You are on page 1of 5

1.

ANATOMI JALAN LAHIR


2. FISIOLOGI PERSALINAN
3. PENYULIT ASUHAN PERSALINAN NORMAL 1,2,3,4
Kenali penyulit persalinan selama kala 1 dan kala 2, diantaranya :
1. Persalinan lama
Masalah : Fase laten lebih dari 8 jam

Persalinan telah berlangsung selama 12 jam/lebih tanpa kelahiran bayi. Dilatasi serviks di
kanan garis waspada pada partograf.

Disebabkan beberapa faktor:


1. kecemasan dan ketakutan
2. pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik yang terlalu cepat pada persalinan
dan pemberian anastesi sebelum fase aktif.
3. abnormalitas pada tenaga ekspulsi
4. abnormalitas pada panggul
5. kelainan pada letak dan bentuk janin
Penanganan Umum :

a) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin (termasuk tanda vital dan tingkat
hidrasinya). Dan perbaiki keadaan umum
Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan persalinan normal).

b) Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral maupun parenteral
dan upayakan buang air kecil (kateter bila perlu).

c) tramadol atauBerikan analgesic petidin 25 mg IM (maximum 1 mg/kg BB atau morfin


10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri.
d) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam persalinan.
e) Nilai frekuensi dan lamanya His .

Penanganan Khusus

1. Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)


Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan adanya infeksi, obati secara
adekuat, jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.
2. Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)
o Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his berhenti. Pasien disebut
belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin bertambah lebih
dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten
o Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan lekukan penilaian ulang
terhadap serviks
o Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin,
mungkin pasien belum inpartu.
o Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks lakukan amniotomi dan induksi
persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
o Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
o Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan
SC.
o Jika didapatkan tanda-tanda infeki (demam, cairan, berbau):
Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin

Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan:

Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam

Ditambah Gentaisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam

Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan

Jika dilakukan SC, lanjutkan pemberian antibiotika ditambah Metronidazol 500 mg IV setiap
8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam

3. Fase Aktif Memanjang


Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.

 Nilai His
· Jika his tidak adekuat (<3>
 Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya > 40 detik) pertimbangkan disproporsi,
obstruksi, malposisi/mal presentasi
 Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan
4. Partus Presipitatus
Partus presipitatus adalah kejadian dimana ekspulsi janin berlangsung kurang dari 3 jam
setelah awal persalinan.
Partus presipitatus sering berkaitan dengan Solusio plasenta (20%) Aspirasi mekonium,
Perdarahan post partu,Pengguna cocain, Apgar score rendah. Komplikasi maternal Jarang
terjadi bila dilatasi servik dapat berlangsung secara normal. Bila servik panjang dan jalan lahir
kaku, akan terjadi robekan servik dan jalan lahir yang luas, Emboli air ketuban (jarang), Atonia
uteri dengan akibat HPP. terjadi karena Kontraksi uterus yang terlalu kuat akan menyebabkan
asfiksia intrauterine, Trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir.
Penatalaksanaan
Kejadian ini biasanya berulang, sehingga perlu informasi dan pengawasan yang baik
pada kehamilan yang sedang berlangsung. Hentikan pemberian oksitosin drip bila sedang
diberikan.
2. DISTOSIA
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga,
kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir
a. Distosia karena kelainan tenaga/his
 His Hipotonic/ Inersia Uteri
 His Hipertonic
 His yang tidak terkordinasi
b. Distosia karena kelainanletak dan bentuk janin

c. Distosia karena jalan lahir

Penyulit Kala III Persalinan


Atonia Uteri
Uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan
Penyebab
a. Partus lama
b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada kehamilan kembar, hidramnion atau janin besar
c. Multiparitas
d. Anastesi yang dalam
e. Anastesi lumbal
Retensio Plasenta
Plasenta atau bagian-bagianya dapat tetap berada di dalam uterus setelah bayi lahir.
Penyebab
a. Plasenta belum lepas dari didnding uterus
b. Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena
salah penanganan kala III)
c. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
d. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai miometrium-sampai
dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta)
Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban menimbulkan syok yang sangat mendadak dan biasanya berakhir dengan kematian. Dengan
mendadak penderita menjadi gelisah, sesak nafas, kejang-kejang dan meninggal kemudian. Emboli air ketuban
terjadi pada his yang kuat dengan ketuban yang biasanya sudah pecah. Karena his kuat, air ketuban dengan
mekonium, rambut lanuago dan vernik kaseosa masuk kedalam sinus-sinus dalam dinding uterus dan dibawa ke
paru-paru. Pada syok karena emboli air ketuban sering ditemukan gangguan dalam pembekuan darah

2.Penyulit Kala IV Persalinan

Perdarahan Masa Nifas


Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan jumlah lebih
dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24
jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas.
Penyebab tersering adalah atoni uteri, yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya
segera setelah bayi lahir. Normalnya, setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan
berkontraksi sehingga pembuluh darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti. Namun,
terjadi atoni uteri, rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik, sehingga pembuluh darah tetap
terbuka. Dengan demikian terjadilah perdarahan postpartum.
Infeksi Pasca Persalinan (Postpartum)
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan. Keadaan ini ditandai oleh
peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan, selang waktu enam jam
dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak
ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi
post partum.
Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi pada rahim,
daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah persalinan
Ruptur Uteri
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh. Terdapat keadaan
yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada
kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal.
Trauma Perineum
Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus. Trauma perineum
adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala
atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.
Berdasapkan tingkat keparahannya, trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat.
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina.
Perdarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat dua, luka sudah mencapai otot. Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas, bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus, sehingga pendarahannya pun lebih banyak.
a. PERDARAHAN POST PARTUM

You might also like