You are on page 1of 18

Tugas : Penulisan Ilmiah

Dosen : Dr. Tasnim, SKM., MPH

LITERATUR REVIEW

Oleh :

SATAR
Nim : M201601060
PEMINATAN : PROMOKES

PRORAM STUDI PASCA SARJANA


STIKES MANDALA WALUYA KENDARI
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
A. Tujuan Literatur Review
Tujuan menyusun atau membuat literatur review adalah untuk
mendapatkan landasan teori yang bisa mendukung pemecahan masalah, serta
sumber-sumber pustaka yang membantu menemukan referensi terkait dengan
desian tesis yang saya akan buat atau dalam hal kepentingan penelitian.
Nantinya teori yang didapatkan merupakan langkah awal agar dalam menyusun
tesis dapat lebih memahami permasalahan yang sedang diteliti dengan benar
sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah. Atau dengan kata lain dari literatur
review ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang berkenaan dengan apa
yang sudah pernah dikerjakan orang lain sebelumnya, termasuk menemukan
teori-teori baru.

B. Tabel Analisis
Judul Jurnal Kompetensi Promosi Kesehatan Pada Petugas
Penyuluh Kesehatan Puskesmas di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kota Samarinda
Author Malliyani Agustin, Mappeaty Nyorong,
Darmawanssyah
(Dinas Kesehatan Kota Samarinda
Hp:081351443777.
Mell.agus@yahoo.com
Jumlah halaman 1-10
Jumlah sampel 39 sampel
Teori Tenaga promosi kesehatan masyarakat Puskesmas
adalah tenaga kesehatan
masyarakat yang diberi tugas untuk menangani
program promosi kesehatan masyarakat di
Puskesmas.kompetensi adalah kombinasi spesifik
antara pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan
suatu kegiatan khusus. Kompetensi
inilah yang seharusnya dipahami dan dimiliki oleh
seorang petugas promosi kesehatan
terutama di Puskesmas. (Ismoyo, 2009)
Metode Kualitatif dengan rancangan survey analitik, dengan
cross sectional, dengan subyeknya adalah seluruh
populasi yang terdiri dari seluruh tenaga promosi
kesehatan pada 39 puskesmas yaitu pemegang
promosi kesehatan dan PHBS. Menggunakan data
sekunder dan data primer
Varibael penelitian Dependen yaitu Kinerja.
Independen yaitu kompetensi dan kapabilitas
Hasil Dasar-Dasar Komunikasi :
Dari apa yang mereka sampaikan, tidak semua
masyarakat bisa mengerti atau
paham. Dengan metode komunikasi yang
disampaikan oleh informan sbb : “…masyarakat
menangkap saja (mengerti) dengan apa yang
disampaikan. Masyarakat bisa mengerti…bisa juga
tidak. Tapi untuk tau mereka mengerti kita harus liat
langsung dengan perubahan tingkah laku
mereka…” Selain itu, petugas promosi kesehatan
puskesmas ini sering juga mengalami
hambatan-hambatan dalam menyampaikan
informasi-informasi kesehatan. Seperti yang
terlihat dalam kutipan berikut
Bekerja Dengan Kelompok
Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas
lebih mengarah kepada kemitraan
yaitu suatu kerjasama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok, atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu, dalam hal ini adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan
Membantu Orang Menentukan Pilihan-pilihan
Kesehatan
Untuk membantu masyarakat dalam menentukan
pilhan-pilhan kesehatan, petugas
promosi kesehatan di Puskesmas harus terlebih
dahulu membuat masyarakat mau terbuka
mengenai masalah-masalah kesehatan mereka,
Kemudian setelah mereka terbuka mengenai
masalah-masalah kesehatan mereka,
petugas promosi kesehatan bekerja sama dengan
petugas pemegang program yang lain
yang berhubungan dengan keluhan-keluhan
kesehatan yang mereka sampaikan,
memberikan pilihan-pilhan kesehatan kepada
mereka melalui konseling
Kegiatan Dengan Massyarakat
Dalam kegiatan promosi kesehatan oleh petugas
promosi kesehatan di puskesmas,
peran serta atau partisipasi masyarakat ini belum
begitu terlihat, hanya beberapa
puskesmas yang sudah menjalankan
pemberdayaan masyarakat.
Mengubah Kebijakan serta Pelaksanaannya
Pada tingkat puskesmas, kebijakan-kebijakan yang
dibuat itu diharapkan bisa
membuat perubahan derajat kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas.Namun,
kebijakan yang ada masih dalam ruang lingkup yang
kecil untuk bisa mempengaruhi
kesehatan.Berdasarkan wawancara pada petugas
promosi kesehatan, sebagian besar
puskesmas belum mempunyai kebijakan kesehatan
Menggunakan dan Memproduksi Materi Promosi
Kesehatan
Materi mengajar dan alat belajar seperti leaflet,
poster dan video banyak dipakai
dalam praktik promosi kesehatan. Petugas promosi
kesehatan di Puskesmas juga banyak
yang menggunakan media tersebut saat mereka
melaksanakan promosi kesehatan
Bekerja dengan Media Massa
Media massa merupakan saluran komunikasi bagi
sejumlah orang; televisi, radio,
majalah dan Koran, buku, display dan
pameran.Berdasarkan wawancara dengan petugas
promosi kesehatan di puskesmas, baru beberapa
puskesmas yang sudah bekerja sama
dengan media untuk promosi kesehatan
Pembahasan Penelitian tersebut juga diungkapkan oleh fitriani
dalam penelitiannya, bahwa
tugas pokok penyuluhan kesehatan masyarakat
adalah melaksanakan kegiatan advokasi,
pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan
masyarakat, melakukan penyebarluasan
informasi, membuat rancangan media, melakukan
pengkajian/penelitian perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan,
serta merencanakan intervensi dalam
rangka pengembangan perilaku masyarakat yang
mendukung kesehatan. Selain itu petugas
penyuluh kesehatan masyarakat juga mempunyai
peran, fungsi dan kompetensi. (Fitriani,
2011)
Judul Jurnal Analisis Kompetensi dan Kapabilitas Terhadap
Kinerja Tenaga Promosi Kesehatan Puskesmas di
Kota Palembang
(Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol.3 No.1,
Januari 2016: 383—389)
Author Khusnul Khotimah, Fauziah Nuraini Kurdi, Sulastri
(Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Pascasarjana universitas Sriwijaya, Jl. Padang
Selasa No. 254 Palembang 30137 Sumatra Selatan,
Indonesia. Email : khuskhot@yahoo.co.id)
Jumlah halaman 1-7
Jumlah sampel 39 sampel
Teori Promosi kesehatan merupakan berbagai upaya
yang dilakukan oleh seorang tenaga promosi
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengendalikan
faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka
secara mampu dan mandiri dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan
Metode Kualitatif dengan rancangan survey analitik, dengan
cross sectional, dengan subyeknya adalah seluruh
populasi yang terdiri dari seluruh tenaga promosi
kesehatan pada 39 puskesmas yaitu pemegang
promosi kesehatan dan PHBS. Menggunakan data
sekunder dan data primer
Varibael penelitian Dependen yaitu Kinerja.
Independen yaitu kompetensi dan kapabilitas

Hasil Tingkat kapabilitas responden ditunjukkan dengan


mayoritas responden mampu menganalisa,
menentukan dan memutuskan tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatan di masyarakat
(48.7%), menggunakan slide proyektor, brosur dan
poster dalam menyuluh (39.7%), satu kali dalam
setahun mengajak, melibatkan dan menggunakan
sponsor (perusahaan, produk, swasta) untuk
kegiatan promosi kesehatan (34.6%), 1-3 kali dalam
setahun mengajak dan melibatkan lintas sektor
terkait (instansi/lembaga) untuk kegiatan promosi
kesehatan secara bersama-sama (42.3%) dan
mahasiswa kesehatan yang sedang praktek di
Puskesmas (33.3%).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja
tenaga promosi kesehatan secara umum tergolong
cukup baik, dapat dilihat dari skor rerata sebesar
33.03. Capaian ini berkaitan erat dengan faktor–
faktor yang mempengaruhinya, yaitu tingkat
pengetahuan yang kurang (skor rerata 4.65),
keterampilan yang cukup (skor rerata 18.71), sikap
yang cukup (skor rerata 19.42), kompetensi yang
cukup (skor rerata 42.76) dan kapabilitas yang
cukup pula (skor rerata 16.15)
Pembahasan Seorang tenaga promosi kesehatan dengan
segenap kompetensinya harus mampu melakukan
segala upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor
kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka secara
mampu dan mandiri dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Adiputri (2014), Faisal (2012),
Gusman (2011), Susiloningtyas (2010), Tobing
(2009) dan Effendi (2006).
Judul Jurnal Pengaruh Kompetensi Petugas Terhadap Kinerja
Pelayanan Kesehatan Dipuskesmas
Peureumeuekabupaten Aceh Barat
(ISBN : 978-979-3812-41-0 : 26 January 2017)
Author Muhammad Iqbal Fahlevi
(Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Teuku Umar, Email :
muhammadiqbalfahlevi@gmail.com)
Jumlah halaman 259-265
Jumlah sampel 87 sampel
Teori Tenaga kesehatan merupakan sumber daya
manusia kesehatan yang
pada satu sisi adalah unsur penunjang utama dalam
pelayanan kesehatan, pada
sisi lain ternyata kondisi kualitas saat ini masih
kurang. Kemampuan Sumber Daya
Manusia (SDM) Kesehatan dalam membuat
perencanaan pelayanan kesehatan
serta sikap perilaku dalam mengantisipasi
permasalahan kesehatan yang terjadi,
ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Hal ini dapat dilihat bahwa
masih lemahnya tingkat kinerja aparatur pelayanan
publik dalam pelayanan
kesehatan
Metode Penelitian analitik bersifat kuantitatif dengan desain
cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Peureumeue
Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat.
Analisis data dalam penelitian ini yaitu Analisis
Univariat dan Bivariat, uji yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu uji chi square.
Varibael penelitian Dependen yaitu Kinerja.
Independen yaitu Pengetahuan, Penguasaan
Tugas, Disiplin Kerja

Hasil Pengetahun :
Mayoritas dari responden berpengetahuan dengan
baik sebanyak 66
responden (75,9%), selebihnya berkategori kurang
baik sebanyak 21
responden (24,1%), mayoritas dari responden
dalam penguasaan tugas
dengan baik sebanyak 50 responden (57,5%),
selebihnya berkategori kurang
baik sebanyak 37 responden (42,5%). Responden
dalam disiplin kerja dengan
baik sebanyak 50 responden (57,5%), selebihnya
berkategori kurang baik
sebanyak 37 responden (42,5%). Responden dalam
kinerja pelayanan
kesehatan dengan baik sebanyak 60 responden
(69,0%), selebihnya
berkategori kurang baik sebanyak 27 responden
(31,0%).
Penguasaan Tugas ;
menunjukkan bahwa dari 50 responden dalam
penguasaan tugas dengan baik berkategori kinerja
baik sebanyak 46
responden (92,0%), sedangkan 37 responden
dalam penguasaan tugas
kurang baik dengan kategori kinerja kurang baik
sebanyak 23 responden
(62,2%).
Disiplin Kerja :
menunjukkan bahwa dari 63 responden
mempunyai keterampilan teknis dengan baik
berkategori kinerja baik
sebanyak 49 responden (77,8%), sedangkan 24
responden mepunyai keterampilan teknis kurang
baik dengan kategori kinerja kurang baik sebanyak
13 responden (54,2%).
Pembahasan Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa
pengetahuan staf
di puskesmas dalam melaksanakan pekerjaannya
pada umumnya
dikategorikan baik. Hasil pengisian kuesioner
tentang pengetahuan
menunjukkan bahwa para staf mampu
menyelesaikan permasalahan dalam
pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang
mereka miliki dan berusaha
berinovasi dalam setiap pekerjaannya. Pengaruh
variabel pengetahuan
terhadap kinerja, pengetahuan merupakan
pemahaman lisan seseorang
pegawai tentang apa yang dia ketahui dari
pengalaman dan proses belajar.
Apabila pegawai tersebut memiliki pengetahuan
yang baik tentang
pekerjaannya, maka dia akan dapat menyelesaikan
pekerjaan tersebut
dengan baik, dan demikian sebaliknya.
Kinerja yang berkualitas akan semakin
meningkatkan melalui
kerjasama yang baik untuk menghasilkan jasa,
maupun produksi yang
bermutu. Agar dapat menjadi pemenang dalam
dunia yang semakin kompetitif
ini organisasi harus mampu menggabungkan
segenap potensi pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, dan visi anggotanya
untuk bekerja dalam tim [7].
Performance pribadinya apabila orang itu memiliki
tingkat penguasaan teknik
proses rasional yang tinggi pula dan telah
menerapkan pola dasar berfikir
kepada prinsip dasar dalam manajemen.
Seorang staf yang memilki keterampilan yang baik
di bidang tugasnya
akan dapat melaksanakan tugas yang diberikan
walaupun tugas itu tidak
sesuai dengan keinginannya. Disamping itu seorang
staf yang terampil akan
memperhitungkan untung rugi dari setiap waktu
kerja yang ada sehingga
dalam melaksanakan kerja biasanya staf lebih
kreatif dan mampu melakukan
komunikasi yang baik dengan rekan kerjanya untuk
mencapai target kerja
yang telah dibebankan dalam timnya.
Judul Jurnal Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan
Di Puskesmas Teling Atas Kecamatan Wanea Kota
Manado
Author Miryam Grace Kawulur, Franckie R. R. Maramis,
Jane M. Pangemanan
(Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi Manado:
Jumlah halaman 1-8
Sampel Kepala Seksi
Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Manado, Kepala Puskesmas Teling Atas,
Penanggungjawab program Promosi
Kesehatan di Puskesmas Teling Atas, dan
Tokoh Masyarakat/Lurah setempat
Teori Promosi Kesehatan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses
pemberdayaan masyarakat, yaitu melalui
pembelajaran dari, oleh dan bersama
masyarakat sesuai dengan lingkungan
social budaya setempat, agar masyarakat
dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan (Fitriani, 2011). Promosi
Kesehatan merupakan salah satu Upaya
Kesehatan Wajib Puskesmas selain Upaya
Kesehatan Lingkungan, Upya Kesehatan
Ibu dan Anak serta KB, Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat, Upaya Pencegahan,
Pemberantasan Penyakit Menular, dan
Upaya Pengobatan (KEPMENKES No.
128/Menkes/SK/II/2004). Berdasarkan
PERMENKES RI
NO.741/MENKES/PER/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan Kabupaten/Kota, cakupan
promosi kesehatan adalah 80%.
Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk
memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sebagai Observasi, Wawancara,
Dokumentasi, dan Triangulasi/gabungan. Instrument
penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
peneliti sendiri dibantu dengan instrument tambahan
berupa daftar pertanyaan, alat perekam dan alat tulis
menulis. Tahap Analisa data yaitu tahap
pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap
penyajian data, dan tahap penarikan kesimpulan.
Validitas hasil penelitian yaitu dengan cara
triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Varibael penelitian Dependen yaitu Strategi Promkes
Independen yaitu Perencanaan, Advokasi,
Kemitraan, Pengembangan SDM, Pengembangan
Media dan Sarana, Peemberdayaan Masyarakat,
Bina Suasana.

Hasil Perencanaan :
Rencana umum promosi kesehatan
Puskesmas Teling Atas disesuaikan
dengan jadwal kunjungan Puskesmas dan
Posyandu. Sedangkan rencana operasional
program promosi kesehatan dibuat karena
mempunyai dana yang berasal dari BOK
(Bantuan Operasional Khusus) yang
dibuat dalam bentuk POA (Plan Of
Action).
Advokasi :
Advokasi yang dilakukan dalam
bentuk pemaparan program dan ketika membutuhkan
dana. Sebenarnya hal ini
belum bisa dikatakan advokasi karena
hanya sebatas menyampaikan keluhankeluhan atau
masalah-masalah yang
ditemukan dalam pelaksanaan program
promosi kesehatan. Berdasarkan hasil
penelitian dari Budiyono, dkk (2010)
Pengaruh dan keterkaitan stakeholders
bisa berposisi sebagai sasaran advokasi
maupun tim advokasi.
Kemitraan :
edangkan kerjasama
lintas sektor telah dilaksanakan ke Dinas
Pendidikan, Dinas Sosial, PKK, dan
sebagainya. Begitupun kerjasama lintas
program diakui oleh Kepala Puskesmas
Teling Atas “Ia. Lintas program ada yaitu
di masing-masing program”. Kerjasama
lintas program adalah sebagai berikut:
program KIA/KB, Imunisasi, TB Paru,
Malaria, Kesling, dan lain-lain. Sedangkan
kerjasama lintas sektor yaitu kejasama ke
Lurah setempat, Dinas Kesehatan,
Perkantoran, BKKBN, dan sebagainya.
Pengembangan SDM :
Tenaga Penyuluh Kesehatan Masyarakat
(PKM) yang sesuai dengan standar acuan
di Puskesmas Teling Atas saat ini belum
ada. Hal itu sesuai dengan penelusuran
dokumen di Dinas Kesehatan Kota
Manado baru ada 12 tenaga PKM yang
terbagi di 15 puskesmas (Bahu,
Ranomuut, Paniki Bawah, Wawonasa,
Teling dan Bailang), dan tenaga PKM
yang ada di Dinas Kesehatan Kota
Manado ada 4 orang, jadi semua
berjumlah 18 orang, dan ini hanya sebagai
jabatan fungsioal Penyuluh Kesehatan
Masyarakat (PKM).
Pengembangan Media dan Sarana :
Berdasarkan hasil penelusuran
dokumen yang ada di Dnas Kesehatan
Kota Manado, media elektronik yang ada
di Puskesmas Teling Atas yaitu generator
set, wireless, megaphone, dan LCD mega
layout, masing-masing 1 buah, Menurut
pemegang program, media dan sarana
yang digunakan dalam penyuluhan
memang ada tetapi masih kurang, seperti
kendaraan tidak ada sehingga jika ingin
mengadakan penyuluhan di luar gedung
atau kunjungan rumah, biasanya
menggunakan kendaraan umum atau
berjalan kaki. Kondisi media dan sarana,
ada yang masih bisa digunakan namun ada
juga yang sudah rusak.
Peemberdayaan Masyarakat :
Kegiatan pengorganisasian
masyarakat oleh Puskesmas Teling Atas,
telah dilaksanakan dalam bentuk
posyandu, dimana dalam posyandu
tersebut dibentuk kader-kader posyandu,
baik posyandu lansia maupun posyandu
campuran. Berdasarkan wawancara
dengan lurah kelurahan Tingkulu, ada 8
kelompok yang tebentuk menjadi kader
posyandu yang terbagi dalam 8
lingkungan yang ada di kelurahan
Tingkulu. Berdasarkan penelitian dari
Widjajanti (2011) mengenai model
pemberdayaan masyarakat, menunjukkan
bahwa terdapat korelasi dimana semakin
tinggi proses pemberdayaan akan dapat
menciptakan keberdayaan masyarakat.
Implementasi dari hasil penelitian ini
adalah bahwa pemberdayaan
menginginkan pengembangan modal
manusia, dan akan lebih baik lagi jika
pemberdayaan didukung oleh
pengembangan kemampuan pelaku
pemberdayaan.
Bina Suasana :
Pemberdayaan akan lebih cepat
berhasil bila didukung dengan kegiatan
menciptakan suasana atau lingkungan
yang kondusif. Tentu saja lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan yang
diperhitungkan memiliki pengaruh
terhadap pasien/klien yang sedang
diberdayakan. Kegiatan untuk
menciptakan suasana atau lingkungan
yang kondusif ini disebut bina suasana
(Hartono, 2010). Pelatihan bagi tokoh
agama (toga) dan tokoh agama (toma)
sangat baik dilakukan untuk menjalin
kemitraan dan membina suasana dengan
toga dan toma. Namun sampai saat ini dari
pihak puskesmas belum pernah
melaksanakan pelatihan-pelatihan dan
lokakarya-lokakarya bagi mereka.
Pembahasan Perencanaan Program Promosi Kesehatan
di Puskesmas Teling Atas dibuat dalam
bentuk Plan Of Action (POA) karena
mempunyai dana dari Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK), Pihak
Puskesmas maupun Dinas Kesehatan telah
melakukan upaya advokasi dengan tujuan
dibuatnya suatu kebijakan yang berkaitan
dengan Promosi Kesehatan, Kerjasama
lintas program dan lintas sektor telah
dilaksanakan oleh Pihak Puskesmas
maupun Dinas Kesehatan, Sumber Daya
Manusia untuk promosi kesehatan di
Puskesmas Teling Atas kurang memiliki
kompetensi karena belum sesuai acuan
standar promosi kesehatan dan jumlah
tenaga-tenaga kesehatan lain yang dilatih
masih kurang, Ketersediaan sarana dan
prasarana yang masih kurang di
Puskesmas Teling Atas, Pemberdayaan
Masyarakat belum berjalan optimal dilihat
dari presentase jumlah keluarga ber PHBS yang
belum mencapai standar yaitu
57,9%, Belum ada pelatihan-pelatihan
yang dilakukan untuk para tokoh agama
dan tokoh masyarakat, Kendala-kendala
dalam pelaksanaan program promosi
kesehatan yaitu minimnya alokasi dana,
kurang sumber daya manusia yang sesuai
standard dan minimnya sarana dan
prasarana yang tersedia di Puskesmas
Teling Atas.
Judul Jurnal Analisis Promosi Kesehatan Di Puskesmas
Kalijudan Terhadap Phbs Rumah Tangga Ibu Hamil
Author Intan Indah Kartika Sari, Muji Sulistyowati
(Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga Surabaya, Email: tanindah25@gmail.com
)
Jumlah halaman 159-170
Sampel 30 Responden
Teori Salah satu penyebab rendahnya
PHBS adalah rendahnya pelaksanaan
promosi kesehatan di puskesmas. Pedoman
pembinaan PHBS tahun 2011 menjelaskan
bahwa pembinaan PHBS dilaksanakan
melalui penyelenggaraan promosi kesehatan
di puskesmas. Upaya meningkatkan PHBS
dilakukan melalui promosi kesehatan di
luar gedung puskesmas yang terdiri dari
kunjungan rumah, pembentukan kemitraan
serta pemberdayaan masyarakat melalui
UKBM. Penyelenggaraan promosi kesehatan
melalui serangkaian kegiatan tersebut
akan memberikan pembelajaran untuk
membantu masyarakat dari tingkat individu,
keluarga, maupun kelompok agar memiliki
pengetahuan, kemauan dan kemampuan
untuk berPHBS. Namun promosi kesehatan
di puskesmas belum berjalan optimal.
Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
observasional analitik.
Berdasarkan waktunya desain yang digunakan
adalah cross sectional karena
variabel paparan dan dampak dilihat pada satu waktu
bersamaan. Teknik pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling dengan cara
mengundi daftar ibu hamil di Kelurahan Kalijudan.
Teknik pengumpulan data
kuantitatif melalui observasi dan kuesioner dengan
instrumen berupa lembar observasi dan lembar
kuesioner. Pengolahan data menggunakan teknik uji
korelasi linier pearson untuk menguji hubungan
antara variabel promosi kesehatan puskesmas
dengan capaian PHBS rumah tangga ibu hamil.
Pengujian normalitas data juga dilakukan untuk
memenuhi persyaratan penggunaan uji korelasi linier
pearson.
Varibael penelitian Dependen yaitu PeranPromkes
Independen yaitu PHBS, UKBM, Ibu Hamil,

Hasil Berdasarkan hasil indepth interview


tersebut dapat dijelaskan bahwa petugas
Puskesmas Kalijudan sudah melakukan
kunjungan rumah melalui kader. Namun
tidak ada kunjungan khusus PHBS ibu
hamil. Setelah hasil survei PHBS oleh
kader terkumpul, petugas akan menganalisis
capaian setiap indikator PHBS untuk
dibandingkan dengan target yang harus dicapai.
Setiap indikator yang capaiannya
rendah akan diidentifikasi sebagai masalah
yang harus ditangani.
Berdasarkan hasil indepth interview
tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan
UKBM sudah cukup baik, hanya saja
pelaksanaan MMD belum optimal
Hasil tersebut menunjukkan
bahwa sebagian
besar responden belum memenuhi
PHBS yang diharapkan, responden baru
memenuhi 4 sampai 5 indikator PHBS dari
10 indikator yang diharapkan. Capaian
setiap indikator PHBS juga dikaji dalam
penelitian ini. Berdasarkan hasil survei
terdapat beberapa indikator yang capaiannya
masih di bawah target nasional yaitu di
bawah 80%. Beberapa indikator yang jauh
dari target adalah diet sayur dan buah setiap
hari 46,67%, pemberian ASI eksklusif
50%, tidak merokok di dalam rumah
53,33% dan pemberantasan sarang nyamuk
63,33%. Namun, ada beberapa indikator
yang capaiannya sudah memenuhi target
diantaranya yaitu Persalinan oleh tenaga
kesehatan dan menimbang balita setiap bulan
Pembahasan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang
rendah pada rumah tangga ibu hamil dapat
mempengaruhi derajat kesehatan ibu hamil
dan keluarga. Rendahnya PHBS rumah
tangga ibu hamil ini mungkin menjadi salah
satu penyebab tingginya AKI di wilayah
kerja Puskesmas Kalijudan. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Pusat
Promosi Kesehatan (2011) bahwa program
pembinaan PHBS merupakan upaya untuk
membentuk perilaku kesehatan masyarakat
dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Mugeni dkk (2012), dalam jurnalnya
menjelaskan bahwa anggaran kesehatan
selama ini lebih diutamakan untuk
pelayanan kuratif, besar anggarannya yaitu
sebesar 85%. Padahal jumlah masyarakat
yang sakit berdasarkan statistik jauh lebih
sedikit dibandingkan yang sehat yaitu 10-
15% yang sakit, sisanya adalah masyarakat
yang sehat. Rendahnya alokasi anggaran
promosi kesehatan ini akan mengakibatkan
kurang seriusnya atau menghambat
penyelenggaraan upaya promotif kesehatan
dan preventif yang pada akhirnya berakibat
pada belum membaiknya derajat kesehatan
di Indonesia. Hal ini harus menjadi perhatian
pihak pemerintah.
Seperti yang diungkapkan Mugeni dkk
(2012), dalam penelitiannya bahwa upaya
strategis dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat untuk melaksanakan
PHBS adalah melalui program promosi
kesehatan. Hal ini berarti promosi kesehatan
memiliki peran dalam pelaksanaan PHBS.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara promosi
kesehatan puskesmas dengan capaian
PHBS rumah tangga ibu hamil. Penelitian
Ostlin et al (2006), menjelaskan bahwa
promosi kesehatan melalui strateginya
bertujuan untuk dapat mengurangi perilaku
yang berisiko atau fokus pada perubahan
perilaku.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang tercatat pada data SKN mengungkapkan
bahwa melalui upaya promosi kesehatan di
puskesmas yang dijadikan sebagai program
pokok sudah mampu membuat peningkatan
capaian PHBS dari 36,3% pada tahun
2007, meningkat menjadi 60% pada tahun
2009 (Depkes RI, 2009). Hasil penelitian
McManus (2013), menjelaskan bahwa
pelaksanaan promosi kesehatan dengan
melaksanakan berbagai strateginya akan
menghasilkan dampak berupa perubahan
perilaku yang diharapkan.

You might also like