You are on page 1of 23

LAPORAN SKENARIO 1 BLOK 4

Alergi Setiap Terpapar Debu

TUTOR:
drg. Ayu Kristin Rakhmawati

Disusun Oleh:

Ketua : Rif’an Irham Maulana J2A017035

Scrable 2 : Alifa Putri Noor Ikhsanti J2A017001

Anggota : Izaz Zayyan Listy Putri J2A017002

Dea Hardyana Putri J2A017003

Aisyah Nafa Agustin J2A017005

Asy-Syifa Brillian Avicenna J2A017006

Julio Sesco Artamulananda J2A017007

Dela Martha Devi J2A017033

Aprilia Fajrin J2A017034

Juliana Nursetyaningtyas J2A017036

Muhammad Maulana Aji J2A017037

Shoffan Marshush J2A017038

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia
– Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Skenario 1 Blok 4 yang berjudul “ALERGI SETIAP
TERPAPAR DEBU”
Laporan skenario ini kami susun demi memenuhi tugas yang diberikan kepada kami. Pada
kesempatan ini, kami ucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Skenario ini, terutama kepada drg. Ayu selaku tutor pada tutorial blok 4
yang senantiasa membantu dan membimbing kami, sehingga Laporan Skenario ini dapat kami
selesaikan dengan baik.
Laporan ini kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan kami dan para
pembaca khususnya mahasiswa serta untuk menunjang pemahaman dan melatih keterampilan
mahasiswa, kami lampirkan beberapa jurnal dan buku.
Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan laporan selanjutnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Maret 2018

Penyusun

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………. 1
DAFTAR ISI…………………………………………………….………………..……….. 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………. 3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………… 3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat…………………………………………………………………….................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Mapping……………………………………………………………………………….. 5
2.2. Sistem Imun…...…………………………………………………………..................... 6

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Definisi Sistem Imun…………………………………………………………………… 7
3.2 Pertahanan dan Kekebalan…….……………………………………………………….. 7
3.3 Sel Pertahanan Spesifik dan Non Spesifik.....………………………………………….. 11
3.4 Respon Sistem Imun terhadap Antigen………………………………………………… 14
3.5 Immunology……………………...…………………………………………………….. 16
3.6 Mekanisme Disfungsi Kekebalan Tubuh…………….………………………………… 16
3.7 Hipersensitivitas…………………..……………………………………………………. 17
3.8 Respon Imun…………………………………………………………………………… 18
3.9 Mekanisme Sistem Imun Zat Asing Masuk……………………………………………. 19

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………..…………………………………………………………… 20
4.2 Dalil………………………………………………………………………..................... 20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….…. 22

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 2


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunitas merupakan suatu system yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup. Imunitas
yang baik membuat tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur yang berasal dari lingkungan. Tubuh dapat
membuat respon imunnya sendiri saat benda asing berusaha membahayakan diri host-nya.
Respon ini menjauhkan tubuh dari berbagai penyakit infeksi, namun pada saat respon ini
mengalami kegagalan fungsi (disfungsi imunitas) dapat membuat host-nya mengalami
penyakit auto imun, imunodefisiensi ataupun alergi (hipersensitivitas).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Jelaskan definisi dari system imun!
1.2.2 Sebutkan dan jelaskan jenis dari sistem kekebalan (pasif dan aktif) dan sistem pertahanan
(spesifik dan non spesifik)!
1.2.3 Sebutkan dan jelaskan jenis dari sel imun spesifik dan non spesifik!
1.2.4 Sebutkan dan jelaskan apa saja respon system imun terhadap antigen!
1.2.5 Jelaskan sejarah dari immunology!
1.2.6 Jelaskan mekanisme dari disfungsi kekebalan tubuh!
1.2.7 Jelaskan reaksi hipersensitivitas terhadap system imun tubuh!
1.2.8 Jelaskan bagaimana respon imun!
1.2.9 Bagaimana mekanisme system imun terhadap zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mampu menjelaskan pengertian system imun.

1.3.2 Mampu menjelaskan system pertahanan dan system kekebalan yang ada di dalam
tubuh.

1.3.3 Mampu menjelaskan jenis-jenis sel imun spesifik dan non spesifik.

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 3


1.3.4 Mampu menjelaskan respon system imun terhadap antigen.

1.3.5 Mampu menjelaskan sejarah dari immunology.

1.3.6 Mampu menjelaskan mekanisme dari disfungsi kekebalan tubuh.

1.3.7 Mampu menjelaskan reaksi hipersensitivitas terhadap kekebalan tubuh.

1.3.8 Mampu menjelaskan respon imun.

1.3.9 Mampu menjelaskan mekanisme system imun saat ada zat-zat asing yang masuk ke
dalam tubuh.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari system imun.

2. Mahasiswa mampu memahami system pertahanan dan system kekebalan tubuh.

3. Mahasiswa mampu memahami jenis dari sel imun spesifik dan non spesifik.

4. Mahasiswa mampu memahami respon system imun terhadap antigen.

5. Mahasiswa mampu memahami sejarah immunology.

6. Mahasiswa mampu memahami mekanisme disfungsi kekebalan tubuh.

7. Mahasiswa mampu memahami reaksi hipersensitivitas terhadap kekebalan tubuh.

8. Mahasiswa mampu memahami respon imun

9. Mahasiswa mampu memahami mekanisme system imun saat ada zat-zat asing yang masuk
ke dalam tubuh.

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mapping

Sistem Imun Tubuh

Definisi Jenis Respon Imun Disfungsi Reaksi Sejarah


Kekebalan Hipersensiti- Immunology
Tubuh vitas
Pertahanan Kekebalan

Pasif Aktif Spesifik Non


spesifik

Struktur Respon terhadap


Antigen

Antibody Limfosit
Humoral Selular
Sel Sel
Antigen

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 5


2.2 Sistem Imun Tubuh

Sistem imun merupakan mekanisme pertahanan tubuh sebagai perlindungan dari bahaya
berbagai bahan dalam lingkungan yang dianggap asing bagi tubuh seperti bakteri, jamur, parasit
dan protozoa. (Abbas et al., 2015: Baratawidjaya dan Rengganis, 2009: Benjamin et al., 2000)

Ketika daya tahan tubuh lemah, maka agen infektif akan dengan mudah menembus
pertahanan tubuh dan menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, upaya meningkatkan system imun
menjadi penting untuk dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan imunomodulator
khususnya yang bersifat immunostimudin. (artikel dari situs etd.repository.ugm.ac.id).

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 6


BAB III

3.1. Definisi dari Sistem Imun

Sistem imun adalah suatu system dalam tubuh yang terdiri atas sel-sel penghasil senyawa
tertentu dan senyawa tersebut bekerja secara kolektif dan terkoordinasi untuk melawan benda
asing seperti kuman, penyakit, atau racun yang masuk ke dalam tubuh. (Sutardi. 2016. Kandungan
Bahan Aktif Tanaman Pegangan dan Khasiatnya untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh.)

Sistem imun juga dapat diartikan sebagai keadaan perlindungan (terutama pada infeksi
yang ditandai dengan daya ingat dan spesifisitas). Daya ingat adalah meningkatnya kemampuan
suatu organisme untuk berespons terhadap suatu antigen (suatu sel atau molekul yang memacu
system imun, juga dikenal sebagai imunologi) karena pernah terpasang ke antigen.

3.2 Sistem Pertahanan dan Kekebalan Tubuh

3.2.1 Pertahanan
Sistem pertahanan tubuh terbagi atas dua jenis, yaitu:
A. Sistem imun non spesifik/natural/bawaan sejak lahir
System imun non spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
melawan mikroorganisme. Disebut non spesifik karena tidak ditujukan kepada
mikroorganisme tertentu.
Sistem ini terdiri dari:
a. Pertahanan fisik/mekanik
Pertahanan fisik terdiri atas kulit, selaput lender, silia di
saluran pernapasan, batuk, dan bersin yang akan mencegah
masuknya berbagai kuman pathogen ke dalam tubuh.
b. Pertahanan biokimia
Pertahanan biokimia teridiri atas bahan yang dieksresikan
mukosa saluran napas yang mengandung bahan yang berperan
dalam perhanan tubuh secara biokimiawi; asam HCl dalam

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 7


lambung; lisozim dalam keringat, ludah air mata serta air susu
dapat melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif
dengan menghancurkan dinding selnya. Air susu ibu juga
mengandung lactoferin dan asam neuraminik yang mempunyai
sifat antibacterial terhadap E. coli dan Staphylococcus. Lisozim
yang dilepas oleh makrofag dapat menghancurkan kuman gram
negative dan hal tersebut diperkuat oleh komplemen.
c. Pertahanan humoral
1) Komplemen
Komplemen berfungsi mengaktifkan fagosit dan
membantu destruktif bakteri dan parasit karena:
 Komplemen dapat menghancurkan membran sel
bakteri
 Komplemen merupakan faktor kemotaktik yang
mengarahkan makrofag ke tempat bakteri
 Komplemen lain yang mengendap pada
permukaan bakteri memudahkan makrofag untuk
mengenal dan menfagositosis.
2) Interferon
Interferon merupakan suatu glikoprotein yang
dihasilkan oleh berbagai sel manusia yang mengandung
nukleur dan dilepaskan sebagai respon terhadap infeksi
virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan jalan
menginduksi sel-sel di sekitar sel yang terinfeksi virus
sehingga menjadi resisten terhadap virus. Di samping itu,
interferon juga dapat mengaktifkan Natural Killer cell
(sel NK). Sel yang diinfeksi virus atau menjadi ganas
akan menunjukkan perubahan pada permukaannya.
Perubahan tersebut akan dikenal oleh sel NK yang
kemudian membunuhnya. Dengan demikian penyebaran
virus dapat dicegah.

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 8


3) C-Reactive Protein (CRP)
Peranan CRP adalah sebagai opsonin dan dapat
mengaktifkan komplemen. CRP dibentuk oleh back up
pada saat infeksi. CRP merupakan protein yang kadarnya
cepat meningkat (100x atau lebih) setelah infeksi atau
inflamasi akut. CRP berperan pada imunitas non spesifik,
karena dengan bantuan Catt dapat meningkatkan berbagai
molekul yang terdapat pada banyak bakteri dan jamur.
d. Pertahanan Selular
Fagosit atau makrofag dan sel NK berperan dalam system
imun non spesifik selular. Meskipun berbagai sel dalam tubuh
dapat melakukan fagositosis, tetapi sel utama yang berperan
dalam pertahanan non spesifik adalah mononuclear (monosit dan
makrofag) serta sel polimornuklear seperti neutrophil.
Dalam kerjanya sel fagosit juga berinteraksi dengan
komplemen dan system imun spesifik. Penghancuran kuman
terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut:
1) Kemotaksis, menangkap, memakan (fagositosis),
membunuh dan mencerna. Kemotaksis adalah
gerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respon
terhadap berbagai faktor seperti faktor biokimiawi
yang dilepas pada aktivitas komplemen.
2) Antibody seperti halnya dengan komplemen C3b
dapat meningkatkan fagositosis (opsonisasi). Antigen
yang diikat antibody akan lebih mudah dikenal oleh
fagosit untuk kemudian dihancurkan. Hal tersebut
dimungkinkan oleh adanya reseptor untuk fraksi Fe
dari immunoglobulin pada permukaan fagosit.

Sel Natural Killer (NK) adalah sel limfoid yang


ditemukan dalam sirkulasi dan tidak mempunyai ciri sel
limfoid dari system imun spesifik, oleh karena itu disebut

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 9


sel non B non T (sel NBNT) atau sel poplan ketiga. Sel
NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus
atau sel neoplasma dan interveronma mempunyai
pengaruh dalam mempercepat pematangan dan
efeksiditik sel NK.

B. Sel Imun Spesifik atau Adaptasi


Sel imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing.
Benda asing yang pertama kali muncul dikenal oleh system imun spesifik
sehingga terjadi sensitisasi sel-sel imun tersebut. Bila sel imun tersebut
berpapasan kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang
terakhir ini dikenal dengan lebih cepat kemudian akan dihancurkan olehnya.
Karena system tersebut hanya menghancurkan benda asing yang sudah
dikenal sebelumnya, maka system tersebut spesifik. System imun spesifik dapat
bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya, tetapi
umumnya terjalin kerjasama yang baik antara antibody, komplemen, fagosit dan
antara sel T makrofag.
a. System imun spesifik humoral
Sistem imun ini diperankan oleh limfosit B atau sel B. Sel B
tersebut berasal dari sel asal multipoten. Bila sel B dirangsang oleh
benda asing, maka sel tersebut akan berpoliferan dan berkembang
menjadi sel plasma yang dapat ditemukan dalam serum. Fungsi
utama antibody ini adalah untuk pertahanan terhadap infeksi virus,
bakteri (ekstraselular) dan dapat menetralkan toksinnya.
b. Sistem imun spesifik selular
Sistem ini diperankan oleh limfosit T atau sel T. Sel tersebut
juga berasal dari sel asal yang sama dengan sel B. Factok timus yang
disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai
hormone asli dan dapat memberikan pengaruhnya terhadap
diferensiasi sel T di perifer. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas
beberapa sel subset yang mempunyai fungsi berlainan. Fungsi utama

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 10


sel imun spesifik adalah untuk pertahanan terhadap bakteri yang
hidup intraseluler, virus, jamur, parasite dan keganasan.

3.2.2 Kekebalan

A. Kekebalan Pasif
1) Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan ini didapatkan melalui pemindahan antibody atau sel darah
putih yang disensitisasi imunnya dari badan seseorang ke badan orang lain,
misalnya melalui plasenta dari kolostrum dari ibu ke anak.
2) Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan ini dilakukan dengan memberi serum, antibody, antitoksin
misalnya pada tetanus, difteri, gang gregar, gigitan ular dan difenensi imun atau
pemberian sel yang sudah dirensitasi pada tuberculosis dan hepar.
B. Kekebalan Aktif
1) Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan ini terjadi apabila suatu mikroorganisme secara alamiah masuk
ke dalam tubuh dan menimbulkan pembentukan antibody atau sel yang
tersensitisasi.
2) Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan ini ditimbulkan dengan vaksinasi melalui pemberian toksoid
tetanus, antigen mikroorganisme baik yang mati maupun yang hidup.

3.3 Sel Imun pada Pertahanan Spesifik dan Non Spesifik

3.3.1 Sel Imun Spesifik

Sel T
Karakteristik sel T, yaitu:
 Sel T tidak mengeluarkan antibody, sel-sel harus berkontak langsung dengan
sasaran
 Bersifat klonal dan sangat spesifik terhadap antigen
 Tidak semua turunan sel T yang teraktivasi menjadi T efektor

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 11


 Selama pematangan di timus, sel T mengenal antigen asing dalam kombinasi
dengan antigen jaringan individu itu sendiri
 Diperlukan waktu beberapa hari setelah pajanan antigen tertentu sebelum sel T
teraktivasi bersiap untuk melancarkan serangan imun selular

Subpopulasi sel T, yang terdiri atas:

a. Sel Tc (cytotoxic)
Sel ini berfungsi menghancurkan sel penjamu yang memiliki antigen asing,
misalnya sel tubuh yang dimasuki oleh virus kanker.
b. Sel Th (helper)
Sel ini berfungsi menolong sel B dalam memproduksi antibody, memperkuat
aktivitas sel T sitotoksik dan sel T penekan (supresor) yang sesuai dan
mengaktifkan makrofag.
c. Sel Ts (supresor)
Sel ini berfungsi untuk menekan produksi antibody sel B dan aktivasi sel T
sitotoksik dan penolong. Sebagian besar dari milyaran sel T diperkirakan
tergolong dalam subpopulasi penolong dan penekan, yang tidak secara langsung
ikut serta dalam destruksi pathogen secara imunologik.
d. Sel Tdh (delayed hypersensitivity)
Sel ini berperan dalam pengarahan makrofag dan sel inflamasi, lainnya ke tempat
terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Dalam fungsinya, sel Tdh
sebenarnya menyerupai sel Th.

3.3.2 Sel Imun Non Spesifik

Bereaksi tanpa memandang apakah agen pencetus pernah atau belum pernah dijumpai.
Reaksinya pun tidak perlu diaktivasi terlebih dahulu seperti pada sistem imun spesifik. Sel-sel
yang berperan adalah:

A. Sel fagosit
Terbagi menjadi dua jenis yaitu fagosit mononuclear dan fagosit polimorfonuclear. Fagosit
mononuclear terdiri atas sel monosit dan sel makrofag, sedangkan fagosit polimorfonuclear
terdiri dari neutrophil dan eosinophil.

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 12


 Sel monosit dan sel makrofag
Makrofag merupakan bagian non spesifik dari sistem imun yang
memusnahkan dan merusak secara tidak selektif/berusaha merusak organism
asing/debris. Monosit dianggap makrofag saat rel ini meninggalkan darah. Monosit
menyempurnakan diferensiasinya dalam jaringan local dan diameternya lebih besar
dari 22 nano meter. Makrofag membunuh agen infeksi melalui beberapa
mekanisme seperti sekresi molekul yang sangat banyak, misalnya interferan (anti
tetanus) atau lisozim (anti bakteri) dan membentuk radikal oksigen, asam nitrat,
serta produk yang mengandung klorin. Makrofag hidup menetap dalam jaringan
tertentu atau berjalan/bergerak ke seluruh tubuh untuk mencari pathogen. Makrofag
berumur selama bulanan/tahunan.
 Sel neutrophil
Neutrophil berumur pendek (1-5 hari). Neutrophil mengalami diferensiasi hampir
lengkap dalam sumsum tulang selama 14 hari. Jumlahnya sekitar 60%-70% dari
semua sel darah putih (leukosit). Sel-sel yang dirusak oleh mikroba yang
menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik neutrophil dari darah untuk
datang. Neutrophil akan memasuki jaringan yang terinfeksi, lalu menelan dan
merusak mikroba yang disana. Di dalam neutrophil terdapat enzim lisozim dan
laktoferin untuk menghancurkan bakteri atau benda asing lainnya yang telah
difagositosis. Setelah memfagositosis 5-20 bakteri neutrophil mati dengan
melepaskan zat-zat limfozim yang mengaktifkan makrofag. Biasanya, neutrophil
cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak penyerangan asing.
 Sel eusinofil
ukuran sel ini lebih besar daripada neutrophil dan berfungsi sebagai fagosit juga.
Eusinofil berjumlah 2-5% dari darah putih. Peningkatan eusinofil disirkulasi darah
dikaitkan dengan keadaan alergi dan infeksi parasite internal. Eosinophil juga
memiliki kecenderungan khusus berkumpul dalam jaringan yang memiliki reaksi
alergi.
B. Sel nol
Sel Natural Killer (NK) merupakan golongan limfosit tapi tidak mengandung petanda
seperti pada permukaan sel B dan sel T. oleh karena itu disebut sel nol. Sel NK berperan

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 13


penting dalam respon imun alami dengan memediasi efek sitotoksis dalam sel target dan
dengan melepas sitoksin. Sel NK mengenali dan membunuh sel tumor tertentu dan sel yang
terinfeksi virus. Jumlah NK meningkat dengan meningkatnya usia, tetapi kapasitas
toksisitasnya menurun.
C. Sel mediator
Sel basophil secara structural dan fungsional mirip dengan sel mast yang tidak pernah
beredar dalam darah tapi tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh. Sel basophil berasal
dari sumsum tulang belakang sedangkan sel mast berasal dari sel precursor yang terletak
di jaringan ikat. Sel mast ada dua yaitu sel mast jaringan dan sel mast mukosa.

3.4 Respon Sistem Imun terhadap Antigen

Secara umum, repon imun terdiri dari dua fase, yaitu:

1. Fase pengenalan
Fase ini diperankan oleh anti-presentation cell (APC), sel limfosit B dan sel limfosit T
2. Fase efektor
Pada fase ini diperankan oleh antibody dan limfosit efektor.

Aktivasi sel T pada respon imun selular oleh mikroba

 Antigen tergantung sel T (TD : T dependent antigen)

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 14


Antigen akan mengaktifkan sel immunokompeten bila mendapat bantuan sel Th melalui
zat yang dilepaskan sel Th aktif.
 Antigen tidak perlu sel T (TI: T independent antigen)
Menghasilkan antibody dengan langsung merangsang sel limfosit B.
 Limfosit Th + produk MHC (Mayor Histocompability Complex)
Kelas I dan II pada membrane makrofag: mengenal antigen dengan berikatan dengan TCR
sehingga terjadi diferensiasi menjadi sel Th efektor, sel Tc efektor serta sel Th memori
yang membuat pengaruh sitokin di jaringan perifer.

Aktivasi sel B pada respon imun (humoral)

 Antigen berdekatan dengan immunoglobulin permukaan sel B dengan bantuan sel Th (bagi
antigen TD) yang kemudian mengaktivasi enzim dalam sel B sehingga terjadi transformasi
blast, proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma yang mensekresi antibody dan
membentuk sel B memori.
 Antigen TI langsung mengaktivasi sel B tanpa bantuan sel Th.
Kemudian
 Antibody yang disekresi dapat:
- Menetralkan antigen sehingga virulensinya hilang
- Berikatan dengan antigen sehingga mudah difagositosis oleh makrofag dalam proses
opsonisasi
- Berikatan dengan antigen untuk mempermudah lisis oleh sel Tc.
 Hasil akhir: eliminasi antigen dan pembentukan sel memori.

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 15


3.5 Sejarah Immunology

1) Louis Pasteur: proses fermentasi yang berhasil mengisolasi dan memurnikan


(pasteurisasi) dan menemukan mikroorganisme dalam ulat sutera.
2) Lady Mary Wortly (1700): menciptakan teknik inokulasi untuk penyakit cacar
3) Edward Jenner (1796): inakulasi vaksinasi dengan nanah pok sapi
4) Robert Koch (1882): mengisolasi kuman tuberculosis
5) Emil von Behring, Paul Frlich,Shibastuan : serum kuda terhadap difteri (imunisasi pasif)
6) Hans Buchher (1900): menemukan molekul yang kemudian oleh Jules Bordet diketahui
sebagai aleksin dan komplemen
7) Karl Landsteiner: menggambar golongan darah ABO manusia
8) Charles Robert Richet (1990): menimunisasi anjingnya terhadap toksin dari tentekel sea
anemone
9) 1960 – sekarang: immunologi berkembang

3.6 Mekanisme Disfungsi Kekebalan Tubuh

Sel B dan sel T harus mampu secara spesifik mengenali sel atau bahan lain yang tidak
diinginkan untuk dihancurkan karena berbeda dari sel normal tubuh sendiri. Keberadaan
antigen memungkinkan limfosit melakukan pembedaan tersebut. Ingat kembali bahwa antigen
adalah molekul asing berukuran besar dan unik yang memicu respon imun spesifik dirinya
sendiri, seperti pembentukan antibody yang menyebabkan penghancuran antigen, jika antigen
tersebut masuk ke dalam tubuh (antigen berarti antibody generator, meskipun beberapa
antigen memicu respons imunitas selular dan bukan pembentukan antibody). Secara umum
semakin besar antigenitasnya. Protein asing adalah antigen yang paling umum karena ukuran
dan kompleksitasnya meskipun makromolekul lain, seperti polisakarida berukuran besar
(karbohidrat) dan lipid (lemak) juga fapat berfungsi sebagai antigen. Antigen dapat ada
sebagai molekul sendiri misalnya toksin bakteri, atau merupakan bagian integral dari suatu
struktur multimolekul, misalnya antigen di permukaan suatu mikroba asing.

Salah satu contoh disfungsi kekebalan tubuh adalah adanya penyakit autoimun.
Mekanisme dari penyakit autoimun itu sendiri memiliki dua teori, yaitu:

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 16


a. Autoimun disebabkan oleh kegagalan pada delesi DNA limfosit normal untuk
mengenali antigen tubuh sendiri
b. Autoimun disebabkan oleh kegagalan regulasi normal sistem imunitas (yang
mengandung beberapa sel imun yang mengenali antigen tubuh sendiri namun
mengalami supresi).

3.7 Hipersensitivitas

Menurut Cell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dibagi menjadi 4 tipe, yaitu:

a. Tipe I – Hipersensitivitas anafilaktif (cepat)


Biasanya berupa reaksi alergi karena terpapar antigen spesifik yang dikenal sebagai
allergen. Dan adanya sekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.
b. Tipe II – Hipersensitivitas sitolitik
Terjadi karena terbentuknya antibody jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan
bagian sel penjamu. Reaksi tipe II dapat menunjukkan berbagai manifestasi klinik,
contohnya anemia hemolitik.
c. Tipe III – Hipersensitivitas Komplek Imun
Diperantarai oleh pengendapan kompleks antigen antibody C (imun) diikuti dengan
aktivasi komplemen dan akumulasi leukosit polimorfonuklear. Kompleks imun dapat
melibatkan antigen eksogen seperti bakteri dan virus, atau antigen endogen seperti DNA.
Penyakit oleh kompleks imun:
- Lupus eritematosus
- Politerritishodosa
d. Tipe IV
Reaksi hipersensitivitas terlambat yang timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh berpajan
dengan antigen. Reaksi terjadi karena sel T dengan reseptop spesifik pada permukaannya
akan dirangsang oleh antigen yang sesuai dengan mengeluarkan zat limfokin. Limfosit
yang tersangsang mengalami transformasi menjadi besar seperti limfoblas yang mampu
merusak sel target yang mempunyai reseptor di permukaannya sehingga dapat terjadi
kerusakan jaringan. Contohnya yaitu tuberculosis, lepra, virus.

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 17


3.8 Respon Imun

A. Sistem Kekebalan Humoral


Antigen merangsang sel B berubah menjadi sel plasma yang memproduksi antibody secara
aktif terhadap antigen kuman ataupun produk yang dihasilkan dapat menimbulkan
resistensi karena:
- Menetralisasi toksin/hasil-hasil
- Memiliki efek bakterisidal langsung ataupun efek litik dengan komplemen
- Menahan kemampuan infektif kuman ataupun virus
- Mengaglutinasi kuman sehingga mudah difagositosis
- Mengkompromisasi kuman, yaitu menggabungkan dengan antigen permukaan
yang biasanya menganggu fagositosis sehingga membantu mencerna kuman
B. Sistem Kekebalan Selular
Bekerja pada sel yang terinfeksi antigen yang berperan adalah sel T terdiri dari T helper, T
suppressor, T memory dan T sitosin.
Fungsi dari macam-macam sel T yaitu:
1. Sitotoksif/sel T killer (CD8+)
Mengeluarkan limfotoksin yang menyebabkan lisis sel
2. Sel T helper (CD4+)
Pengelola, mengarahkan respon imun. Mengeluarkan limfokin yang merangsang
sel T killer dan sel B untuk tumbuh dan membelah diri, memicu netrofil, memicu
makrofag untuk menelan dan merusak mikroba.
3. Sel T suppressor
Menghambat produksi sel T killer jika tidak dibutuhkan lagi
4. Sel T memory
Mengenal dan merespon patogen

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 18


3.9 Mekanisme System Imun Saat Zat-Zat Asing Masuk

Pada pintu masuk terdapat beberapa pertahanan, seperti:

a. Kulit
- Sekresi keringat dan sebasea mengandung pH asam dan zat kimia tertentu yang
bersifat antimikroba
- Lisozim: enzim yang memecah dinding sel bakteri
b. Membrane mukosa
Pada saluran pernapasan terdapat agen pelindung berupa:
- Mucus menutupi permukaan bersel silia
- Lisozim dan zat kimia lain yang memiliki sifat anti mikroba
- Fagosit di membrane mukosa

Pada salutan gastrointestinal memiliki perlindungan seperti:

- Saliva: enzim hidrolitik


- Keasaman lambung yang dapat membunuh banyak bakteri
- Usus halus: enzim proteolitik dan makrofag aktif

Antibodi pun memiliki caranya tersendiri untuk mempertahankan tubuh dari mikroba
penginvasi. Antibody dapat secara fisik menghalangi antigen, misalnya dengan netralisasi
atau dengan

a. Aglutinasi dengan presipitasi. Yang lebih sering dijumpai, antibody memperkuat respon
imun bawaan dengan
b. Mengaktifkan sistem komplemen
c. Meningkatkan fagositosis dengan bekerja sebagai opsonin dan
d. Merangsang sel natural killer

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 19


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem imunitas yang baik akan membuat tubuh kita sehat dan terhindar dari segala
penyakit yang ada. Imunitas sudah kita dapatkan semenjak kita masih berada dalam
kandungan, hingga kita tumbuh menjadi dewasa respon imun di dalam tubuh tetap menjaga
kita. Respon imun sendiri terbagi menjadi sistem pertahanan dan kekebalan yang berguna
untuk memerangi virus, bakteri, atau apapun zat-zat yang dapat membahayakan bagi tubuh
karena dapat menyebabkan penyakit. Namun kesalahan dalam imunitas ini juga dapat
menyebabkan penyakit seperti penyakit autoimun, imunodefisiensi dan hipersensitivitas.

4.2 Dalil

wawashshaynaa al-insaana biwaalidayhi hamalat-hu ummuhu wahnan 'alaa


wahnin wafishaaluhu fii 'aamayni ani usykur lii waliwaalidayka ilayya
almashiiru

Artinya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (Q.S Al-Luqman ayat 14)

Kajian:

Susu ibu merupakan cairan ciptaan Allah yang tiada tandingannya untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya terhadap infeksi. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 20


ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang
baru lahir. Pada saat yang sama, ASI juga sangat kaya akan nutrisi yang mempercepat
pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan bayi yang terbuat dengan
teknologi tidak dapat menggantikan keajaiban cairan ciptaanNya ini.

(Dikaji oleh Dani Fitriyani dengan judul “Keajaiban Air Susu Ibu? Nikmat dan Ajaib…” yang
ditampilkan pada situs www.eramuslim.com pada tanggal 23 November 2013)

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 21


DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas, Abdul K. 2004. Basic Immunology 2nd Edition Hypersensitivity Disease.


Saundery China.

2. Fitriyani, Dani. 2013. “Keajaiban Air Susu Ibu? Nikmat dan Ajaib…”. Ditampilkan
pada situs www.eramuslim.com pada tanggal 23 November 2013.

3. Hasdianah H.R. 2012. Mikrobiologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

4. I. G. N. Ranuh, dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia.

5. Karnen, Garna Baratawidjaja dan Rengganis Iris. 2009. Imunologi Dasar edisi VIII.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI.

6. Molecular Biology of the Cell; 4th Edition. New York and London: Garland Science.

7. Purwaningsih, Endang. 2013. Disfungsi Telomer pada Penyakit Autoimun. Universitas


Yarsi: Jurnal Kedokteran Yarsi 21 (1): 041-049 (2013).

8. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Edisi 8.

9. Sudiono, Janti. 2014. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta: EGC.

10. Sutardi. 2016. Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegangan dan Khasiatnya untuk
Meningkatkan Sistem Imun Tubuh.

SKENARIO 1 BLOK 4 | Alergi Setiap Terpapar Debu 22

You might also like