Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hot plate : berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan temperatur
yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut)
2. Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu alas
yang berisi “sampel”
3. Ujung rotor “sampel” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
4. Lubang kondensor : berfungsi pintu masuk bagi air kedalam kondensor yang
airnya disedot oleh pompa vakum.
5. Kondensor : serfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses perubahan
fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
6. Lubang kondensor : berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam kondensor.
7. Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah bagi penampung
pelarut.
8. Ujung rotor “penampung” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.
2.1.2 Soxhlet
Catatan William B. Jensen bahwa contoh awal extractor kontinu adalah bukti
arkeologi untuk Mesopotamia air panas ekstraktor untuk bahan organik berasal dari
sekitar 3500 SM. Sebelum Soxhlet, kimiawan Perancis Anselme Payen juga
memelopori dengan ekstraksi terus menerus dalam tahun 1830-an (Amaya, 1991).
Sebuah ekstraktor Soxhlet adalah bagian dari peralatan laboratorium.
Ditemukan pada tahun 1879 oleh Franz von Soxhlet. Ini awalnya dirancang untuk
ekstraksi lipid dari bahan padat. Namun, ekstraktor Soxhlet tidak terbatas pada
ekstraksi lipid. Biasanya, ekstraksi Soxhlet hanya diperlukan apabila senyawa yang
diinginkan memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut, dan pengotor tidak larut dalam
pelarut. Jika senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan yang signifikan dalam
pelarut maka filtrasi sederhana dapat digunakan untuk memisahkan senyawa dari
substansi pelarut (Amaya, 1991).
Biasanya bahan padat yang mengandung beberapa senyawa yang diinginkan
ditempatkan dalam sebuah sarung tangan yang terbuat dari kertas filter tebal, yang
dimuat ke dalam ruang utama dari ekstraktor Soxhlet. Ekstraktor Soxhlet
ditempatkan ke botol berisi ekstraksi pelarut. Soxhlet tersebut kemudian dilengkapi
dengan sebuah kondensor (Amaya, 1991).
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus
atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel) , di atas sample
ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah Petroleum Spiritus dengan titik
didih 60 – 80°C. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih
ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan
Petroleum Spirit 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena
kelarutan lemak pada pelarut organik
Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet . Soxhlet
disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta
kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin
dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan (Edi,2009).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soklet menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan
uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut
melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila
volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari
pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak
kasar dilakukan selama 6 jam (Edi,2009).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehinggaterjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan
adanya pendingin balik. Penetapankadar lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan
dengan cara mengeluarkan lemak dari bahandengan pelarut anhydrous. Pelarut
anhydrous merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Haltersebut bertujuan
supaya bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta
keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan adalah
pelarut hexana
1. Lubang kondensor berfungsi sebagai jalan masuknya uap kekondensor dan jalan
keluarnya uap yang terkondensasi dari kondensor menuju timbal.
2. Ember berfungsi sebagai tempat penampung air yang keluar dari kondensor.
3. Jergen berfungsi sebagai wadah air
4. Elektromantel berfungsi sebagai pemanas untuk memanaskan pelarut .
5. Pipa F berfungsi sebagai tempat jalannya uap dari labu alas bulat kekondensor.
6. Selang air keluar berfungsi sebagai tempat keluarnya air dari kondensor.
7. Selang air masuk berfungsi sebagai tempat untuk mengalirkan air masuk
kekondensor.
8.Kondensor spiral berfungsi sebagai pendingin dan mempercepat proses
pengembunan.
9. Timbal berfungsi sebagai wadah sampel.
10. Sifon berfungsi sebagai tempat lewatnya siklus.
11. Kertas saring berfungsi untuk membungkus sampel yang akan dianalisis
12. Klem dan statif berfungsi sebagai penahan alat soxhletasi.
13. Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah pelarut dan sebagai penampung hasil
ekstraksi.
2.1.3 Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya dengan menggunakan gas sebagai fasa gerak yang melewati suatu
lapisan serapan yang diam. Tetapi tidak semua campuran komponen dapat
dipisahkan dengan kromatografi gas, terutama apabila komponen tersebut
mempunyai titik didih yang terlalu tinggi sehingga sukar untuk menguap atau jika
komponen mengurai pada suhu yang relatif tinggi. Kromatografi dibedakan atas 2
jenis yaitu kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam dan
kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-
kadang berupa polimerik. Pada kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan
pada kromatografi gas cair (KGC) terdapat partisi (larutan)
Kromatografi gas cair termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif
dan analisa kuantitatif), kromatografi gas cair yaitu sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik.Pada kromatografi gas cair
terdapat fase gerak dan fase diam. Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah
sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fasa gas bergerak dan
fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi yang terikat pada zat padat
penunjangnya. Kromatografi gas padat (KGP) digunakan sebelum tahun 1800 untuk
memurnikan gas. Metode ini awalnya kurang berkembang. Namun, penemuan jenis-
jenis padatan baru sebagai hasil riset memperluas penggunaan metode ini
2.1.4 Magnetik Stirer
2.1.5 Spektofometer
Menurut Harwood (2007), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap
media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawaan atau warna terbentuk.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam
dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut
hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati
satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang
dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai
blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu
kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan
membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga
reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari
kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki
keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah
mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-
beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya
akibat fluktuasi voltase (Khopkar, S.M. 2007).
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitan
adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel
(It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Menurut Wakeriko (2011), persyaratan hukum Lambert Beer, antara
lain:
1. Radiasi yang digunakan harus monokromatik,
2. Energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia,
3. Sampel (larutan) yang mengabsorbsi harus homogen,
4. Tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak
berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer).
2.1.6 Buret
Buret merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses titrasi. Alat ini
memiiki fungsi untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang
memerlukan presisi, seperti pada eksperimen titrasi. Adapun cara kerja dari alat ini
yaitu ketika membaca buret, mata harus tegak lurus dengan permukaan cairan untuk
menghindari galat paralaks. Bahkan ketebalan garis ukur juga memengaruhi; bagian
bawah meniskus cairan harus menyentuh bagian atas garis (Hadi, 2009).
2.2.2 DO Meter
Oksigenterlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut
dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air.Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah
tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme.Selain itu kemampuan air
untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain
seperti kob dan kod (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009).
DO meter atau dissolved oxygen meter adalah instrumen analitis yang
digunakan untuk mengukur jumlah oksigen terlarut dalam satuan volume air. Ini
merupakan indikator penting dari tingkat kegunaan dari suatu sampel air untuk
aplikasi tertentu.Udara terdiri dari 21 persen oksigen dan sekitar 78 persen nitrogen
volume.Oksigen larut buruk, dan hanya bisa ada dalam air dalam konsentrasi
rendah.Meskipun demikian, oksigen terlarut (DO) sangat penting untuk respirasi
berbagai hewan dan bakteri dalam lingkungan air
2.2.6 Turbidimeter
Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) adalah alat ukur arus muka laut
berperforma tinggi yang akurat, dapat diandalkan dan mudah untuk digunakan.
ADCP menghitung kecepatan 3D dengan kedalaman yang spesifik dari setiap
cell sampai kira-kira 220 m. Design pertama dari pengukur arus hanya sebatas
untuk mengukur perairan dangkal (Yogi, 2011).
Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal
maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial
relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang berbeda
arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan. Beam ke
empat menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP
mentransmisikan ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik.
Echo yang tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode tambahan,
dengan echo dari perairan dangkal tiba lebih dulu daripada echo yang berasal dari
kisaran yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada
akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal
menggunakan Data Acquisition System (DAS) yang juga secara optional merekam
informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS (Yogi, 2011).
ADCP menghitung kecepatan dari air dengan menggunakan prinsip fisika yang
dikenal disebut perubahan Dopler. Pada bagian ini jika sumber dari suara bergerak
relative ke receiver frekuensi dari suara di receiver mengalami perubahan dari
frekuensi transmisi.
Fdoppler = -2Fsource ( V / C )
Dari persamaan ini , V adalah kecepatan relative diantara sumber dan receiver
(i.e.; Gerakan mengindikasikan perubahan jarak diantara keduanya., C adalah
kecepatan dari suara, Fdoppler perubahan dari frekuensi receiver di receiver (i.e., the
Doppler shift), danFsource frekuensi dari transmisi suara. Ilustrasi dari operasional
dari sistem Doppler monostatis, seperti ADP ( monostastis mengindikasikan fakta
bahwa transducer yang sama digunakan sebagai receiver dan transmitteris.
Transducer Son Tek SonTek transducers dibangun untuk menghasilkan beam sempit
suara, dimana energi utama terkonsentrasi pada sebuah kerucut yang hanya beberapa
derajat lebarnya. Setiap transducer menghasilkan pulsa suara yang frekuensinya
diketahui. Pada saat suara merambat di air, suara itu memantul ke segala arah oleh
partikel-partikel (sedimen, bahan biologis, gelembung). Sebagaimana beberapa
bagian memantulkan energi yang merambat kembali sepanjang transducer
axis,kearah transducer dimana, perhitungan proses elektronik berubah seiring
frekuensi. Pergantian Doppler diukur dari pantulan single transducer, kecepatan diair
sepanjang axis pasa beam akustik (Yogi, 2011).