You are on page 1of 19

Page |1

Bahasa Indonesia 1

Analisa Penggunaan Kata Baku Sesuai EYD di Spanduk dan Papan Iklan

Nama Kelompok: Ade Putri Jayanti 201312500004

Farah Jihan 201312500002

Risna Setyaningsih 201312500006

Okta Rimanda Use 201312500005

Nathasya Lucia C 201312500050

Cut Dewi F 201212501186

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Indraprasta PGRI

2015
Page |2

Daftar Isi

Bab I : Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang Masalah 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penulisan 5

1.4 Manfaat Penulisan 5

1.5 Metode Penulisan 5

Bab II : Landasan Teoretis 6

2.1 Ejaan 6

2.2 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 6

2.3 Kesalahan Berbahasa 7

Bab III : Hasil Analisis 8

3.1 Pembahasan 8

3.1.1 Penulisan Kata “di” 8

3.1.2 Penggunaan Kata Depan “di”,”ke”, dan “dari” 9

3.1.3 Kata Baku dan Tidak Baku 10

3.1.4 Pemakaian Tanda Baca 14

3.1.4.1 Tanda Titik 14

3.1.4.2 Tanda Garis Miring 17

Bab IV : Penutup 18

4.1 Simpulan 18
Page |3

4.2 Saran 18

Daftar Pustaka 19
Page |4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu dalam menempatkan
kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata sering sekali tidak tepat dalam
penggunaannya. Disamping itu kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam
penggunaan bahasa baku. Masyarakat/pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah tulisannya
sesuai aturan atau tidak. yang terpenting tujuan dan maksud mereka tersampaikan. Selain itu
ketidak pahaman penggunaan tanda baca, menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan
nama, selembaran, dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan
kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Hal
itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa
baku.

Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam
bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan
EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah
tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa
Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.

1.2 Rumusan Masalah


Penggunaan kata, dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Memang seharusnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Pusat
Bahasa. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: penggunaan kata
apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya dimasyarakat? Kata tidak baku apa
saja yang sering sekali masyarakat/pelajar, salah dalam menulis ataupun mengujarkannya?
Tanda baca apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penempatanya dimasyarakat?
Bagaimana cara menempatkan tanda baca yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan?
Page |5

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penggunaan tata bahasa baku dan tanda baca, oleh
masyarakat/pelajar setelah adanya tahapan pengenalan atas kesalahan, identifikasi, dan
klasifikasi kesalahan-kesalahan tersebut.
2. Semoga dengan tulisan ini, sedikit memberikan informasi, bagaimana penggunaan bahasa
baku dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Sehingga kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang lagi pada setiap
kegiatan menulis.

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil-hasil analisis ini diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa Indonesia yang
baku/standar. Bagi seorang pelajar menggunakan bahasa indonesia yang baku dan benar adalah
sebuah keharusan. Karena ragam bahasa baku/standar digunakan dan dipelajari di
sekolah/institusi pendidikan. Yang kesesuaian penggunaannya harus diperhatikan. Selain itu,
hasil analisis ini diharapkan juga dapat memberi sumbangan pemikiran kepada para guru bahasa
Indonesia, agar perencana kegiatan keterampilan menulis bisa ditingkatkan, sehingga murid-
muridnya bisa menguasai kaidah-kaidah penulisan.

1.5 Metode Penulisan


Analisis penggunaan kata dan tata bahasa baku pada tulisan ini, dilakukan dengan observasi.
Sebagai alat bantu digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang
ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu, digunakan juga telepon genggam sebagai alat
dokumentasi dari kegiatan observasi.
Page |6

BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Ejaan
Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1985:31). Dalam sistem ejaan suatu
bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu
dinamakan huruf. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut abjad.

Selain pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga 10 ketetapan tentang
bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata
berimbuhan dan partikel-partikel dituliskan. ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat
dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma,
titik dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru.

Ejaan didasarkan pada konvensi semata-mata, jadi lahir dari hasil persetujuan para pemakai
bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun oleh seorang ahli bahasa atau oleh suatu panitia
yang terdiri atas beberapa orang ahli bahasa, kemudian disahkan atau diresmikan oleh
pemerintah. Masyarakat pemakai bahasa mematuhi apa yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang kita
pakai dewasa ini disebu Ejaan yang Disempurnakan yaitu ejaan yang telah disusun oleh
Lembaga Bahasa Nasional (LBN).

2.2 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Peranan bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat penyampai maksud
dan perasaan seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Disikapi dari sudut ini,
sudah baiklah bahasa seseorang apabila sudah mampu mengemban amanat tersebut. Namun,
mengingat bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam adanya, tidak selamanya bahasa yang
baik itu benar, atau sebaliknya, tidak selamanya bahasa yang benar itu baik. Demikian pula
halnya dalam bahasa Indonesia, yakni bahasa Indonesia yang baik tidak selalu benar dan bahasa
Indonesia yang benar tidak selalu baik. Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai
dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu
bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Page |7

2.3 Kesalahan Berbahasa


Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa. Yakni pandangan
dari sudut guru dan pandangn dari sudut siswa . Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu aib
atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu
menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa
itu harus dihindari agar pengajaran bahasa berhasil.
Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa merupakan bagian integral dari proses
belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan menata
lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa.
Sementara ukuran kedua berkaitan dengan aturan kebahasaan yang dikenal dengan istilah
tatabahasa.
Dengan demikian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya.
Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktror-faktor penentu berkomunikasi bukanlah
bahasa Indonesia yang baik. Bahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah bahasa jelas pula
bukan bahasa Indonesia yang benar.
Page |8

BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Pembahasan
Berikut ini adalah hasil dari analisa penulisan di papan iklan, spanduk atau media iklan lainnya.
Bab tiga ini juga akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tetang bagaimana penggunaan EYD
yang baik dan benar.

Gambar 1.1

Gambar 1.2

3.1.1 Penulisan Kata “di “


Penulisan pada gambar 1.1 diatas, terdapat dua macam “di” dalam kalimat. Pada kata “di kunci”
terdapat kesalahan penulisan karena “di” pada kata “di kunci” merupakan sebuah awalan untuk
kata kerja pasif, yang harus digabungkan pada kata yang diawalinya . Sehingga penulisan yang benar
adalah “dikunci”. Penulisan pada gambar 1.2 juga memiliki kesalahan yang sama karena pada
dasarnya “di lindungi” juga merupakan sebuah awalan untuk kata kerja pasif. Sehingga
penulisannya harus di sambung seperti “dilindungi”
Page |9

3.1.2 Penggunaan kata depan “di”, “ke”, dan“dari”


Kata depan “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti “kepada” dan “daripada”.
Sedangkan pada gambar 1.1 kata “diluar” harus dipisah menjadi “di luar” dan gambar 1.2
menjadi “di sini.”

Contoh yang dipisah:

a) Kain itu terletak di dalam lemari.


b) Ke mana saja ia selama ini?
c) Ia datang dari surabaya kemarin.

Contoh yang digabung:

a) Surat perintah itu dikeluarkan di Bogor pada tanggal 11 maret 1996.


b) Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
c) Amin lebih tua daripada Ahmad.
Berikut adalah kata-kata yang biasanya di awali dengan “di” dan “ke”:
Benar Salah Benar Salah
Di antara Diantara Di sekitar Disekitar
Di atas Diatas Di seluruh Diseluruh
Di bawah Dibawah Di sini Disini
Di belakang Dibelakang Disitu Disitu
Di dalam Didalam Di sisi Disisi
Di depan Didepan Di tanah Ditanah
Di kanan Dikanan Di tepi Ditepi
Di kiri Dikiri Di tengah Ditengah
Di hadapan Dihadapan Di tengah-tengah Ditengah-tengah
Di mana Dimana Di tiap-tiap Ditiap -tiap
Di muka Dimuka ke atas Keatas
P a g e | 10

Di pusat Dipusat ke bawah Kebawah


Di rumah Dirumah ke belakang Kebelakang
Di samping Disamping ke depan Kedepan
Di sana Disana Ke kanan Kekanan
Di sebelah Disebelah ke kiri Kekiri
Di seberang Diseberang ke mana Kemana
Di sekeliling Disekeliling ke sana Kesana

Kata depan “di” akan memiliki arti berbeda jika ditulis terpisah. Kata-kata ini khusus untuk kata
dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (petunjuk tempat) sekaligus kata kerja. Berikut
beberapa contohnya:
1. Dilanggar = bertubrukan
2. Di langgar = tempat mengaji atau solat.
3. Dibalik = bentuk pasif dari membalik
4. Di balik = dibagian sebaliknya
5. Dikarantina = bentuk pasif dari mengkarantina
6. Di karantina = di (tempat) karantina

3.1.3 Kata Baku dan Tidak Baku


Gambar 1.3

pada gambar 1.3 kata “apotik” bukanlah kata baku. Maka penulisan yang seharusnya adalah
“apotek”. Sehingga “apotek-apoteker” bukannya “apotik-apotiker”.
P a g e | 11

Gambar 1.4

Pada gambar 1.4 kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 menerangkan
bahwa, kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan besar. Oleh karena itu kata “bis” yang
ada pada gambar diatas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi
kata “bus” yang merupakan kata bakunya.

Gambar 1.5

Pada gambar 1.5 kata “praktek” dan “jam” pada gambar di atas merupakan kata yang tidak
baku. Kata “praktek” seharusnya ditulis “praktik” dan perlu diingat dari kata tersebut. “praktik-
praktikum” dan bukan “praktek-pratekum” dan kata “jam” menunjukan jangka waktu.
Misalnya: Nana menyelesaikan lomba dalam waktu 1.05.30.

Dengan begitu kata “jam” pada gambar di atas jelas bukan menunjukan waktu. Seharusnya
kata “jam”diganti menjadi kata “pukul” yang merupakan menunjukan waktu. Jadi kata “jam” di
atas kurang tepat penempatannya yang seharusnya menggunakan kata “pukul”.
P a g e | 12

Gambar 1.6

Pada gambar 1.6 kata “do’a” yang terdapat pada gambar diatas bukanlah kata baku. Kata baku
yang benar adalah “doa”. Itulah beberapa sampel kata tidak baku yang banyak ditemukan di
masyarakat dan berikut daftar sebagian kata baku yang disusun menggunakan tabel khusus.

Kata Baku Kata Tidak Baku Kata Baku Kata tidak baku
Aktif aktip, active negeri Negri
Aktivitas Aktifitas nikmat ni’mat
Alquran al-quran november Nopember
Analisis Analisa objek Obyek
Apotek Apotik objektif Obyektif
Asa Azas olahraga olah raga
Asasi Azasi orang tua Orangtua
Atlet Atlit paham Faham
atmosfer Atmosfir pasif pasip, pasive, fasip
Azan Adzan penasihat Penasehat
Bus Bis pelepasan penglepasan
Besok Esok persen Prosen
Cabai cabe, cabay penglihatan Pelihatan
Daftar Daptar permukiman pemukiman
Dekret Dekrit petai pete, petay
P a g e | 13

Detail Detil pikir Fikir


diagnosis Diagnose praktik Praktek
Doa do’a prancis Perancis
Efektif efektip, efektive proklamasi Ploklamir
efektivitas Efektifitas provinsi propinsi, profinsi
Ekstrem ekstrim, extrim proyek projek, project
Elite Elit putra Putera
e-mail email, imel putri Puteri
Februari pebruari, february rakaat raka’at
Frekuensi Prekuensi realitas Realita
Foto Photo rezim Rejim
Fotokopi foto copy, risiko Resiko
Gelada Gledi rizki rezeki, rejeki
Hakikat Hakekat rubuh Roboh
Hierarki Hirarki saksama Seksama
hipotesis Hipotesa samudra Samudera
Ibu kota Ibukota saraf syaraf, sarap
Ijazah ijasah, izajah sekretaris Sekertaris
Imbau Himbau sekuriti Sekuritas
Indera Indra segitiga segi tiga
Istri Isteri selebritas Selebriti
Izin Ijin sepak bola Sepakbola
Jadwal Jadual silakan Silahkan
Jumat jum’at sintesis Sintesa
Kanker Kangker sistem sistim, system
Karena Karna standar Standard
Karier Karir standardisasi standarisasi
Karisma Charisma stroberi Strawberi
Kategori Katagori subjek subyek
P a g e | 14

Khotbah Khutbah sumatera sumatra


komoditi Komoditas surga syurga, sorga
Komplet komplit, kumplit takwa taqwa
kosa kata Kosakata tanda tangan tandatangan
Kreatif kreatip, creative taoge toge
kreativitas Kreatifitas teknik tehnik, tekhnik
Kredit Kridit teknologi tehnologi,
Kualitas kwalitas, kwalitet teladan tauladan
kuantitas Kwantitas telepon telpon, telefon,
Kuitansi kwitansi telur telor
Kuota kwota teoretis teoritis
Lembap lembab terampil trampil
Lubang lobang tobat taubat
Makhluk mahluk ubah rubah, robah
masyhur mashur ustaz ustadz, ustad
Mazhab mahzab ustazah ustadzah
Metode metoda utang hutang
mukjizat mujizat wali kota walikota
mungkir pungkir yogyakarta jogjakarta
Napas nafas zaman jaman
Nasihat nasehat zikir jikir, dzikir
Negative negatip, negative zuhur dzuhur, duhur

3.1.4 Pemakaian Tanda Baca


3.1.4.1 Tanda Titik
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:
P a g e | 15

1. Ayahku tinggal di Solo.


2. Biarlah mereka duduk di sana.
3. Dia menanyakan siapa yang akan datang.

Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah
bertanda titik. Misalnya:

1. Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.


2. Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
3. Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Misalnya:

a. Saputra S. Ibrahim
b. George W. Bush

Tetapi apabila nama ditulis itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contohnya: Kania
Sutisna Winata

Tanda titik yang ada di atas, dalam penempatannya tidak tepat. Seharusnya tanda titik dipakai
pada akhir singkatan nama. Jadi tanda titik di atas seharusnya ditempatkan setelah
huruf “s” yang merupakan singkatan nama. Berikut perbaikannya: “Dr. Med Setyabudi S.”
P a g e | 16

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang

menunjukkan jumlah. Tanda titik dipakai untuk pemisahan bilangan ribuan atau
kelipatannya dan decimal.

Misalnya:

 Rp200.250,75
 $ 50,000.50
 8.750 m
 8,750 m

Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya Pemisahan bilangan ribuan
atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut: Rp50.000 Rp60.000
P a g e | 17

3.1.4.2 Tanda Garis Miring


1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun
yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Contoh:

A. No. 7/PK/2008
B. Jalan Kramat III/10
C. Tahun ajaran 2008/2009

Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya. Akan tetapi bila kita lihat
lagi dengan saksama tanda garis miring yang diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai
spasi, seharusnya baik kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum
tanda garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut usulan perbaikan: “cash/kredit”
disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan
kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah
kata bahasa Indonesia.
P a g e | 18

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap positif
terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
baik tulisan maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang
digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa
lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. Kita, sebagai bangsa
Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya
diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

4.2 Saran
Penggunan bahasa baku memang seharusnya kita terapkan, mengingat bahasa baku adalah
bahasa Indonesia yang benar. Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah
penulisan. Untuk itu sabaiknya kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati tersebut.
Saran saya kepada pembaca setiap kali pembaca ingin menulis. Ada baiknya pembaca
memahami dulu kaidah-kaidah penulisan, salah-satunya yaitu penggunaan kata yang baku dan
penggunaan EYD. Agar tulisannya sesuai dengan kaidah penulisan yang sudah disepakati
penggunaan kata dan tanda bacanya.
P a g e | 19

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Dirjen Dikdasmen.
Sadikin, Muhammad. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bekasi Jawa Barat:
Laskar Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Pusat bahasa. 2008

You might also like