You are on page 1of 39

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam

memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologi dan kejiwaaan yang

unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung

dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu

terdapat hubungan penting antara menyusui dengan penjarangan

kehamilan (KB). (Perinasia,2007)

Keunggulan Asi tersebut perlu ditunjang dengan cara pemberian

asi yang benar misalnya pemberian ASI segera setelah lahir (30 menit

pertama bayi harus sudah disusui) kemudian pemberian asi saja sampai

bayi umur 4 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya pemberian ASI sampai 2

tahun dengan pemberian makanan pendamping yang benar. (DepKes

RI,1998/1999). Pada saat sekarang ini memang banyak terdapat ibu-ibu

yang bekerja yang mempunyai bayi, tetapi oleh karena tuntutan pekerjaaan

sehingga banyak dari mereka yang cenderung untuk tidak menyusui

bayinya sampai dengan usia 4 bulan,ibu lebih tertarik menggantinya

dengan susu formula walaupun hal ini salah. Keadaan ini ditunjang dengan

adanya data yang menunjukkan penurunan nyata dalam kebiasaan

menyususi pada ibu. Data yang dilaporkan oleh Demographic and health
2

survey WHO 1989 mengungkapkan, bahwa pemberian ASI secara

eksklusif selama 4 – 6 bulan hanya 36 % dan laporan SDKI 1991 ibu yang

memberikan Asi pada bayi 0 – 3 bulan 47 % (di perkotaan) dan 55 % di

pedesaan (DepKes RI,2013). Keadaan ini dapat menyebabkan suatu hal

yang cukup serius dalam masalah gizi bayi dan lebih jauh lagi pada

kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan data awal melalui survey pendahuluan yang penulis

lakukan di Perumahan TNI AL Kenjeran Tuban terhadap 5 responden

diperoleh hasil 3 orang ( 60 % ) responden memiliki pengetahuan yang

baik dan 2 orang ( 40 % ) dengan pengetahuan tentang ASI yang rendah.

Menurut Soetjiningsih ( 2007 ) Penurunan pemberian ASI

dimungkinkan karena berbagai alasan, alasan itu antara lain :

(1) Kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat atau keuntungan ASI

untuk anaknya, rasa takut yang akan mempengaruhi produksi ASI

sehingga jumlah ASI yang dihasilkan sedikit

(2) Terjadinya pergeseran pandangan, bahwa pemberian susu formula akan

dikatakan lebih modern

(3) Pengertian yang salah tentang menyusui akan cepat sekali kelihatan tua

dan berkurangnya kecantikan

(4) Banyaknya wanita yang turut bekerja untuk mencari nafkah sehingga

tidak dapat menyusui secara teratur. Dari alasan tersebut terlihat

pentingnya pengetahuan /pengertian ibu tentang ASI dalam upaya


3

membantu pertumbuhan dan perkembangan bayinya dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penerimaan perilaku baru dalam

diri seseorang melalui tahap-tahap kesadaran , merasa tertarik, menilai dan

mencoba serta mengadopsi. Perilaku yang didasari atas pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (Notoatmodjo,2013), berdasarkan latar belakang tersebut,

peneliti ingin mempelajari tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan

Pola laktasi pada bayi baru lahir sampai usia 4 bulan dalam upaya untuk

memenuhi keadaan gisi yang lebih baik, juga untuk memberikan zat

kekebalan yang dapat melindungi bayi dari berbagai infeksi.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1.2.1. Pernyataan Masalah

Penurunan pemberian ASI disebabkan oleh berbagai hal antara lain

kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat atau keuntungan ASI untuk

anaknya, terjadinya pergeseran pandangan bahwa pemberian susu formula

dikatakan lebih modern, pengertian yang salah tentang menyusui akan cepat sekali

kelihatan tua dan berkurangnya kecantikan serta banyaknya wanita /ibu yang turut

bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat menyusui secara teratur.
4

Pola pemberian ASI pada ibu primipara dipengaruhi oleh

pengetahuan ibu tentang ASI utamanya ASI eksklusif dan manfaat

meneteki yang digunakan sebagai dasar untuk menerapkan pola laktasi

yang baik dan benar. Melalui pola laktasi yang benar akan memberikan

dampak pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal

( Soetjiningsih, 2007 ).

1.2.2 Pertanyaan Masalah

1) Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang ASI ?

2) Bagaimana pola laktasi ibu primipara pada bayi baru lahir sampai usia 4

bulan ?

3) Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan Pola

laktasi pada bayi baru lahir sampai usia 4 bulan ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mempelajari hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI

dengan Pola laktasi pada bayi baru lahir sampai usia 4 bulan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengidentifikasi:

1) Tingkat Pengetahuan ibu tentang ASI

2) Pola laktasi pada bayi baru lahir sampai usia 4 bulan

3) Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pola laktasi pada

bayi baru lahir sampai usia 4 bulan.


5

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah :

1) Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Sebagai dasar untuk memberikan informasi tentang ASI dan pola laktasi

yang benar pada ibu primipara yang menyusui bayi baru lahir sampai usia

4 bulan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu.

2) Bagi Profesi

Dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.

dan pengembangan keperawatan dimasa mendatang.

3) Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang pola laktasi sehingga dapat melakukan

intervensi keperawatan yang lebih tepat.

4) Bagi Responden

Mengetahui tingkat pengetahuannya mengenai ASI dan pola laktasi

sehingga dapat memberikan stimulasi untuk mengetahui lebih mendalam

tentang ASI dan pola laktasi.

1.5 Relevansi

Pola laktasi merupakan perilaku menyusui yaitu perilaku ibu dalam

menyusui bayinya. Pola laktasi yang baik akan terwujud bila ibu memiliki

pengetahuan yang memadai tentang ASI dan pola laktasi. Melalui pola laktasi

yang baik dan pemberian ASI eksklusif akan memberikan dampak status gizi bayi
6

yang normal sehingga diharapkan pertumbuhan dan perkembangannya optimal.

Dengan demikian angka kesakitan dan kematian bayi bisa diminimalkan sehingga

sangat relevan dengan peran dan fungsi Perawat sebagai pelaksana pelayanan

asuhan keperawatan di unit rawat jalan khususnya melalui upaya pokok program

Puskesmas yaitu KIA dan PHN ( Dep Kes RI, 2012 ).


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan mengemukakan landasan teori yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan meliputi : konsep pengetahuan,

ASI eksklusif, dan pola laktasi :

2.1. Konsep Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat fakta,

simbol, prosedur dan teori . Pengetahuan adalah merupakan hasil dari

tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terjadi melalui

indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan

raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga ( Notoatmodjo, 2007 ).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Roger (2005) bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut,

terjadi proses yang berurutan:

(1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

(2) Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik pada stimulasi.

(3) Evaluation (menilai) dimana seseorang mulai menimbang-nimbang

terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.


8

(4) Trial (mencoba) dimana orang telah mulai mencoba berperilaku baru

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

Selanjutnya Roger menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak

selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau

adopsi perilaku melalui proses seperti proses di atas yaitu didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut

akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan, kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,

2013).

Domain kognitif atau pengetahuan mempunyai 6 tingkatan :

(1) Tahu

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah diajari

sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang

yang telah diterima.

(2) Memahami

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

(3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat


9

diartikan kemampuan menggunakan hukum, rumus, metode dan

prinsip.

(4) Analisis

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut.

(5) Sintesa

Kemampuan menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang benar serta kemampuan menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada.

(6) Evaluasi

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan pada kriteria

yang ada.

Berdasarkan hal-hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

pengetahuan adalah suatu proses mulai dari mengingat, memahami,

selanjutnya mampu menggunakan dan mampu menghubungkan bagiannya

serta mampu untuk menilai sesuatu (Notoatmodjo, 2013).


10

2.2 ASI Eksklusif

Sebagai dasar untuk mengukur pengetahuan ibu tentang ASI dan sebagai

bahan dalam pemberian informasi pada ibu menyusui selanjutnya, berikut ini

disajikan tentang beberapa hal yang perlu diketahui ibu sehingga dapat digunakan

sebagai dasar dalam pola laktasi :

2.2.1. Anatomi Payudara

Dalam istilah medik payudara disebut mammae. Dari bahasa latin:

mammae. Glandulla mammae berkembang sejak embrio usia enam

minggu ( Dep Kes RI, 1991 )..

Mammae tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan

lemak. Terbentang antara kosta dan kantilago interkostalis enam serta

antara linea para sternalis dan midaksillaris. Mamae terletak pada

permukaan muskulus pektoralis mayor. Diameter mamae sekitar 10-12 cm.

Pada wanita yang tidak hamil berat mamae sekitar 200 gram, yang kiri

biasanya lebih berat dari yang kanan, dan pada tiap-tiap wanita berbeda-

beda. Pada akhir kehamilan beratnya berkisar antara 400-600 gram dan

masa menyusui dapat mencapai 600-800 gram.

Struktur mamae terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :

a. kulit

b. jaringan subcutan

c. corpus mamae

Corpus mamae terdiri dari parenkim dan stoma. Parenkim

merupakan suatu struktur yang terdiri dari duktus, lobus dan alveolus. Ada
11

15-25 duktus laktifcrus. Tiap-tiap duktus bercabang-cabang manjadi

10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kesatuan kelenjar. Yang

dimaksud dengan grandulla mamae adalah kumpulan dari sejumlah

kelenjar susu tunggal. Masing-masing duktus tersebuat akan membentuk

lobus dan duktulus akan membentuk lobulus. Struktur duktulus dan duktus

memusat ke arah papilla mamae. Sebelum bermuara di papilla mamae

masing-masing duktus melebar membentuk ampulla atau sinus yang akan

berfungsi sebagai reservoir air susu ibu. Sinus, duktus dan alveolus

dikelilingi oleh myoepitel, yang dapat berkontraksi. Alveolus juga

dikelilingi oleh pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi kepada sel-sel

kelenjar air susu untuk proses sintesis air susu ibu.

Payudara besarnya berbeda-beda antara yang satu dengan yang

lainnya. Meskipun demikian, besarnya mamae tidak menjadi ukuran untuk

banyaknya air susu ibu yang dihasilkan.

Stroma mamae tersusun atas :

a. jaringan ikat

b. jaringan lemak

c. pembuluh darah

d. saraf

e. pembuluh limpa

Papilla mamae serta areola yaitu daerah sekitar papilla yang

berpigmentasi lebih, berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada

papilla dan areola mamae terdapat ujung-ujung saraf sensoris yang penting
12

pada proses refleks waktu menyusui. Papilla mengandung otot polos yang

dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Pada umumnya

papilla mamae itu menonjol keluar, tetapi kadang-kadang dijumpai papilla

yang datar (flat nipples) atau masuk ke dalam (inverted nipples) sehingga

dapat menyebabkan kegagalan menyusui. Untuk hal demikian, ibu perlu

mendapat perawatan payudara sejak sebelum masa Laktasi. Pada ujung

papilla terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus).

Areola yang terdapat disekeliling papilla mengandung sejumlah

kelenjar. Kelenjar Montgomerry yang berfungsi sebagai kelenjar minyak

mengeluarkan cairan yang memelihara papilla agar tetap lunak dan lentur.

(Depkes. RI, 2010).

Fisiologi Laktasi

Laktasi mempunyai dua pengertian. Pertama adalah pembentukan

air susu dan kedua adalah periode sesudah kelahiran yang pada waktu itu

air susu terbentuk.

Proses laktasi terjadi karena adanya kerja yang terpadu dan

beberapa hormon yang dapat digolongkan dalam tiga tahapan yaitu :

Mammogenesis (pembentukan mammae), Laktogenesis (permulaan

sekresi susu), dan Galaktopoesis (mempertahankan sekresi susu).

a. Mamagenesis (pembentukan payudara)

Pertumbuhan sistem produksi ASI tergantung dari beberapa hormon

yang terjadi pada masa pubertas dan masa kehamilan. Pada masa
13

pubertas secara umum yang mempengaruhi pertumbuhan payudara

adalah hormon estrogen yang berefek utama untuk pertumbuhan

duktus, selain itu meningkatkan ukuran payudara bertambah besar dan

pigmentasi areola.

b. Laktogenesis (permulaan sekresi susu)

Pada kehamilan, payudara lebih berkembang lagi sebagai akibat

meningkatnya hormon estrogen, progesteron, HPL (Hormon Plasenta,

Laktogen) . Estrogen merangsang jumlah dan ukuran sistem duktuli.

Progesteron meningkatkan jumlah alveoli dan meningkatkan

penumpukan lemak di sekitar lobulus. HPL merangsang perkembangan

permukaan sel Acini dan sebagai perintis perubahan struktur sel yang

mensintesa Hasein, Laktobulin dan Laktoglobulin. Selama kehamilan

kadar polaktin meningkat sejak kehamilan kadar prolaktin meningkat

sejak kehamilan delapan minggu dan mencapai puncak saat aterm.

HPL, dibuat oleh plasenta dan disekresi secara aktif dalam sirkulasi

ibu sejak usia kehamilan enam minggu. Prolaktin hanya memproduksi

kolustrum mulai kehamilan akhir trimester satu dan disekresi dalam

acini, karena kerja prolaktin dihambat oleh kerja progesteron, estrogen

dan HPL yang setelah melahirkan menurun secara drastis sehingga

hambatan terhadap prolaktin berkurang /menghilang dan dalam tiga

sampai empat hari ASI mulai terbentuk yang yang disekresi dalam

lumen alveoli. Dengan adanya oksitosin dari lobus Posterior Hipofise


14

terjadilah kontraksi Myoepitel yang melingkari kelenjar ASI sehingga

dapat dikeluarkan yang pertama kali (laktogenesis).

c. Galaktopoesis (Kesinambungan produksi ASI)

Pada saat bayi menghisap punting susu ibu, akan terjadi dua macam

mekanisme dasar yang menjamin kelangsungan laktasi yaitu refleks

pada ibu dan pada bayi. Refleks pada ibu adalah pertama refleks

Prolaktin dimana rangsangan pada papila dan areola mammae

dihantarkan oleh serabut aferent ke otak dan memberi impuls kelobus

anterior hipofise untuk mensekresi prolaktin yang dilepas dalam

sirkulasi darah bekerja pada sel alveoli kelenjar payudara untuk

memproduksi Asi, sehingga semakin sering menyusui maka semakin

banyak prolaktin yang memproduksi ASI, kedua Let Down Refleks

yaitu pada saat yang sama terjadi hantaran impuls ke Para Ventrikuler

Nukleus Supraoptika dari Hipotalamus yang merangsang Hipofise

Posterior untuk mensekresi oksitosin dalam sirkulasi darah dan

merangsang myoepithel untuk berkontraksi sehingga terjadilah

pengeluaran ASI.

Pada beberapa keadaan pengeluaran eksitosin tanpa adanya

rangsangan taktil pada puting susu, tapi suatu rangsangan pada SSP

dengan adanya tangisan bayi sudah dapat menginduksi pengeluaran ASI.

Oksitosin juga mempengaruhi myometrium berkontraksi sehingga

mempercepat keluarnya placenta dan mengurangi terjadinya

perdarahan.Let Down refleks juga dipengarihi oleh psikologi ibu. Rasa


15

khawatir / susah/ cemas akan menghambat refleks tersebut. Diduga adanya

pelepasan Adrenalin yang merangsang kontraksi pembuluh darah yang

mengelilingi alveoli sehingga oksitosin tidak dapat mencapai myoepithel

sehingga kontraksi tidak terangsang.

Gerakan Bayi Menyusui

Penghisapan oleh bayi pada waktu menetek hanyalah merupakan

sebagian kecil dari proses laktasi dan proses ini sendiri meliputi beberapa

tahap. Payudara yang menempel pada pipi bayi akan menimbulkan rooting

refleks yaitu bayi secara refleks akan memutar kepalanya kearah putting

susu yang menempel pada pipinya, diikuti oleh membukanya mulut,

kemudian putting akan ditarik masuk kedalam mulut. Penghisapan ini

dibantu oleh lidah yang menarik putting sehingga masuk kedalam

orofarings, maka rahang bayi akan memulai gerakan berirama yang

menekan sinus laktiferus (gerakan menggilas dibawah puting susu). Dan

peristiwa inilah yang menyebabkan keluarnya air susu ibu.

2.2.2. Manfaat Menyusui

Manfaat ASI sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas

hidup anak, karena dengan menyusui tidak hanya memberi keuntungan

pada bayi saja, tetapi juga bagi ibu dan keluarga, bahkan bagi negara.

2.2.2.1. Keuntungan menyusui bagi bayi

a. Ditinjau dari Aspek Gizi


16

Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk

tumbuh kembang yang optimal.

Mudah dicerna dan diserap, karena perbandingan whey protein

/casein adalah 80/20, sedangkan susu sapi 40/60. Disamping itu

ASI mengandung lipase yang memecah trigliserida menjadi asam

lemak dan gliserol. Laktosa dalam ASI mudah terurai menjadi

glukosa dan galaktosa, dan enzim laktase sudah ada sejak bayi

lahir.

b. Ditinjau dari Aspek Imonologi

Mengandung Zat kekebalan antara lain:

Imunitas selular yaitu lekosit sekitar 4000/ml ASI yang terutama

terdiri dari Makrofag

Imunitas humoral, misalnya sIgA- ensim pada Asi yang

mempunyai efek antibakteri misalnya lisozim, katalase dan

peroksidase.

Laktoferin

Faktor bifidus

Antibodi lainnya: Interferon, faktor antistafilokokus, antibodi HSV,

B12 binding protein, dan komplemen C3 dan C4.

Tidak menyebabkan alergi

c. Ditinjau dari Aspek Psikologis

Mendekatkan hubungan ibu dan bayi


17

Menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang penting untuk

mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai

orang lain/ibu dan akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri

sendiri.

d. Manfaat lainnya bagi Bayi

 Mengurangi insidens karies dentis

 Mengurangi maloklusi rahang

 Asi mengandung sekitar 13 macam hormon antara lain ACTH,

TRH, TSH, EGF, Prolaktin, Kortikosteroit, Prostaglandin, dll.

2.2.2.2. Keuntungan Menyusui bagi Ibu

a. Aspek kesehatan ibu

Mengurangi perdarahan post- partum

Mempercepat involusi uterus

Mengurangi insidens karsinoma payudara

b. Aspek psikologis

Mendekatkan hubungan ibu dan anak

Memberikan perasaan diperlukan

c. Aspek keluarga berencana

Menunda kembalinya kesuburan, sehingga dapat menjarangkan

kehamilan. Perlu diketahui bahwa frekuensi menyusui yang sering

baru mempunyai efek keluarga berencana.


18

2.2.2.3. Keuntungan Menyusui bagi Keluarga

 Hemat karena tidak perlu menyediakan dana untuk membeli susu

formula

 Bayi jarang sakit, bisa menghemat biaya pengobatan

 Mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

2.2.2.4. Keuntungan bagi Bangsa dan Negara

a. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.

Karena nilai gizi yang optimal dan adanya faktor protektif pada ASI,

maka anak jarang sakit dan kematian anak yang minum ASI lebih

rendah

b. Mengurangi subsidi rumah sakit untuk perawatan ibu dan

anak. Rumah sakit tidak perlu membeli susu formula, botol dot, bahan

bakar untuk mensterilkan botol, dll. Disamping itu dengan rawat

gabung akan menurunkan insiden infeksi nusokomial, sehingga selain

perawatan ibu dan anak lebih pendek, juga menghemat pembelian

antibiotika, cairan infus, dll

c. Mengurangi subsidi biaya perawatan anak sakit. Telah terbukti

bahwa bayi yang minum susu botol lebih sering sakit diare, penyakit

infeksi saluran pernafasan dan malnutrisi dari pada yang minum ASI.

d. Mengurangi devisa negara untuk membeli susu formula.


19

e. Meningkatkan kualitas generasi penerus, karena anak yang

mendapatkan ASI tumbuh kembang secara optimal, dengan demikian

kualitas generasi penerus terjamin.

Jadi betapa besarnya andil menyusui dalam hidup ini, sehingga sangat

disayangkan kalau sampai ada ibu yang tidak mau menyusui bayinya

sendiri. Sikap dan perilaku yang salah seperti ini harus kita luruskan,

agar tercipta anak-anak yang sehat jasmani, mental, maupun sosial.

2.3. Pola Laktasi

Perilaku menyusui adalah perilaku ibu dalam menyusui bayinya,

yang merupakan kemampuan ibu untuk menyusui bayinya yang terdiri dari :

2.3.1. Permulaan Menyusui Bayi

Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, sebaiknya ibu mulai

menyusui bayinya, karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam-jam

pertama dan hisapan bayi pada putting susu ibu akan merangsang

pengeluaran hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon oksitosi untuk

mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi uterus. Selain itu kontak

dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu. Cairan yang pertama kali

disekresikan oleh kelenjar payudara disebut kolustrum, dalam kolustrum

konsentrasi imunoglobulin sangat tinggi. Volumenya berkisar 150-300

ml/24jam, yang merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-

kuningan lebih banyak mengandung antibody yang dapat memberikan

perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, juga merupakan pencahar


20

yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir

dan mempersiapkan saluran pencernakan makanan bayi.

2.3.2. Tehnik Menyusui

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami

berbagai masalah karena tidak mengetahuinya cara-cara menyusui yang

benar. Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan

pengetahuan mengenai teknik menyusui.

Langkah- langkah menyusui yang benar menurut Soetjiningsih,

2007:

a. Sebelum menyusui putting susu dan areola mammae dibersihkan

dengan kapas basah atau ASI dekeluarkan sedikit, kemudian dioleskan

pada putting dan sekitar kalang payudara.

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.

 Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak

menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

 Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu

lengan, kepala bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak boleh

menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang

satunya di depan.
21

 Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara (tidak hanya menoleh atau membelokkan kepala bayi).

 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

 Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang

di bawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja

d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan

cara:

- Menyentuh pipi dengan puting susu atau

- Menyentuh sisi mulut bayi

e. Setelah bayi mebuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke

mulut bayi.

- Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam

mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan

lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI

yang terletak di bawah kalang payudara.

- Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau

disangga.

f. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya

diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi:


22

- Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut

atau dagu bayi ditekan ke bawah.

g. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi

adalah:

- Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan

- Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya

ditepuk perlahan-lahan.

2.3.3. Lama menyusui (Soetjiningsih, 2007)

Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup

disusukan selama 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan

membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh

disusukan selama 10 menit, bila produksi ASI cukup dan lancar boleh

disusukan selama 15 menit. Jumlah Asi yang terhisap bayi pada 5 menit

pertama 112 ml, kedua 64 ml dan terakhir 16 ml. ASI yang dihisap bayi

pada menit pertama dibanding terakhir adalah berbeda dimana menit

pertama lebih cepat dan encer dan kemudian akan lebih kental dan menit

terakhir mengandung lemak 4-5 x dan protein 1,5 x lebih banyak

dibandingkan dengan ASI pada menit pertama.


23

Jadi lama meyusui setiap payudara adalah sekitar 10-15 menit

untuk bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun sesuai dengan

waktu yaitu:

a. Tahun Pertama : 400 - 700 ml/24 jam

b. Tahun kedua : 200- 400 ml/24 jam.

c. Sesudah itu sekitar 200 ml/24 jam.

Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi

protein antara bulan ke 6 sampai tahun ke 2 masa laktasi, hanya

konsentrasi lemak bervariasi luas. Produksi ASI dipengaruhi oleh status

gizi ibu dan ibu usia muda produksi asinya lebih banyak dibanding dengan

ibu usia tua.

Frekuensi menyusui

Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

bayi, tanpa dijadwal karena kadar protein Asi rendah bayi akan menyusu

sering, biasanya antara 1,5 - 2 jam sekali dan ASI dalam lambung bayi

akan kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga frekwensi menyusui kira-kira

8-12 kali /24 jam setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara

dan usahakan sampai payu dara terasa kosong agar produksi ASI tetap

baik
24

Bayi lemah Produksi ASI lebih sedikit

Sukar menyusui payudara Frekuensi menyusui <

tidak kosong - Ibu bekerja

Perilaku menyusui salah

Susu Botol

Payudara terbendung Mengeluarkan ASI

(memerah payudara akan menolong)

Abses payudara

Gambar 1. Skema akibat payudara tidak kosong (perawatan anak di Puskesmas).

Kriteria untuk mengetahui banyaknya produksi ASI :

ASI yang bayak merembes keluar melalui putting.

Sebelum disusukan payudara terasa tegang

Berat badan bayi naik sesuai dengan umur

Jika ASI cukup bayi akan tertidur selama 3-4 Jam

Bayi kencing lebih sering, sekitar 8x sehari

2.3.4. Cara penyimpanan ASI

ASI dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat :

Disimpan di udara bebas dalam tempat yang bersih selama 6 - 8 jam

ASI yang disimpan dalam lemari es (tidak dibekukan) harus diberikan dalam 2 x

24 jam sejak ASI tersebut dikeluarkan dari payudara.


25

Untuk didimpal lama, harus dibukukan pada temperatur pendingin sampai 18o C

dapat disimpan sampai 6 bulan.

Pada penyimpanan dengan cara dibekukan tidak berpengaruh

terhadap komponen kekebalan yang dikandungnya. Apabila ASI akan

diberikan pada bayi setelah didinginkan tidak boleh dipanaskan karena

akan merusak kualitas khususnya unsur kekebalan, ASI cukup didiamkan

beberapa saat dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin.

Faktor yang mempengaruhi pola laktasi :

Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku seseorang tergantung

dari (1) Stimulus internal dalam hal ini sikap, emosi dan pengetahuan

seseorang yang merupakan dasar perilaku itu sendiri dan (2) Stimulus

eksternal yang meliputi sosial budaya, dukungan keluarga, lingkungan dan

demografi. Untuk dapat melaksanakan pola laktasi yang baik selain

ditunjang oleh pengetahuan ibu, kondisi ibu sendiri utamanya produksi

ASI harus adekuat sehingga dapat melaksanakan pola laktasi dengan baik.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

2.4.1 Rangsangan Otot-Otot Buah Dada

Produksi ASI memerlukan rangsangan pada otot-otot buah dada

agar kelenjar buah dada bekerja lebih efektif, dimana otot buah dada yang

terdiri dari otot-otot polos dengan adanya rangsangan akan berkontraksi

lebih baik misalnya dengan melakukan massage / mengurut buah dada,

menyiram buah dada dengan air hangat dan dingin secara bergantian.
26

2.4.2 Keteraturan Anak Menghisap

Penghisapan oleh anak mempunyai pengaruh dalam pengeluaran

hormon pituitrin dengan adanya pengeluaran hormon pituitrin yang lebih

banyak, akan mempengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos buah dada

dan uterus dimana kontraksi pada buah dada berpengaruh pada

pembentukan air susu Ibu sedang kontraksi pada uterus untuk

mempercepat involusi.

2.4.3 Keadaan Ibu

Untuk dapat menghasilkan air susu Ibu yang cukup, keadaan Ibu

harus sehat baik jasmani dan rohani. Keadaan ini berpengaruh pada

pembentukan produksi ASI karena untuk pembentukannya bahan-bahan

diambil dari Ibu. Bila Ibu tidak dapat mensuplay bahan karena tubuh

tidak sehat, input makanan yang kurang, untuk membawa bahan-bahan

yang akan diolah sel-sel acini di buah dada maka bahan-bahan tidak

sampai pada sel acini tersebut. Dengan demikian, sel acini tidak memiliki

bahan mentah yang akan diolah menjadi ASI sehingga produksi ASI

menurun.

2.4.4 Faktor Makanan

Makanan mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan ASI,

karena ASI dibuat dari zat-zat makanan yang diambil dari darah Ibu yang

sudah disiapkan sejak terjadinya kehamilan, karena itu Ibu hamil harus
27

mendapatkan yang cukup kualitas dan kuantitasnya untuk kebnutuhan

sendiri, pertumbuhan janin dan persiapan laktasi.

2.4.5 Faktor Istirahat

Istirahat berarti mengadakan pelemasan pada otot-otot dan syaraf

setelah mengalami ketegangan dalam melaksanakan kegiatan. Dengan

istirahat, akan timbul penyegaran kembali demikian juga pada Ibu

menyusui yang membutuhkan istirahat yang lebih banyak di luar maupun

di dalam tubuhnya yaitu untuk memproduksi ASI. Dalam beristirahat sel-

sel dan jaringan akan mendapatkan kesegaran kembali dan dapat bekerja

lebih giat, hingga demikian, prosuksi ASI dapat dipertahankan atau

ditingkatkan.

2.4.6 Faktor fisiologis

Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolactin yang

dikeluarkan sel alfa dari lobus anterior kelenjar hypofise. Hormon ini

merangsang sel-sel acini untuk membentuk ASI apabila ada kelainan

misalnya hormone ini tidak terbentuk atau kurang yang dikeluarkan

dengan sendirinya rangsangan pada sel-sel acini juga berkurang sehingga

sel-sel acini pun jumlahnya kurang atau tidak dapat membentuk ASI
28

2.4.7 Faktor Obat- obatan

Obat-obatan yang mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI

adalah obat yang mengandung hormone. Hormon tersebut dikhawatirkan

mempengaruhi hormone prolactin dan pituitrine yang berpengaruh pada

pruduksi dan pengeluaran ASI. Apabila hormone prolactin terhambat

pengeluarannya karena obat yang mengandung hormone tersebut,tentu

rangsangan kepada sel-sel acini untuk membentuk air susu akan

berkurang
BAB II

Kerangka konsep

Faktor Internal :

- perilaku Ibu Menyusui

- sikap

- Emosi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Faktor External: Produksi ASI :

- Sosial Budaya - faktor fisiologis

- Dukungan - faktor keteraturan isapan anak

keluarga - faktor rangsangan otot-otot buah

dada

Pola Laktasi :

- Permulaan Menyusui

- Tehnik Menyusui

- Lama Menyusui

Baik Kurang

Keterangan :

____ diteliti

tidak diteliti
2.5 Hipotesa

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu meneteki primipara

tentang ASI dengan pola laktasi pada bayi baru lahir sampai usia 4 bulan.
31

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah dengan

menggunakan metode keilmuan. Pada bab ini akan disajikan desain penelitian,

populasi, sample dan sampling, identifikasi variabel, rencana pengolahan data,

masalah etika dan keterbatasan.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah “Cross Sectional” dimana

penelitian melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat, yaitu tiap

subyek hanya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel dilakukan pada

saat pemeriksaan.
3.2 Rancang Bangun Penelitian

Dalam penelitian ini tergambar sebagai berikut :

Ibu meneteki bayi umur


Variabel Independen: Variabel Dependen:
≤ 4 bulan
Pola Laktasi :
(primipara)
Pengetahuan Ibu tentang : Baik

Pengertian ASI

Manfaat menyusui

Permulaan Menyusui Bayi

Tehnik Menyusui

Lama Menyusui

3.3 Identifikasi Variabel

3.3.1 Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel prediktor/variabel bebas.

Variabel independen itu sendiri adalah suatu stimulus aktivitas yang dimanipulasi

oleh peneliti untuk menetapkan suatu dampak pada variabel dependen (Nursalam

& Siti Pariyani, 2001).

Pada penelitian ini variabel endependen adalah penngetahuan ibu

meneteki sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan ibu dalam menentukn

pola laktasi terhadap bayinya yang berumur < 4 bulan.


33

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel ini disebut sebagai variabel out put atau terikat. Variabel

dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau independen

(Notoadmodjo, 2013). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah pola

laktasi pada bayi usia < 4 bulan.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skore


Operasional
Independen:
Pengetahun Kemampuan Ibu Jawaban tepat kuesioner Ordina Baik,
l skore
untuk mengingat tentang :
fakta simbol, - Pengertian ASI ≥75%
prosedur tehnik - Manfaat kode 2
dan teori meneteki. menyusui
- Tehnik
menyusui
- Lama Kurang,
menyusui skore
- Frekuensi 75%
menyusui kode 1
- Cara
penyimpanan
ASI
- Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
produksi ASI
Dependen :
Pola Perilaku Ibu dalam 1. Mencuci kuesioner Ordina Skala
l Likert
Laktasi menyusui bayinya tangan
yang merupakan sebelum untuk
kemampuan Ibu menyusui pertanyaan
untuk menyusui 2. Membersihkan positif :
bayi puting susu 1 = STS
3. Posisi bayi 2 = TS
menghadap 3 = TT
perut Ibu / 4 = S
payudara 5 = SS
34

4. Meletakkan pertanyaan
ibu jari di atas negatif
payudara, jari sebaliknya
lain Dikatakan
5. Merangsang aktif atau
bayi untuk perilaku
membuka baik, skore
mulut ≥75%
6. Mendekatkan kode 2
payudara
(puting dan
areola) ke
mulut bayi
perilaku
7. Membiarkan kurang,
bayi menyusui skore
sampai 75%
payudara terasa kode 1
kosong.
8. Waktu
menyusu ± 10
-15 menit.
9. Melepaskan
isapan bayi
dengan cara
memasukkan
jari kelingking
Ibu ke mulut
bayi, dagu bayi
ditekan ke-
bawah
10. Menyendawa-
kan bayi dan
mencuci
tangan
sesudahnya .
11. Menyusui bayi
hendaknya
sesuai dengan
keinginannya
12. Jika bayi tidur,
bila waktunya
menyusui
segera
dibangunkan.
13. Jika payudara
35

terasa penuh,
sebaiknya
dibuang
terlebih dahulu
sebelum
disusukan.
14. Posisi Ibu
meneteki pada
malam hari,
sebaiknya
hindari posisi
tidur
15. Menyusui bayi
sebaiknya
kedua
payudara
digunakan dan
sampai terasa
kosong.

3.5 Populasi, Sample, dan Sampling

3.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti ( Nursalam & Siti Pariani, 2000 : 64 ). Pada

penelitian ini populasinya adalah seluruh Ibu meneteki primipara yang

berada di BPS Bu Wiwit S.ST Tuban.

3.5.2 Sample

Sample adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling

tertentu untuk bisa memenuhi / mewakili populasi ( Nursalam & Siti

Pariani, 2000 : 64 ).
36

Pada penelitian ini sample diambil dari seluruh Ibu meneteki

primipara yang berada di BPS Bu Wiwit S.ST Tuban mulai bulan April

2016.

3.5.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria Inkluasi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. ( Nursalam

& Siti Pariani, 2001 : 65). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah

sebagai berikut :

1) Ibu primipara yang meneteki bayi yang berumur 0 – 4 bulan,

2) Bersedia diteliti dan menandatangani informed concent

3.5.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah karakteristik sample yang tidak dapat

dimasukkan atau layak untuk diteliti yaitu :

1) Ibu meneteki primipara dengan bayi umur 0 – 4 biulan tidak bersedia

diteliti

2) Ibu meneteki primipara dengan bayi umur ≥ 4 bulan

3) Ibu meneteki primipara dengan kontra indikasi absolut

3.5.3 Sampling

Untuk menentukan sample yang kan diteliti dipakai tehnik sampling

yaitu Non Probability Sampling deengan cara Purposive Sampling.


37

3.6 Pengumpulan Data

(1) Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, pengertian kuesioner

adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan

sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab oleh responden dalam hal

ini ibu meneteki primipara tentang pengetahuan ( Sutrrisno, 2007 )

dan pola laktasi ibu yang berbentuk skala linkert pada bayi yang

berumur ≤ 4 bulan.

(2) Prosedur

Setelah data terkumpul dilakukan penyuntingan data dan koding.

Tehnik pemberian skor pada kuesoner pengetahuan menggunakan

skala ordinal dimana responden memilih jawaban ya dengan nilai 10

dan tidak dengan nilai 0. untuk pola laktasi dengan skala linkert

dengan alternatif jawaban perilaku baik itu dengan skore  75%, dan

 75% untuk perlaku kurang .

(3). Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi : BPS Bu Wiwit S.ST Tuban.

2. Lama Penelitian 5 bulan ( Januari - Mei 2016 )

a. Persiapan dan penyusunan proposal : 3 bulan


Januari – Maret 2002
b. Pengumpulan data : 1 bulan
April 2002
c. Analisa dan penulisan hasil : 1 bulan
Mei 2002
38

3.7 Analisa Data

Data yang telah diedit disajikan secara tabulasi silang antara variabel

independen dan dependen, selanjutnya dilakukan uji statistik korelasi

Spearman dengan menggunakan program SPSS 8.0 Windows dengan nilai

kemaknaan p < 0,05.

3.8 Masalah Etika

1. Guna menghindari suatu keadaan / hal-hal yang tidak diinginkan, maka

yang menjadi responden adalah yang bersedia diteliti dan telah

menandatangani lembar persetujuan (informed concent).

2. Kerahasiaan terhadap responden menjadi prioritas dengan cara

anonimaty (tanpa nama).

3. Confidentiality, kerahasian informasi yang diberikan oleh responden

dijamin oleh peneliti.

3.9 Keterbatasan

1. Sample yang digunakan terbatas (28 responden) pada Ibu meneteki

primipara dengan bayi umur ≤ 4 bulan di BPS Bu Wiwit S.ST Tuban

mulai bulan April 2002 sehingga hasilnya mungkin kurang representatif

untuk mewakili Ibu meneteki primipara dengan bayi umur ≤ 4 bulan

yang ada di Tuban.

2. Alat ukur yang digunakan adalah angket / kuesioner yang dirancang

oleh peneliti sendiri tanpa uji coba, oleh karena itu validitas dan
39

reabilitasnya masih perlu diuji. Pertanyaan kuesioner kurang dimengerti

akan menimbulkan persepsi yang berbeda

3. Alat ukur yang digunakan adalah quesionar kurang valid untuk

mengukur perilaku responden dalam hal pola laktasi yang seharusnya

digunakan metode observasi.

You might also like