You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

GEN-GEN YANG DI PENGARUHI JENIS KELAMIN

(SEXINFLUENCED GENES)
Dosen : Rahmat Taufiq, M.A.S, S.Si, M.IL

Asisten Dosen : Imas Rusmawati

Oleh :

Miftahussa’adah (1167020047)

Moch. Sutan A (1167020048)

Nur Zamilah (1167020054)

Sri Hidayati (1167020075)

Sri Widia (1167020077)

Wilda Nur Farida (1167020079)

Zahra Salsabila (1167020081)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2017
I. Pendahuluan
1.1 Tujuan
Untuk membuktikan adanya pola ekspresi gen yang di pengaruhi jenis kelamin.
1.2 Dasar Teori

Telah diketahui bahwa individu itu memiliki dua macam kromosom, yaitu autosom
dan seks kromosom. Oleh karena individu betina dan jantan biasanya mempunyai autosom
yang sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom diwariskan dari
orang tua kepada anak-anaknya tanpa membedakan seks (Suryo, 2005).
Walaupun banyak perbedaan anatomis dan fisiologis antara perempuan dan laki-laki,
dasar kromosomal penentuan jenis kelamin cukup sederhana. Pada manusia dan mamalia
lain, ada dua macam kromosom seks, disimbolkan X dan Y. Kromosom Y jauh lebih kecil
daripada kromosom X. Seseorang yang mewarisi dua kromosom X, satu dari masing-masing
orang tua, biasanya berkembang menjadi perempuan. Laki-laki berkembang dari zigot yang
mengandung kromosom X dan satu kromosom Y (Campbell, 2008).
Penentuan seks pada makhluk hidup ditentukan oleh kromosom seksnya. Terdapat
beberapa macam cara yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin makhluk hidup
berdasarkan kromosom seksnya. Contohnya, pada belalang menggunakan sistem X-0 (22 + X
Jantan; 22 + XX Betina), pada ayam sistem Z-W (76 + ZZ Jantan; 76 + ZW Betina), dan
pada lebah sistem haplo-diploid (haploid Jantan, diploid Betina). Sedangkan pada manusia,
sistem yang digunakan adalah X-Y. Betina normal akan dihasilkan jika kromosom seksnya
XX dan jantan normal jika kromosom seksnya XY. Tanda-tanda jenis kelamin manusia
secara anatomi baru akan mulai terlihat pada umur embrio sekitar dua bulan, karena sebelum
waktu itu, bentuk gonadnya cenderung sama dan masih bisa berubah menjadi ovarium atau
testis, terkandung pada kondisi hormon di tubuh embrio tersebut elain untuk menentukan
jenis kelamin, kromosom seks pada manusia juga memiliki banyak gen, khususnya pada
kromosom X. Cara pewarisan sifatnya sama dengan pewarisan yang lain. Namun perlu
dicatat, bahwa alel terpaut seks dari seorang ayah akan diwariskan kepada seluruh anak
perempuannya, tetapi anak laki-lakinya tidak akan memperoleh satupun dari alel tersebut.
Berbeda sekali dengan seorang ibu yang bisa mewariskan alel terpaut seksnya kepada anak
laki-laki dan perempuannya. Umumnya, penurunan sifat terpaut seks pada manusia
ditentukan oleh kromosom X, walaupun pada beberapa kasus terdapat juga pada kromosom
Y (Bohari, 2011).
Selain gen-gen yang terdapat pada kromosom kelamin dikenal pula gen-gen yang
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Sifat akan tampak dikedua jenis kelamin, tetapi salah satu
jenis kelamin menampakkan ekspresi yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kelamin
lainnya. keadaan yang demikian disebut dengan sex influence genes atau biasa disebut
dengan gen yang dipengaruhi jenis kelamin (Suryo, 2005).
Ekspresi dari beberapa gen yang diketahui terletak di autosom dapat dibatasi atau
dipengaruhi oleh seks dari seseorang yang memilikinya. Ada banyak contoh sifat keturunan
yang ditentukan oleh gen autosomal yang ekspresinya dipengaruhi oleh seks. Sifat itu tampak
pada kedua macam seks, tetapi pada salah satu seks ekspresinya lebih besar daripada untuk
seks lainnya (Suryo, 2005).
Semua jenis keturunan atau kejadian yang diterangkan di muka ditentukan oleh gen
yang terdapat pada autosom. Selain gen-gen dikenal pula gen-gen yang demikian ini disebut
gen-gen terangkai kelamin. Peristiwa dinamakan rangkai kelamin atau dalam inggrisnya
disebut Sex Lingkage. Biasanya gen dominan memperlihatkan pengaruhnya pada individu
laki-laki atau jantan maupun perempuan atau betina. Baru dalam keadaan homozigot resesif
pengaruh dominan itu tidak akan menampakkan diri dalam fenotif. Apabila kita meletakkan
tangan kanan atau kanan kiri pada suatu alas yang terdapat suatu garis mendatar sedemikian
rupa sehingga ujung jari manis menyentuh garis tersebut, maka kita dapat ketahui apakah jari
telunjuk kita akan lebih panjang atau apakah lebih pendek dari jari manis. Pada kebanyakan
orang jari telunjuk tidak akan mencapai garis tersebut yang mengidentifikasi bahwa suatu
individu-individu mungkin mempunyai kandungan gen absolute yang sama ketidakaktifan
kromosom menciptakan sub populasi dengan membedakan kandungan gen aktif (Kimball,
2005).
Apakah sebenarnya yang diberikan pada anak-anak itu sehingga merekapun
mempunyai beberapa sifat seperti orang tuanya? Yang diwariska adalah berupa gen, gen lah
yang bertanggung jawab atas turunnnya sifat-sifat tersebut. Gen-gen yang berhubungan
langsung dengan kromosom ini bisa diturunkan melalui gen autosom maupun gen gonosom
(Nio,1990).
Pada pasangan yang menyumbangkan kromoson Y diam kepada keturunannya yang
laki-laki, jadi fenotif anak laki-lakinya akan secara langsung mencerminkan konstitusi
genetik salah satu dari dua kromosom X nya. Penelitian mengenai pewarisan pautan seks
pada manusia telah menunjukkkan dengan melimpah bahwa pola transmisi gen pada manusia
mengikuti pola-pola yang pertama kali dikenal dengan lalat (Goodenough,1984).
Selain gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, juga terdapat gen yang dibatasi oleh
jenis kelamin. Hypertrichosis yaitu tumbuhnya rambut pada bagian-bagian tertentu di tepi
daun telinga. Penyakit ini diwariskan melalui kromosom seks yang terangkai pada kromosom
Y. sifat keturunan yang timbul karena pengaruh gen terangkai Y ini dinamakan holandrik dan
gennya disebut gen holandrik. Karena sifat ini diwariskan pada kromosom Y, maka dapat
disimpulkan bahwa sifat keturunan ini hanya diwariskan dari seorang ayah kepada anak laki-
laki saja. Jadi, anak-anak dari pasangan suami hypertrichosis dan wanita normal, akan
melahirkan anak-anak wanita normal dan anak laki-laki yang menderita hypertrichosis.
Penyakit hypertrichosis sering dijumpai pada bangsa India dan Pakistan (Miyahara, 2011).
Hypertrichosis adalah kondisi medis yang menyebabkan pertumbuhan eksesif rambut
di area dimana rambut tidak biasanya tumbuh. Ini mungkin hadir di seluruh tubuh atau Anda
bisa memilikinya hanya dalam satu atau lebih daerah. Beberapa individu akan lahir dengan
kondisi dan orang lain akan mengembangkannya di kemudian hari dalam kehidupan.
Hypertrichosis bawaan sangat jarang. Pada kenyataannya itu sangat jarang bahwa hanya ada
kasus diverifikasi sejak Abad Pertengahan. Hal ini terjadi karena cacat selama kehamilan.
Janin ditutupi dengan lanugo yang merupakan lapisan yang sangat halus rambut yang jatuh
selama bulan kedelapan. Dalam kasus ini itu tidak jatuh namun terus berkembang. Dalam
kasus melayani dikenal sebagai terminalis Hypertrichosis bawaan rambut menjadi berwarna
juga dan tetap ada setelah lahir. Meskipun tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan itu
banyak yang percaya kondisi menjadi gangguan genetik. Hal ini dapat dianggap warisan atau
telah diketahui hanya terjadi karena mutasi gen. Beberapa kanker terkait yang terjadi setelah
individu memiliki kanker. Beberapa orang percaya bahwa hal itu dapat disebabkan oleh obat-
obatan atau gangguan metabolisme juga. Hypertrichosis juga disebut Sindrom Ambras adalah
jumlah yang abnormal dari pertumbuhan rambut pada tubuh. Kasus ekstensif Hypertrichosis
telah informal setelah disebut Sindrom Werewolf. Ada dua jenis Hypertrichosis (Ursula,
2001) :

1. Hypertrichosis umum(terjadi di seluruh tubuh)


2. Hypertrichosis(terbatas pada wilayah tertentu)
Gen resesif h yang menyebabkan Hypertricosis, yaitu tumbuhnya rambut pada
bagian-bagian tertentu ditepi daun telinga. Alel dominannya H tidak menyebabkan
Hypertricosis. Oleh karena gennya terdapat kromosom Y sedangkan yang memiliki
kromosom Y hanyalah laki-laki saja, maka sifat keturunan ini hanya diwariskan kepada
keturunan laki-laki saja. Hypertricosis lebih sering dijumpai pada bangsa India dan Pakistan
(Suryo, 2005).

II. Metode Kerja


2.1 Alat dan Bahan
No. Nama Alat Jumlah Nama Bahan Jumlah
1. Buku tulis 1 buah Kedua tangan
2. penggaris 1 buah

2.2 Prosedur Kerja

Tangan

diletakan tangan pada kertas yang telah diberi garis horizontal hingga jari manis
menyinggung garis tersebut

diperhatikan panjang relatif jari telunjuk dibandingkan jari manis

apabila jari telunjuk berada dibawah garis maka jari telunjuk berkategori lebih
pendek, dan apabila jari telunjuk melewati garis tersebut maka jari telunjuk
berkategori lebih panjang

digambar pola jari tersebut

ditentukan genotif jari tangan tersebut berdasarkan tabel

dicatat genotif tersebut dibawah gambar

Hasil

III. Hasil Pengamatan


Jari yang Lebih Panjang
Nama Keterangan
Jari Telunjuk Jari Manis
Miftahus Sa’adah  TT
Moch. Sutan A.  TT
Nur Zamilah  TT
Sri Hidayati  TT
Sri Widia  TT
Wilda Nur Farida  TT
Zahra Salsabila  Tt
Melfa E.  TT
Nurlaela  Tt
Puji  Tt
Ricky  TT
Rina  TT
Riris  TT
Sannia  TT
M. Rifqi  TT
Nadila  TT
Novita  TT
Rida  Tt
Salma  TT
Savira Ngesti  TT
Sri Rahayu  TT
Nurina  Tt
Prima Galla  TT
Rizna  TT
Ulfah  TT
Yuni  TT
Zashika  TT
Mia Multifa  Tt
Mutiara A  Tt
Pia S  Tt
Salsabila Aliansi  Tt
Zahratul M  Tt
Zulkifli G  Tt
Shafira Nabilah  TT
Laela Hayati  Tt
Siti Nurbaeni  TT
Silvy Yunita  TT
Rizal M  TT
Lilis S  TT

IV. Pembahasan

Gen merupakan segmen-segmen DNA, bahwa DNA adalah suatu polimer yang terdiri
dari empat jenis monomer yang berbeda yang dinamakan nukleotida. Penurunan sifat-
sifat herediter memiliki basisi molekuler yaitu raplikasi persis DNA, dan menghasilkan
salinan- salinan gen yang dapat diteruskan dari orang tua ke keturunannya. Pada hewan
dan tumbuhan, pengiriman gen dari generasi ke generasi selanjutnya ini dilakukan oleh
sperma dan ovum (telur yang belum dibuahi). Setelah sperma bersatu (sel telur tunggal)
maka gen dari kedua orang tuanya hadir dalam nucleus dari telur yang telah dibuahi
tersebut. DNA dari suatu sel eukarotik dibagi lagi menjadi kromosom di dalam nucleus
tersebut (Campbell, 2000).
Gen yang terdapat pada suatu kromosom kelamin dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jenis kelamin dapat menampakkan ekrspresi yang lebih
besar dibandingkan jenis kelamin yang lain. Dalam keadaan dominan pada laki-laki jari
manis akan lebih panjang dari telunjuk sedangkan pada perempuan jari telunjuk akan
lebih panjang dari jari manis.
Berdasarkan hasil pengamatan dari kelompok Zahra memiliki jari telunjuk yang lebih
panjang dari jari manis, Wilda memiliki jari manis yang lebih panjang, Miftah memiliki
jari manis yang lebih panjang, Widya memiliki jari manis yang lebih panjang, hiday
memiliki jari manis yang lebih panjang, dan Sutan memiliki jari manis yang lebih
panjang. Dari hasil pengamatan dikelas 3B biologi kebanyakan memiliki jari manis yang
lebih panjang dibandingkan jari telunjuk yang lebih panjang.

Menurut Gun (2006), berbedanya genotip pada setiap orang dan adanya peranan gen
seks pada percobaan kali ini memberikan gambaran pada kita bahwa tidak hanya gen
yang terdapat pada gonosom. Hal ini terjadi sesuai dengan aliran informasi genetika yang
terdapat dalam setiap sel makhluk hidup yang dikemas dalam suatu bentuk materi genetic
yang dikenal sebagai asam deoksiribonukleat (DNA). Kode genetik yang ada didalam
DNA menentukan bagaimana protein disusun.
V. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah di lakukan dapat di simpulkan bahwa telah terbukti adanya
pola ekspresi gen yang di pengaruhi jenis kelamin salah satunya yang kita amati pada
praktikum kali ini adalah tinggi jari telunjuk dan jari manis.
Daftar Pustaka

Agus, Rosana dan Sjafaraenan. 2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas


Hasanuddin. Makassar.
Bohari, Mega. 2011. Peranan Gen yang Dipengaruhi Seks. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil A., dkk. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Gan. 2006. Genetika. Jakarta: Erlangga.

Goodenough, Ursula.1988. Genetika. Erlangga. Jakarta.


Kimball, W. John. 2005. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Mirahaya. 2011. Jenis-Jenis Kecacatan dan Penyakit yang Sifatnya Herediter (Keturunan).
Jakarta: Erlangga.
Nio,Tjan Kwiauw. 1990. Genetika Dasar. Bandung. ITB pasrah
Suryo. 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Ursula. 2001. Genetika. Jakarta: Erlangga.

You might also like