Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
1.2.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui interpretasi kasus pasien skenario
1.2.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja heroin
1.2.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pengguna zat psikoaktif
1.2.4 Agar mahasiswa dapat mengetahui dasar hukum pengelompokan zat terlarang
1.2.5 Agar mahasiswa dapat mengetahui mengapa disebut zat terlarang dan jika terlarang
mengapa masih banyak beredar
1.2.6 Agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan ketergantungan dan penyalahgunaan
zat menurut DSM-IV
1.2.7 Agar mahasiswa dapat mengetahui diagnosis pasien di skenario menurut DSM-IV
1.2.8 Agar mahasiswa dapat mengetahui kapan seorang pengguna zat terlarang harus
direhabilitasi
1.2.9 Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana caramerehabilitasi pasien pengguna
zat psikoaktif
1.2.10 Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana caramengedukasi terhadap pasien,
keluarga dan masyarakat
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
“HIDUPKU KACAU”
Hendra merupakan seorang laki-laki berusia 35 tahun dan sudah berkeluarga dengan 2
orang anak. Hendra merupakan karyawan suatu pabrik yang berlokasi tidak jauh dari
tempat tinggalnya. Ia sering merasa pekerjaannya tidak layak, dengan usianya yang
sudah mencapai 35 tahun ia merasa tidak memiliki apapun secara materi. Di panti
rehabilitasi, Hendra sering mengamuk, berteriak, cenderung menyakiti orang lain dan
diri sendiri. Nafas cepat, denyut janung meningkat dan meminta untuk diberikan “bubuk
favoritnya”. Hendra sudah berada di dunianya sendiri. Baginya tiada kesenangan lain
selain bisa mendapatkan bubuk favoritnya.
Kondisi ini diperberat dengan adanya kritikan yang sering diterima dari istri, ia pun
merasa pekerjaannya saat ini tidak sesuai dengan harapannya. Menghadapi bebannya
yang dirasa berat inim Hendra sering mengikuti ajakan teman kerjanya untuk pergi ke
tempat hiburan malam. Mereka sama-sama menikmati hiburan malam disertai dengan
rokok, minuman alkohol hingga puncaknya dengaan mengkonsumsi heroin. Hal ini
berlangsung lebih dari satu tahun, dan pada akhirnya Hendra menjalani perawatan di
tempat rehabilitasi. Bersyukur masih ada saudara yang masih peduli dengan keadaan
Hendra dimana istri dan keluarga lainnya tidak perduli dengan keadaannya.
2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 Terminologi
a. Heroin
salah satu zat yang termasuk dalam golongan opioid yang berasal dari
bahan semisintetis.
b. Rehabilitasi
rehabilitasi medik yaitu proses kegiatan pengobatan terpadu untuk
bebaskan pecandu dari ketergantungan
2.2.2 Interpretasi kasus pasien skenario
2.2.3 Mekanisme kerja heroin
Heroin diabsorbsi dengan baik disubkutaneus, intramuscular dan permukaan
mukosa hidung atau mulut, dengan cepat masuk ke dalam darah dan menuju jaringan.
Konsentrasi heroin tinggi di paru-paru, hepar, ginjal dan limpa, sedangkan di otot
3
skelet konsentrasinya rendah. Heroin dapat menembus sawar darah otak lebih mudah
dan cepat dibandingkan dengan morfin atau golongan opioid lainnya. Heroin didalam
otak cepat mengalami hidrolisa menjadi monoasetilmorfin dan akhirnya menjadi
morfin, kemudian mengalami konjugasi dengan asam glukuronik menjadi morfin 6-
glukoronid yang berefek analgesik lebih kuat dibandingkan morfin itu sendiri. Heroin
diekskresi melalui urin (ginjal), 90% diekresi dalam 24 jam pertama, meskipun masih
dapat ditemukan dalam urin setelah 48 jam. Heroin didalam tubuh diubah menjadi
morfin dan diekresikan sebagai morfin.
Heroin bekerja di dua tempat utama, yaitu susunan saraf pusat dan 9 visceral.
Pada susunan saraf pusat opioid (heroin) berefek di daerah korteks, hipokampus,
thalamus, nigrostriatal, sistem mesolimbik, locus ceruleus, daerah periakuaduktal,
medula oblongata dan medula spinalis. Pada sistem saraf visceral, opioid (heroin)
bekerja pada pleksus myenterikus dan pleksus submukous yang menyebabkan efek
konstipasi.
2.2.4 Tanda dan gejala pengguna zat psikoaktif
4
Inhalan lain: nitrogen Euphoria, mengantuk, konfusi Ataksia, analgesia,
oksida depresi pernapasan,
hipotensi
Alcohol Pertimbangan buruk, banyak Nistagmus, muka
bicara, agresi, gangguan kemerahan, ataksia,
atensi, amnesia bicara cadel
Halusinogen: LSD, Halusinasi, ide paranoid, Midriasis, ataksia,
psilocybin,mescaline, perasaan pencapaian dan konjungtiva hiperemis,
DMT,DOM atau STP, kekuatan palsu, kecendrungan takikardi, hipertensi.
MDA bunuh diri, atau membunuh
Phencyclidine Halusinasi, ide paranoid, Nistagmus, midriasis,
mood labil, asosiasi, longgar, ataksia, takikardi,
katatonia, perilaku kekerasan, hipertensi.
kejang
Hidrokarbon volatif, dan Euphoria, sensorium Ataksia, bau pernapasan,
derivate minyak bumi: mengabur, bicara cadel, taikardi dengan
lem, benzene, gasoline, halusinasi pada 50% kasus kemungkinan fibrilasi
tiner vermis, cairan ventrikuler,
permantik api, aerosol kemungkinan kerusakan
pada otak, hati ginjal,
miokardium, kerusakan
otak permanen jika di
gunakan setiap hari,
selama lebih dari 6
bulan.
Alkaloid belladonna, Konfusi, luapan, kegembiraan, Kulit panas, eritema.
medikasi yang di jual delirium, stupor, koma. Lemah, haus, pandangan
bebas, dan morning glory kabur, mulut dann
seeds, stramonium, tenggorokan kering,
homartropine, midriasis, kedutan,
scopolamine. disfagia, sensivitas
cahaya, pireksia,
hipertensi diikuti syok
5
retensi urin.
2.2.6 Mengapa disebut zat terlarang dan jika terlarang mengapa masih banyak
beredar?
Disebut zat terlarang Karena zat zat tersebut memiliki resiko penyalah gunaan
obat yang cukup tinggi. Obat psikotropik sebagai salah satu zat psikoaktif bila
digunakan secara salah (missuse) atau disalah gunakan (abuse) beresiko
menyebabkan timbulnya gangguan jiwa yang menurut PPDGJ-III termasuk
kategori diagnosis F.10-F.19 “gangguan mental dan prilaku aibat penggunaan zat
psikoaktif” .
Meskipun terlarang, keberadaannya tetap dapat beredar dimasyarakat karena
Karna hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat
hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba
yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan
tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua,
ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.
6
Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit
kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa,
bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga
saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada
anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi
dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.
8
2) Kebutuhan mendapatkan terapi harus selalu siap tersedia setiap waktu.
Seorang dengan adiksi umum-nya tidak dapat memastikan kapan memutuskan
untuk masuk dalam program terapi. Pada kesempatan pertama ia mengambil
keputusan, harus secepatnya dilaksanakan (agar ia tidak berubah pendirian
kembali)
3) Terapi yang efektif harus mampu memenuhi banyak kebutuhan (` needs')
individu tersebut, tidak semata-mata hanya untuk kebutuhan memutus
menggunakan Napza
4) Rencana program terapi seorang individu harus dinilai secara kontinyu dan
kalau perlu dapat
5) dimodifikasi guna memastikan apakah rencana terapi telah sesuai dengan
perubahan kebutuhan orang tersebut atau belum
6) Mempertahankan pasien dalam satu periode waktu program terapi yang
adekuat merupakan sesuatu yang penting guna menilai apakah terapi cukup
efektif atau tidak
7) Konseling (perorangan dan/atau kelompok) dan terapi perilaku lain merupakan
komponen kritis untuk mendapatkan terapi yang efektif untuk pasien adiksi
8) Medikasi atau psikofarmaka merupakan elemen penting pada terapi banyak
pasien, terutama bila dikombinasikan dengan konseling dan terapi perilaku
lain
9) Seorang yang mengalami adiksi yang juga menderita gangguan mental, harus
mendapatkan terapi untuk keduanya secara integrative
10) Detoksifikasi medik hanya merupakan taraf permulaan terapi adiksi dan
detoksifikasi hanya sedikit bermakna untuk menghentikan terapi jangka
panjang
11) Terapi yang dilakukan secara sukarela tidak menjamin menghasilkan suatu
bentuk terapi yang efektif. Kemungkinan penggunaan zat psikoaktif selama
terapi berlangsung harus dimonitor secara kontinyu
12) Program terapi harus menyediakan assessment untuk HIV/AIDS, Hepatitis B
dan C, Tuberkulosis dan penyakit infeksi lain dan juga menyediakan konseling
untuk membantu pasien agar mampu memodifikasi atau merubah tingkah-
lakunya, serta tidak menyebabkan dirinya atau diri orang lain pada posisi yang
berisiko mendapatkan infeksi
9
Recovery dari kondisi adiksi NAPZA merupakan suatu proses jangka panjang
dan sering mengalami episoda terapi yang berulang-ulang.
2.2.10 Edukasi terhadap keluarga pasien penyalahgunaan napza
a. Memberikan motivasi kepada penderita dan sebaiknya keluarga tidak menjauhi
penderita agar penderita tidak semakin terjerumus dengan napza.
b. Tetap memberikan perhatian kepada penderita
c. Keluarga sebaiknya menanamkan nilai keagamaan pada penderita agar dapat
terhindar dari napza.
d. Keluarga diharapkan ikut terlibat dalam setiap kegiatan penderita.
e. Mengajak penderita untuk ikut melakukan kegiatan yang positif
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
Daftar pustaka
12