Professional Documents
Culture Documents
Bahasa Indonesia 1
Analisa Penggunaan Kata Baku Sesuai EYD di Spanduk dan Papan Iklan
2015
Page |2
Daftar Isi
Bab I : Pendahuluan 4
2.1 Ejaan 6
3.1 Pembahasan 8
Bab IV : Penutup 18
4.1 Simpulan 18
Page |3
4.2 Saran 18
Daftar Pustaka 19
Page |4
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu dalam menempatkan
kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata sering sekali tidak tepat dalam
penggunaannya. Disamping itu kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam
penggunaan bahasa baku. Masyarakat/pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah tulisannya
sesuai aturan atau tidak. yang terpenting tujuan dan maksud mereka tersampaikan. Selain itu
ketidak pahaman penggunaan tanda baca, menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan
nama, selembaran, dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan
kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Hal
itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa
baku.
Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam
bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan
EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah
tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa
Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.
1. Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penggunaan tata bahasa baku dan tanda baca, oleh
masyarakat/pelajar setelah adanya tahapan pengenalan atas kesalahan, identifikasi, dan
klasifikasi kesalahan-kesalahan tersebut.
2. Semoga dengan tulisan ini, sedikit memberikan informasi, bagaimana penggunaan bahasa
baku dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Sehingga kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang lagi pada setiap
kegiatan menulis.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Ejaan
Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1985:31). Dalam sistem ejaan suatu
bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu
dinamakan huruf. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut abjad.
Selain pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga 10 ketetapan tentang
bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata
berimbuhan dan partikel-partikel dituliskan. ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat
dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma,
titik dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru.
Ejaan didasarkan pada konvensi semata-mata, jadi lahir dari hasil persetujuan para pemakai
bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun oleh seorang ahli bahasa atau oleh suatu panitia
yang terdiri atas beberapa orang ahli bahasa, kemudian disahkan atau diresmikan oleh
pemerintah. Masyarakat pemakai bahasa mematuhi apa yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang kita
pakai dewasa ini disebu Ejaan yang Disempurnakan yaitu ejaan yang telah disusun oleh
Lembaga Bahasa Nasional (LBN).
BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Pembahasan
Berikut ini adalah hasil dari analisa penulisan di papan iklan, spanduk atau media iklan lainnya.
Bab tiga ini juga akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tetang bagaimana penggunaan EYD
yang baik dan benar.
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Kata depan “di” akan memiliki arti berbeda jika ditulis terpisah. Kata-kata ini khusus untuk kata
dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (petunjuk tempat) sekaligus kata kerja. Berikut
beberapa contohnya:
1. Dilanggar = bertubrukan
2. Di langgar = tempat mengaji atau solat.
3. Dibalik = bentuk pasif dari membalik
4. Di balik = dibagian sebaliknya
5. Dikarantina = bentuk pasif dari mengkarantina
6. Di karantina = di (tempat) karantina
pada gambar 1.3 kata “apotik” bukanlah kata baku. Maka penulisan yang seharusnya adalah
“apotek”. Sehingga “apotek-apoteker” bukannya “apotik-apotiker”.
P a g e | 11
Gambar 1.4
Pada gambar 1.4 kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 menerangkan
bahwa, kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan besar. Oleh karena itu kata “bis” yang
ada pada gambar diatas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi
kata “bus” yang merupakan kata bakunya.
Gambar 1.5
Pada gambar 1.5 kata “praktek” dan “jam” pada gambar di atas merupakan kata yang tidak
baku. Kata “praktek” seharusnya ditulis “praktik” dan perlu diingat dari kata tersebut. “praktik-
praktikum” dan bukan “praktek-pratekum” dan kata “jam” menunjukan jangka waktu.
Misalnya: Nana menyelesaikan lomba dalam waktu 1.05.30.
Dengan begitu kata “jam” pada gambar di atas jelas bukan menunjukan waktu. Seharusnya
kata “jam”diganti menjadi kata “pukul” yang merupakan menunjukan waktu. Jadi kata “jam” di
atas kurang tepat penempatannya yang seharusnya menggunakan kata “pukul”.
P a g e | 12
Gambar 1.6
Pada gambar 1.6 kata “do’a” yang terdapat pada gambar diatas bukanlah kata baku. Kata baku
yang benar adalah “doa”. Itulah beberapa sampel kata tidak baku yang banyak ditemukan di
masyarakat dan berikut daftar sebagian kata baku yang disusun menggunakan tabel khusus.
Kata Baku Kata Tidak Baku Kata Baku Kata tidak baku
Aktif aktip, active negeri Negri
Aktivitas Aktifitas nikmat ni’mat
Alquran al-quran november Nopember
Analisis Analisa objek Obyek
Apotek Apotik objektif Obyektif
Asa Azas olahraga olah raga
Asasi Azasi orang tua Orangtua
Atlet Atlit paham Faham
atmosfer Atmosfir pasif pasip, pasive, fasip
Azan Adzan penasihat Penasehat
Bus Bis pelepasan penglepasan
Besok Esok persen Prosen
Cabai cabe, cabay penglihatan Pelihatan
Daftar Daptar permukiman pemukiman
Dekret Dekrit petai pete, petay
P a g e | 13
Misalnya:
P a g e | 15
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah
bertanda titik. Misalnya:
Misalnya:
a. Saputra S. Ibrahim
b. George W. Bush
Tetapi apabila nama ditulis itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contohnya: Kania
Sutisna Winata
Tanda titik yang ada di atas, dalam penempatannya tidak tepat. Seharusnya tanda titik dipakai
pada akhir singkatan nama. Jadi tanda titik di atas seharusnya ditempatkan setelah
huruf “s” yang merupakan singkatan nama. Berikut perbaikannya: “Dr. Med Setyabudi S.”
P a g e | 16
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah. Tanda titik dipakai untuk pemisahan bilangan ribuan atau
kelipatannya dan decimal.
Misalnya:
Rp200.250,75
$ 50,000.50
8.750 m
8,750 m
Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya Pemisahan bilangan ribuan
atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut: Rp50.000 Rp60.000
P a g e | 17
A. No. 7/PK/2008
B. Jalan Kramat III/10
C. Tahun ajaran 2008/2009
Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya. Akan tetapi bila kita lihat
lagi dengan saksama tanda garis miring yang diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai
spasi, seharusnya baik kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum
tanda garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut usulan perbaikan: “cash/kredit”
disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan
kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah
kata bahasa Indonesia.
P a g e | 18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap positif
terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
baik tulisan maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang
digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa
lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. Kita, sebagai bangsa
Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya
diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.
4.2 Saran
Penggunan bahasa baku memang seharusnya kita terapkan, mengingat bahasa baku adalah
bahasa Indonesia yang benar. Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah
penulisan. Untuk itu sabaiknya kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati tersebut.
Saran saya kepada pembaca setiap kali pembaca ingin menulis. Ada baiknya pembaca
memahami dulu kaidah-kaidah penulisan, salah-satunya yaitu penggunaan kata yang baku dan
penggunaan EYD. Agar tulisannya sesuai dengan kaidah penulisan yang sudah disepakati
penggunaan kata dan tanda bacanya.
P a g e | 19
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen.
Sadikin, Muhammad. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bekasi Jawa Barat:
Laskar Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Pusat bahasa. 2008