. Diantara berbagai jenis bunga yang tumbuh disana,
hiduplah seekor ulat yang berbulu hitam pekat dan gemuk. Diantara ulat-ulat yang tinggal disana, si
ulat bulu inilah yang memiliki bulu paling lebat paling muda dari pada ulat lainnya. Meskipun begitu, ia
tidak menyombongkan apa yang dimilikinya kepada yang lain.
Tatkala itu hinggaplah seekor kupu-kupu betina di sebuah dahan bunga mawar dan bergegas
menghisap madu bunga mawar tersebut hingga terasa kenyang dan puas dengan apa yang
didapatinya hari itu. Sembari hinggap di dahan bunga mawar, ia pun menyempatkan diri untuk
beristirahat sejenak sembari memandangi indahnya bunga- bunga di taman labirin tersebut. Tanpa
disengaja, si kupu-kupu betina tadi mengalihkan pandangan matanya di sebuah tangkai daun yang
masih ranum. Dilihatnya lah si ulat bulu yang hendak mencari makan.
“ihhh…binatang apa itu? Mengapa kumal sekali dia?” gemih si kupu-kupu betina menatapnya
dengan keheranan.
Akan tetapi si ulat bulu tak mendengar apa yang telah diucapkan si kupu-kupu tadi dan melahapi
pucuk dedaunan ranum yang renyah dan nikmat untuk disantap.
Karena merasa jijik melihat si ulat bulu, ia pun bertanya dengan lantang “Hai, makhluk jelek, sedang
apa kau disana? Apa kamu tidak jijik dengan diri kamu sendiri, kotor dan kumal?”.
Karena suaranya yang lantang, akhirnya si ulat bulu pun menoleh menuju asal suara tadi. Dan
ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu betina yang cantik rupawan.
“Hai, kupu-kupu betina, bersyukurlah Tuhan menganugerahimu sayap-sayap yang indah yang belum
tentu semua hewan memilikinya” sahut si ulat bulu dengan penuh wibawa sembari tersenyum simpul.
Mendengar ucapan si ulat bulu tadi, si kupu-kupu betina pun tersadar dan ingat bahwa Tuhan Maha
Menciptakan segalanya. Tidak sepantasnya ia mengolok-olok si ulat bulu sedemikian sinisnya karena
merasa jijik melihatnya.
Sejenak ia termenung oleh ucapan si ulat bulu tadi. “Hahaha…apa yang sedang kau fikirkan?apakah
perkataanku tadi menyakitimu?” Tanya si ulat bulu yang terkejut melihat si kupu-kupu betina yang
tengah diam termenung.
“aku mohon maaf ulat bulu, tidak sepantasnya perkataan tadi aku ucapkan padamu karena itu
sungguh menyakitkanmu…tidak sepantasnya aku merasa jijik dengan apa yang kamu miliki,
mestinya aku bisa bersyukur dan bangga dengan segala CiptaanNya. Kau telah menyadarkanku ulat
bulu, sekali lagi maafkanlah aku ulat bulu…” pinta si kupu-kupu sembari meneteskan air mata karena
menyesal.
“Sudahlah kupu-kupu…aku tidak apa-apa, aku salut dan bangga padamu. “ jawab si ulat bulu
sembari melempar senyumnya kepada si kupu-kupu.
“tapi kenapa kau tidak marah kepadaku, ulat bulu?” Tanya si kupu-kupu dengan polosnya.
Mendengar pertanyaan si kupu-kupu tadi, si ulat bulu pun tertawa terbahak-bahak.” Hahaha,,,untuk
apa aku marah kepadamu, kupu-kupu? Kondisiku memang seperti ini, Tuhan menganugerahiku bulu-
bulu yang lebat, dan aku sangat bersyukur memilikinya. Begitu pula dengan kau, kupu-kupu…”
“Terima kasih ulat bulu, karena kau tak marah akan perkataanku tadi” ujar si kupu-kupu. “Tentu saja
tidak, sahabatku…kita sesama makhlukNya sudah sepantasnya bersyukur dan bersyukur, Oke?!”
jawab si ulat bulu sembari tersenyum ramah kepada si kupu-kupu betina.
“Terima kasih ulat bulu…maaf hari sudah mulai petang, aku harus segera pulang bersama saudara-
saudaraku di taman seberang istana” kata si kupu- kupu yang hendak berpamitan.
“Baiklah kupu-kupu, berhati-hatilah dan salam syukur untuk semua saudaramu disana, ingatlah
pesanku tadi” sahut si ulat bulu.
“Iya, tentu saja ulat bulu,,,terima kasih telah menyadarkanku” jawab si kupu-kupu betina sambil mulai
mengepak-kepakkan sayap indahnya dan bergegas terbang.
Selepas kepergian si kupu-kupu betina tadi, si ulat bulu pun segera menyudahi makanannya dan
berbaring bersandar santai di sebuah tangkai yang besar dan kuat. Sembari demikian, si ulat bulu tak
lupa senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah didapatkannya.
“Meremehkan orang lain adalah pekerjaan tak berguna. Menghabiskan tenaga, tapi tak
menghasilkan keuntungan apapun. Menghabiskan waktu dan perhatian, tapi tak mendatangkan
kebahagiaan. Hanya kenikamtan satu detik, tapi berakhir dengan sesuatu yang mengecewakan.”
dongeng monyet dan unta peniru

Dongeng Monyet dan Unta Peniru - Pada suatu perayaan besar untuk menghormati sang Singa si Raja
Hutan, seekor monyet diminta untuk menari di depan hewan yang hadir pada perayaan itu. Tarian sang
Monyet begitu indahnya sehingga semua hewan yang hadir menjadi senang dan gembira melihatnya.

Pujian yang didapatkan oleh sang Monyet membuat seekor unta yang hadir menjadi iri hati. Dia sangat
yakin bahwa ia bisa menari seindah tarian sang monyet, bahkan mungkin lebih baik lagi, karena itu dia
maju ke depan menerobos kerumunan hewan yang menonton tarian monyet, dan sang Unta mengangkat
kaki depannya, mulai menari. Tapi unta yang sangat besar itu membuat dirinya kelihatan konyol saat
menendang-nendangkan kakinya ke depan dan memutar-mutarkan lehernya yang kaku dan panjang. Selain
itu, sang unta sulit untuk menjaga agar tapak kakinya yang besar tetap terangkat ke atas.

Akhirnya, salah satu tapak kakinya yang besar hampir mengenai hidung sang Raja Hutan sehingga hewan-
hewan yang jengkel melihat tingkah sang Unta, mengusirnya keluar sampai ke padang gurun.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng monyet dan unta peniru ini adalah

Jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dapat kamu lakukan.
Semut yang hemat (dongeng dari Mesir)

Di zaman Mesir Kuno, ada seorang raja yang adil dan bijaksana. Raja sangat mencintai rakyatnya.
Raja juga dikenal sebagai penyayang binatang.
Suatu hari, saat raja berjalan-jalan, ia menemui seekor semut. Semut merasa senang dan bangga
dikunjungi raja.

"Bagaimana kabarmu, semut?" tanya sang raja.

"Hamba baik-baik saja, Baginda," jawab semut gembira.

"Dari mana saja kau?" tanya raja.

"Hamba sejak pagi pergi mencari makanan. Tetapi, sampai sekarang belum juga
mendapatkannya, Baginda," jawab semut.

"Jadi, sejak pagi kau belum makan?" tanya raja.

"Benar, Baginda," jawab semut kembali.

Raja termenung sejenak, kemudian berkata,


"Hai semut! Berapa banyak makanan yang kau perlukan dalam setahun?"

"Hanya sepotong roti saja, Baginda," jawab semut.

"Kalau begitu, maukah kau kuberi sepotong roti untuk makananmu setahun?" kata raja.

"Hamba sangat senang, Baginda," jawab semut.

Raja lalu membawa semut ke istananya. Semut sangat gembira karena ia tidak perlu susah-susah
lagi mencari makanan untuk setahun.

"Sekarang, masuklah ke dalam tabung yang telah kuisi sepotong roti ini!" perintah sang raja.

"Terima kasih, Baginda. Hamba akan masuk," jawab semut.

"Setahun yang akan datang, tabung ini baru akan kubuka," ujar sang raja lagi.

"Hamba sangat senang, Baginda," kata semut.


Tabung berisi roti dan semut itu pun segera ditutup rapat oleh sang raja. Tutup tabung itu terbuat
dari bahan khusus sehingga udara tetap masuk ke dalamnya. Tabung tersebut kemudian disimpan di
ruang khusus dalam istana.
Waktu berlalu, akhirnya telah genap setahun. Sang raja teringat janjinya pada semut. Perlahan-
lahan, raja membuka tutup tabung.
"Bagaimana kabarmu, semut?" tanya sang raja.

"Keadaan hamba baik-baik saja, Baginda," jawab semut.

"Tidak pernah sakit selama setahun di dalam tabung?" tanya raja kembali kepada semut.

"Tidak, Baginda. Keadaan hamba tetap sehat selama setahun," jawab semut dengan tersenyum.

Kemudian sang raja melihat ternyata roti yang dia sediakan untuk semut masih tersisa separuh.

"Mengapa roti pemberianku kau sisakan separuh?" tanya sang raja.


"Bukankah dalam setahun kau memerlukan sepotong roti. Mengapa tak kau habiskan?" tanya raja
kembali kepada semut.

"Begini, Baginda. Roti itu memang sengaja hamba sisakan separuh. Sebab, hamba khawatir
jangan-jangan Baginda lupa membuka tutup tabung ini. Kalau Baginda lupa membukanya, hamba
masih dapat makan roti setahun lagi. Tapi, untunglah Baginda tidak lupa. Hamba senang sekali,"
jawab semut panjang lebar.

Sang raja terkejut mendengar penjelasan semut. Kemudian, ia tersenyum dan berkata,
"Kau semut yang hebat. Kau dapat menghemat kebutuhanmu. Hal ini akan kusiarkan ke seluruh
negeri agar rakyatku dapat mencontohmu. Kalau semut saja dapat menghemat kebutuhannya,
mengapa manusia justru hidup boros?"

Pesan moral : Biasakan hidup hemat dan jangan boros, jika memiliki uang yang banyak, tabunglah.
Jangan dihabiskan hanya untuk memuaskan keinginanmu.
Nasib burung hantu pemalas (dongeng dari Rusia)

Dahulu kala, hiduplah seekor burung hantu abu-abu di sebuah hutan yang lebat. Burung hantu
sangat pemalas. Ia tidak suka terbang berpindah dari satu dahan ke dahan lain dan hanya berdiam
di satu dahan seharian.

Pada suatu hari, burung hantu sedang tidur di dahannya. Tiba-tiba, burung pelatuk hinggap di
batang pohon tidak jauh dari burung hantu. Burung pelatuk mulai mematuki batang pohon dengan
cepat.

Suara bising burung pelatuk membangunkan burung hantu. Ia menggerakkan sayapnya sedikit dan
dengan malas mengusir burung pelatuk.

"Mengapa kau berisik sekali? Kau mengganggu tidurku, pelatuk jahat," kata burung hantu.

"Aku sedang mencari makanan," jawab burung pelatuk.

"Carilah makanan di tempat lain. Enyahlah kau!" bentak burung hantu.

"Semua orang sibuk bekerja, hanya engkau yang bermalas-malasan," kata burung pelatuk sambil
pergi.

Burung hantu kembali tidur. Tapi, belum sempat menutup mata, ia mendengar suara siulan
menakutkan magpie (sejenis burung gagak di daratan Eropa). Suaranya keras sekali karena magpie
bertengger tidak jauh dari burung hantu.

"Hei, berisik! Pergilah kau!" usir burung hantu.


Magpie tidak takut pada burung hantu.
"Mengapa engkau tidur terus? Lihatlah sekitarmu! Semua burung sibuk sekali. Ada yang mencari
makanan, membangun sarang, dan sebagainya," kata magpie.

Sebelum burung hantu menjawab, magpie sudah pergi dengan acuh tak acuh. Lalu ketika burung
hantu akan tidur lagi. Tiba-tiba, ia merasakan seekor burung kecil terbang di atas kepalanya. Saat
ia membuka mata, ia melihat burung tomtit (sejenis burung pipit) sedang mengumpulkan ranting
pohon untuk membuat sarang.

Burung hantu mengawasi tomtit yang sedang sibuk.


"Suatu hari aku juga akan membangun sarangku," pikir burung hantu.

Malam telah tiba. Udara saat itu sangat dingin. Burung hantu menjadi gemetar kedinginan. Ia
menekankan sayap ke tubuhnya dan teringat sarang tomtit yang hangat.
"Andaikan saja aku bisa tidur di sarang sehangat itu," pikir burung hantu.

Malam semakin dingin. Rasa-rasanya burung hantu akan mati oleh dinginnya malam. Tapi, pagi pun
tiba dan matahari terbit. Burung hantu mulai merasa hangat lagi. Ia lupa pada keinginannya
membangun sarang dan tertidur lagi.
Begitulah seterusnya burung hantu yang malas. Ia tidak pernah membangun sarangnya.

Pesan moral : Jangan jadi anak pemalas. Orang yang malas akan merugi. Jadilah anak yang mandiri
dan suka bekerja keras.
Seekor unta dan tuannya (dongeng dari Arab Saudi)

Suatu malam, seekor unta mengintip ke dalam tenda saat tuannya sedang tidur.
"Pasti hangat sekali di dalam sana," pikir unta.

"Aku ingin juga tenda yang hangat untuk tidur," kata unta sambil memasukkan kepalanya ke
dalam tenda.

"Kau tidak keberatan aku masukkan kepalaku dalam tenda, kan?" kata unta pada tuannya.
"Anginnya dingin sekali malam ini," ujar unta

"Sama sekali aku tidak keberatan, masih banyak ruang di dalam tenda," jawab tuannya.

Tidak lama kemudian unta bertanya, "Tuanku yang baik, leherku kedinginan, kau tidak keberatan
aku memasukkan leherku ke dalam tenda?"

"Tidak, aku tidak keberatan," kata tuannya.

Unta memasukkan lehernya. Tapi, sesaat kemudian ia membangunkan tuannya yang sudah tidur dan
berkata,

"Dua kaki depanku kedinginan, boleh kan aku memasukkannya?"

Tuannya bergeser sedikit dan berkata, "Boleh, aku tahu ini malam yang dingin." Unta pun
memasukkan kedua kaki depannya.

Tapi, ia kembali membangunkan tuannya dan berkata,

"Pintu tenda terbuka karena ada badanku menghalangi. Angin masuk dan membuat badan kita
berdua kedinginan. Bukankah sebaiknya aku masuk sekalian?" kata unta.

"Ya, masuklah. Tendanya memang sempit. Tapi, aku tidak mau kau kedinginan," kata tuannya.

Setelah unta memasukkan seluruh badannya, ia berkata, "Ya, tendanya memang tidak cukup
untuk kita berdua. Jika kau keluar, aku pasti bisa berbaring. Jadi, pergilah!" untapun mendorong
tuannya keluar.
Kini, unta ingin menguasai tenda untuk dirinya sendiri. Sungguh unta yang serakah.

Pesan moral : Jangan jadi anak serakah. Batasilah keinginanmu karena tidak semua hal bagus
untuk dirimu. Ada kalanya kamu harus memberikan barang yang tidak bermanfaat bagimu kepada
orang lain. Mungkin barang itu lebih bermanfaat bagi orang lain.

You might also like