You are on page 1of 14

ANALISIS IODIN DALAM URIN UNTUK DETEKSI GANGGUAN TIROID

Anggita Putri Unggaran, Naomy Octavinna, Iis Nuraeni, Marini Utami, , Lestia
Anggraeni

Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang

Abstrak

Iodin merupakan trace elemen (elemen substansial) yang harus tersedia dalam tubuh untuk
pembentukan hormon tiroksin. Namun, besarnya asupan iodin yang tidak normal (kelebihan
atau kekurangan) dapat menimbulkan masalah kesehatan, khususnya pada kelenjar tiroid
(hipotiroid ata hipertiroid). Jumlah iodium yang disekresikan melalui urin dapat
menggambarkan jumlah iodium yang dikonsumsi. Oleh karena itu, pemeriksaan kadar iodin
dalam urin dirasa perlu untuk dilakukan guna mendeteksi gangguan tiroid. Metode yang
digunakan dalam pemeriksaan kadar iodin urin dalam praktikum ini adalah APDM
(Ammonium Persulfate Digestion Method), di mana sampel di-digesti dengan ammonium
persulfat. Reaksi yang berlaku adalah reaksi Sandell-Kolthoff, di mana iodida yang
terkandung dalam urin berperan sebagai katalis saat As3+ mereduksi Ce4+ menjadi Ce3+. Hasil
reduksi Ce4+ menjadi Ce3+ menimbulkan perubahan warna yang terdeteksi oleh microplate
reader, yang kemudian diinterpretasikan sebagai kadar iodin. Pembacaan absorbansi Iodin
dilakukan pada panjang gelombang 405 nm. Kurva baku menghasilkan persamaan garis y =
1,1707x - 6,7677 dengan nilai r2 0,9762. Hasil perhitungan kadar iodin pada sampel urin 1-5
secara berurutan yaitu 5,475; 5,528; 5,416; 5,430 dan 5,401 ppm. Terdapat beberapa faktor
yang dapat memengaruhi hasil analisis, di antaranya jarak waktu pengambilan sampe urin
dengan waktu pengukuran, jarak waktu penambahan reagen, serta teknik dalam
menggunakan micropipet.

Kata kunci: iodin, urin, metode APDM, reaksi Sandell-Kolthoff


IODINE ANALYSIS IN URINE FOR DETECTION OF THYROID DISORDERS

Abstract

Iodine is a trace element (a substantial element) that must be available in the body for the
formation of thyroxine hormones. However, the amount of abnormal iodine intake (excess or
deficiency) can cause health problems, especially in the thyroid gland (hypothyroid ata
hyperthyroidism). The amount of iodine secreted through the urine may reflect the amount of
iodine consumed. Therefore, examination of urinary iodine levels is considered necessary to
detect thyroid disorders. The method used in examining urinary iodine levels in this
practicum is APDM (Ammonium Persulfate Digestion Method), in which the sample is
digested with ammonium persulfate. The reaction based on Sandell-Kolthoff reaction, which
the iodide contained in the urine acts as a catalyst when As3 + reduces Ce4 + to Ce3 +. The
reduction of Ce4 + to Ce3 + results in a color change detected by the microplate reader, which
is then interpreted as iodine content. Iodine absorbance readings were performed at a
wavelength of 405 nm. The raw curve yields the equation of the line y = 1,1707x - 6,7677
with the value of r2 0.9762. The results of calculation of iodine content in the urine samples
1-5 sequentially ie 5.475; 5,528; 5,416; 5,430 and 5,401 ppm. There are several factors that
can affect the results of the analysis, including distance time of urine sampel taking with
measurement, the time of addition of reagents, and techniques in using micropipet.

Keywords: iodine, urine, APDM method, Sandell-Kolthoff reaction


PENDAHULUAN menggunakan urin sewaktu sebab urin 24
jam atau urin pagi sulit didapatkan pada
Iodium merupakan zat gizi essensial studi lapangan. Pada pengukuran kadar
bagi tubuh karena merupakan komponen EIU, metode yang direkomendasikan
dari hormon thyroxin. Ada dua ikatan WHO dan dipakai ialah metode digesti
organik yang menunjukkan bioaktivitas asam dengan larutan (NH4)2S2O8 (ICCIDD
hormon ini, yaitu trijodotyronin (T3) dan et al, 2001).
tetrajodotyronin (T4) atau thyroxin. Metode digesti yang dimaksud,
Iodium dikonsentrasikan dalam kelenjar disebut sebagai metode ammonium
gondok untuk dipergunakan dalam persulfate digestion microplate (APDM).
produksi hormon thyroxin. Hormon ini Sampel urin direaksikan dengan amonium
ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, persulfate untuk menghilangkan gangguan
terkonjugasi dengan protein (globulin) dari komponen senyawa lain dalam urin,
yang disebut thyroglobulin yang kemudian konsentrasi iodium dalam urin
merupakan bentuk iodium yang disimpan diukur dengan reaksi Sandell-Kalthoff (S-
dalam tubuh, apabila diperlukan, K) yang dikatalisis oleh iodium (Ohasi et
thyroglobulin dipecah dan akan melepas al, 2000).
hormon thyroxin yang dikeluarkan oleh Reaksi yang terjadi pada analisis
folikel kelenjar ke dalam aliran darah iodin dalam urin untuk deteksi gangguan
(Yuastika, 1995). tiroid yang menggunakan bahan arsenik
Pengukuran iodium yang terdapat trioksida dan tetraammonium cerium (IV)
dalam urin atau urinary iodine expression adalah sebagai berikut:
(UIE) banyak digunakan untuk mengetahui
bagaimana asupan iodium seseorang
karena lebih dari 90% iodium yang masuk (Sokolik et al, 2011).
kedalam tubuh akan dieksresikan lewat
Microplate reader merupakan
urin sehingga UIE ini dapat dikatakan
spektrofotometer khusus yang disusun
mewakili pengukuran status iodium
untuk membaca lempeng mikro
seseorang (ICCIDD et al, 2001; Kartono,
(microplate) yang mirip seperti
2009). Namun urinary iodine expression
spektrofotometri metode konvensional,
(UIE) tidak menunjukan kualitas fungsi
namun bisa menghasilkan kenaikan jumlah
tiroid seseorang (Grossl et al, 2000).
sample yang dianalisis (Heredia et al,
WHO/UNICEF/ICCIDD telah
2006). Sistem optik yang dimanfaatkan
sepakat bahwa pengambilan sampel urin
banyak produsen mengenakan serat optik aquades hingga 10 mL. Larutan ini dibuat
untuk suplai cahaya bagi microplate yang segar sebelum digunakan.
berisi sample. Suatu sistem deteksi cahaya
Pembuatan Larutan Asam Arsenat (0,05
dari sample, menguatkan sinyal dan
mol/L dalam 10 mL)
menentukan absorbasi sample. Lalu sistem
pembacaan mengubahnya menjadi hasil Arsen Trioksida ditimbang

data yang dapat diinterpretasi (WHO, sebanyak 0,1 gram dan dilarutkan dalam 2

2008). mL NaOH 0,875 mol/L. Selanjutnya


ditambahkan 0,32 mL Asam Sulfat secara
perlahan, lalu didinginkan. Setelah dingin,
METODE PENELITIAN sebanyak 0,25 gram NaCl ditambahkan
Alat dalam larutan dan diencerkan hingga 10
mL dengan aqudes, lalu disaring.
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini di antaranya labu Pembuatan Larutan Amonium Sulfat
erlenmeyer, labu ukur, microplate, (0,019 mol/L dalam 5 mL)
microplate reader, oven, pipet
Tetraamonium Serium (IV) Sulfat
multichannel, plastic wrap, tabung reaksi,
Dihidrat ditimbang sebanyak 0,06 gram
tip mikroplate.
dan dilarutkan dalam 1,75 mol/L asam
Bahan sulfat hingga volume akhir 5 mL.
Bahan-bahan yang digunakan Pembuatan Kalibrator Iodine
dalam penelitian ini di antaranya
Sebanyak 8,43 mg KI dilarutkan
Amonium Persulfat ((NH4)2S2O8),
dengan aquades dalam labu ukur 5 mL
Aquades (H2O), Arsen Trioksida (As2O3),
untuk membuat larutan stok 7,88 mmol/L.
Asam Sulfat (H2SO4), Kalium Iodida (KI),
Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Pembuatan Larutan Stok Iodium 1000 ppm
Klorida (NaCl), sampel urin, dan dalam 1 mL
Tetraammonium Serium (IV) Sulfat
Sebanyak 5 mg Iodium ditimbang
Dihidrat (Ce(NH4)4(SO4)4 · 2H2O).
dan dilarutkan dalam aquades hingga
volume akhir 5 mL dalam tabung
Pembuatan Larutan Amonium Persulfat
eppendorf.
(1,31 mol/L dalam 10 mL)
Pengumpulan Sampel
Ammonium Persulfat ditimbang
Urin segar dikumpulkan dan dilabel.
sebanyak 3 gram dan dilarutkan dalam
Pembuatan Larutan Stok Iodium 1000 ppm ditambahkan aquadest sebanyak 40 μL
dalam 5 mL sehingga volume akhir 200 μL.
Sebanyak 5 mg Iodium ditimbang
dan dilarutkan dengan aquadest ad hingga Pengenceran Larutan Baku 6 ppm menjadi
5 mL dalam tabung eppendorf. 4,5 ppm 200 μL
Larutan baku 6 ppm dipipet
Pengenceran Larutan Stok 1000 ppm ke sebanyak 150 μL dan dimasukkan ke
100 ppm 1 mL dalam microplate urutan C1, lalu
Larutan stok 1000 ppm dipipet 100 ditambahkan aquadest sebanyak 50 μL
μL dan dimasukkan ke dalam tabung sehingga volume akhir 200 μL.
eppendorf lainnya, lalu digenapkan dengan
aquadest hingga 1 mL. Pengenceran Larutan Baku 4,5 ppm
menjadi 3,6 ppm 200 μL
Pengenceran Larutan Stok 100 ppm ke 10 Larutan baku 4,5 ppm dipipet
ppm 1 mL sebanyak 160 μL dan dimasukkan ke
Larutan stok 100 ppm dipipet dalam microplate urutan D1, lalu
sebanyak 100 μL dan dimasukkan ke ditambahkan aquadest sebanyak 40 μL
dalam tabung eppendorf lainnya, lalu sehingga volume akhir 200 μL.
digenapkan dengan aquadest hingga 1 mL.
Pengenceran Larutan Baku 3,6 ppm ke 1,2
Pengenceran Larutan Stok 10 ppm ppm 300 μL
menjadi Larutan Baku 7,5 ppm 200 μL
Larutan baku 3,6 ppm dipipet
Larutan stok 10 ppm dipipet
sebanyak 100 μL dan dimasukkan ke
sebanyak 150 μL dan dimasukkan ke
dalam microplate urutan E1, lalu
dalam microplate urutan A1, lalu
ditambahkan aquadest sebanyak 200 μL
ditambahkan aquadest sebanyak 50 μL
sehingga volume akhir 300 μL.
sehingga volume akhir 200 μL.
Penentuan Iodin dalam Urin dengan
Pengenceran Larutan Baku 7,5 ppm Metode APDM
menjadi 6 ppm 200 μL Kalibrator KI dan sampel urin
Larutan baku 7,5 ppm dipipet dipipet masing-masing sebanyak 50 µL ke
sebanyak 160 μL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 100
dalam microplate urutan B1, lalu µL ammonium persulfat (konsentrasi akhir
0,87 mol/L), lalu ditutup menggunakan Penentuan Konsentrasi Iodin dalam
plastic wrap dan dimasukkan ke dalam Sampel
oven suhu 110oC selama 60 menit.
Selanjutnya, diambil 50 µL hasil digesti
dan dimasukkan ke dalam polystyrene 98-
well microliter plate, kemudian
ditambahkan larutan asam arsenat
sebanyak 100 µL. Setelah itu, ditambahkan
10 µL larutan serium ammonium sulfat
dengan segera (< 1 menit) menggunakan PEMBAHASAN
pipet multichannel. Selanjutnya, campuran
Praktikum kali ini adalah untuk
didiamkan selama 30 menit pada suhu
menentukan kadar iodin dalam urine
25oC lalu diukur absorbansinya pada
menggunakan metode APDM. Iodin atau
panjang gelombang 405 nm menggunakan
sering juga disebut sebagai iodium adalah
microplate reader.
salah satu unsur yang cukup penting bagi
homeostasis tubuh manusia. Iodin
berperan penting dalam pembentukan
HASIL
Kurva Baku hormone tiroid yang selanjutnya bekerja
pada metabolisme seluler dan reproduksi.

Iodin tidak dapat di produksi oleh


tubuh manusia, sehingga harus dipenuhi
melalui asupan makanan dan minuman
yang mengandung iodium seperti garam
Kurva Baku
dapur. Sekitar 90% iodium yang masuk ke
4
log (Absorbansi)

dalam tubuh akan diekskresikan melalui


y = 1.1707x - 6.7677
2
R² = 0.9762 urine. Kadar iodium dalam urine ini dapat
0
0 2 4 6 8 diukur melalui pemeriksaan EIU (Eksresi
-2
Konsentrasi Iodine Iodium Urine). Urine yang digunakan
dalam pemeriksaan ini merupakan urine 24
jam atau urine pagi hari. Penggunaan EIU
didasarkan pada asumsi bahwa dalam
keadaan normal, masukan iodium dalam
tubuh melalui makanan atau minuman
akan dimanfaatkan oleh tubuh kurang dari ini digunakan karena lebih sensitif serta
10 persen, selebihnya (>90 persen) dapat mengukur kadar iodium dibawah 10
dikeluarkan lagi oleh tubuh melalui urin. ppm. Metode yang didasarkan pada reaksi
Pemeriksaan EIU menggunakan prinsip Sandell-Kolthoff prinsipnya menggunakan
metode microplate yag didasarkan pada iodium sebagai katalis reduksi dari Ce+4
reaksi Sandell-Kolthoff ion Ceric menjasi Ce+3 oleh arsen (III) dalam
yang berwarna kuning akan berubah medium asam . Reaksi dipantau sebagai
menjadi ion Ceric yang berwarna kuning penurunan penyerapan cahaya pada 405
muda hingga tidak berwarna. nm akibat konversi Ce+4 (kuning) menjadi
Ce+3 (tak berwarna) (Dyrka,2011).
Kadar iodium dalam sampel
Dalam pengukuran kadar iodin
dianalisis menggunakan metode
dalam sampel urine, dipipet larutan
Ammonium Persulfate Digestion on
kalibrator iodin dengan variasi konsentrasi
Microplate (APDM). Iodium dalam
1000 ppm, 100 ppm, 10 ppm, 7,5 ppm, 6
makanan sebagian besar dalam bentuk ion
ppm, 4,5 ppm, 3,6 ppm. Larutan kalibrator
iodida (I-) atau IO3- dan sedikit iodium
iodin berfungsi sebagai standar, yang
yang terikat sebagai senyawa organik. Di
menghubungkan konsentrasi iodin dan
dalam usus semua bentuk senyawa iodium
absorbansi yang terukur pada
diubah menjadi iodida dan bentuk inilah
spektrofotometer. Dari larutan kalibrator
yang diserap oleh usus untuk selanjutnya
iodin dapat dibuat kurva kalibrasi yang
diangkut oleh darah ke kelenjar tiroid dan
persamaannya digunakan untuk
organ tubuh yang lain.
menghitung konsentrasi iodin berdasarkan
APDM merupakan suatu metode absorbansi yang terjadi.
destruksi basah dengan pereaksi amonium Semua preparasi baik sampel
persulfat sebagai reduktor. Digesti ini maupun baku dilakukan pada microplate
untuk mengubah iodat menjadi iodida wells. Keuntungan menggunakan
yang berfungsi sebagai katalis dalam microplate wells ialah tidak terlalu banyak
reaksi redoks Cu-As (Sandell-Kolthoff) menggunakan bahan hanya membutuhkan
(Noegrohati et al, 1981). kisaran 50 – 100 µL. Penambahan
amonium persulfat dimaksudkan untuk
KIO3 + (NH4)2S2O8 → I2 + (NH4)2SO4 + K2SO4 memperoleh iodium seluruhnya dalam
bentuk I- (iodium dalam urin berbentuk I-
Penetapan iodium dilakukan dengan
dan iodium yang terikat sebagai T3 dan
cara reaksi Cu-As (Sandell-Kolthoff). Cara
T4). Sebagai baku digunakan kalium iodat,
penggunaan amonium persulfat pada reduktor dengan mengalami oksidasi.
kalium iodat akan mereduksi bentuk iodat Sedangkan ceric berperan sebagai
(IO3-) menjadi bentuk iodin (I-) yang oksidator dengan mengalami reduksi.
sesuai dengan bentuk iodium dalam urin Reaksi Sandell-Kolthoff merupakan
(bentuk I- ). Selain sebagai baku kalium reaksi kinetik, idealnya interval antara
iodat juga berfungsi untuk melihat apakah penambahan ceric amonium sulfat dan
dengan penambahan amonium persulfat pembacaan absorbansi harus sama bagi
dapat diperoleh iodium dalam bentuk (I-). setiap lubang. Maka dari itu penambahan
Amonium persulfat harus digunakan ceric amonium sulfat harus dilakukan
dalam keadaan segar. Amonium persulfat dengan cepat, maksimal waktu
memiliki sifat oksidator kuat sehingga penambahan ceric amonium sulfat yaitu 1
akan mudah terurai menjadi tidak stabil. menit. Kemudian diukur absorbansi pada
Amonium persulfat digunakan karena panjang gelombang 405 nm untuk melihat
tidak berbahaya, tidak berpotensi meledak, penurunan penyerapan cahaya kibat
ekonomis, sangat larut dalam air (yang konversi Ce+4 (kuning) menjadi Ce+3 (tak
membuatnya mudah untuk mempersiapkan berwarna).
lebih terkonsentrasi solusi). Reaksi yang berlangsung adalah
Digesti menggunakan metode reaksi orde pertama dan berhenti pada
APDM lebih baik daripada menggunakan waktu tetap. Nilai log adalah absorbansi
metode digesti dengan HCl. Metode yang mewakili konsentrasi produk dan
digesti dengan HCl dapat menekan efek kemudian di plotkan sebagai fungsi
katalitik iodium dalam Reaksi Sandell- konsentrasi iodin.
Kolthoff sehingga membutuhkan faktor Kadar normal iodin dalam urin
koreksi untuk perhitunga. adalah sebesar 100-200 µg/L. Apabila
Proses pemanasan pada suhu 120o C kadar iodin dalam urin melebihi normal,
selama 30 menit dilakukan guna seseorang dapat dikatakan menderita
memutuskan ikatan antara iodium dengan penyakit hipertiroid, sedangkan apabila
senyawa organik lain seperti protein. kadar iodin dalam urin kurang dari normal
Keadaan ini juga diperlukan untuk maka seseorang dapat dikatakan menderita
mencapai kondisi optimum reaksi oksidasi penyakit hipotiroid. Selain itu, intensitas
oleh amonium persulfat. warna larutan uji juga dapat digunakan
Setelah proses digesti, berlanjut ke sebagai parameter untuk menentukan
proses penambahan asam arsenik dan ceric konsentrasi iodin dalam urin. Semakin
amonium sulfat. Arsen berperan sebagai pudar warna kuning dari larutan,
menunjukkan konsentrasi iodin dalam urin pipeting terhadap larutan dalam volume
semakin tinggi dan melebihi kadar yang sangat kecil. Dampak dari adanya hal
normalnya, sehingga mengindikasikan tersebut menyebabkan simpangan deviasi
seseorang terkena penyakit hipertiroid. dari nilai absorbansi yang didapatkan
Sebaliknya apabila warna kuning dari sehingga perhitungan konsentrasi iodin
larutan semakin pekat, maka menunjukkan dalam urin menjadi kurang akurat.
konsentrasi iodin dalam urin semakin
rendah dan kurang dari kadar normalnya,
SIMPULAN
sehingga mengindikasikan seseorang
terkena penyakit hipotiroid. Kadar Iodin dalam urin dapat
Faktor yang mempengaruhi tinggi ditentukan dengan menggunakan metode
dan rendahnya kadar iodin dalam urin pada APDM (Ammonium Persulfat Digestion
seseorang diantaranya konsumsi makanan Method). Proses digesti dilakukan oleh
yang mengandung iodin perhari, anemia, pereaksi ammonium persulfat dan dibantu
asupan protein per hari, zat gaitrogenik, oleh pemanasan. Reaksi yang terjadi
status gizi dan status infeksi. berdasarkan reaksi Sandell-Kolthoff, di
Dari hasil yang didapatkan bahwa mana Iodida berperan sebagai katalis.
rata-rata kadar iodin dalam urin pada 5 Hasil konsentrasi iodin pada sampel 1-5
responden yaitu sebesar 5.449 ppm (µg/L), secara berurutan yaitu 5,475; 5,528; 5,416;
dan tidak ada satu responden pun yang 5,430 dan 5,401 ppm. Dapat disimpulkan
kadar iodin dalam urinnya berada pada bahwa seluruh sampel urin mengandung
rentang normal. Hasil tersebut sangat jauh iodin yang melebihi batas normal (normal
dari kadar normalnya yaitu sebesar 100- = 0,1 - 0,199 mg/L).
200 µg/L. Hasil tersebut belum dapat
dikatakan akurat karena dipengaruhi oleh
DAFTAR PUSTAKA
beberapa faktor, yaitu suhu yang
digunakan pada saat proses digesti apabila Aziz. 1999. Pengembangan Metode Elisa
terlalu tinggi atau rendah akan Langsung untuk Penentuan Residu
berpengaruh terhadap perubahan senyawa Kloramfenikol. Depok: FMIPA UI
kompleks dalam urin menjadi senyawa
Dyrka, A., et al. 2011. Assay Of Iodine In
yang lebih sederhana. Selain itu, pengaruh
Edible Salt Using Sandell-Kolthoff
cara pemipetan yang kurang baik juga
Catalytic Method. Journal of
dapat mempengaruhi, sebab butuh
ketelitian yang tinggi untuk melakukan
Laboratory of Diagnostocs. Vol. 47 Seminar Nasional Metoda Analisa
(4) : 425-429. Kimia. Bandung.
Ohasi T, Yamaki M, Pandav CS,
Grossl, P. R., Bohrer S. E., and
Karmakar MG, Irie M. 2000. Simple
Mackowiak C. L. 2000. The Fate of
Microplate Method for
Iodine in Calcareous Area. Tersedia
Determination of Urinary Iodine.
online di
Clin Chem, Vol. 46 : 529–536.
http://natres.psu.ac.th/Link/SoilCong
ress/bdd/symp6/1013-r.pdf [Diakses Pino, S., Fang, S.L., and Braaverman, L.E.

pada tanggal 3 Maret 2018]. 1996. Ammonium persulfate: a safe


alternative oxidizing reagent for
Heredia et al. 2006. Evaluation of a measuring urinary iodine. Clinical
Comprehensive Red Wine Phenolics Chemistry. Vol. 42 (2) : 239-243.
Assay Using a Microplate Reader.
Am. J. Enol. Vit., 57 (4) : 497-502 Sokolik, Charles W, Waker, Annie S,
Nishioka, Gary M. 2011. Simple and
ICCIDD, UNICEF and WHO. 2001. Sensitive Assay for Measuring Very
Assessment of Iodine Deficiency Small Volumes of Microprinted
Disorder and Monitoring their Solutions. Anal Chem Insight. Vol 6
Elimitatin: a Guide for Programe : 61-66.
Managers. Second Edition. Tersedia
Sokolik, Charles W, Walker, Annie S,
online di
Nishioka, Gary M. 2011. A Simple
http://www.who.int/nutrition/publica
and Sensitive Assay for Measuring
tions/en/idd_assessment_monitoring
Very Small Volumes of
_eliminination.pdf [Diakses pada
Microprinted Solutions. Anal Chem
tanggal 3 Maret 2018].
Insights. Vol. 6 : 61–66.
Kartono, D., Tilden R. L. 2009. Perkiraan
Besar Masalah Kretin dan Hambatan WHO. 2008. Maintenance Manual for

Mental di Indonesia. Media Gizi Laboratory Equipment 2nd. Geneva:

Mikro Indonesia. Volume 1 (1) : 1-7. WHO.

Noegrohati, Sri; Mustofa F, A; dan


Sukanto, L. 1981. Penetapan Kadar
Iodium dalam Makanan Berprotein.
LAMPIRAN

Pembuatan Reagen
1. Amonium Persulfat 1.31 mol/L dalam 10 mL
𝑔𝑟 1000
𝑀= 𝑥
𝑚𝑟 𝑣
𝑔𝑟 1000
1.31 = 𝑥
228 10
1.31 𝑥 228
𝑔𝑟 = 100

𝑔𝑟 = 2.98 𝑔𝑟 ~ 3 𝑔𝑟

2. Asam Arsenik 0.05 mol/L dalam 10 mL


Perbandingan antara acuan dengan yang akan dibuat
500 : 10
50 : 1

5 𝑔𝑟
- Arsen Trioksida (𝑔𝑟) = = 0.1 𝑔𝑟
50

- NaOH 0.875 mol/L


𝑔𝑟 1000
0.875 = 𝑥
40 10
0.875 𝑥 40
𝑔𝑟 = 100

𝑔𝑟 = 0.35 𝑔𝑟
100
 Yang dibutuhkan (𝑚𝑙) = = 2 𝑚𝑙
50
100
- H2SO4 pekat (𝑚𝑙) = = 2 𝑚𝑙
50
12.5
- NaCl (𝑔𝑟) = = 0.25𝑔𝑟
50

3. Seri Amonium Sulfat 0.019 mol/L dalam 5 ml


Perbandingan antara acuan dengan yang akan dibuat
500 : 10
50 : 1

6 𝑔𝑟
- Tetraamonium Seri (IV) Sulfat (𝑔𝑟) = = 0.06 𝑔𝑟
100

- H2SO4 1.75 mol/L


% .𝜌.10
𝑀= 𝑚𝑟
96% 1.84.10
𝑀= 98
96% .1.84 .10
𝑀= 98

𝑀 = 18.02 𝑚𝑜𝑙/𝐿

Pengenceran
𝑉1. 𝑀1 = 𝑉2. 𝑀2
5 . 1.75 = 𝑉2 . 18.02
8.75
𝑉2 = 18.02

𝑉2 = 0.48 𝑚𝑙 ~ 0.5 𝑚𝑙
 Yang dibutuhkan 0.5 ml H2SO4 pekat dalam 5 ml air

4. Iodine Kalibrator
168,6 mg KI dilarutkan dalam 100 ml air
100 𝑚𝑙 168,6 𝑚𝑔
=
5 𝑚𝑙 𝑥 𝑚𝑔

Mg = 8,43 mg
 Yang dibutuhkan 8,43 mg KI dalam 5 ml air

1000 ppm dalam 5 ml


1000 mg/L 100 ppm  10 ppm 1 ml
5 mg/5ml (timbang 5 mg larutkan 100 . x = 10 . 1
dalam 5 ml aquadest)
X = 10/100

= 0,1 ml (100 μL) (ambil 100 μL ad


1000 ppm  100 ppm 1 ml hingga 1 ml)
1000 . x = 100. 1

X = 100/1000 10 ppm  7,5 ppm dalam 200 μL


= 0.1 ml (100 μL) (ambil 100 μL 10 . x = 7,5 . 200 μL
ad hingga 1 ml)
X = 1500/10
= 150 μL (ambil 150 μL ad hingga 200
μL)
4,5 ppm  3,6 ppm dalam 200 μL
7,5 ppm  6 ppm dalam 200 μL
4,5 . x = 3,6 . 200
7,5 . x = 6 . 200
X = 720/4,5
X = 1200/7,5
= 160 μL (ambil 160 μL ad hingga 200
= 160 μL (ambil 160 μL ad hingga μL)
200 μL)

3,6 ppm  1,2 ppm dalam 300 μL


6 ppm  4,5 ppm dalam 200 μL
3,6 . x = 1,2 . 300
6 . x = 4,5 . 200
X = 360/3,6
X = 900/6
= 100 μL (ambil 100 μL ad hingga 300
= 150 μL (ambil 150 μL ad hingga μL)
200 μL)

Penentuan Konsentrasi Iodin dalam Sampel


- Sampel 1
y = 1,1707 x - 6,7677
-0,357 = 1,1707 x - 6,7677
6,4107 = 1,1707 x
X = 5,475 ppm

- Sampel 2
y = 1,1707 x - 6,7677
-0,296 = 1,1707 x - 6,7677
6,4717 = 1,1707 x
X = 5,528 ppm

- Sampel 3
y = 1,1707 x - 6,7677
-0,427 = 1,1707 x - 6,7677
6,3407 = 1,1707 x
X = 5,416 ppm

- Sampel 4
y = 1,1707 x - 6,7677
-0,410 = 1,1707 x - 6,7677
6,3577 = 1,1707 x
X = 5,430 ppm

- Sampel 5
y = 1,1707 x - 6,7677
-0,444 = 1,1707 x - 6,7677
6,3237 = 1,1707 x
X = 5,401 ppm

You might also like