You are on page 1of 32

Laporan Resume

Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Oma N Dengan Gout


Di Wisma Bougenvill Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia I Cipayung

Disusun oleh :

NURHAYATI

NPM : 175140068

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA, 2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Resume Gerontik pada Lansia dengan Gout di Panti Tresna
Werdha Budhi Mulia I Cipayung Jakarta Timur.

Laporan kasus ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki laporan resume ini.

Akhir kata kami berharap semoga laporan resume gerontik pada lansia dapat
bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, April 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….2

DAFTAR 3

ISI……………………………………………………………………………….

BAB I. PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

…………………………………………………………………… 5
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………..
C. Tujuan….…………………………………………………………………...

…….. 6

BAB II. TINJAUAN TEORI 6

A. Devinisi 8

Osteoartritis……………………………………………………………… 1
B. Etiologi Osteoartritis ……………………………………………………………..
C. Patofisiologi Osteoartritis ………………………………. 0

……………………….. 11
Pathways…………………………………………………………………………
D. Manifestasi Osteoartritis 11

…………………………………………………………..
E. Penatalaksanaan Osteoartritis
1
……………………………………………………...
3
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.
1
A. Data
3
Umum………………………………………………………………………
B. Analisis Data…………. 1

…………………………………………………………… 4
C. Diagnosis

Keperawatan……………………………………………………………

3
D. Diagnosis Prioritas

………………………………………………………………...
Implementasi Keperawatan

……………………………………………………….

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama
dibidang kedokteran, termasuk penemuan obat-abatan seperti antibiotika yang
mampu “melenyapkan” berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka
kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi
sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah
penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat
dan pesat (Nugroho,2012).
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun dan diperkirakan
pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti amerika
serikat pertambahan orang lanjut usia diperkirakan 1000 orang per hari pada
tahun1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun
sehingga istilah baby boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan penduduk
lanjut usia” (lansia) (Padila, 2013).
Sering kali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negative, dianggap
sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya.kenyataan mendorong
semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan
semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia
cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-
sakitan. Banyak pula lanjut usia yang justru berperan aktif, tidak saja dalam
keluarganya, tetpi juga dalam masyarakat sekitarnya (Nugroho, 2012).
Permasalahan pada lansia dalam pemeliharaan kesehatan: hanya 5% yang di
urus oleh institusi, 25% dari semua resep obat-obatan adalah untuk lanjut usia,
penyakit-penyakit mungkin ganda dan kronis hampir 40% melibatkan lebih dari
satu penyakit (komplikasi sering erjadi), akiba-akibat dari ketidakmampuan akan
lebih dari satu penyakit (komplikasi sering terjadi), akibat-akiba dari

5
ketidakmampuan akan lebih dari satu penyakit (komplikasi sering terjadi),
akbat-akibat dan ketidakmampuan akan lebih cepat terjadi apabila lanju usia
lebih rendah karena proses ketuaan sehingga seorang lanjut usia lebih mudah
terkena penyakit, lanjut usia kurang tahan terhadap tekanan mental lingkungan
dan fisik, pemeliharaan kesehatan yang buruk umumnya terjadi: kurang dari 1/3
tidak dilakukan check up kesehatan tahunan, banyak terlihat pemeliharaan
kesehatan sebagai pelayanan yang digunakan hanya selama krisis hidup, banyak
terlihat lebih dari satu orang dokter yang melihat secara terpisah. Ketakutan-
ketakutan yang dialami oleh lanjut usia meliputi: Ketergantungan fisik dan
ekonomi, sakit-sakitan yang kronis misalnya (Arthritis 44%, hipertensi 39%,
berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan penyakit jantung 27%), kesepian,
kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan (Padila,2013).
Perubahan yang wajar dalam usia lanjut dalam proses berfikir, mengingat
serta dalam proses menangkap maupun merespon sesuatu sudah mulai
mengalami penurunan secara berkala. Proses menua secara individu
mengakibatkan beberapa masalah baik masalah secara fisik, biologis, mental
maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat terkait dengan masalah
kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit tidak menular salah satu
diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis yang paling banyak
menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan Candra, 2013).
Menurut RISKESDA 2013 pravlensi penyakit sendi pada usia 55-64 tahun
45,05%, usia 67-74 tahun 51,9%, usia >75 tahun 54,8%. Penyakit sendi yang
sering dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit arthritis gout, osteoritis,
dan remothoid arthritis. Sedangkan dari hasil pengumpulan data penulis di desa
percut kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang pada bulan desember
2015 terdapat 1,90% penduduk yang menderita gout arthritis.
Banyak masalah yang akan terjadi pada lansia, baik dalam fisik maupun
dalam psikososialnya. Maka masalah yang akan terjadi pada lansia harus
dicegah melalui hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti latihan fisik
melatih pergerakan, modifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya cidera
pada lansia dan melatih kebiasaan pasien.

6
Hasil pendataan jumlah lansia yang telah dilakukan pada tanggal 1-3
desember 2015 di Jakarta Timur yaitu berjumlah 52 orang. Lansia awal 46-55
tahun sekitar 24 orang dengan persentase 46,15%, lansia akhir 56-65 tahun
sekitar 17 orang dengan persentase 32,69% sedangkan lansia manula sekitar 11
orang dengan persentase21,15%.
Berdasarkan data di atas dan untuk mengaplikasikan mata kuliah gerontik
penulis melakukan pengkajian didusun XI desa percut kecamatan percut sei tuan
kabupaten deli serdang. Dengan kewajiban mengambil 1 kasus, membawa kasus
kelolaan yang dibahas dari BAB 1- BAB 5 yang penulis angkat yaitu Asuhan
Keperawatan Gerontik Dengan Gout Arthritis Pada Ny.A dusun XI Desa Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk melakuakan asuhan keperawatan gerontik dengan gout
arthritis pada Oma N di desa percut.
Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Oma N
b) Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan dengan
gout arthritis pada Oma N
c) Mahasiswa mampu membuat rencana keperawatan gerontik
dengan gout arthritis pada Oma N
d) Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan
gerontik dengangout arthritis pada Oma N
e) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Oma N dengan gout
arthritis.

7
8
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Lansia
Definisi Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoatmojo,2011). Menurut WHO, 1998 dikatakan usia lanjut tergantung dari
konteks kebutuhan yang tidak bisa dipisah-pisahkan, konsep kebutuhan tersebut
dihubungkan seecara biologis sosial dan ekonomi. Lanjut usia atau usia tua
adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu periodedi mana
seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan,
atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999).
a). Batasan-batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda umumnya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan
usia menurut adalah sebagai berikut:
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah empat tahapan yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
Di indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas terdapat dalam
UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Menurut UU
tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
ke atas, baik pria maupun wanita (Padila,2013).

b). Masalah-masalah Pada Lanjut Usia


Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis.
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini

9
mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang
memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan
kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental.
Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang
hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan
seseorang (Stanley, 2017).

Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih
mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin
timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka
tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah –
masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan
mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan
psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan
kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi
sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan
komplikasi sekunder (Watson, 2013).

Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur


ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit
serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan
yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain
itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan
untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari
ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut
usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria
(Watson, 2013).

10
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak
terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan
atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat
menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 2010).

Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan


terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan
dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga
kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai
akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar
lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental.
Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai
konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang
mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif
sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi
ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia
secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan
dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada
lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini
berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang
telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000).

Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki.


Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas,
menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya
adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk
menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).

c). Teori-teori Proses Menua

11
Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori
psikologis. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis
imun, teori pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan.

1. Teori Biologis
Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk
membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang
hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan
diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia
dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi,
jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit, pembelahan sel
lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.

2. Teori sintesis

Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi


ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang
fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di
buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein
tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan
elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi
tebal, seiring dengan bertambahnya usia.

3. Teori sistem imun

Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun


mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan
terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker.
Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh
untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan
pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi
terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut
dan kronik.

12
4. Teori Pelepasan.

Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia


merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di
lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama –
sama melepaska diri atau menarik diri dari masyarakat.

5. Teori Aktivitas.

Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini


berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari
aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya
dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan
penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah berumur,
mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan
mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru
untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu
daru usia pertengahan kelanjut usia.

6. Teori Berkelanjutan.

Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya


usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan
kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan
kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003).

d). Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia


Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita
(constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus
menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya
pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi

13
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang
besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang
didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan
(Nugroho, 2012) yaitu;

1. Penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan


struktur kristal atau pada makromolekular,
2. Penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada
jaringan kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid,
3. Penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan
komponen sel normal atau akumulasi substansi
4. Penuaan pada organism
Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit.
Hal ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-
perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih
sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri, temperature, dan
penyakit berkemih.

2. Penyakit umum pada lanjut usia

Ada 4 penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua


(Watson,2003) yakni:

a) Gangguan sirkulasi darah misalnya hipertensi


b) Gangguan metabolisme hormonal misalnya diabetes
melitus,klimakterium,hipertiroid dan hipotiroid
c) Gangguan pada persendian misalnya osteoartritis,gout ataupun
penyakit kolagen lainnya
d) Berbagai macam neoplasma

Penyakit yang sering di jumpai pada lansia menurut NOPWC di


inggris:

1. Gangguan pendengaran
2. Bronkhitis kronis

14
3. Gangguan tungkai
4. Gangguan pada sendi
5. Dimensia
6. DM,osteomalasia,hipotiroidisme

3. Konsep Medis Gout Artritis


a). Pengertian Gout Arthritis
Menurut Moreau, David (2005) dalam Reny Yuli (2014) Gout adalah
penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang
nyeri pada sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak
dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout
tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain
termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku
dan kadang di jaringan lunak dantendon. Gout biasanya hanya
mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin
parah dan dapat mempengaruhi beberapa sendi.

b). Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam
urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat
abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan ekskresi
asam urat yang kurang dari ginjal.
Faktor resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah :

1. Suku bangsa /ras


Suku bangsa di Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada
penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-
Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alcohol
(Wibowo, 2005).
2. Konsumsi alkohol

15
Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol
meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat
sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol.
Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga
terjadi peningkatan kadarnya dalam serum (Carter, 2005).
3. Konsumsi ikan laut
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang
tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat
(carter, 2005).

c). Manifestasi Klinis

Arthritis gout muncul sebagai serangan radang sendi yang timbul


berulang-ulang. Gejala khas dari serangan arthritis gout menurut Sarif La
Ode (2012) adalah:
1) Nyeri sendi
2) Menyerang satu sendi saja
3) Kemerahan dan bengkak pada sendi, panas
4) Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pina telinga
5) Kesemutan dan linu
6) Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur
7) Gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak

d). Pathway Arthritis Gout

16
e). Tanda dan Gejala Arthritis Gout

1). Stadium Arthritis Gout Akut


a. Sangatakut, timbulsangatcepatdalamwaktusingkat.
b. Keluhanutama: nyeri, bengkak, terasahangat, merah dengan
gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah.
c. Faktorpencetus: trauma lokal, diet tinggipurin (kacang-
kacangan, rempelodll), kelelahanfisik, stres, diuretic.
d. Penurunanasamuratsecaramendadakdengan allopurinol
atauobaturikosurikdapatmenyebabkankekambuhan.
2) . Stadium Interkritikal
Stadium inimerupakankelanjutandari stadium
akutdimanaterjadiperiodeinterkritikalasimptomatik.
3) Stadium Arthritis Gout Menahun
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobat isendiri
sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada
dokter. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar
sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini
berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya.
Tofus pada kaki bila ukurannya besar dan banyak akan
mengakibatkan penderitatidakdapat menggunakans epatulagi.

17
4). Pencegahan Arhtritis Gout

Ada berbagai langkah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah


asam urat yaitu :
a) Mengatur pola hidup dengan baik dan teratur.
b) Menggurangi kebiasaan buruk yaitu bagi perokok aktif.
c) Menghindari konsumsi yang mengandung lemak jenuh.
d) Jangan mandi pada malam hari.
e) Berolahraga yang rutin minimal 2-3 kali dalam seminggu.

Pencegahan lain yaitu tidak memakan makanan yang terdapat ditabel


ini karena makanan yang ada di dalam tabel mengandung asam urat .
KADAR PURIN
NO NAMA MAKANAN PER 100 GRAM SARAN
BM
1. Hati, ginjal, jantung, limpa, 150 -18 mg purin tidak boleh
paru-paru, otak, sarden, disantap
kaldu daging,
2. Daging, ikan, kerang, 50 - 150 mg purin harus
kacang-kacangan, buncis, dibatasi
kembang kol, bayam,
asparagus, Melinjo /emping,
daun melinjo, dan jamur
3. Sayuran, buah-buahan, susu 0 - 15 mg purin Sangat
atau keju, telur, dan serealia disarankan

5). Pemeriksaan Penunjang

a) PemeriksaanLaboraturium
b) LED , CRP analisis cairan sendi asam urat darah dan urine
24 jam ureum, kreatinin.. Peningkatankadarasamurat serum
(hyperuricemia), Peningkatanasamuratpada urine 24 jam,
Cairansinovialsendimenunjukkanadanyakristalurat
monosodium, Peningkatankecepatanwaktupengendapan
c) Pemeriksaan X-Ray

18
d) Pada pemeriksaan x-ray, menampakkan perkembangan
jaringan lunak

6). Penatalaksanaan

a). Non farmakologi


1. Pembatasan makanan tinggi purin (± 100-150 mg
purin/hari.
2. Cukup kalori sesuai kebutuhan yang didasarkan
pada TB n BB.
3. Tinggi karbohidrat kompleks (nasi, roti, singkong,
ubi) disarankan tidak kurang dari 100 g/hari.
4. Rendah protein yang bersumber hewani.
5. Rendah lemak, baik dari nabati atau hewani.
6. Tinggi cairan. Usahakan dapat menghabiskan
minuman sebanyak 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari
dapat berupa air putih masak, teh, sirop atau kopi.
7. Tanpa alkohol, termasuk tape dan brem perlu
dihindari juga. Alkohol dapat meningkatkan asam laktat
plasma yang akan menghambat pengeluaran asam urat
b). Farmakologi
1. Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk
mengatasi nyeri dan inflamasi (colchicine, indometasin,
fenilbutazon, kortikostropin)
2. Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan,
yaitu :
Golongan urikosurik (probenesid, sulfinpirazon,
azapropazon, benzbromaron) dan Inhibitor xantin
(alopurinol ).

19
BAB III

LAPORAN RESUME

1. Data Umum
Klien Oma N berusia 70 tahun berjenis kelamin perempuan berstatus janda.
Terdapat perbedaan bentuk di jari tangan kanan dan kiri, kadang-kadang
terasa nyeri terutama di malam hari. Klien mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seperti makan, mandi, berpindah secara mandiri, namun untuk
aktivitas lain memakai baju membutuhkan bantuan orang lain.Klien sudah 5
tahun tinggal di panti. Klien mengatakan ada riwayat Asam urat sejak tinggal
di panti namun tidak tahu penyebab nya. Klien terlihat banyak bertanya.

2. Analisis Data

No Data Etiologi Problem


1 DS: Oma N mengatakan Proses penuaan
kedua tangan kadang kadang Nyeri Akut
terasa nyeri terutama di Faktor resiko (SDKI)
malam hari
Peradangan
DO:
 Terdapat perbedaan bentuk Pelepasan mediator nyeri
jari- jari tangan kanan kiri
 TTV : Merangsang nosiseptor
TD 100/70 MMhg ND
90x/mnt Sh 36,6 C RR Medulla spinalis
20x/mnt
Hasil lab As urat : 9,7 gr/dl
Nyeri akut
Hasil lab GDS ; 197 mg/dl

2. DS: Oma N mengatakan


Proses penuaan Intoleransi
terbatas dalam melakukan
Aktifitas (SDKI)
aktifitas
DO: Faktor resiko

 Oma N terlihat
membutuhkan bantuan Inflamasi pada persendian

20
ketika ingin memakai
baju
Keterbatasan aktifitas
 Jari jari oma N terlihat
kaku dan kontraktur .

3 DS: Oma Nmengatakan tidak


Proses penuaan Defisit
mengerti penyebab dari penyakit
Pengetahuan
nya
(SDKI)
DO: Keterbatasan kognitif
 Oma N terlihat banyak
bertanya. Kurang terpaparnya informasi

Ketidaktahuan menemukan
informasi

A. Diagnosa keperawatan:
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktivitas
3. Defisit pengetahuan

B. Diagnosa Prioritas
Nyeri akut

21
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No. Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri pada Tn.N Setelah diberikan intervensi - Kaji tipe/ lokasi nyeri. - Berguna dalam membedakan
keperawatan selama 3x24 Perhatikan intensitas pada skala ketidaknyamanan.
jam,diharapkan nyeri (1-10)
Memperlihatkan tingkat - Berguna dalam memantau
- Kaji TTV
nyeri, yang dibuktikan oleh tanda- tanda terjadinya
indicator nyeri hilang atau infeksi, dan hubungan antara
berkurang (skala nyeri 0) tingkat keparahan nyeri
dengan kriteria hasil: pasien.
- Ekspresi wajah rileks
- Oma Ntidak Gelisah atau
- Berikan informasi - Mengetahui apa yang
tenang
ketidaknyamanan yang diharapkan dapat mencegah
- Skala nyeri berkurang
- mampu mengontrol nyeri diantisipasi dan intervensi ansietas.
nya penghilangan.
- mempertahankan selera
makan yang baik - Ajarkan tekhnik relaksasi tarik
- Meningkatkan relaksasi otot
nafas dalam dan berikan massage
dan memfokuskan kembali

22
dan kompres perhatian.
- Dorong perubahan posisi
- Sirkulasi yang mungkin
meskipun saat duduk di kursi.
melambat sehubungan
dengan tirah baring.

- berikan kompres air hangat pada - kompres air hangat


daerah yang nyeri digunakan untuk
merileksasikan otot-otot
sehingga mengurangi rasa
- Ketika memberikan penyuluhan
nyeri
mengenai medikasi, ulangi
informasi sesering mungkin
- Memastikan bahwa pasien
benar-benar memahami
tentang apa yang kita
katakan.
2. Risiko cedera/ jatuh Setelah diberikan intervensi - Tinggikan ekstremitas dengan - Meningkatkan
pada Tn.N keperawatan selama 3x24 meninggikan kaki. Sirkulasi, meningkatkan
jam,diharapkan risiko jatuh aliran balik vena untuk
akan menurun atau terbatas, - Kaji kebutuhan terhadap mencegah pembentukan
dengan kriteria hasil: bantuan pelayanan kesehatan di edema.

23
- adanya rumah dan kebutuhan terhadap - Berguna untuk
keseimbangan peralatan pengobatan yang tahan memaksimalkan rentang
- gerakan
lama gerak Tn.Uakibat penyakit
terkoordinasi - Bantu pasien untuk
yang diderita.
- melakukan
menggunakan alas kaki antiselip - Berguna untuk
perilaku pencegahan
yang mendukung untuk berjalan. mengurangi resiko cedera
jatuh - Ajarkan dan bantu pasien
akibat penyakit yang diderita.
- frekuensi jatuh
dalam proses berpindah (misalnya, - Berguna untuk
menurun
dari tempat tidur ke kursi). meminimalisir nyeri akibat
- ciptakan lingkungan yang
mobilisasi
terang, tidak licin, dan tidak
- lingkungan yang
lembab
aman dapat mengurangi
resiko terjadinya jatuh sangat
besar
3 Gangguan Pola Tidur Setelah diberikan intervensi - Lakukan pengkajian masalah - Memberikan
keperawatan selama 3x24 gangguan tidur klien, karakteristik informasi dasar dalam
jam, Tn.Udapat istirahat dan penyebab kurang tidur menentukan rencana
- Lakukan persiapan untuk
dengan nyaman , dengan keperawatan.
tidur malam seperti pada jam 9 - Agar lansia
kriteria hasil:
malam sesuai dengan pola tidur mengetahui jadwal tidur ysng
- Tn.Utampak rileks

24
dan lebih segar klien. baik.
- Ttv dalam batas - Lakukan mandi air hangat - untuk memperlancar
- Anjurkan makan yang cukup
normal sirkulasi darah dan
- Tn.Udapat tidur 6-8 satu jam sebelum tidur
meningkatkan kualitas tidur.
- Rapikan dan bersihkan
jam setiap malam - tempat yang nyaman
tempat tidur yang nyaman.
akan mengkatkan kualitas
- Lakukan masase pada daerah
tidur
belakang

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama : Oma N
Umur : 72 tahun

No Dx Tgl/jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Paraf


1 3-12-15 1. Melakukan pengkajian pengetahuan Jam: 09.30 WIB NURHAYATI
08.00 S:
Oma N dan keluarga mengenai peranan
 Oma N mengatakan
gangguan mobilitas
“biasanya tiap bangun tidur saya
2. Melakukan penilaian keyakinan Oma N
gerak-gerakkan, tapi tidak pernah
terhadap setiap usaha perawatan
3. Memonitor cara latihan yang telah saya jalan-jalan keluar rumah karena
dilakukan oleh Oma N dingin
4. Mengukur tanda-tanda vital  Oma N mengatakan “saya
5. Menilai kekuatan otot dan ROM pada

25
Oma N inginnya tetap berusaha untuk sehat,
6. Diskusikan cara-cara melatih
tapi namanya orang tua, ya tetap
pergerakan pada klien
sering tidak enak badan
7. Demonstrasikan cara-cara melatih
O:
pergerakan pada klien dan keluarga
 Oma N dapat mencontohkan
gerakan yang biasanya dilakukan
 Ttv: 120/80 mmHg
A: tujuan belum berhasil
P: lanjutkan intervensi
1. Diskusikan cara-cara melatih
pegerakan pada klien
2. Demonstrasikan cara-cara
melatih pergerakan pada klien dan
keluarga
2 3-12-15 1. Melakukan pengkajian pengetahuan Pukul: 09.00 WIB NURHAYATI
08.30 S:
Oma N dan keluarga mengenai perubahan
 Oma N mengatakan “saya
fisik pada lanjut usia dan akibatnya
tahu sudah tua beda dengan dulu,
2. Menggali pengetahuan Oma N dan
semua sudah harus hati-hati Oma N
keluarga mengenai upaya pencegahan agar
mengatakan biasanya kalau jalan
Oma N tidak jatuh
3. Menilai sumber-sumber dalam keluarga saya menggunakan kayu.

26
yang ada dan dapat digunakan peralatan O:
biaya dan tenaga  Lantai kamar mandi licin dan
4. Mengkaji factor pendukung terjadinya
berlumut
jatuh: kondisi rumah kondisi penderita  Perabotan dan peralatan tidak
5. Menilai jatuh dan tanda tanda
rapi
6. Kaji factor pendukung terjadinya jatuh:
 Ada anak tetangga untuk
kondisi rumah, kondisi penderita
kesulitan untuk masuk rumhn
7. Diskusikan cara-cara pencegahan jatuh
A:
pada klien modifikasi lingkungan
8. Beri motivasi klien dan keluarga untuk Tujuan belum tercapai
mempraktekkan cara pencegahan
9. Beri pujian atas usaha yang dilakukan.
P:lanjutkan intervensi dengan diskusikan
perubahan pada lanjut usia dan cara-ara
pencegahan jatuh.

1 6-12-15 1. Mendiskusikan cara-cara melatih Pukul: 16.00 WIB NURHAYATI


14.30 S:
pergerakan pada Oma N
 Oma N mengatakan
2. Melakukan demontrsi cara latihan ROM
“biasanya saya melakukan gerakan
aktif pada Oma N dan keluarga
3. Mengukur tanda-tanda vital pra dan itu,keluarga mengatakan terima kasih
paskal latihan karena telah diberikan gambaran
untuk latihan

27
O:
 TTV sebelum latihan
TD: 120/80 mmHg
Setelah latihan TD: 130/90mmHG
 Oma N dapat
mendemonstrasikan ulang latihan
ROM aktif dalam diskusi
memperhatikan
A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi dan evaluasi
pelaksanaan senam ROM, memberi
motivasi.
2 6-12-15 1. Mendiskusikan perubahan pada lanjut Pukul: 16.30 WIB NURHAYATI
15.30 S:
usia: proses menua, batasan lanjut usia
Oma N mengatakan yang dikatakan itu
perubahan pada system tubuh akibat
benar, kaena saya
perubahan O:
2. Mendiskusikan cra-cara pencegahan Oma N tempat aktif dalam diskusi dan
jatuh pada Oma N modifikasi lingkungan memperhatikan tidak ada laporan Oma N
3. Monitor tanda-tanda jatuh dan minta
jatuh dan tanda-tanda jatuh
keluarga untuk melaporkan jika terjadi jatuh A: tujuan berhasil
P: lakukan kunjungan selanjutnya untuk

28
memonitor terjadinya jatuh dan member
motivasi atas usaha yang diambil
1 7-12-15 1. Melakukan evaluasi pada Oma N Pukul: 10.00 WIB NURHAYATI
08.00 S:
latihan ROM yang telah diajarkan
 Oma N mengatakan “saya
2. Mendorong Oma N untuk melakukan
tadi sudah senam seperti yang
latihan secara teratur 2 kali sehari
3. Mengukur tanda-tanda vital diajarkan
4. Member pujian atas keberhasilan yang  Keluarga mengatakan “ya
telah dicapai kami tadi juga ikut senam, kami akan
membantu ibu untuk latihan setiap
hari
 Oma N mengatakan kaki saya
sudah tidak ngilu setelah aya
gerakkan
O: Ekspresi wajah Oma N tampak segar
TTV, TD : 130/80 mmHg
A: Tujuan berhasil
P: Lakukan terminasi dan berikan latihan
stimulant seperti minyak.

2 7-12-15 1. Member motivasi Oma N dan keluarga Pukul: 111.00 WIB NURHAYATI

29
09.00 untuk mempraktekkan cara pencegahan S:
2. Member pujian atas usaha yang Oma N mengatakan terimakasih saya akan
dilakukan meminta anak saya untuk membuat
3. Memonitor tanda-tanda jauh pada Oma
pegangan di kamar mandi dan di depan
N
rumah
O:
Tidak terdapat tanda-tanda jatuh dan laporan
jatuh pada Oma N
A: tujuan berhasil
P: lakukan terminasi dan evaluasi kondisi
Oma N dan keluarganya untuk melakukan
modifikasi lingkungan rumah

30
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedi. 2010. Buku Ajar Geatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas
Indonesia.
Diantari, E, Candra, A. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap
Kadar Asam
Urat Pada Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mugkur Semarang.
Jornal
Of Nutrition College. Volume 2.
Nugroho, H. 2012. Keperawatan Gerontik Dan Geatrik. Jakarta: EGC.
Ode, Sarif. 2012. Asuhan Kperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Carter, Michael A. 2005. Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi.
Dalam:Hartanto, dkk
(Editor). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitEdisi ke-6 Jilid 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, Indonesia.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Watson. 2013. Perawatan Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Yuli, Reny. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: CV. Trans
Info Media.

31
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, SC & Bare, BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner
&Suddarth, Edisi 8 Vol 2, EGC, Jakarta.

Mansjoer , Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3. Jakarta : Media


Aeusculapius.

Prince, Sylvia Anderson, 1999.,Patofisiologi: KonsepKlinis Proses-Proses


Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Suparyanto.MetabolismePurindanPirimidin.http://dr-suparyanto-
m.kes.blogspot.com (Online) 01 Juli 2012.

32

You might also like