Professional Documents
Culture Documents
RESISTENSI INSULIN
Oleh:
Gema Akbar Wakhidana
NIM 132011101009
Dokter Pembimbing:
dr. Ali Santosa, Sp. PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Insulin
2.1.1 Struktur dan Bahan Kimia Insulin
Insulin merupakan hormone peptide yang disekresikan oleh sel β dari Langerhans
pankreas. Fungsi insulin adalah untuk mengatur kadar normal glukosa darah. Insulin
bekerja melalui memperantarai uptake glukosa seluler, regulasi metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein, serta mendorong pemisahan dan pertumbuhan sel
melalui efek motigenik pada insulin9.
Insulin memiliki struktur dipeptida, yang terdiri dari rantai A dan B. Kedua rantai
ini dihubungkan dengan jembatan sulfide yang menghubungkan struktur helix terminal
N-C dari rantai A dengan struktur central helix dari rantai B. Insulin mengandung 51
asam amino, dengan berat molekul 5802. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai
B terdiri dari 30 asam amino9.
dari vesikel penyimpanan intraseluler ke arah membran plasma, dan juga ke tubulus
transversa pada sel otot,. Efek bersihnya adalah peningkatan kecepatan maksimal
transpor glukosa ke dalam sel6,7.
Gerakan intraselular GLUT-4 dimulai dengan pengikatan insulin pada bagian
ekstraseluler dari reseptor insulin transmembran. Ikatan ini mengaktifkan fosforilasi
tirosin kinase pada bagian intraseluler dari reseptor. Substrat utama untuk tirosin kinase
ini termasuk insulin reseptor-substrat molekul (IRS-1, IRS-2, IRS-3, dan IRS-4), Gab-1
(Grb2 [faktor pertumbuhan reseptor yang terikat protein 2] terkait pengikat 1), dan SHC
(Src dan kolagen-homolog protein). Dalam sel lemak dan otot rangka, aktivasi
selanjutnya dari phosphoinositol-3 kinase diperlukan untuk stimulasi transpor glukosa
oleh insulin dan sudah cukup untuk menimbulkan setidaknya translokasi sebagian
GLUT-4 ke membran plasma5,6.
Aktivasi protein kinase serin-treonin juga terlibat. Phosphoinositol-3 kinase juga
mengaktifkan kinase lain dengan menghasilkan produk lipid phosphatidylinositol dalam
bilayer lipid membran sel. Lipid ini, pada gilirannya, akan mengaktifkan molekul
signaling kunci. Dengan cara ini, serin-treonin kinase yang, disebut protein kinase B
(atau Akt), dan phosphoinositide-dependent kinase 1 dibawa bersama-sama, hingga
memungkinkan molekul kedua untuk memfosforilasi dan mengaktifkan protein kinase
B. Beberapa isoform protein kinase C juga diaktifkan oleh insulin , dan
phosphoinositide-dependent protein kinase 1 dapat menyebabkan aktivasi protein kinase
C karena molekul ini memfosforilasi loop aktivasi protein kinase C 6,8.
Translokasi intraselular GLUT-4 ke membran plasma dirangsang oleh ekspresi
bentuk aktif protein kinase B atau isoform atipikal protein kinase C pada percobaan
kultur sel. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu atau kedua kinase tersebut adalah
mediator kimia dalam proses insulin merangsang translokasi GLUT-4 in vivo. Isoform
atipikal protein kinase C adalah kandidat yang baik: telah dibuktikan bahwa
menghalangi kerja mereka akan melemahkan pergerakan GLUT-4, sedangkan
penelitian di mana aktivasi protein kinase B diblok memiliki hasil yang bertentangan.
Selanjutnya, pada sel otot dari subyek diabetes, pada konsentrasi insulin fisiologis,
8
Gambar 4. Jalur sinyal insulin dalam metabolisme glukosa di sel otot dan adipose
9
glycation end products (AGEs)8. AGEs ini merupakan subtansi nonenzymatik yang
merupakan produk dari metabolisme glukosa dan protein dengan laju turnover yang
lambat.
Resistensi insulin juga dapat diinduksi oleh faktor yang berasal dari dalam sel.
Stres intraseluler seperti Reactive Oxygen Species (ROS) atau Reactive Nitrogen Species
(RNS), stres pada retikulum endoplasmikum, ceramide, and beragam isoform dari PKC
(Protein Kinase C). Beragam faktor intrasel ini akan mengaktifkan jalur JNK dan
IKKβ/NF-κβ dan lebih lanjut dapat menginduksi resistensi insulin pada sel target8.
Mekanisme molekular resistensi insulin yang dinduksi proses inflamatorik dapat dilihat
pada Gambar 1:
Mekanisme resistensi insulin yang kedua adalah yang disebabkan oleh obesitas.
Obesitas dapat menimbulkan resistensi insulin melalui peningkatan produksi asam
lemak bebas. Asam lemak bebas yang terakumulasi di jaringan akan menginduksi
resistensi insulin terutama pada hati dan otot.
Hipotesis Randle menyatakan mekanisme induksi resistensi insulin oleh asam
lemak ini terjadi akibat kompetisi asam lemak dan glukosa untuk berikatan dengan
reseptor insulin. Oksidasi asam lemak akan menyebabkan peningkatan asetil koA pada
mitokondria dan inaktivasi enzim piruvat dehidrogenase. Mekanisme ini akan
menginduksi peningkatan kadar sitrat intraselular yang akan menghambat akumulasi
fosfo-fruktokinase dan glukosa-6 phosphat yang menyebabkan akumulasi glukosa
interselular dan mengurangi uptake glukosa dari ekstrasel9.
Teori baru mengenai resistensi insulin yang diinduksi oleh asam lemak
menyebutkan bahwa akumulasi asam lemak dan metabolitnya di dalam sel akan
menyebabkan aktivasi jalur serin/threonin kinase. Aktivasi jalur ini menyebabkan
fosforilasi pada gugus serin dari kompleks IRS, sehingga fosforilasi dari gugus tironin
seperti pada mekanisme kerja insulin yang normal akan terhambat. Hambatan pada
fosforilasi gugus tironin kompleks IRS ini menyebabkan tidak teraktivasijalur PI3
kinase dan menyebabkan glukosa tetap berada di ekstrasel2,10. Mekanisme resistensi
insulin yang diinduksi oleh asam lemak dapat diamati pada Gambar 2.
Kadar insulin puasa, FIGR, QUICKI dan HOMA lebih praktis untuk penelitian
lapangan karena hanya memerlukan satu kali pemeriksaan. Kadar insulin puasa
mencerminkan resistensi insulin, semakin tinggi kadar insulin puasa, semakin tinggi
tingkat resistensi insulin. Hal ini didasarkan pada pengertian resistensi insulin
menyebabkan kompensasi berupa keadaan hiperinsulinemia. Kadar insulin puasa
berkorelasi antara 0,58-0,92 dengan hasil pengukuran resistensi insulin dengan metode
clamp atau FSIVGTT11.
Indeks QUICKI memiliki korelasi antara 0,69-0,89 dengan hasil pengukuran
resistensi insulin dengan metode clamp, sedangkan FIGR memiliki korelasi antara 0,82-
0,91 dengan hasil pengukuran resistensi insulin dengan metode FSIGTT, dan korelasi
sebesar 0,37 dengan hasil pengukuran resistensi insulin dengan metode clamp11. FIGR
didapatkan dengan membandingkan kadar glukosa (mg/dl) dengan kadar insulin puasa
(μU/ml). Di antara keempat metode tersebut indeks HOMA memiliki sensitivitas dan
spesifisitas terbaik untuk mendeteksi resistensi insulin pada anak dan remaja8.
Indeks HOMA merupakan pengukuran yang valid dan reliabel untuk
mengetahui resistensi insulin pada anak dan remaja dibandingkan FGIR dan QUICKI.
Tingkat resistensi insulin berbanding lurus dengan besarnya indeks HOMA. Semakin
15
tinggi nilai indeks HOMA, semakin tinggi derajat resistensi insulin. Kesepakatan
internasional maupun regional mengenai nilai acuan untuk menentukan resistensi
insulin baik pada dewasa maupun pada remaja berdasarkan indeks HOMA belum
terdapat sampai saat ini. Pada dewasa, nilai patokan yang digunakan untuk menentukan
status resistensi insulin antara lain 2,518 dan 220. Keskin menggunakan nilai patokan
2,5 untuk dewasa dengan obesitas sedangkan nilai patokan 2 digunakan pada penelitian
Tabata untuk menilai resistensi insulin dilakukan pada populasi dewasa laki-laki di
Jepang dengan berat badan normal. Nilai acuan yang digunakan untuk menentukan
resistensi insulin pada remaja antara lain 3,29 dan 3,16. Nilai 3,29 adalah quartil atas
untuk resistensi insulin pada keseluruhan populasi remaja2,10, sedangkan nilai 3,16 yang
merupakan nilai patokan untuk menentukan resistensi insulin pada populasi remaja
obesitas8. Masih diperlukan penelitian lanjutan mengenai nilai patokan yang digunakan
untuk menentukan diagnosis resistensi insulin yang sesuai dengan karakteristik populasi
di Asia.
16
BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA