You are on page 1of 25

1

POLRI DAERAH JAWA TIMUR LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN NOMOR : TAHUN 2018
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI TANGGAL : APRIL 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1. Sejarah Kateterisasi Jantung


Kardiologi sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran dan ranting ilmu
pengetahuan tentu saja tidak lepas dari sifat ilmu pengetahuan itu sendiri yang
dinamis. Kedinamisan ilmu kedokteran tercapai karena adanya penemuan-
penemuan teori, metode, terapi, dan alat-alat. Penemuan di bidang kardiologi
terus berkembang dari dulu hingga kini, sejakera William Harvey hingga zaman
transplantasi jantung sekarang ini.
Sejarah besar di bidang kardiologi diawali oleh terdeskripsikannya
sirkulasi darah manusia oleh William Harvey, pada tahun 1628. Beliau adalah
seorang dokter Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1706, Raymond de Vieussens,
seorang profesor anatomi dari Prancis, untuk pertama kali menggambarkan
struktur ruang dan pembuluh darah jantung.Setelah pijakan awal yang dirintis
oleh Harvey dan de Vieussens, pada tahun 1711 Stephen Hales melakukan
usaha konkret dalam temuan modalitas diagnostik yang penting dalam
kardiologi yaitu kateterisasi jantung. Beliau melakukan kateterisasi biventrikular
pada kuda. Dua puluh dua tahun kemudian, Hales untuk pertama kali mengukur
tekanan darah arterial.
Langkah Hales diikuti oleh kemunculan tindakan kateterisasi-kateterisasi
eksperimental lain pada abad ke-19. Claude Bernard, seorang peneliti fisiologi
ternama dari Prancis, pada tahun 1844 menggunakan kateter untuk merekam
tekanan intrakardiak pada hewan. Beliaulah yang menciptakan istilah
kateterisasi jantung.
Kateterisasi jantung manusia semakin berkembang selama abad ke-20.
Werner Forssmann pada tahun 1929 melakukan kateterisasi jantung kanan
pada dirinya sendiri di Eberswald, Jerman.Tindakan ini merupakan kateterisasi
pertama pada manusia yang terdokumentasi. Tujuan awalnya adalah
menemukan jalur yang efektif dan aman untuk memasukkan obat-obatan
resusitasi jantung. Forssmann lalu mengembangkan eksperimen-
eksperimennya ke arah injeksi media kontras intrakardiak melalui suatu kateter
yang ditempatkan dalam atrium kanan. Kontribusinya tersebut, bersama
2

perkembangan media kontras nontoksik dan teknik radiologis, telah membuka


jalan bagi perkembanganangiografikoroner.
Kateterisasi jantung diagnostik pertama dikemnbangkan oleh André
Cournand dan Dickinson Richards pada 1941. Mereka menggunakan kateter
jantung guna keperluan diagnostik yaitu untuk mengukur tekanan jantung kanan
dan cardiac output. Arteriografi koroner selektif diperkenalkan oleh Mason
Sones pertama kali pada tahun 1958. Sones lalu memublikasikan penjelasan
singkat tentang teknik yang beliau lakukan di Modern
Concepts of Cardiovascular Diseases pada tahun 1962. Perkembangan ini
menjadi gerbang pembuka suatu periode kemajuan cepat dalam aspek
arteriografi koroner selama medio 1960-an.
Peristiwa rekanalisasi arteri perifer dengan kateter oleh Charlos
Theodore Dotter pada 1963 makin menegaskan dimulainya era
intervensi. Usaha Sones dan Dotter ini disusul oleh kemunculan metode
angiografi koroner femoral perkutan yang dipopulerkan oleh Melvin Judkins dan
Amplatz pada tahun 1967. Pada tahun tersebut, Judkins menciptakan sistem
pencitraan koroner, memperkenalkan kateter-kateter khusus, dan
menyempurnakan pendekatan transfemoral.
Teknik yang lebih mutakhir, yaitu angioplasti dengan balon, diperkenalkan oleh
Andreas Gruentzig pada pertengahan dekade 1970-an. Rintisan beliau telah
membawa kemajuan berarti dalam perbaikan dan pengembangan teknik-teknik
kateterisasi.
Sekarang, angiografi koroner serta intervensi koroner perkutan dilakukan
terutama dengan pendekatan arteri radial serta arteri femoral. Di luar ranah
intervensi, momentum bersejarah lain dalam kardiologi lahir pada tahun 1912,
dimana penyakit jantung yang terjadi karena pengerasan arteri-arteri dijelaskan
untuk pertama kali oleh seorang dokter Amerika bernama James B.
Herrick. Sementara itu, penemuan sinar-X oleh Wilhelm Roentgen pada 1895
memungkinkan studi anatomi jantung untuk dilaksanakan dengan pendekatan
baru ini. Penemuan sinar-X ini disusul oleh kemunculan atlas radiografik arteri
koroner manusia yang pertama pada 1907. Atlas ini diciptakan dan
dipublikasikan oleh Friedrich Jamin dan Hermann Merkel. Perkembangan dalam
aspek teoretis kardiologi dan aspek radiologi tersebut secara tidak langsung
juga memengaruhi perkembangan dalam aspek kardiologi intervensional.
3

Hingga saat ini, intervensi koroner perkutan telah menggeser kedudukan


operasi bypass arteri koroner sehingga menjadi suatu prosedur yang lebih
umum di banyak negara. Frekuensi pelaksanaannya terus bertambah. Tingkat
keberhasilannya lebih dari 95% dan risiko terjadinya komplikasi-komplikasi
serius pun menurun.

2. Fenomena Kardiologi Di Indonesia


Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit
Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian
yang disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan
90% dari kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya
adalah penyakit kardiovaskuler.
Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan
RI menunjukkan beberapa data yang menunjukkan tingginya angka kejadian
penyakit jantung di Indonesia. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi
penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau
diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Melihat
fenomena ini, RS Bhayangkara Kediri merasa perlu meningkatkan pelayanan
yang dapat menyelesaikan masalah masyarakat yang sangat serius ini.
Laboratorium kateterisasi jantung pun didirikan dengan harapan menjadi solusi
permasalahan jantung yang berkembang di masyarakat khususnya masyarakat
wilayah Kediri.
4

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Bhayangkara Kediri merupakan unsur pelaksana di bawah Bidang


Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Timur yang bertugas dan bertanggungjawab
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat polri dan masyarakat
umum.
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri merupakan rumah sakit tingkat II atau tipe B
dengan kapasitas 225 tempat tidur (TT), kekuatan personel sebesar 630 orang, 15
pelayanan spesialis dan 2 pelayanan sub spesialis serta didukung oleh fasilitas
kesehatan dan sarana prasarana yang lengkap sesuai dengan kemampuan rumah sakit
kelas II atau tipe B.
Adapun secara rinci kekuatan personel, jenis pelayanan dan fasilitas yang ada di
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan personil
Jumlah personil atau karyawan yang bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
adalah 630 orang. Apabila dirinci berdasarkan golongan dan kualifikasi pendidikan
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1
Data Kekuatan Personil Berdasarkan Golongan dan Kualifikasi Pendidikan

KUALIFIKASI STATUS KEPEGAWAIAN


NO JML
PENDIDIKAN POLRI PNS KONTRAK MITRA
1. Dokter Spesialis 11 2 0 27 40

2. Dokter Umum 2 5 6 3 16

3. Dokter Gigi Umum 1 0 1 1 3

4. Perawat / Bidan 7 78 190 0 275

5. Paramedis Non 6 11 91 0 108


Perawat
6. Non medis 10 73 105 0 188

Total 37 169 393 31 630


5

b. Pelayanan Klinik Rawat Jalan


1. Klinik Umum
2. Klinik Gigi dan Mulut
3. Klinik Spesialis Gigi Bedah Mulut
4. Klinik Spesialis Anak
5. Klinik Spesialis Bedah Umum
6. Klinik Spesialis Penyakit Dalam
7. Klinik Spesialis Jantung
8. Klinik Spesialis Kandungan
9. Klinik Spesialis Syaraf
10. Klinik Spesialis Orthopedi
11. Klinik Spesialis Paru
12. Klinik Spesialis Pskiatri
13. Klinik spesialisTHT
14. Klinik Spesialis Urologi
15. Klinik Spesialis Mata
16. Klinik Spesialis Bedah Plastik
17. Layanan Haemodialisis

c. Pelayanan Ruang Rawat Inap


Tabel 2.2
Data Ruang Rawat Inap

NO RUANG ∑ TT KETERANGAN

1. VVIP 3 R. Anggrek, R. Dahlia

2. VIP 45 R. Anggrek, R. Dahlia, R. Edelweiss, R. Mawar, R.


Sekar, R. Wijaya Kusuma

3 KELAS UTAMA 22 R. Sekar, R. Wijaya Kusuma, R. Melati, R. Tulip

4. KELAS I 36 R. Anggrek, R. Dahlia, R. Sekar, R. Tulip, R. Melati

5. KELAS II 20 R. Anggrek, R. Melati, R. Sekar, R. Tulip

6. KELAS III 84 R. Melati, R. Tulip, R. Flamboyan, R. Bougenvile, R.


Anggrek

7. KELAS KHUSUS 22 Icu, R. Isolasi, R. Perinatologi

NO RUANG ∑ TT KETERANGAN

TOTAL 232
6

d. Data penunjang
1. Instalasi Narkoba
2. Instalasi Laboratorium & Bank Darah
3. Instalasi Farmasi
4. Instalasi Radiologi
5. Instalasi Kedokteran Kepolisian (DOKPOL)
6. Instalasi Laundry
7. Instalasi Gizi
8. IPPRS
9. IPAL
10. Instalasi CSSD (Central Supply Steril Department)
11. Ambulan 24 jam

e. Pelayanan Unggulan
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Layanan Haemodialysis
4. Layanan Forensik
5. CT Scan
6. Cathlab (Kardioligi Vascular)
7

BAB III
VISI, MISI, BUDAYA DAN MOTTO RS BHAYANGKARA KEDIRI

A. VISI
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri memiliki visi :
“Menjadi Rumah Sakit Bhayangkara Terbaik”

B. MISI
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri memiliki misi :
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kedokteran Kepolisian secara professional dan
paripurna dalam rangka mendukung tugas operasional Polri.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Kepolisian secara procedural,
professional dan paripurna kepada masyarakat Polri dan masyarakat umum.
3. Mempersiapkan sumber daya manusia yang berskualitas dan profesional,
sarana prasarana yang modern canggih, serta system yang terintegrasi menuju
pencapian standar pelayanan yang terakreditasi.

C. BUDAYA
Rumah Sakit Bhayangkara Kediri memiliki nilai dan budaya kinerja yang selalu
dikembangkan yaitu :
1. Profesional adalah Rumah Sakit Bhayangkara Kediri dalam melayani penderita
dengan professional sesuai dengan keilmuan masing-masing.
2. Prosedural adalah Rumah Sakit Bhayangkara Kediri dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan mekanisme dan tata cara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan,
3. Kebersamaan adalah bahwa Rumah Sakit Bhayangkara Kediri untuk mencapai
kinerja yang optimal mengutamakan kebersamaan atau kerja sama yang baik
antar karyawan dan tidak menggantungkan pada perorangan saja.
4. Sepenuh Hati adalah bahwa Rumah Sakit Bhayangkara Kediri dalam melayani
penderita selalu ikhlas dan sepenuh hati.

D. MOTO
Rumah sakit bhayangkara Kediri memiliki moto :
“melayani dengan sepenuh hati”
8

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

BAGAN ORGANISASI
9

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI CATHLAB
10

BAB VI
URAIAN JABATAN

URAIAN JABATAN UNIT KERJA CATHLAB


A. NAMA JABATAN : KEPALA CATHLAB
SYARAT JABATAN : a. Pendidikan dokter spesialis anastesi dan terapi
intensive
b. Memiliki sertifikasi pelatihan cathlab
c. Pelatihan manajemen cathlab
d. Pelatihan keselamatan pasien dan manajemen risiko
klinis rumah sakit
e. Pengalaman kerja di rumah sakit minimal dua tahun.

URAIAN TUGAS : a. Merancanakan / membuat rencana kerja kebutuhan


tim setiap tahunnya.
b. Menyelenggarakan pelayanan cathlab berdasarkan
rencana kebutuhan ketenagaan, sesuai
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh karumkit.
c. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian
serta pengembangan ilmu.
d. Menyelenggarakan rujukan, baik di dalam maupun
keadaan dari luar rumah sakit.
e. Bertanggung jawab atas laporan berkala pelayanan
cathlab.
f. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pelayanan cathlab.
g. Bertanggung jawab kepada karumkit melalui
kasubbid yanmeddokpol.
h. Mengadakan supervisi dan pembinaan pelayanan
cathlab di rumah sakit.

WEWENANG : a. Menilai, menegur, member sanksi dan motivasi staf


di cathlab.
b. Mengatur rencana kegiatan penyelenggaraan
cathlab.
c. Meminta saran dari staf dan unit kerja yang lain.
11

d. Member saran dan pertimbangan kepada atasan.


e. Menandatagani surat dan laporan.
f. Membuat keputusan pada setiap masalah yang ada
di instalasi cathlab untuk diteruskan kepada kepala
penunjang medis rumah sakit.
g. Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan
memberikan pelayanan cathlab, menggabungkan
dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
komplek atau cedera termasuk gagal organ multi
sistem.
h. Mempu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa
terdapat pada pasien sakit kritis.

TANGGUNG JAWAB: 1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


pelayanan Cathlab.
2. Bertanggung jawab terhadap kinerja staf.

B. NAMA JABATAN : KEPALA RUANG

SYARAT JABATAN : a. Pendidikan akademi keperawatan/ D3/ S1


b. Pengalaman kerja di rumah sakit minimal dua tahun
c. Memiliki sertifikat pelatihan-pelatihan.
d. Pelatihan case manajer.
e. Pelatihan BCLS/ BLS

URAIAN TUGAS : a. Bertindak sebagai tim Cathlab di semua jenis


pelayanan.
b. Melaksanakan semua program tindakan sesuai
rencana tindakan yang disepakati oleh tim.
c. Melaksanakan re-evaluasi pasien dengan
mengusulkan program keperawatan selanjutnya
bagi pasien.
d. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program
tindakan Cathlab kepada kordinator pelayanan
Cathlab.
e. Menyusun jadual/ daftar dinas tenaga perawatan
12

sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang


berlaku di rumah sakit.
f. Melaksanakan orientasi kepada tenaga perawatan
baru/ tenaga lain yang akan kerja di ruangan
Cathlab.
g. Membimbing tenaga cathlab untuk melaksanakan
pelayanan asuhan keperawatan sesuai standard.
h. Mengadakan pertemuan berkala dengan staf
Cathlab.
i. Member kesempatan/izin kepada staf perwat untuk
mengikuti kegiatan ilmiah dengan kordinasi kepada
unit keperawatan.
j. Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan
yang berada di bawah tanggung jawabnya.
k. Mengawasi, mengandalikan dan menilai
pendayagunaan tenaga keperawatan peralatan dan
obat-obatan.
l. Mengewaluasi dan menilai mutu asuhan
keperawatan sesuai standard yang berlaku secarqa
mandiri atau kordinasi dengan tim pengendali mutu
asuhan keperawatan.

WEWENANG : a. Memberi teguran kepada staf pelayanan cathlab bila


melakukan kelalaian dalam melakukan tindakan di
cathlab.
b. Meminta arahan dari atasan.
c. Meminta masukan dari rekan kerjadi pelayanan
cathlab atau di unit kerja lain yang terkait.
d. Member saran dan pertimbangan kepada atasan.

TANGGUNG JAWAB: 1. Menjamin kompetensi sumber daya manusia yang


melaksanakan tindakan cathlab.
2. Menjamin sarana, prasarana dan peralatan sesuai
dengan kebutuhan pelayanan standar.
3. Menjamin dapat terlaksananya tindakan cathlab
yang bermutu dengan mengutamakan keselamatan
13

pasien.
4. Menjamin terlaksananya program kendali mutu dan
kendali biaya.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
sumber daya manusia tindakan cathlab secara
berkesinambungan.

C. NAMA JABATAN : PERAWAT PELAKSANA

SYARAT JABATAN : a. Pendidikan akademi keperawatan/ D3/ S1


b. Pengalaman kerja di rumah sakit minimal dua
tahun.
c. Meniliki sertifikat pelatihan-pelatihan.
d. Pelatihan BCLS/BLS

URAIAN TUGAS : a. Melaksanakan operan dinas sesuai protap dan


ketentuan yang berlaku.
b. Menerima dan memindahkan pasien sesuai
prosedur dan ketentuan yang berlaku.
c. Mendampingi visite dokter pada pasien yang di
rawatnya.
d. Mengkoordinir kegiatan pelayanan keperawatan di
shiftnya.
e. Melaksanakan asuhan keperawatan.
f. Menganalisa masalah dan melakukan tindak lanjut.
g. Membuat laporan ruangan cathlab.
h. Mengawasi kinerja perawat anggotanya.
i. Menjaga lingkungan kerja agar tetap bersih dan
rapi.
j. Menciptakan kerja sama serta kordinasi yang
harmonis antara sesama perawat dan tim
kesehatan lain.
k. Mengobservasi mengevaluasi vital sign, intake-
output cairan serta keluhan pasien yang sekurang-
kurangnya 6 jam setiap shif.
l. Melakukan pengawasan dengan mengunjungi
14

pasien maximal 2 jam sekali secara kontinu


terhadap kondisi pasien setiap shif.
m. Menaati peraturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan rumah sakit.
n. Memberikan pendidikan pada pasien dan keluarga
sesuai kebutuhan.

TANGGUNG JAWAB: a. Menjamin kompetensi sumber daya manusia yang


melaksanakan tindakan cathlab.
b. Menjamin sarana, prasarana dan peralatan sesuai
dengan kebutuhan pelayanan standar.
c. Menjamin dapat terlaksanakannya pelayanan dan
tindakan yang bermutu dengan mengutamakan
keselamatan pasien.
d. Menjamin terlaksananya program kendali mutu dan
kendali biaya.
e. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi
sumber daya manusia tindakan cathlab secara
berkesinambungan.

.
D. NAMA JABATAN : ADMINISTRASI

SYARAT JABATAN : a. Pendidikan SMK.


b. Pengalaman kerja di rumah sakit minimal dua tahun.
c. Memilki sertifikat-sertifikat pelatihan.
d. Pelatihan administrasi.

URAIAN TUGAS : a. Menjawab surat-surat masuk.


b. Membantu kepala cathlab dalam mebuat laporn
hasil kegiatan dan keuangan secara berkala.
c. Mengatur kebutuhan kerumah-tanggaan sehari-hari.
d. Pemeliharaan sarana dan kebutuhan untuk
kelancaran pelayanan.
e. Membuat laporan berkala mengenai barang rusak,
mutasi barang dan lain-lain.
15

BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

a. Hubungan kerja dengan Kasubbid Yanmed Dokpol


1. Pelaporan dari Cathlab, tentang seluruh kegiatan yang dilakukan bagian masing –
masing.
2. Berkoordinasi bersama-sama mencari solusi berkaitan dengan masalah yang terjadi di
ICU.
b. Hubungan kerja dengan Instalasi Rawat Jalan:
Penerimaan pasien baru.
16

c. Hubungan kerja dengan Instalasi Rawat Inap:


Untuk memindahkan dan menerima pasien pindahan dari IRNA dengan menggunakan
formulir serah terima pasien.
d. Hubungan Kerja dengan Instalasi Gawat Darurat
Penerimaan pasien baru dan rujukan luar.
e. Hubungan Kerja dengan IPPRS
Berkoordinasi berkaitan dengan perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ICU
f. Hubungan Kerja Dengan Instalasi Gizi
Berkoordinasi berkaitan dengan penyediaaan diet bagi pasien
g. Hubungan kerja dengan Urmin
1. berkoordinasi berkaitan dengan adiministrasi kepegawaian
2. berkoordinasi berkaitan kegiatan pendidikan dan latihan pegawai
3. berkoordinasi dalam penilaian karyawan
h. Hubungan Kerja dengan Kasa
Berkoordinasi berkaitan dengan konfirmasi biaya tindakan Cathlab
i. Hubungan Kerja dengan Laundry
Berkoordinasi berkaitan dengan pencucian linen Cathlab
j. Hubungan Kerja dengan operator Telepon
Berkoordinasi dengan pelaporan pasien kepada dokter yang merawat.
k. Hubungan Kerja dengan Ranmor
Berkoordinasi berkaitan dengan pengantaran jenazah dan rujukan luar.
l. Hubungan kerja dengan Laboraturium
Berkkordinasi berkaitan dengan pengambilan pemeriksaan laboraturium (darah)
m. Hubungan Kerja dengan CSSD
Berkoordinasi berkaitan dengan penyetoran instrument kotor dan pengambilan instrument
steril pada waktu jam dinas.
17

BAB X
PENILAIAN KINERJA

Penilain kinerja ini merupakan hal yang sangat penting untuk menilai kualitas kerja
personal perawat sebagai dasar untuk melakukan perbaikan performance dalam bekerja
dan promasi, mutasi, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk kompensasi, pengakuan dan
penghargaaan bagi perawat penilaian kinerja SDM perawat cathlab dilakasanakn melalui
prestasi keja, pejabat yang menilai adalah atasan langsung dan diketahui atasan dari
atasan langsung tersebut, kegiatan penilaian biasanya dilaksanakan dalam waktu 1 bulan
sekali. Penilaian prestasi kerja mempunyai pedoman tertentu dan aspek yang dinilai terdiri
atas :
1. Ketrampilan
2. Inisiatif
3. Kerjinan
4. Kerjasama

NO KOMPETENSI UMUM INDIKATOR PENILAIAN


Patient Care Kelengkapan Asesmen Awal Keperawatan
1
Cathlab
Medical dan Clinical Quiz Seputar Tindakan Cathlab
2
Knowledge
Practiced Based Kepatuhan Cuci Tangan
3
Learning IMprovement
Interpersonal Kuesioner Kemampuan Komunikasi
4
Communication skill Interpersonal
5 Prosialisme Kepatuhan menghadiri Apel Pagi
System Based Practice Pengisian jam masuk dan keluar Ruang
6
Cathlab dan kriteria keluar
18

1. Cara Penilaian Interpersonal/Comunication Skill

No. Nama Perawat Komunikasi Penjelasan Komunikasi Edukasi Skor


dengan sebelum dengan sesame Pasien/Keluarga Total
pasien/Keluarga tindakan Petugas
1

5
19

2. Cara Penilaian Kelengkapan assesmen Awal

PENILAIAN KELENGKAPAN ASESMEN AWAL SKOR

Skrinning Masalah
Kondisi Skriming Skrinning Implement
No risiko keperawat Edukasi
datang Nyeri gizi asi
Jatuh an
TL L TL L TL L TL L TL L TL L TL
L (1)
(0) (1) (0) (1) (0) (1) (0) (1) (0) (1) (0) (1) (0)

KETERANGAN : Kediri, Mei 2018


L : Lengkap (skor 1)
TL : Tidak Lengkap (skor 0)
KARU CATHLAB CHOIRUL ANNGAM, S. Kep.Ns

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑘𝑜𝑟
𝑥100% = 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 %
105
.
Kesimpulan:
BAIK (> 80%)
CUKUP (50-79%)
KURANG (50%)

5 MOMEN CUCI TANGAN


Setelah
Setelah Setelah SESUAI 6
TINDAKAN Sebelum Kontak
Sebelum Kontak Terkena Kontak LANGKAH
KEPERAWATAN Tindakan Dengan
Dengan Pasien Cairan Dengan CUCI TANGAN
Septik Lingkungan
Tubuh Pasien
Pasien
Melakukan TTV
Memberikan obat
injeksi
Rawat Luka
Pasang Infus
Pasang kateter
urine
Pasang NGT
20

Keterangan;
B (Baik) : Sesuai 5 momen dan langkah cuci tangan dengan benar
C (Cukup) : Melakukan salah satu 5 momen dan langkah cuci tangan benar
K (Kurang) : Tidak melakukan cuci tangan atau langkah cuci tangan tidak benar
Dinilai pada saat perawat melakukan salah satu tindakan keperawatan tersebut di atas
21

BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

HARI MATERI WAKTU METODA PENANGGUNG


KE JAWAB
1 Pengenalan ruang Jam 7-14 Observasi dan Ka. Instalasi
dan fasilitas demonstrasi
2 Pengenalan tehnik Jam 7-14 Observasi dan Ka. Instalasi
anamnesa dan demonstrasi
asuhan
keperawatan
3 Pengenalan dan Jam 7-14 Observasi dan Ka. Instalasi
pembekalan status demonstrasi
dan administrasi
pasien
4 Pengetahuan Jam 7-14 Observasi dan Ka. Instalasi
tentang demonstrasi
pemeriksaan
tenda tanda vital
dan persiapan
tindakan
5 Pengetahauan Jam 7-14 Observasi dan Ka. Instalasi
tentang tindakan demonstrasi
keperawatan
Katteterisasi
Jantung
6 Pengetahuan Jam 7-14 Observasi dan Ka. Instalasi
tentang tindakan demonstrasi
post tindakan
CAG/PCI
7 Penerapan Jam 7-14 Observasi dan Ka. Instalasi
pendokumentasian demonstrasi
asuhan
keperawatan
8 Evaluasi Jam 7-14 Tanya Jawab Ka. Instalasi
Ketua Komite
Sub Komite
22

BAB X
PERTEMUAN/ RAPAT

1. Rapat berkala terdiri dari:


a. Rapat Rutin
b. Rapat Insidentil
2. Rapat Rutin diselanggarakan pada:
Waktu : Setiap Kamis minggu pertama setiap bulan
Jam :12.00-selesai
Tempat : Ruang Cathlab
Materi : Evaluasi kinerja mutu
Masalah dan pemecahannya
Evaluasi dan rekomendasi
3. Rapat insidentil diselenggarakan sewaktu – waktu bila ada masalah atau sesuatu
hal yang perlu dibahas segera
23

BAB XI
PELAPORAN

1. Laporan harian
2. Laporan bulanan
3. Laporan tahunan

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

dr. M. MAS’UDI, Sp. S


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67110448
24

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI


NOMOR TAHUN 2018

tentang

KEBIJAKAN PENGORGANISASIAN CATHLAB


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

Menimbang : bahwa dalam rangka guna pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan peranan
RS. Bhayangkara Kediri, khususnya dalam rangka penyelenggaraan
Pengorganisasian Cathlab, perlu menetapkan keputusan Kepala Rumah
Sakit Bhayangkara Kediri tentang Kebijakan Pengorganisasian Cathlab RS.
Bhayangkara Kediri;

Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, tentang
Kesehatan.
3. KepMenKes no. 1087/ MENKES/ SK/ VII/ 2010 tentang Standard
Kesehatandan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
4. KepMenKes no. / MENKES/ SK/ / tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Cathlab di Rumah Sakit.

Memutuskan......
25

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI TENTANG


PEDOMAN PELAYANAN CATHLAB UNIT DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KEDIRI

Pasal 1
Pedoman Pengorganisasian Cathlab Unit di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
Pasal 2
Pedoman Pengorganisasian Cathlab Unit sebagaimana dimaksud dalam pasal 1
merupakan acuan bagi seluruh unit kerja di LIngkungan RS Bhayangkara Kediri dalam
menyelenggarakan Pengorganisasian Cathlab.
Pasal 3
Ketentuan yang belum tercantum dalam lapiran Peraturan ini dapat mengacu pada
Pedoman Pengorganisasian Cathlab Unit.
Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Kediri
Pada Tanggal :
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

dr. M. MAS’UDI, Sp. S


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67110448

You might also like