You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/271148980

The effect of DMSO on ITS2 amplification in the molecular identification of


Anopheles farauti Laveran (Diptera: Culicidae), from a colony established
in the laboratory

Article · September 2013


DOI: 10.5994/jei.10.2.93

CITATIONS READS

0 87

4 authors, including:

Jhon tito Situmorang Rch Rch


3 PUBLICATIONS   6 CITATIONS    Hunan University of Science and Technology
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Rarastoeti Pratiwi
Gadjah Mada University
30 PUBLICATIONS   129 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

GABA, diabetes, A.altilis View project

All content following this page was uploaded by Rarastoeti Pratiwi on 27 March 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

PENGEMBANGAN PCR-RFLP BERDASARKAN ITS2 rDNA UNTUK


IDENTIFIKASI SPESIES SIBLING ANGGOTA Anopheles
punctulatus GROUP DARI PAPUA

I.J. Suyono1, Rarastoeti2, R.C. Hidayat2 dan J. Situmorang2


Program Pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

PCR-RFLP DEVELOPMENT BASED ON ITS2 rDNA FOR


IDENTIFICATION OF SIBLING SPECIES OF Anopheles
punctulatus GROUP FROM PAPUA

ABSTRACT

This study is the first step in conducting molecular identification of sibling species of Anopheles
punctulatus group of Papua. Research objectives were to develop molecular identification of
sibling species of An. punctulatus group of Papuans by using PCR-RFLP based on rDNA ITS2.
The samples used were mosquitoes caught by the bait of people in East Koya and Arso II and An.
farauti derived from a laboratory colony in BATAN Jakarta. Include the isolation of DNA
molecular identification of mosquito and ITS2 rDNA amplification using primer ITS2A and
ITS2B by using PCR machine. ITS2 PCR results electrophoresed on 1.5% agarose gel containing
0.5 ug / ml ethidium bromide and observed using a UV transilluminator and photographed using a
digital camera. Further amplification of ITS2 cut with MSP I restriction enzyme to produce a
specific pattern of fragments that can be used for species identification. ITS2 amplification results
for all samples of mosquitoes indicates the size of 750 bp. The results of identification by PCR-
RFLP for the mosquito An. farauti from laboratory colonies showed that laboratory colonies of
mosquitoes were An. farauti ss formerly known as An. farauti 1. PCR-RFLP method developed in
this study are expected to be cheaper and faster to use in species identification.

Key words : Anopheles punctulatus group, molecular identification, ITS2 rDNA, sibling
species, Papua.

JURNAL VEKTORA III NO. 1 44


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan langkah awal dalam melakukan identifikasi molekular spesies
sibling anggota Anopheles punctulatus group dari Papua. Tujuan penelitian untuk
mengembangkan identifikasi molekular spesies sibling anggota An. punctulatus group dari Papua
dengan menggunakan PCR-RFLP berdasarkan ITS2 rDNA. Sampel yang digunakan adalah
nyamuk yang ditangkap dengan umpan orang di Koya Timur dan Arso II serta An. farauti berasal
dari koloni laboratorium di BATAN Jakarta. Identifikasi molekular meliputi isolasi DNA
nyamuk dan amplifikasi ITS2 rDNA dengan menggunakan primer ITS2A dan ITS2B dengan
menggunakan mesin PCR. Hasil PCR ITS2 dielektroforesis pada gel agarosa 1,5 % yang
mengandung 0,5 ug/ml etidium bromida dan diamati dengan menggunakan UV transilluminator
dan difoto dengan menggunakan kamera digital. Selanjutnya hasil amplifikasi ITS2 dipotong
dengan enzim restriksi Msp I untuk menghasilkan pola fragmen spesifik yang dapat digunakan
untuk identifikasi spesies. Hasil amplifikasi ITS2 untuk semua sampel nyamuk menunjukkan
ukuran sebesar 750 bp. Hasil identifikasi dengan PCR-RFLP untuk nyamuk An. farauti dari
koloni laboratorium menunjukkan bahwa nyamuk koloni laboratorium tersebut adalah An. farauti
s.s yang sebelumnya dikenal dengan nama An. farauti 1. Metode PCR-RFLP yang dikembangkan
dalam penelitian ini diharapkan lebih murah dan cepat digunakan dalam identifikasi spesies.

Kata kunci : Anopheles punctulatus group, identifikasi molekular, ITS2 rDNA, spesies
sibling, Papua.

PENDAHULUAN Vektor utama malaria di Papua,


Di dunia terdapat 422 spesies Papua New Guenia, Kepulauan Salomon,
nyamuk Anopheles dan ada sekitar 67 dan Vanuatu adalah anggota Anopheles
spesies yang telah dikonfirmasi memiliki punctulatus group, dan beberapa spesies
kemampuan untuk menularkan penyakit lainnya seperti An, brancrofti, An. karwari
malaria. Di Indonesia telah diidentifikasi dan An. longirostris tetapi mempunyai
ada 90 spesies nyamuk Anopheles, dan ada peranan yang kecil dalam menularkan
16 spesies di antaranya telah dikonfirmasi malaria. Upaya untuk mengidentifikasi
sebagai vektor malaria. Mereka memiliki jumlah spesies dalam Anopheles
habitat, mulai dari rawa-rawa, punctulatus group telah dilakukan oleh
pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain berbagai peneliti. Berdasarkan kajian
(Ahmadi 2005). Sebagian besar vektor morfologi pada awalnya anggota An.
malaria merupakan spesies sibling yang punctulatus group terdiri atas empat
secara morfologi tidak dapat dibedakan spesies yang berkerabat dekat yaitu : An.
tetapi berbeda dalam genetik, ekologi, farauti Laveran, An. punctulatus Donitz,
biologi, kapasitas vektorial (vectorial An. koliensis Owen dan An. clowi
capacity), pemilihan inang, perilaku Rozeboom & Knight. Dari eksperimen
menghisap darah, distribusi geografis dan kawin silang, analisis allozyme dan DNA
resistensi terhadap insektisida (Oshaghi et probe, sekarang telah diketahui sedikitnya
al., 2005). ada 12 spesies sibling dalam Anopheles
punctulatus group yaitu : An. punctulatus,
JURNAL VEKTORA III NO. 1 45
I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

An. sp near punctulatus, An clowi, An. suatu susunan yang satu sama lainnya
rennellensis, An. koliensis, dan An. farauti dihubungkan oleh satu intergenic spacer
nomor 1 hingga 7. An. clowi dan An. (IGS). Transcribed spacer diperkirakan
rennellensis jarang ditemukan dan mengandung struktur terkonservasi yang
distribusinya sangat terbatas (Beebe dan penting dalam proses pematangan
Saul, 1995; Benet et al., 2004). ribosom. Sekuens rDNA merupakan
Sejauh ini secara morfologi sumber informasi yang penting karena
anggota Anopheles punctulatus group di daerah fungsional yang menghasilkan
Papua yang dikenal adalah An. farauti, An. ribosom sangat terkonservasi, tetapi
koliensis dan An. punctulatus. Namun transcribed dan nontranscribed spacer
identifikasi berdasarkan morfologi tidak mempunyai variasi interspesifik tinggi dan
mudah dilakukan karena terdapat variasi intraspesifik yang rendah sehingga
kesamaan morfologi antar anggota spesies dapat digunakan untuk menjelaskan
group tersebut sehingga sering terjadi hubungan spesies yang baru terpisah dan
kesalahan dalam mengidentifikasi spesies. juga berguna sebagai dasar PCR dalam
Hal ini ditunjukkan oleh Benet et al., identifikasi spesies yang secara morfologi
(2004) dalam melakukan identifikasi sama. ITS2 telah banyak digunakan
anggota An. punctulatus group di PNG dalam menyusun filogenetik spesies yang
dengan menggunakan PCR-RFLP dari berhubungan dekat maupun spesies
ITS2 rDNA, hanya An. punctulatus yang sibling, maupun untuk pengembangan
diidentifikasi secara morfologi sama diagnosis spesies berdasarkan PCR atau
dengan hasil yang diperoleh dengan menghasilkan species-specific restriction
menggunakan PCR-RFLP, sedangkan fragment length polymorhism (RFLP)
untuk morfotipe An. farauti dan An. untuk identifikasi spesies, khususnya
koliensis diperoleh beberapa spesies. Lima untuk spesies yang mempunyai morfologi
spesies untuk morfotipe An. farauti yaitu : yang sama atau spesies yang identik
An. farauti s.s, An. farauti 4, An. farauti 2, (Oshagi et al., 2005; Li dan Wilkerson,
An. koliensis dan An. punctulatus dan tiga 2006; Dabert, 2006).
spesies untuk morfotipe An. koliensis yaitu Beberapa anggota dari Anopheles
: An. farauti 4, An. koliensis dan An. punctulatus group sangat mirip secara
punctulatus. morfologi sehingga sulit untuk dibedakan
Pada nyamuk setiap unit dengan kajian morfologi. Analisis PCR-
transkripsional dari rDNA terdiri dari satu RFLP (polymerase chain reaction-
external transcribed spacer (ETS), satu restriction fragment length polymorphism)
sub unit 18S, satu internal transcribeb dari DNA ribosom (rDNA) internal
spacer 1 (ITS1), satu sub unit 5.8S, satu transcribed spacer 2 (ITS2) pada saat ini
internal transcribed spacer 2 (ITS2) dan dapat digunakan untuk membedakan
satu sub unit 28S. Unit-unit rDNA dalam anggota Anopheles punctulatus group

JURNAL VEKTORA III NO. 1 46


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

(Beebe et al., 2000). Metode ini perlu group seperti : ekologi, genetika, resistensi
dikembangkan agar dapat digunakan untuk terhadap insektisida, kesukaan terhadap
identifikasi spesies sibling anggota An. inang dan kerentanan terhadap
punctulatus group dari Papua juga metode Plasmodium serta distribusi geografis.
yang dikembangkan lebih murah dan cepat Tujuan penelitian ini adalah untuk
digunakan. Identifikasi spesies secara mengembangkan identifikasi molekular
akurat memberikan landasan penelitian spesies sibling anggota Anopheles
lebih lanjut untuk mengetahui berbagai punctulatus group dengan menggunakan
karakter biologi dari masing-masing PCR-RFLP berdasarkan ITS2 rDNA.
spesies sibling anggota An. punctulatus

BAHAN DAN METODE dimasukkan ke dalam larutan TE dan


Sampel Penelitian dipanaskan pada air mendidih selama 10
Sampel nyamuk yang termasuk menit kemudian disentrifugasi dengan
Anopheles punctulatus group diperoleh kecepatan 9.500 rpm selama 10 menit.
dengan penangkapan umpan manusia dari Supernatan dipindahkan ke tabung
Kampung Arso II Kabupaten Keerom dan ependorf baru.
Kampung Koya Timur Kotamadya Karakterisasi DNA
Jayapura dengan kode sampel PG1 hingga Karakterisasi DNA secara
PG9. Selain itu juga digunakan nyamuk kuantitatif dilakukan dengan menetapkan
An. farauti dari koloni laboratorium yang konsentrasi total DNA secara
diperoleh dari BATAN Jakarta. spektrofotometri dengan menggunakan
Isolasi DNA nyamuk spektrofotometer sinar ultraviolet
Metode Isolasi DNA nyamuk yang Ultraspec 2000 Pharmacia Biotech. DNA
digunakan adalah dengan menggunakan diencerkan 100 kali kemudian diukur
metode Collins et al., (1987) dan metode absorbansinya pada panjang gelombang
Li et al., (2005). Metode Collins et al., 260 nm dan 280 nm. Tingkat kemurnian
(1987) adalah sebagai berikut : satu DNA dapat diketahui dari rasio A260/280..
individu nyamuk digerus dalam 40 ml TE Menurut Sambrook et al., (1989) tingkat
(10mM Tris HCl, 1mM EDTA, pH 8), kemurnian DNA antara 1,8 – 2.
kemudian ditambahkan 5 ul proteinase K Amplifikasi ITS2 rDNA untuk identifikasi
(20mg/mL) dan diinkubasi selama spesies
semalam pada suhu 50oC. Aktivitas DNA yang digunakan adalah hasil
proteinase dihentikan pada suhu 95oC isolasi DNA nyamuk yang telah dilakukan
selama 15 menit dan disentrifugasi selama sebelumnya. Reaksi PCR dengan volume
30 detik, selanjutnya disimpan pada suhu akhir 25 ul yang mengandung 50 mM
– 20oC. Sedangkan metode Li et al (2005) KCl, 10 mM Tris-HCl pH 8,3 , 1 mM
adalah sebagai berikut : satu ekor nyamuk MgCl2, 0,2 mM dNTP, 2 unit Tag

JURNAL VEKTORA III NO. 1 47


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

Polymerase (Fermentas) , 6 % pada suhu 37˚ C selama 60 menit. Hasil


dimethylsulfoxide dan 0,6 uM masing- pemotongan dielektroforesis pada gel
masing primer: ITS2A, 5’- agarosa 2,5 % yang mengandung 0,5
TGTGAACTGCAGG-ACACAT-3’ dan ug/ml etidium bromida dan diamati
ITS2B, 5’- dengan ultraviolet transilluminator
TATAGCTTAAATTCAGGGGGT-3’. selanjutnya difoto dengan menggunakan
Siklus denaturasi awal pada suhu 94˚ C kamera digital. Pada penelitian ini
selama 5 menit, kemudian 35 siklus untuk digunakan enzim Msp I dari Fermentas
94˚ C selama satu menit, 53˚C selama 1 untuk memotong hasil amplifikasi ITS2
menit, dan 72˚ C selama 2 menit dan nyamuk dari Koya Timur dan Arso II dan
siklus akhir 72˚ C selama 7 menit. Hasil Msp I dari Sigma untuk memotong hasil
PCR ITS2 dielektroforesis pada gel amplifikasi ITS2 nyamuk dari koloni
agarosa 1,5 % yang mengandung 0,5 laboratorium di BATAN.
ug/ml etidium bromida dan diamati Analisis Data
dengan menggunakan ultraviolet UV Untuk melihat perbedaan antara
transilluminator dan difoto dengan spesies yang satu dengan yang lainnya
menggunakan kamera digital. dengan cara melihat pola fragmen yang
Pemotongan hasil PCR dan visualisasi dihasilkan pada foto hasil penelitian
Hasil PCR dipotong dengan 5 unit dibandingkan standar dari penelitian
enzim Msp I (5’-CCGG-3’) dengan Beebe dan Saul (1995).
volume akhir 20 ul. Kemudian diinkubasi

HASIL ITS2 rDNA meskipun nilai kemurnian


1. Isolasi DNA DNA berkisar antara 1,4 – 1,5.
Hasil isolasi DNA dengan Penggunaan badan secara utuh dari
menggunakan metode Collins et al., nyamuk sebagai sumber DNA dengan
(1987) dan Li et al., (2005) dapat pertimbangan bahwa penelitian ini
dilihat pada Tabel 1. Pemilihan kedua hanya untuk mendapatkan marker
metode tersebut didasarkan pada DNA untuk identifikasi spesies
efisiensi pekerjaan dan biaya. Hasil sehingga tidak harus melakukan isolasi
isolasi DNA dari kedua metode DNA dari kaki nyamuk. Namun jika
tersebut di atas menunjukkan bahwa akan dilakukan analisis lainnya seperti
nilai kemurnian DNA masih di bawah identifikasi sporozoit pada nyamuk,
yang disyaratkan oleh Sambrok et al., analisis parity maupun kesukaan
(1989) yaitu antara 1,8 – 2. Namun nyamuk terhadap inang tertentu maka
hasil isolasi DNA dengan sebaiknya untuk identifkasi spesies
menggunakan metode Li et al., (2005) sumber DNA diambil dari kaki
dapat digunakan untuk analisis PCR nyamuk.

JURNAL VEKTORA III NO. 1 48


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

Tabel 1. Hasil isolasi DNA nyamuk dari Koya Timur dan Arso II dengan menggunakan
metoda Collins et al., (1987) dan metode Li et al., (2005)

Kode Konsentrasi
A260 A280 R260/280 Sumber DNA Metode
Sampel (ng/ul)
PG1 0,210 0,154 1,4 525 Badan utuh Li et al., (2005)
PG2 0,201 0,138 1,5 502,5 Badan utuh Collins et al., (1987)
PG3 0,177 0,114 1,6 442,5 Badan utuh Li et al., (2005)
PG4 0,230 0,154 1,5 575 Badan utuh Li et al., (2005)
PG5 0,153 0,119 1,3 382,5 Badan utuh Collins et al., (1987)
PG6 0,191 0,168 1,2 477,5 Badan utuh Collins et al., (1987)
PG7 0,238 0,198 1,2 595 Badan utuh Collins et al., (1987)
PG8 0,235 0,203 1,2 587,5 Badan utuh Collins et al., (1987)
PG9 0,153 0,125 1,2 382,5 Badan utuh Collins et al., (1987)

2. Amplifikasi PCR ITS2 rDNA punctulatus group hanya sampel PG1,


Setelah dilakukan PCR dengan PG2 dan PG4 yang dapat
35 siklus, setiap hasil amplifikasi PCR teramplifikasi dengan ukuran 750
divisualisasi dengan menggunakan gel basepair dengan baik sedangkan
agarosa 1,5 %. Dari sembilan sampel sampel lainnya tidak dapat
DNA nyamuk yang diduga Anopheles diamplifikasi (Gambar 1).

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1000

500

100

Gambar 1. Hasil amplifikasi ITS2 rDNA nyamuk yang tergolong An. punctulatus group.
(M) Ladder 100 bp. (lane 1 s/d 9) sampel PG1 hingga PG9.

JURNAL VEKTORA III NO. 1 48


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

Berdasarkan hasil PCR dari ditambahkan DMSO yang berfungsi


ITS2 rDNA yang telah dilakukan untuk menstabilkan struktur sekunder
hanya sampel yang diisolasi dengan ITS2.
menggunakan metode isolasi DNA dari
Li et al., (2005) dapat teramplifikasi 3. Pemotongan hasil amplifikasi ITS2
dengan ukuran 750 basepair. dengan enzim restriksi Msp I
Sedangkan sampel lainnya yang Pemotongan hasil amplifikasi
diisolasi dengan menggunakan metode ITS2 nyamuk dari Koya Timur dan
isolasi DNA dari Collins et al., (1987) Arso II dengan menggunakan enzim
tidak dapat teramplifikasi. restriksi Msp I dari Fermentas tidak
Dalam upaya untuk dapat diperoleh hasil pemotongan walaupun
mengamplifikasi ITS2 rDNA dengan sudah dicoba dengan berbagai
ukuran 750 basepair telah dilakukan kombinasi komposisi reaksi.
optimasi PCR terutama pada suhu Selanjutnya pemotongan hasil
annealing dan volume DNA templete amplifikasi ITS2 nyamuk dari koloni
yang digunakan. Range suhu annealing laboratorium dengan menggunakan
yang digunakan mulai dari 51 C - enzim restriksi Msp I dari Sigma dapat
53 C sedangkan volume DNA yang diperoleh hasil pemotongan berupa
digunakan dari 1 ul – 5 ul. Mengingat pola fragmen tertentu (Gambar 2).
metode isolasi DNA Li et al., (2005) M 1 2 3

merupakan metode yang sederhana


sehingga dalam PCR tidak perlu
diencerkan, sehingga volume DNA
1000
templete sangat menentukan dalam bp
500
memperoleh hasil amplifikasi.
Peningkatan volume DNA templete
menjadi 1,5 ul dengan suhu annealing
53 C dihasilkan band spesifik untuk 100

sampel PG1 dan PG4 tetapi sampel


lainnya masih belum diperoleh band
Gambar 2. Hasil amplifikasi ITS2 An.
namun dengan dinaikkannya volume farauti. M: 100 bp marker;
DNA templete menjadi 3 – 5 ul Lane 1-2 : ITS2 dipotong
dengan enzim restriksi Msp I;
dihasilkan band spesifik pada sampel Lane 3 : Hasil amplifikasi ITS2.
PG1, PG2 dan PG4. Dalam reaksi PCR

JURNAL VEKTORA III NO. 1 49


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

PEMBAHASAN dibandingkan dengan nyamuk lainnya :


Dari hasil penelitian yang An. maculipennis komplek berukuran 440
dilakukan telah berhasil dikembangkan bp, An. gambiae komplek sebesar 426 bp,
identifikasi spesies sibling anggota An. An. nuneztovari spesies sibling di Amerika
punctulatus group dengan menggunakan Utara antara 363 hingga 369 bp, An. dirus
PCR RFLP berdasarkan ITS2 rDNA. Pola spesies A dan spesies D dari Cina dengan
fragmen yang dihasilkan dari pemotongan ukuran 549 hingga 656 bp (Beebe dan
hasil amplifikasi ITS2 spesifik untuk Saul, 1995), An. fluviatilis komplek di Iran
spesies sibling tertentu. Hasil identifikasi dengan ukuran 450 bp (Nadaaf et al.,
morfospesies An. farauti dengan 2003) dan An. minimus komplek dengan
menggunakan PCR RFLP pada penelitian ukuran antara 512 hingga 552 bp (Van
ini menunjukkan bahwa spesies tersebut Bortel et al., 2000). Hal ini menunjukkan
merupakan An. farauti s.s yang bahwa spacer sequence ITS2 sangat
sebelumnya dikenal sebagai An. farauti 1. bervariasi dalam ukuran maupun panjang
ITS2 dari An. punctulatus group sekuens, meskipun di antara spesies yang
mempunyai laju evolusi lebih cepat dari sangat berhubungan sangat dekat,
bagian lain rDNA yang mengkode gen. sehingga ITS2 dapat digunakan dalam
ITS2 merupakan sekuen yang identifikasi spesies (Nadaaf et al., 2003).
terkonservasi sehingga dapat membentuk Beberapa hal pokok yang
stem loops yang stabil. Dikarenakan menyebabkan ITS2 dari spesies Anopheles
merupakan struktur sekunder yang kuat, sering digunakan untuk identifikasi spesies
dalam reaksi PCR dibutuhkan DMSO : (1) ukuran ITS2 relatif pendek yaitu
untuk mengurangi stabilitas dari struktur kurang dari 1 kilobasepairs (kbp),
sekunder DNA tersebut. Dari hasil sehingga untuk mengamplifikasi ITS2
penelitian yang kami lakukan (belum dengan primer yang dibuat dari daerah
dipublikasikan) untuk melihat pengaruh yang terkonservasi di flanking coding
konsentrasi DMSO terhadap hasil region relatif mudah dilakukan. (2) level
amplifikasi ITS2 dari An. farauti diperoleh variasi intraspesies ITS2 lebih rendah dari
fakta bahwa ITS2 dapat teramplifikasi variasi interspesifik (Collins dan
dengan baik pada konsentrasi DMSO 6 % Paskewits, 1996) dan (3) ITS2 mempunyai
dan 7 %, sedangkan untuk konsentrasi di laju evolusi lebih cepat dibandingkan
bawah 6% dan di atas 7 % ITS2 tidak dengan coding region (Beebe & Saul,
dapat teramplifikasi. Pada penelitian ini 1995). Karakter tersebut telah
konsentrasi DMSO yang digunakan adalah dieksploitasi oleh beberapa peneliti untuk
6 %. mengembangkan diagnosis spesies
Berdasarkan literatur ukuran berbasis PCR.
panjang sekuens ITS2 rDNA pada An. Metode PCR RFLP yang
punctulatus group lebih besar dikembangkan dalam penelitian ini

JURNAL VEKTORA III NO. 1 50


I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

diharapkan lebih murah dikarenakan untuk mudah dan hanya memerlukan waktu
isolasi DNA dengan metode Li et al., sekitar 30 menit. Pertimbangan ini penting
(2005) hanya digunakan buffer ekstraksi mengingat dalam melakukan identifikasi
TE (10 mM Tris HCL, 1 mM EDTA) dan spesies pada umumnya mengunakan
tidak diperlukan bahan-bahan kimia sampel nyamuk dalam jumlah besar.
lainnya. Demikian juga bahan kimia PCR
dari Fermentas lebih murah jika Ucapan Terimakasih
dibandingkan dengan produk lain seperti Ucapan terimakasih ditujukan kepada
Promega dan Invitrogen. Metode ini dapat DIKTI melalui dana hibah penelitian
digunakan secara cepat dikarenakan dalam mahasiswa program doktor sehingga
proses isolasi DNA dapat dilakukan relatif penelitian ini dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA ribosomal gene probe differentiates


Ahmadi U. F. 2005. Manajemen Penyakit member species of the Anopheles
Berbasis Wilayah. Penerbit Buku gambiae complex. Am. J. Trop.
Kompas Jakarta. Med. Parasitol. 81:151-161.
Beebe N. W and A. Saul. 1995. Collins, F.H., and S.M. Paskewits. 1996.
Discrimination of all members of A review of the use ribosomal
the Anopheles punctulatus DNA (rDNA) to differentiate
complex by polymerase chain among cryptic Anopheles species.
reaction-restriction fragment length Insect molecular biology. 5(1): 1-
polymorphism analysis. Am J Trop 9.
Med Hyg 53:478-481. Dabert M. 2006. DNA Marker in the
Beebe N.W., D. Cooper , D.A. Morrison phylogenetics of Acari. Biological
and J.T Ellis. 2000. A phylogenetic Lett. 43(2):97-107.
study of Anopheles punctulatus Li C, J.S. Lee, J.L. Groebner, H.C. Kim,
group of malaria vectors T.A. Klein, M.L, O’Guinn and
comparing rDNA squence R.C. Wilkerson. 2005. A newly
alignments derivat from recognized in Anopheles hyrcanus
mitocondrial and nuclear small group and molecular identification
ribosomal subunits. Mol of the related spesies from the
Phylogenet Evol. 17:430-436. Republic South Korea (Diptera:
Benet A., A. Mai, F. Bockarie, M. Lagog, Cullicidae). Zootaxa. 939:1-8.
P. Zimmerman, M.P. Alpers, J.C. Li C. and R.C. Wilkerson. 2006.
Reeder, and M.J. Bockarie. 2004. Intragenomic rDNA ITS2
Polymerase Chain Reaction Variation in the Neotropical
Diagnosis and the Changing Anopheles (Nyssorhynchus)
Pattern of Vector Ecology and albitarsis Complex (Diptera:
Malaria Transmission Dynamic in Culicidae). Journal of Heredity,
Papua New Guinea, Am. J. Trop. doi:10.1093/jhered/esl037.
Med. Hyg. 71(3) : 277-284. Naddaf S.R. M.A. Oshaghi, H.
Collins, F.H., M.A., Mendez, M.O. Vatandoost, and M. Assmar. 2003.
Rasmussen, P.C. Mehhaffey, N.J. Molecular characterization of
Bensansky and Finnerty. 1987. A. Anopheles fluviatis species
JURNAL VEKTORA III NO. 1 51
I. J Suyono et. Al Pengembangan PCR

complex in the Islamic Republic of Cloning: A laboratory Manual. 2nd.


Iran. Eastern Mediterranean Cold Spring Harbon Laboratory
Health Journal. 9(3):257-265. Press New York.
Oshaghi M.A., Shemshad K., Yaghobi- Van Bortel W., H.D.Trung, P.Roelants,
Ershadi M.R., Vatandosst H., R.E.Harbach, T.Backeljau, and
Abaie M.R. and Amani H., 2005, Cososemans M., 2000. Molecular
Ribosomal DNA-ITS2 Genotypes identification of Anopheles
of the Malaria vector Anopheles minimus s.l. beyond distinguishing
superpictus (Diptera : Culicidae) the members of the species
from Iran, Acta Medica Iranica. complex, Insect Molecular
45(4) :257-263. Biology, 9(3):335-340.
Sambrook, J., E.F. Fritssch and T.E.
Maniatis. 1989. Molecular

JURNAL VEKTORA III NO. 1 52

View publication stats

You might also like