You are on page 1of 26

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instrumentasi Kelautan Laboratorium


2.1.1 Rotary Evaporator
Walter BUCHI mengambil gagasan C.C. Draig dan ME Volk bersama-sama
dengan industri kimia Basel dan mengembangkan pembuatan rotavapor yang
pertama kali. Instrumen paten pertama dijual tahun 1957 di Basel dan diperkenalkan
ke publik internasional untuk pertama kalinya di ACHEMA di Frankfurt pada tahun
1958 (Harwood, 1989).
Rotavapor Model 1957 menampilkan operasi motor induksi bebas percikan api
dan kondensor kaca yang kuat dengan koil pendingin . Untuk pertama kalinya
memungkinkan untuk dapat mengatur kecepatan putaran motor terus menerus antara
0-240 rpm dengan potensiometer yang telah diatur. Kondensor itu diletakkan pada
unit pengendali dengan menggunakan sambungan standar. Setelah varian pertama
tahun 1957 memungkinkan sebuah pemasukan terus menerus dari cairan selama
distilasi dengan tabung pengumpan dan cock. Sebuah pompa air jet digunakan
sebagai sumber vakum dan wadah air, dimana flask bisa berputar dan sebagian
terbenam untuk dipanaskan. Selama lebih dari 20 tahun Rotavapor ® Model 1957 ini
populer di laboratorium yang tak terhitung jumlahnya. Pada ACHEMA tahun 1961
berbagai perusahaan telah memamerkan rotary evaporator yang jelas menyalin
model BUCHI tetapi tidak pernah bisa mengatasinya (Harwood, 1989).
Selama tahun tujuh puluhan ketika televisi tidak mewah lagi di Swiss, jumlah
penonton mencapai lebih dari satu juta rumah tangga dan Amerika Serikat
menghadapi penemuan floppy disk, BUCHI sekali lagi menggemparkan dunia
internasional dengan trendsetter alat laboratorium . Instrumen penguapan dalam
desain baru yang terintegrasi dengan wadah air dan minyak yang menawarkan
kejutan yang menyenangkan. Tidak ada yang ditinggalkan: Sebuah kondensor
diagonal disajikan untuk distilasi standar pada ketinggian langit-langit yang terbatas,
kondensor reflow yang hemat tempat diberikan untuk pelarut berbusa dan kondensor
es kering memungkinkan penguapan dari pelarut dengan titik didih rendah
(Harwood, 1989).
Meskipun instrumen tetap sangat compact, keamanan operasional meningkat
dengan platform yang lebih besar. Motto di tahun 1971 adalah untuk mendukung
berbagai variasi dan peningkatan keselamatan. Jadi, hampir semua kebutuhan
pelanggan dan setiap bidang aplikasi bisa terpenuhi. Keberhasilan adalah bila tidak
gagal untuk tampil, Rotavapor-R menjadi trendseter laboratorium pada tahun tujuh
puluhan (Harwood, 1989).
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan ekstraksi,
penguapan pelarut yang efisien dan lembut. Komponen utamanya adalah pipa vakum,
pengontrol, labu evaporasi, kondensator dan labu penampung hasil kodensasi
(Rahayu, 2009). Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari
cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan
penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh
karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu penampung.
Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa
pemanasan yang tinggi (Rachman, 2009).

1. Hot plate : berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan temperatur
yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut)
2. Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu alas
yang berisi “sampel”
3. Ujung rotor “sampel” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
4. Lubang kondensor : berfungsi pintu masuk bagi air kedalam kondensor yang
airnya disedot oleh pompa vakum.
5. Kondensor : serfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses perubahan
fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
6. Lubang kondensor : berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam kondensor.
7. Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah bagi penampung
pelarut.
8. Ujung rotor “penampung” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.

2.1.2 Soxhlet
Catatan William B. Jensen bahwa contoh awal extractor kontinu adalah bukti
arkeologi untuk Mesopotamia air panas ekstraktor untuk bahan organik berasal dari
sekitar 3500 SM. Sebelum Soxhlet, kimiawan Perancis Anselme Payen juga
memelopori dengan ekstraksi terus menerus dalam tahun 1830-an (Amaya, 1991).
Sebuah ekstraktor Soxhlet adalah bagian dari peralatan laboratorium.
Ditemukan pada tahun 1879 oleh Franz von Soxhlet. Ini awalnya dirancang untuk
ekstraksi lipid dari bahan padat. Namun, ekstraktor Soxhlet tidak terbatas pada
ekstraksi lipid. Biasanya, ekstraksi Soxhlet hanya diperlukan apabila senyawa yang
diinginkan memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut, dan pengotor tidak larut dalam
pelarut. Jika senyawa yang diinginkan memiliki kelarutan yang signifikan dalam
pelarut maka filtrasi sederhana dapat digunakan untuk memisahkan senyawa dari
substansi pelarut (Amaya, 1991).
Biasanya bahan padat yang mengandung beberapa senyawa yang diinginkan
ditempatkan dalam sebuah sarung tangan yang terbuat dari kertas filter tebal, yang
dimuat ke dalam ruang utama dari ekstraktor Soxhlet. Ekstraktor Soxhlet
ditempatkan ke botol berisi ekstraksi pelarut. Soxhlet tersebut kemudian dilengkapi
dengan sebuah kondensor (Amaya, 1991).
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus
atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel) , di atas sample
ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah Petroleum Spiritus dengan titik
didih 60 – 80°C. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih
ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan
Petroleum Spirit 60 – 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena
kelarutan lemak pada pelarut organik
Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet . Soxhlet
disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta
kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin
dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan (Edi,2009).
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soklet menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan
uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut
melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila
volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari
pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak
kasar dilakukan selama 6 jam (Edi,2009).
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehinggaterjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan
adanya pendingin balik. Penetapankadar lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan
dengan cara mengeluarkan lemak dari bahandengan pelarut anhydrous. Pelarut
anhydrous merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Haltersebut bertujuan
supaya bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta
keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa digunakan adalah
pelarut hexana
1. Lubang kondensor berfungsi sebagai jalan masuknya uap kekondensor dan jalan
keluarnya uap yang terkondensasi dari kondensor menuju timbal.
2. Ember berfungsi sebagai tempat penampung air yang keluar dari kondensor.
3. Jergen berfungsi sebagai wadah air
4. Elektromantel berfungsi sebagai pemanas untuk memanaskan pelarut .
5. Pipa F berfungsi sebagai tempat jalannya uap dari labu alas bulat kekondensor.
6. Selang air keluar berfungsi sebagai tempat keluarnya air dari kondensor.
7. Selang air masuk berfungsi sebagai tempat untuk mengalirkan air masuk
kekondensor.
8.Kondensor spiral berfungsi sebagai pendingin dan mempercepat proses
pengembunan.
9. Timbal berfungsi sebagai wadah sampel.
10. Sifon berfungsi sebagai tempat lewatnya siklus.
11. Kertas saring berfungsi untuk membungkus sampel yang akan dianalisis
12. Klem dan statif berfungsi sebagai penahan alat soxhletasi.
13. Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah pelarut dan sebagai penampung hasil
ekstraksi.
2.1.3 Kromatografi Gas
Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-
komponennya dengan menggunakan gas sebagai fasa gerak yang melewati suatu
lapisan serapan yang diam. Tetapi tidak semua campuran komponen dapat
dipisahkan dengan kromatografi gas, terutama apabila komponen tersebut
mempunyai titik didih yang terlalu tinggi sehingga sukar untuk menguap atau jika
komponen mengurai pada suhu yang relatif tinggi. Kromatografi dibedakan atas 2
jenis yaitu kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang
diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam dan
kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-
kadang berupa polimerik. Pada kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan
pada kromatografi gas cair (KGC) terdapat partisi (larutan)
Kromatografi gas cair termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif
dan analisa kuantitatif), kromatografi gas cair yaitu sebagai cara analisa yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik.Pada kromatografi gas cair
terdapat fase gerak dan fase diam. Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah
sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fasa gas bergerak dan
fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi yang terikat pada zat padat
penunjangnya. Kromatografi gas padat (KGP) digunakan sebelum tahun 1800 untuk
memurnikan gas. Metode ini awalnya kurang berkembang. Namun, penemuan jenis-
jenis padatan baru sebagai hasil riset memperluas penggunaan metode ini
2.1.4 Magnetik Stirer

Magnetik Stirer adalah suatu alat yang digunakan untuk menghomogenkan


suatu larutan. Adapun cara kerja dari alat ini yaitu ambil stirer (batang magnet) dan
masukkan pada larutan (di tempatkan dalam erlenmeyer/ beaker glass) yang akan di
homogenkan. Letakkan tepat di bagian tengah papan besi dengan hati-hati. Ubah
tombol di sebelah kanan untuk mengatur kecepatan (lihat tanda panah). Ubah tombol
di sebelah kiri untuk mengatur suhu. Waktu penggunaan disesuaikan dengan
kebutuhan. Setelah selesai, tombol kecepatan dan suhu di-0 kan kemudian matikan
alat. Ambil batang magnet dari larutan yang telah homogen, cuci dan letakkan
kembali di atas papan besi (Hadi, 2009).

2.1.5 Spektofometer
Menurut Harwood (2007), spektrofotometer adalah alat untuk mengukur
transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Tiap
media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawaan atau warna terbentuk.
Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single-beam
dan spektrofotometer double-beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer tersebut
hanya pada pemberian cahaya, dimana pada single-beam, cahaya hanya melewati
satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang
dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai
blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu
kali proses yang sama. Prinsipnya adalah dengan adanya chopper yang akan
membagi sinar menjadi dua, dimana salah satu melewati blanko (disebut juga
reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (disebut juga sample beam). Dari
kedua jenis spektrofotometer tersebut, spektrofotometer double-beam memiliki
keunggulan lebih dibanding single-beam, karena nilai absorbansi larutannya telah
mengalami pengurangan terhadap nilai absorbansi blanko. Selain itu, pada single-
beam, ditemukan juga beberapa kelemahan seperti perubahan intensitas cahaya
akibat fluktuasi voltase (Khopkar, S.M. 2007).
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitan
adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel
(It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Menurut Wakeriko (2011), persyaratan hukum Lambert Beer, antara
lain:
1. Radiasi yang digunakan harus monokromatik,
2. Energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia,
3. Sampel (larutan) yang mengabsorbsi harus homogen,
4. Tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak
berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer).
2.1.6 Buret

Buret merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses titrasi. Alat ini
memiiki fungsi untuk meneteskan sejumlah reagen cair dalam eksperimen yang
memerlukan presisi, seperti pada eksperimen titrasi. Adapun cara kerja dari alat ini
yaitu ketika membaca buret, mata harus tegak lurus dengan permukaan cairan untuk
menghindari galat paralaks. Bahkan ketebalan garis ukur juga memengaruhi; bagian
bawah meniskus cairan harus menyentuh bagian atas garis (Hadi, 2009).

2.1.7 Sieve Shaker


Adalah mesin pengayak untuk pemisahan secara mekanik berdasarkan
perbedaan ukuran partikel dalam skala laboratorium. Sieve analysis atau sieve shaker,
umumnya dikenal sebagai "uji gradasi" adalah tes penting dasarbagi semua aggregate
technicians. Analisis saringan menentukan gradasi (distribusiagregat particles, dengan ukuran,
dalam sampel yang diberikan) dalam rangka untuk menentukan sesuai dengan desain,
pengendalian produksi persyaratan, danspesifikasi verifikasi. Data gradasi dapat digunakan
untuk menghitung hubungan antara campuran agregat atau berbagai agregat, untuk memeriksa
jenis dengan campuran tersebut, dan untuk memprediksi tren selama produksi dengan
memetakan kurva gradasi (Harjadi, 1986).
Prinsip dan cara kerja alat ini adalah sejumlah sampel, jumlah yang ditentukan oleh
ukuran agregat terbesar. Ayakan yang memiliki memiliki layar terbesar bukaan ditempatkan
pada bagian paling atas sekelompok ayakan dan pembukaan penurunan layar ukuran lebih kecil
dengan masing-masing saringan saringan ke bawah yang memiliki layar pembuka ukuran
terkecil untuk jenis bahan khusus dan terguncang oleh mekanik untuk jangka waktu tertentu.
Setelah digoyangkan oleh mekanik, materi atau sampel akan turun melalui ayakan, materi yang
turun merupakan materi yang partikelnya dapat lolos pada lingkaran ayakan tadi. Setiap
tingkatan ayakan akan diketahui jumlah yang lolos saringan untuk ayakan dengan nomor mesh
tertentu. Saringan shaker Mekanik, jika digunakan, harus memberikan atau lateral dan vertikal
gerak vertikal ke saringan, menyebabkan atasnya partikel untuk bangkit dan putar sehingga
untuk menyajikan orientasi yang berbeda untuk permukaan pemisahan. Sieve shaker harus
memberikan pengayak ketelitian dalam waktu yangwajar. Ketika Pengujian dilakukan di
lapangan dimana oven tidak tersedia, sampel pengujian bisa dikeringkan dalam wadah yang
sesuai di atas api terbuka atau pelat panas listrik dengan cukup diaduk agar tidak terlalu panas.
Distribusi ukuran sering sangat penting dengan cara materi melakukan digunakan Sebuah
analisis saringan dapat dilakukan pada setiap jenis bahan granularnon-organik atau organik,
termasuk pasir, batu hancur, lempung, granit, feldspar, batubara, tanah, berbagai macam bubuk
diproduksi, gandum dan biji-bijian, ke ukuran minimum tergantung pada metode yang tepat.
Menjadi seperti teknik sederhana daripartikel sizing, itu mungkin yang paling umum gradasi
(Harjadi, 1986).
2.1.8 Corong Pisah
Corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi
cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran. Prinsip
kerja dari alat ini adalah Memisahkan zat/senyawa tertentu dalam sampel
berdasarkan kelarutan dalam pelarut tertentu yang memiliki perbedaan fasa (Radzi,
2007).
Alat ini berfungsi Untuk memisahkan campuran larutan yang memiliki
kelarutan yang berbeda. Biasanya digunakan dalam proses ekstraksi. Adapun cara
kerja dari alat ini adalah Campuran yang akan dipisahkan dimasukkan lewat lubang
atas, katup dalam keadaan tertutup. Pegang tutup bagian atas, corong dipegang
dengan tangan kanan dan kiri dalam posisi horisontal, kocok agar ekstraksi
berlangsung dengan baik. Buka tutup bagian atas, keluarkan larutan bagian bawah
melalui katup secara pelan. Tutup kembali katup jika larutan lapisan bawah sudah
keluar (Radzi, 2007).

2.1.9 Penangas Air


Penangas air adalah peralatan yang berisi air yang bisa mempertahankan suhu
air pada kondisi tertentu selama selang waktu yang ditentukan. Pada saat dingin
mensterilisasi steker dihidupkan, dipilih suhu (temperatur) yang diinginkan (jika
memungkinkan) dan atur. Pengaturan harus dilakukan sesuia dengan pembacaan
thermostat (bila tersedia), atau sesuai dengan suatu sistem pengawasan suhu (Radzi,
2007).
Alat ini berfungsi untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan sebagai
alat inkubasi pada analisis mikrobiologi. Adapun cara kerja dari alat ini adalah Air
dimasukkan ke dalam bejana, Atur suhu yang dikehendaki dan hidupkan water bat,
Masukkan benda yang akan dipanaskan ke dalam air ( untuk tangas air ) letakkan
benda pada salah satu lubang ( untuk tangas uap ), sedangkan lubang lain yang tidak
digunakan tetap ditutup. (Radzi, 2007).
2.1.10 Kromatografi Cair Kerja Tinggi
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. KCKT
paling sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa tertentu seperti
asam-asam amino, asam- asam nukleat, dan protein-protein dalam cairan fisiologis;
menetukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis,
atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi (Harwood, 2007).
Dalam Penelitian ini Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam fase etanol (A), faseheksan
(B), fraksi 6 etanoldanfraksi 6 heksan.. Adapun prinsip kerja dari alat ini adalah
pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom
(sebagai fasa diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling
membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan
tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah
berdasarkan kepolarannya, dan kecepatannya untuk sampai ke detektor (waktu
retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-
puncaknya terpisah.Urutan skala polaritas : golongan fluorocarbon < golongan
hidrokarbon < senyawa terhalogenasi < golongan eter < golongan ester < golongan
keton < golongan alkohol < golongan asam (Harwood, 2007).

2.2 Instrumentasi Kelautan Lapangan


2.2.1 Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi
bahan terlarut berdasarkan indeks biasnya. Misalnya gula, garam, protein,
dsb. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German
pada permulaan abad 20 . (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009)
Dari refraktometer, sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi
cahaya. Seperti pada gambar dibawah ini, sebuah sedotan yang dicelupkan ke dalam
gelas yang berisi air akan terlihat bengkok. Pada gambar kedua sebuah sedotan
dicelupkan ke dalam sebuah gelas yang berisi air gula. Terlihat sedotan terbengkok
lebih tajam. Hal ini terjadi karena adanya refraksi cahaya. Semakin tinggi konsentrasi
bahan terlarut maka sedotan akan semakin terlihat bengkok secara proposional. Hal
tersebut diatas merupakan penjelasan secara singkat pengaruh refraksi cahaya,
dimana sudut refraksi ini dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi larutan.Sedotan
dalam larutan yang lebih besar rapat jenisnya / konsentrasinya akan berbengkok lebih
tajam. Sudut pembengkokan inilah yang kita kenal sebagai relative index (Hadi, S.
dan Radjawane, I. M., 2009).

Prinsip pengukuran dapat dibedakan, oleh cayaha, penggembalaan kejadian,


total refleksi, ini adlah pembiasan (refraksi) atau reflaksi total cahaya yang
digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan semua tiga prinsip, satu dengan
insdeks bias dikenal (Prisma). Cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran
prisma dan media sampel (n cairan) dengan kecepatan yang berbeda indeks bias
diketahui dari media sampel diukur dengan defleksi cahaya (Hadi, S. dan Radjawane,
I. M., 2009).
Salah satu cara untuk membedakan refraktometer berbeda. Klasifikasi dalam
indtrumen pengukuran analog dan digital, refraktometer analog tradisional sering
digunakan sebagai sumber cahaya sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah
dengan filter warna. Detector adalah skala yan dapat dibaca dengan system optic
dengan mata (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009).
Digital menggunakan refraktometer sebagai sumber cahaya adalah LED.
Detektor adalah sensor CCD yang digunakan sebuah pengukuran temperature
kompensasi indeks bias bergantung pada suhu. Metode pengukuran apalagi
refraktometer digunakan dalam sensor mesin yang lebih kompleks, seperti sebagai
sensor hujan dikendaraan atau diperangkat detector untuk kromotografi cair kinierja
tinaggi (HPLC). Disini sering bekerja terus detector indeks bias digunakan (Hadi, S.
dan Radjawane, I. M., 2009).
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan
cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1. Mendekati Garis Normal : Cahaya dibiakan mendekati garis normal jika cahaya
merambat dari medium optic kurang rapat kemedium optic lebih rapat,
contohnya cahaya merambat dari udara kedalam air.
2. Menjauhi Garis Normal: Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya
merambat dari medium optic lebih rapat kedalam optic kurang rapat, contoh
cahaya merambat dari dalam air ke udara.
(Hadi, S. dan Radjawane, I.M.,2009)

2.2.2 DO Meter
Oksigenterlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut
dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air.Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air.
Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas
yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah
tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu
menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme.Selain itu kemampuan air
untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain
seperti kob dan kod (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009).
DO meter atau dissolved oxygen meter adalah instrumen analitis yang
digunakan untuk mengukur jumlah oksigen terlarut dalam satuan volume air. Ini
merupakan indikator penting dari tingkat kegunaan dari suatu sampel air untuk
aplikasi tertentu.Udara terdiri dari 21 persen oksigen dan sekitar 78 persen nitrogen
volume.Oksigen larut buruk, dan hanya bisa ada dalam air dalam konsentrasi
rendah.Meskipun demikian, oksigen terlarut (DO) sangat penting untuk respirasi
berbagai hewan dan bakteri dalam lingkungan air

1. Probe dibersihkan terlebih dahulu menggunakan aquades, kemudian


dikeringkan.
2. Probe dimasukan ke dalam sampel air
3. Setelah probe dimasukan, maka akan keluar angka pada display, angka tersebut
adalah hasil dari pengukuran.
(Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009)
2.2.3 Botol Nansen
Nansen merupakan alat yang digunakan oleh survyor untuk mengambil sample
air laut, danau dan sungai pada kedalaman tertentu. Botol ini terbuat dari tabung
acrylic dengan ketebalan 5 mm dan bahan-bahan lainnya yang tahan karat serta
memiliki sepasang steering fins yang berguna untuk menstabilkan botol ketika
digunakan pada arus deras memiliki kapasitas 2.2 lt, 3.2 lt atau 4.2 lt dilengkapi
termometer tali dan massanger (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009
Botol nansen dirancang pada tahun 1910 oleh penjelajah awal abad ke-20
bernama Fridtjof Nansen ahli kelautan dan dikembangkan lebih lanjut oleh Shale
Niskin. Botol Nansen telah diganti dengan botol Niskin, yang terbuat dari plastik,
dengan demikian tidak menimbulkan korosi logam seperti botol nansen. botol niskin
ini juga sering disebut sebagai botol nansen karena desain dasarnya sama seperti
botol nansen. (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009
Botol nansen adalah alat instrumen oseanografi yang digunakan untuk
mendapatkan sampel air dan pembacaan suhu di berbagai kedalaman di laut. Botol
ini merupakan sebuah sampel botol air laut dengan katup pegas di kedua ujungnya
yang tertutup pada kedalaman yang sesuai dengan perangkat massengger yang
diturunkan untuk menghubungkan kabel botol ke permukaan. (Robert J. Urick. 1983)
Botol nansen diturunkan dari kapal dengan menggunakan bantuan tali yang
diikat pada botol nansen dan dipasang secara terbalik, setelah itu diturunkan pada
kedalaman laut yang diinginkan, kemudian menggunakan bantuan massengger,
nansen yang dipasang terbalik tadi akan kembali menutup secara otomatis, setelah di
dalamnya terisi dengan air laut, setelah itu botol nansen tersebut siap diangkat dari
laut ke atas kapal. Contoh air laut selanjutnya dialirkan dari botol nansen dengan
bantuan selang karet yang dipasang pada bagian krannya. (Hadi, S. dan Radjawane,
I. M., 2009
Botol nansen yang terbuat dari logam atau plastik diturunkan dengan
menggunakan tali ke dalam laut, ketika telah mencapai kedalaman yang diinginkan
maka massengger akan jatuh ke tali setelah mencapai botol, botol tersebut akan
terbalik dan menjebak sampel air di dalamnya. Botol dan sampel di ambil dan
diangkut menggunakan tali. Massengger yang kedua dapat diatur agar terlepas oleh
mekanisme pembalik dan bergeser ke bawah tali sehingga sampai mencapai botol
nansen. Dengan memperbaiki urutan botol dan massengger pada interval sepanjang
tali, serangkaian sampel pada setiap tingkatan kedalaman dapat diambil. (Hadi, S.
dan Radjawane, I. M., 2009
Suhu air laut di kedalaman akan direkam dengan menggunakan termometer
tertentu ke botol nansen. Termometer ini adalah termometer air raksa dengan
penyempitan dalam tabung kapilernya, ketika termometer tersebut terbalik,
menyebabkan tali berhenti dan termometer akan membaca suhu. Karena tekanan air
pada kedalaman akan memampatkan dan mempengaruhi dinding termometer untuk
menunjukkan suhu, maka termometer dilindungi oleh lapisan dinding yang tebal.
termometer yang tidak dilindungi terlebih dahulu akan dipasangkan dengan
pelindung, biasanya termometer ini digunakan untuk pembacaan suhu titik sampling
pada tekanan yang memungkinkan. (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009

2.2.4 Elektronic Current meter dan Ultrasonik Current Meter


Pengukuran dengan alat ukur lain seperti Electromagnetic Current Meter dan
Ultrasonic Current Meter mempunyai karakter yang hampir sama dengan
pengukuran dengan propeler. Dua jenis alat tersebut biasanya ditempatkan secara
tetap di dasar pantai. Dengan demikian posisi horisontal dan vertikalnya tetap selama
periode pengukuran. Kelebihannya dari alat ukur propeler adalah pencatatan
dilakukan secara menerus sehingga analisis data dapat dilakukan untuk memisahkan
antara komponen kecepatan orbital dan arus pantai. Penggunaan alat ini memerlukan
pemeriksaan keadaan alat secara rutin untuk melihat apakah alat dalam keadaan baik
tidak tertutup kotoran. Pengukuran dengan alat ini pada umumnya dilakukan pada
daerah sebelum gelombang pecah karena pada daerah tersebut dasar pantai berubah-
ubah (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009)
Secara garis besar prinsip kerja current meter elektromagnetis adalah mengukur
pergerakan arus air melalui perubahan medan magnit oleh arus listrik yang mengalir
melalui aliran air. Arus listrik diberikan oleh dua elektroda dan perubahan medan
elektromagnetik ditangkap dengan gulungan kabel (coil). Tegangan yang timbul
dalam coil mempunyai hubungan langsung dengan kecepatan aliran (Hadi, S. dan
Radjawane, I. M., 2009)
Prinsip kerja current meter ultrasonik adalah sebagai berikut ini. Sepasang
sensor bergantian sebagai pemancar dan penerima pulsa gelombang. Waktu tempuh
pulsa antara dua keadaan dibandingkan, selisihnya dibagi 2 untuk menghitung
kecepatan (Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009)

2.2.5 Sechii Disk


Secchi disk digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman)
penglihatan seseorang ketika melihat ke dalam perairan. Prinsip kerja alat ini saat
dimasukkan ke dalam air secara perlahan menggunakan pengikat/tali sampai
pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan pringan sudah tidak tampak,
tali ditahan/ berhenti diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan diangkat
kembali sampai bayangannya tampak kembali. Kedalaman air dimana piringan tidak
tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan dari alat ini. Dengan kata
lain, kedalaman kecerahan oleh pembacaan piringan secchi adalah penjumlahan
kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak bayangan secchi dibagi dua(Hadi,
S. dan Radjawane, I. M., 2009)
Menurut ilmu fisika, warna adalah sifat cahaya yang bergantung pada panjang
gelombang yang dipantulkan benda tersebut. Benda yang memantulkan semua
panjang gelombang terlihat putih, benda yang sama sekali tidak memantulkan
terlihat hitam. Jadi, hitam dan putih digunakan karena hitam adalah warna yang
dapat mewakili warna gelap dan putih mewakili warna cerah. (Hadi, S. dan
Radjawane, I. M., 2009)

2.2.6 Turbidimeter

Turbidimeter merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur atau menguji


tingkat kekeruhan air. Dimana Turbidimeter mempunyai sifat optik akibat dispersi
sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap
cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah
fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Metode pengukuran turbiditas

 1.Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang


dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang.
 2.Pengukuran efek ekstingsi yaitu kedalaman dimana cahaya
mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
 3.Instrumen pengukur perbandingan Tyndall

Jenis jenis turbidimeter yang umum dipakai


 Bench top dan portable turbidimeter : bench digunakan untuk
menganalisa sampel ambil atas unit bench, biasanya digunakan
sebagai laboratorium stasioner instrument dan tidak
dimaksudkan untuk menjadi portable.
 On line instrument : biasanya dipasang di lapangan dan terus
menerus menganalisa aliran sampel tumpah off dari proses unit
sampling.
(Harwood, 2007 ).
2.2.7 Hydrometer
Hydrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis
suatu zat cair dan prinsip kerjanya menggunakan Hukum Archimedes, yang
menyatakan bahwa benda yang tercelup ke dalam fluida mengalami gaya ke atas
seberat fluida yang dipindahkan. Di dalam Hidrometer terdapat zat cair yang masa
jenisnya lebih besar daripada massa jenis air, dan di bagian bawah Hidrometer
terdapat timbal yang berfungsi untuk membuat tabung kaca terapung tegak di dalam
fluida yang akan diukur massa jenisnya.Proses pengukuran massa jenis zat cair
menggunakan Hidrometer dilakukan dengan cara menentukan Hidrometer ke dalam
zat cair tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh Hidrometer telah dikalibrasi sehingga
akan menunjukkan nilai massa jenis zat cair yang diukur.
Hidrometer merupakan salah satu dari aplikasi hukum Archimedes yang sering
kita jumai dalam kehidupan sehari-hari. Jadi prinsip kerjanya menggunakan Hukum
Archimedes, yang menyatakan bahwa benda yang tercelup ke dalam fluida
mengalami gaya ke atas seberat fluida yang dipindahkan. Ketika hidrometer
dicelupkan ke dalam fluida, maka fluida akan memberikan gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat hydrometer. Gaya ini terkonversikan menjadi massa
jenis zat cair yang diukur, karena di dalam hidrometer terdapat zat cair yang massa
jenisnya sudah diketahui dan tertuang dalam skala yang tertera pada hidrometer (
Harwood, 2007)
2.2.8 Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP)

Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) adalah alat ukur arus muka laut
berperforma tinggi yang akurat, dapat diandalkan dan mudah untuk digunakan.
ADCP menghitung kecepatan 3D dengan kedalaman yang spesifik dari setiap
cell sampai kira-kira 220 m. Design pertama dari pengukur arus hanya sebatas
untuk mengukur perairan dangkal (Yogi, 2011).
Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal
maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial
relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang berbeda
arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan. Beam ke
empat menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP
mentransmisikan ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik.
Echo yang tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode tambahan,
dengan echo dari perairan dangkal tiba lebih dulu daripada echo yang berasal dari
kisaran yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada
akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal
menggunakan Data Acquisition System (DAS) yang juga secara optional merekam
informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS (Yogi, 2011).
ADCP menghitung kecepatan dari air dengan menggunakan prinsip fisika yang
dikenal disebut perubahan Dopler. Pada bagian ini jika sumber dari suara bergerak
relative ke receiver frekuensi dari suara di receiver mengalami perubahan dari
frekuensi transmisi.
Fdoppler = -2Fsource ( V / C )
Dari persamaan ini , V adalah kecepatan relative diantara sumber dan receiver
(i.e.; Gerakan mengindikasikan perubahan jarak diantara keduanya., C adalah
kecepatan dari suara, Fdoppler perubahan dari frekuensi receiver di receiver (i.e., the
Doppler shift), danFsource frekuensi dari transmisi suara. Ilustrasi dari operasional
dari sistem Doppler monostatis, seperti ADP ( monostastis mengindikasikan fakta
bahwa transducer yang sama digunakan sebagai receiver dan transmitteris.
Transducer Son Tek SonTek transducers dibangun untuk menghasilkan beam sempit
suara, dimana energi utama terkonsentrasi pada sebuah kerucut yang hanya beberapa
derajat lebarnya. Setiap transducer menghasilkan pulsa suara yang frekuensinya
diketahui. Pada saat suara merambat di air, suara itu memantul ke segala arah oleh
partikel-partikel (sedimen, bahan biologis, gelembung). Sebagaimana beberapa
bagian memantulkan energi yang merambat kembali sepanjang transducer
axis,kearah transducer dimana, perhitungan proses elektronik berubah seiring
frekuensi. Pergantian Doppler diukur dari pantulan single transducer, kecepatan diair
sepanjang axis pasa beam akustik (Yogi, 2011).

Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan arus/gelombang yaitu kecepatan


orbit gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan
ADCP. ADCP mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan
untuk mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari
kecepatan, terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung.
Untuk mendapatkan ketinggian diatas permukaan, kecepatan spektrum
dierjemahkan oleh pergeseran permukaan menggunakan kinematika linear
gelombang.
2.2.9 Palem Gelombang
Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan Wave Pole adalah
papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap
20 cm.Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan
lembah,perhitungan periode gelombang dilakukan dengan menghitung waktu
gerakan gelombang melewati titik tertentu. Alat ini digunakan untuk mengukur
gelombang dengan cara mengetahui waktu yang dibutuhkan gelombang untuk
membentuk satu gelombang (dengan mengetahui puncak gelombang dan lembah
gelombang) (Yogi, 2011).

Prinsip dari alat ini adalah mengetahui waktu yang dibutuhkan


gelombang untuk membentuk satu gelombang (dengan mengetahui puncak
gelombang dan lembah gelombang). Cara menggunakan alat ini yaiu: Sediakan
palem gelombang, tulis ukurannya misalnya tiap cm dengan panjang 4m. sediakan
pula stop watch untuk menghitung waktu yang ditempuh dalam satu periode
gelombang puncak dan lembah. Misalnya satu periode 5 detik start dan stop (pada H
max dan H min di palem gelombang). Kemudian catat waktu tersebut misalnya H
max = 125 cm, H min = 123 cm (Yogi, 2011).

2.2.10 Sediment Grab


Grab sampler berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang
ketebalannya tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam lapisan
sedimen. Alat ini biasa digunakan untuk mengambil sampel sedimen pada perairan
dangkal. Berdasarkan ukuran dan cara operasional, ada dua jenis grab sampler yaitu
grab sampler berukuran kecil dan besar (Yogi, 2011).
Grab sampler yang berukuran kecil dapat digunakan dan dioperasionalkan
dengan mudah, hanya dengan menggunakan boat kecil alat ini dapat diturunkan dan
dinaikkan dengan tangan. Pengambilan sampel sedimen dengan alat ini dapat
dilakukan oleh satu orang dengan cara menrunkannya secara perlahan dari atas boat
agar supaya posisi grab tetap berdiri sewaktu sampai pada permukaan dasar perairan.
Pada saat penurunan alat, arah dan kecepatan arus harus diperhitungkan supaya alat
tetap konstant pada posisi titik sampling. Grab Sampler yang berukuran besar
memerlukan peralatan tambahan lainnya seperti winch (kerekan) yang sudah
terpasang pada boat/kapal survey berukuran besar. Alat ini menggunakan satu atau
dua rahang/jepitan untuk menyekop sedimen. Grab diturunkan dengan posisi
rahang/jepitan terbuka sampai mencapai dasar perairan dan sewaktu diangkat keatas
rahang ini tertutup dan sample sedimen akan terambil (Yogi, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Amaya, I.N. 1991. Dasar-Dasar Peralatan Oseanografi. Diktat Kuliah Program Studi
Ilmu dan Teknologi Kelautan. IPB
Edi, B.P. 2009. Aplikasi Instrumen Akustik Multibeam dan Side Scan Sonar Di
Perairan Sekitar Teluk Mandar Dan Selat Makasar. Skripsi (tidak
dipublikasikan). Bogor. Institut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009, Instrumentasi kelautan, Penerbit Ganesha,
Institut Teknologi Bandung
Hadi, S. dan Radjawane, I. M., 2009, Instrumentasi kelautan, Penerbit Ganesha, Institut
Teknologi Bandung
Harjadi, W..1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia.
Harwood, Laurence M.; Moody, Christopher J. (1989). Experimental organic
chemistry: Principles and Practice (Illustrated ed.). pp. 47–51. ISBN 978-0-
632-02017-1.
Harwood, Madura, dan Petrucci. 2007. Kimia Dasar dan Terapan. Jakarta : Erlangga.
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS
Rachman, D. 2009. Jenis-Jenis Ekstraksi. http://www.blogpribadi.com. (Diakses pada
tanggal 28 Mei 2015 Pukul 20:00 WIB)
Radzi, Ahmad. 2007. Asas Instrumen dan Pengukuran Fisik. Univerista Teknologi
Malaysia: Malaysia
Rahayu, S.S. 2009. Proses evaporasi. http://www.chem-is-try.org. 2. (Diakses pada
tanggal 28 Mei 2015 Pukul 20:00 WIB)
Yogi, S. 2011. Instrumen dan Hidroakustik

You might also like