You are on page 1of 11

I.

I LATAR BELAKANG PENELITIAN

Perkembangan teknologi komunikasi sangat pesat saat ini, pemanfaatan


gelombang radio sebagai media komunikasi tidak bisa dihindarkan. Radiasi karena
pancaran gelombang elektromagnetik dengan frekuensi di atas cahaya tampak terbukti
dapat menimbulkan ionisasi pada tubuh manusia dan pada media yang dilaluinya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti lebih dalam besarnya radiasi pengion
dan radiasi non-pengion yang diterima penduduk yang tinggal di sekitar antena
GSM/DCS. Dengan memahami mekanisme gangguan dan berapa besarnya dosis yang
diterima tubuh manusia, maka dapat dianalisis efek gangguan yang akan diterima oleh
jaringan tubuh manusia berdasarkan standar kesehatan yang ada.
Hasil penelitian ini secara ilmiah juga akan memberikan informasi dan teori yang
penting untuk mengetahui seberapa besar gelombang elektromagnetik yang diterima
oleh jaringan tubuh dan seberapa besar hal itu mempengaruhi kesehatan manusia yang
bertempat tinggal di sekitar daerah medan elektromagnetik. Hal-hal seperti ini penting
dilakukan penelitian dan pengukuran agar tidak menimbulkan kecemasan pada
masyarakat yang pada gilirannya akan memunculkan penentangan-penentangan
pengembangan teknologi seluler.
Diharapkan dengan mensosialisakan hasil penelitian ini akan memberi
penyelesaian yang bersifat saling memuaskan bagi pihak-pihak yang pro maupun kontra
menyikapi kehadiran BTS di lingkungan mereka. Demikian juga bagi investor dalam hal
ini PT. Telekomunikasi Selular dapat dengan leluasa membuat rencana pengembangan
dan pembangunan infrastruktur baru yang berwawasan lingkungan hidup.
II. STUDI PUSTAKA
Perkembangan teknologi seluler akan selalu diiringi dengan perkembangan
stasiun pemancar seluler sesuai dengan semakin meningkatnya masyarakat pengguna
telepon seluler. Semakin banyak pengguna telepon seluler maka akan semakin banyak
pula jumlah stasiun pemancarnya (BTS) untuk memenuhi permintaan daerah jangkauan
yang semakin luas.
Tidak seperti stasiun transmisi berdaya besar seperti televisi atau radio, stasiun
pemancar seluler tergolong berdaya sangat rendah yakni sekitar 20 hingga 100 watt.
Daerah kerja frekuensinya juga berada pada range sekitar 3KHz hingga 300GHz seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1. Hal ini secara teoritis menunjukkan bahwa teknologi
seluler masih menggunakan frekuensi non-pengion (tidak berbahaya). Sebagai catatan,
batasan radiasi pengion (yang bisa membahayakan kesehatan) mulai dari cahaya tampak.
Dengan demikian, penggunaan ultraviolet, Sinar-X, Sinar Roentgen, Sinar Gamma
adalah teknologi yang menggunakan frekuensi pengion sehingga penggunaannya harus
diawasi secara ketat dan dipergunakan secara
bijaksana2).
PLN PENERANGAN RADIOTERAPI
RADIO BTS
h CAHAYA ROENTGEN
a
d MATAHARI
n HANDPHONE
e
r
t
a

mama
ahya kampT
g
n e
a
s v
i a
w

a
s
n or

Gnar
e
u c
k i

Si
R M

Ca
F
Non-Ionizing radiation Ionizing radiation
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Khz Mhz Ghz
Frekuensi
Gambar 1. Spektrum frekuensi gelombang elktromagnetik non-pengion dan pengion
Pada teknologi selular, penempatan stasiun pemancarnya tergantung dari
permintaan akan kebutuhan sinyal pada suatu daerah tertentu. Tujuan utama yang ingin
dicapai pada penentuan lokasi penempatan stasiun pemancar adalah pemancar itu
memiliki daerah jangkauan yang optimal tanpa gangguan dari stasiun pemancar lain
dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. Jarak jangkauan terkecil yang bisa
dijangkau pemancar adalah sekitar 0,01 km² pada daerah padat seperti di tengah kota
dan jarak jangkauan terjauh 100 km² pada daerah terbuka. Pada saat pengguna
telepon seluler bergerak dari satu titik ke titik lain maka sistem akan memilih stasiun
pemancar yang paling baik untuk mempertahankan sinyal komunikasinya.
Menurut AEE (Assessment of the Enviromental Effects) efek stasiun pemancar
terhadap lingkungan termasuk didalamnya adalah :
 Efek kesehatan dan keselamatan

 Efek visual

 Efek terhadap lingkungan tempat tinggal

 Gangguan terhadap penerimaan sinyal radio dan televisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi paparan radiasi adalah :
7
 Jarak : semakin jauh jarak dari sumber radiasi maka akan semakin
berkurang kekuatan radiasi dan tingkat paparannya.

 Kekuatan transmitter : semakin kuat transmiternya maka akan semakin
tinggi paparannya.

 Arah dari antena : menambah jumlah antena yang mengarah pada satu
daerah tertentu akan meningkatkan kekuatan transmisi dan
meningkatkan paparan.

 Ketinggian antena dari tanah : semakin tinggi antena akan semakin jauh
jangkauannya dan semakin kecil paparannya.

 Tekstur permukaan tanah : semakin bervariasi maka akan mengurangi
paparan.
Batas paparan radiasi yang biasa dikenal umum ada dua bentuk yaitu specific
absorption rate (SAR) dan atau densitas daya gelombang permukaan (plane wave power
density) 1).

Specific Absorption Rate (SAR)


SAR adalah tingkat besarnya energi yang diserap oleh tissu dengan massa
tertentu, dosisnya dalam watts/Kg. Batas yang dapat diterima menurut standar National
Radiological Protection Board (NRPB) pada pemakaian telepon seluler berarti batas
besarnya energi yang diserap di kepala yaitu sebanding dengan 0,1 Watt terserap pada
10g tissu selama 6 menit rata-rata. Perhitungan ini memperkirakan bahwa kepala tidak
akan naik suhunya lebih dari 1º walaupun setelah menerima paparan dalam jangka waktu
lama. Sementara untuk stasiun pemancar batasnya adalah 0,4 Watt/Kg selama 15 menit
rata-rata terserap oleh seluruh tubuh dengan asumsi jarak tubuh dengan pemancar hanya
beberapa meter saja 2).
Plane Wave Power Density
Densitas daya adalah besarnya daya per unit area normal searah dengan rambatan
gelombang. Satuannya adalah Watt/m². satuan standar ini dapat lebih luas diterima dan
dikembangkan oleh International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection
(INCIRP), Institution of Electrical and Electronics Engineers and American National
Standards Institute (IEEE/ANSI), dan National Council on Radiation Protection and
Measurement (NCRP). Paparan yang diperbolehkan untuk umum adalah 0,5-1 mW/cm².
Batas ini tampak sangat konservatif dan sangat pesimistis, karena masih jauh di bawah
tingkat bahaya yang sebenarnya1).
1.2 Rumusan Masalah

Penelitian yang dirancang menggunakan prinsip “ in-stu”, yakni percobaan,


pengujian, dan pengambilan data dilakukan pada kondisi di mana komponen sample
(antena pemancar) berada pada kondisi aktif, atau berada pada kondisi di mana
komponen tersebut sedang bekerja secara normal pada suatu sistem10).
Pada penelitian ini, akan digunakan pengukur besar radiasi dari pemancar
dengan menggunakan unit pemantau efek gangguan berupa detektor SSD yang
dikembangkan secara khusus untuk mendeteksi radiasi yang diakibatkan pemancar
GSM/DCS, program-komputer untuk menganalisis dan memperhitungkan efek
gangguannya pada tubuh manusia, unit komputer untuk pengolahan data, penyimpanan
data, soft-ware untuk analisis dan pengendalian data, dan penampil yang dapat dicetak
7)
.
Hasil pengamatan dan data yang akan didapat dari penelitian tersebut akan
dipelajari, dihitung, dan dianalisis untuk mendapatkan efek radiasi gelombang
elektromagnetik terhadap lingkungan di sekitar medan elektromagnetik khususnya
seberapa besar efek radiasi tersebut mempengaruhi jaringan tubuh para penduduk yang
bertempat tinggal di sekitar lokasi antena berdiri.
1.3 Batasan Masalah

1. Perkembangan dunia komunikasi seluler saat ini sangat maju dan manfaatnya
sangat dirasakan oleh masyarakat banyak. Dibangunnya BTS-BTS di berbagai
daerah menimbulkan rasa cemas penduduk di sekitar BTS akibat banyaknya
rumor yang berkembang bahwa radiasi gelombang elektromagnetik yang
dipancarkan antena GSM/DCS dapat membahayakan kesehatan manusia
terutama penduduk di sekitar BTS.
2. Telah dilakukan penyusunan teori dan pengukuran radiasi pada area sekitar
antena BTS untuk mengkonfirmasi ada tidaknya bahaya radiasi bagi
penduduk sekitar. Pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) jenis
sensor/detektor, yakni: Detektor Geiger Muller, Single Surface Detektor, dan
Radio Frekuensi Detektor.
3. Dari hasil pengukuran dan perhitungan diperoleh konfirmasi yang menunjukkan
bahwa tidak terjadinya radiasi pengion akibat dari aktifitas antena GSM/DCS di
sekitar BTS. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pancaran radiasi
elektromagnetik yang diterima secara rata-rata di bawah

antena adalah 0.00126 miliwatt/cm2, berarti masih di bawah hasil perhitungan


teoritis yakni 0.00181 miliwatt/cm2 . Dosis tersebut berada jauh di bawah batas
ketentuan internasional tentang radiasi non pengion, yakni 0.5 hingga 1
miliwatt/cm2.
4. Dengan menggunakan detektor Geiger Muller ternyata tidak terjadi peningkatan
cacah back-ground (dibanding dengan back-ground ditempat netral) yakni
sebesar 30 cacah per menit. Sehingga bisa dipastikan tidak terjadi proses ionisasi
akibat aktivitas antena GSM/DCS di daerah di dekat antena.

5. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pancaran antena GSM/DCS


yang berada pada BTS Widuran Solo tidak membahayakan bagi kesehatan
penduduk disekitar antena. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan dan
masukan bagi para peneliti tentang bahaya radiasi dan bagi para praktisi di
bidang komunikasi.

Kecemasan yang berkembang di masyarakat tentang bahaya radiasi pemancar


GSM/DCS adalah akibat dari pemberitaan yang salah dan tidak didasarkan atas
penelitian yang benar. Untuk itu perlu segera disebar luaskan tentang kenyataan yang
sebenarnya dengan dasar-dasar ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan.
Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut tentang dampak sosial atas munculnya
teknologi selular di Indonesia beserta aspek-aspek ekonominya disaat ini agar
masyarakat dapat memanfaatkan kehadiran dan menerima kehadiran teknologi selular
beserta aspek sosial-ekonomisnya.
Peneliti masih akan terus melakukan pengukuran dan meningkatkan model
evaluasinya di masa yang akan datang, untuk bisa lebih memberikan keyakinan pada
masyarakat untuk menerima kehadiran BTS-BTS dilingkungan meraka tanpa rasa
cemas.
Daftar Pustaka

1. Shepherd, C. 2003, “Cellular Phones & Human Health” Aldes Briefing Paper
2. World Health Organisation (WHO) fact sheets on Electromagnetic Fields and
Public Health. http://www.who.int/peh-emf/publications/facts-
press/fact_english.htm
3. Jordan, C, Edward and Balman, G, Keith. 1968, “Elec tromagnetic Waves and
Radiation Systems” Prentice-Hall, Inc, Engliwood Cl ieffs, New Jersey.
4. William H Hayt, JK. 1981, “Engineering Electromagne tics”, McGraw-Hill,
ISBN 0-07-027395-2
5. Ma, T. P. and Dressendorfer, P. V., 1989, “Ionizing Radiation Effects in MOS
Devices and Circuits”, John Wiley and Sons, Ins., N ew York.
6. Knoll, F, Glennn. 1979, “Radiation Detection and Me asurement”, John Wiley
& Sons, New York Chichester Brisbane Toronto.
7. Rubinstein. 1981, “ Simulation and The Monte Carlo Method”, John Wiley &
Sons, New York Chichester Brisbane Toronto.
8. Chang, C.Y. and Sze, S.M. 1996, “ULSI Technology”, McGraw-Hill
International Editions.
9. Webster, G, John. 1978, “Medical Instrumentasion : Application and Design”
Houghton Mifflin Company, Boston
10. Sunarno, 1995, “Studies on Soft Error on Memory ICs Induced by Fusion
Neutrons”, Dissertation, Osaka University.
11. Sunarno, 1996, “Derau Pada IC Memori Akibat radiasi Neutron Hasil reaksi
Fusi”, Media Teknik, UGM, Nov. No. ISSN 0216-3012, 80-83.

You might also like