You are on page 1of 22

Hiperemesis gravidarum merupakan kejadian mual danmuntah yang berlebihan sehingga

mengganggu aktivitas ibu hamil. Hiperemesis gravidarum sering terjadi pada


awalkehamilan antara umur kehamilan 8-12 minggu. Hiperemesis gravidarum apabila tidak
tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi bahkan kematian ibu dan janin.
Prevalensi hiperemesis gravidarum antara 1-3 % atau 5-20 kasus per
1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001).
Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa hamil karena
intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama kehamilan trimester
pertama (Varney,2006).
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil hingga
mengganggu aktivitas. Batasan mual dikatakan lebih dari 10 kali muntah dengan
penurunan keadaan umum ibu.
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah pada ibu hamil trimester pertama
yang terjadi setiap saat (Wiknjosastro,2007).
Penyebab Hiperemesis Gravidarum
Penyebab hiperemesis gravidarum belum pasti, diduga karena faktor hormonal, neurologis,
metabolik, psikologis, keracunan, faktor endokrin, paritas, riwayat kehamilan mola dan
kembar.
Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Peningkatan kadar esterogen dapat menyebabkan mual pada trimester pertama.
Apabila mualmuntah terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat,
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Sehingga oksidasi lemak tidak sempurna,
dan terjadi ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida dan
aseton darah.
Mual dapat menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler
dan plasma berkurang. Natriumdan klorida darah turun. Dehidrasi juga
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang.
Selain terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, terjadi pula robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma molarry-weiss) yang
berakibat perdarahan gastrointestinal(Mansjoer,2000).
Tingkatan dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat I
Hiperemesis gravidarum tingkat I mempunyai gejala seperti: lemah, nafsu
makan menurun; berat badan menurun; nyeri epigastrium; penurunan tekanan
darah sistolik; lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.
Hiperemesis gravidarum tingkat II
Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah hebat; keadaan
umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan kotor; suhu badan meningkat
(dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria dan konstipasi; nafas bau aseton dan
aseton dalam urin.
Hiperemesis gravidarum tingkat III
Hiperemesis gravidarum tingkat III mempunyai gejala seperti: keadaan umum
jelek; mual muntahberhenti; kesadaran menurun (somnolen hingga koma); nadi kecil,
cepat dan halus; suhu badanmeningkat; dehidrasi hebat; tekanan
darah turun sekali; ikterus dan terjadi komplikasi fatal ensefalopati Wernicke (nistagmus,
diplopia, perubahan mental).
Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan pada
organ tubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal.
Adapun kelainan organ pada hepar menyebabkan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis; pada jantung menyebabkan jantungatrofi, kecil dan biasa;
pada otak menyebabkan perdarahan bercak dan pada ginjal menyebabkan pucat,
degenerasi lemak pada tubuli kontroli.
Penanganan Hiperemesis Gravidarum
1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang kehamilan muda yang disertai dengan
emesis gravidarum;
2. Anjurkan ibu hamil tidak segera bangun dari tempat tidur agar
terjadi adaptasi aliran darahmenuju susunan saraf pusat;
3. Nasehatkan tentang diit ibu hamil: makan porsi sedikit tapi sering,
menghindari makananyang merangsang muntah;
4. Pemberian obat-obatan ringan seperti: sedatif, vitamin, anti emetik, anti histamin;
5. Dukungan psikologis berupa: menghilangkan rasa takut, mengurangi pekerjaan,
menghilangkan masalah dan konflik;
6. Perawatan di rumah sakit meliputi: isolasi sampai mual muntah berkurang;
penambahancairan (glukosa 5% 2-3 liter dalam 24 jam, pemberian kalium
dan vitamin apabila diperlukan); terminasi kehamilan apabila kondisi memburuk.
7. Pemeriksaan laboratorium berupa: analisis urun, kultur urin; darah rutin; fungsi hati
(SGOT, SGPT, alkaline fostase); pemeriksaan tiroid (tiroksin dan TSH); Na, Cl, K, glukosa,
kreatinin, asam urat; serta USG untuk menghindari kehamilan mola.
Pengertian
Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum
(melaporkan).
Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah
jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya.
Menurut lembar negara 350 tahun 1973: Suatu laporan medik forensik oleh dokter atas
dasar sumpah jabatan terhadap pemeriksaan barang bukti medis (hidup/mati) atau barang
bukti lain, biologis (rambut, sperma, darah), non-biologis (peluru, selongsong) atas
permintaan tertulis oleh penyidik ditujukan untuk peradilan.

Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum


Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di
pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan
berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai
dengan KUHP pasal 184.

Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Keterangan terdakwa
4. Surat-surat
5. Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:


1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat
3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan VeR
yang lebih baru

Pembagian Visum et Repertum


Ada 3 jenis visum et repertum, yaitu:
1. VeR hidup
VeR hidup dibagi lagi menjadi 3, yaitu:
a. VeR definitif, yaitu VeR yang dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan
perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban.
Kualifikasi luka yang ditulis pada bagian kesimpulan yaitu luka derajat I atau luka golongan
C.
b. VeR sementara, yaitu VeR yang dibuat untuk sementara waktu, karena korban
memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan korban.
Kualifikasi luka tidak ditentukan dan tidak ditulis pada kesimpulan.
Ada 5 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu
- Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak
- Mengarahkan penyelidikan
- Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap
terdakwa
- Menentukan tuntutan jaksa
- Medical record
c. VeR lanjutan, yaitu VeR yang dibuat dimana luka korban telah dinyatakan sembuh atau
pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Bila korban meninggal, maka
dokter membuat VeR jenazah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian kesimpulan VeR.

2. VeRjenazah, yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan pembuatan
VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.

3. Ekspertise, yaitu VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh
korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain. Ada
sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan merupakan VeR.

Susunan Visum et Repertum


Ada 5 bagian visum et repertum, yaitu:
1. Pembukaan
Ditulis ‘pro justicia’ yang berarti demi keadilan dan ditulis di kiri atas sebagai pengganti
materai.
2. Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi:
- Identitas tempat pembuatan visum berdasarkan surat permohonan mengenai jam, tanggal,
dan tempat
- Pernyataan dokter, identitas dokter
- Identitas peminta visum
- Wilayah
- Identitas korban
- Identitas tempat perkara
3. Pemberitaan
Pemberitaan memuat hasil pemeriksaan, berupa:
- Apa yang dilihat, yang ditemukan sepanjang pengetahuan kedokteran
- Hasil konsultasi dengan teman sejawat lain
- Untuk ahli bedah yang mengoperasi ? dimintai keterangan apa yang diperoleh. Jika
diopname ? tulis diopname, jika pulang ? tulis pulang
- Tidak dibenarkan menulis dengan kata-kata latin
- Tidak dibenarkan menulis dengan angka, harus dengan huruf untuk mencegah pemalsuan.
- Tidak dibenarkan menulis diagnosis, melainkan hanya menulis ciri-ciri, sifat, dan keadaan
luka.
4. Kesimpulan
Bagian kesimpulan memuat pendapat pribadi dokter tentang hubungan sebab akibat antara
apa yang dilihat dan ditemukan dokter dengan penyebabnya. Misalnya jenis luka, kualifikasi
luka, atau bila korban mati maka dokter menulis sebab kematiannya.
5. Penutup
Bagian penutup memuat sumpah atau janji, tanda tangan, dan nama terang dokter yang
membuat. Sumpah atau janji dokter dibuat sesuai dengan sumpah jabatan atau pekerjaan
dokter.

Kualifikasi Luka
Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak
menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi
pekerjaan korban untuk sementara waktu. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal
351 ayat 1.
3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:
- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut
- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya
- Hilangnya salah satu panca indra korban
- Cacat besar
- Terganggunya akan selama > 4 minggu
- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu

Prosedur Permintaan, Penerimaan, dan Penyerahan Visum et Repertum


Pihak yang berhak meminta Ver:
1. Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk
menjalankan undang-undang.
2. Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
3. Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
4. Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.

Syarat pembuat:
- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
- Di wilayah sendiri
- Memiliki SIP
- Kesehatan baik

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat
VeR jenazah, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Harus sedini mungkin.
3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.
4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.
5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh polisi.

Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam,
penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas
waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum
selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.

Lampiran visum
- Fotografi forensik
- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
- Penjelasan ? istilah kedokteran
- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)
Pengertian Dan Macam-Macam Abortus
(Keguguran) Serta Penyebabnya
Sering sekali wanita hamil mengalami abortus atau
keguguran. Tapi banyak orang yang belum mengetahui apa
itu pengertian abortus/keguguran, macam-macam
abortus/keguguran dan penyebab abortus/keguguran.
Apa sih abortus/keguguran itu? Abortus/keguguran sendiri
artinya suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai
batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat anak kurang dari 500 gram.
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian,
antara lain :
1. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih
ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan
serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi
masih berada lengkap di dalam rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik di dalam rahim.
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu
dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau
lebih.
Banyak juga ya, namun jangan khawatir ibu ibu tidak harus
bisa membedakan jenis jenis abortus diatas. Tentu saja
harus dilakukan pemeriksaan intensif agar bisa membedakan
jenis abortus diatas karena penangannnya pun berbeda
beda. Ada yang memerlukan obat obatan, istirahat atau
malah kuretase. Untuk memeriksa pasien dengan abortus,
dokter biasanya menggunakan bantuan alat Dopler untuk
mendeteksi denyut jantung janin dan atau USG untuk
menentukan secara langsung keadaan janin apakah masih
hidup atau sudah meninggal.
Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah
yang dibedakan menurut jenis abortus yang dialami, antara
lain :
1. Abortus Komplet
Tidak memerlukan penanganan penanganan khusus, hanya
apabila menderita anemia ringan perlu diberikan tablet besi
dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral.
2. Abortus Inkomplet
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien
diinfus dan dilanjutkan transfusi darah. Setelah syok teratasi,
dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat
inap.
3. Abortus Insipiens
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan
kurang dari 12 minggu yang disertai dengan perdarahan.
4. Abortus Iminens
Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting
dalam pengobatan karena cara ini akan mengurangi
rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim.
Ditambahkan obat penenang bila pasien gelisah.
5. Missed Abortion
Dilakukan kuretase. Cuma kudu hati hati karena terkadang
plasenta melekat erat pada rahim.
Terbukanya jalan lahir akibat abortus dan akibat dari
tindakan kuretase tentu tidak terlepas dari komplikasi.
Komplikasi yang sering terjadi yaitu infeksi,
perforasi/robekan/lubang pada dinding rahim. Tapi bila
dikerjakan sesuai prosedur dan pasien cepat tanggap akan
keluhan yang diderita maka kemungkinan terjadinya
komplikasi dapat ditekan seminimal mungkin.
Setelah tahu tentang apa itu abortus, mulailah sekarang kita
membahas, apa yang menyebabkan terjadinya abortus.
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa
sebab diantaranya :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang
paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang
menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan
kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil
pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan
pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi,
obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
2. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan
pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang
disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.
3. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita
oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat,
keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
4. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti
gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim
terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan
kelainan bawaan pada rahim.
Nah, itulah 4 hal yang paling sering menyebabkan keguguran
atau abortus pada ibu hamil sehingga untuk pencegahannya
harus dilakukan pemeriksaan yang komprehensif atau
mendetail terhadap kelainan kelainan yang mungkin bisa
menyebabkan terjadinya abortus.

Pekanbaru(infobidannia) Macam-macam Abortus adalah:


1. Abortus spontan
2. Abortus yang disengaja
3. Abortus tidak aman
4. Abortus septik
Abortus spontan adalah penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia
kehamilan 22 minggu). Tahapan abortus spontan meliputi :
1. Abortus imminens (kehamilan dapat berlanjut).
2. Abortus insipiens (kehamilan tidak akan berlanjut dan akan berkembang menjadi
abortus inkomplit atau abortus komplit).
3. Abortus inkomplit (sebagian hasil konsepsi telah dikeluarkan).
4. Abortus komplit (seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan).
Abortus yang disengaja adalah suatu proses dihentikannya kehamilan sebelum janin mencapai
viabilitas.
Abortus tidak aman adalah suatu prosedur yang dilakukan oleh orang yang tidak
berpengalaman atau dalam lingkungan yang tidak memenuhi standar medis minimal atau
keduanya.
Abortus septik adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi-sepsis dapat berasal
dari infeksi jika organisme penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan
atau abortus tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau
terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan peralatan.
Penanganan
____________
Jika dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanya tanda-tanda infeksi atau
adanya perlukaan uterus, vagina dan usus, lakukan irigasi vagina untuk mengeluarkan tumbuh-
tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.

Penanganan abortus imminens :


1. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total.
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
3. Jika perdarahan :
- Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi.
- Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan
konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan,
mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
4. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (misalnya
salbutamol atau indometasin) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus.

Penanganan abortus insipiens :


1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
- Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
- Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3. Jika kehamilan lebih 16 minggu :
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
Penanganan abortus komplit :
1. Tidak perlu evaluasi lagi.
2. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
3. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
Pemantauan Pasca Abortus
__________________________
Insidens abortus spontan kurang lebih 15% (1 dari 7 kehamilan) dari seluruh kehamilan.

Syarat-syarat memulai metode kontrasepsi dalam waktu 7 hari pada kehamilan yang tidak
diinginkan :
1. Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
2. Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.
Metode kontrasepsi pasca abortus :
1. Kondom
- Waktu aplikasinya segera.
- Efektivitasnya tergantung dari tingkat kedisiplinan klien.
- Dapat mencegah penyakit menular seksual.
2. Pil kontrasepsi
- Waktu aplikasinya segera.
- Cukup efektif tetapi perlu ketaatan klien untuk minum pil secara teratur.
3. Suntikan
- Waktu aplikasinya segera.
- Konseling untuk pilihan hormon tunggal atau kombinasi.
4. Implan
- Waktu aplikasinya segera.
- Jika pasangan tersebut mempunyai 1 anak atau lebih dan ingin kontrasepsi
jangka panjang.
5. Alat kontrasepsi dalam rahim
- Waktu aplikasinya segera dan setelah kondisi pasien pulih kembali.
- Tunda insersi jika hemoglobin kurang 7 gr/dl (anemia) atau jika dicurigai
adanya infeksi.
6. Tubektomi
- Waktu aplikasinya segera.
- Untuk pasangan yang ingin menghentikan fertilitas.
- Jika dicurigai adanya infeksi, tunda prosedur sampai keadaan jelas. Jika
hemoglobin kurang 7 gram/dl, tunda sampai anemia telah diperbaiki.
- Sediakan metode alternatif (seperti kondom).
Beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1. Jika klien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml atau jika
dinding vagina atau kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
2. Jika riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus 1500 unit
intramuskuler diikuti dengan tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
3. Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4. Penapisan kanker serviks.

- Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas.


Pengertian Abortus
Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500 gr am (Derek Liewollyn&Jones: 2002). Hal serupa dikemukakan Murray, 2002
bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaan hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.
Epidemiologi Abortus

Data dari beberapa Negara memperkirakan bahwa antara 10 %dan 15% yang terdiagnosis secara klinis berakhir

dengan abortus. Abortus lebih sering terjadi pada wanita berusia diatas 30 tahun dan meningkat pada usia 35

tahun. Frekuensi meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas: 6% kehamilan pertama atau

kedua berakhir dengan abortus; angka ini menjadi 16% pada kehamilan ketiga dan seterusnya. Di Indonesia,

diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang

mengalami abortus spontan (Derek Liewollyn&Jones, 2002).

Etiologi Abortus

Abortus dapat terjadi karena beberapa etiologi yaitu : Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya

menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah:

a.Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

b.Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c.Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol

Gangguan sirkulasi plasenta

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefrisis, hipertensi, toksemia gravidarum, anomaly plasenta.

Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. Kelainan traktus

genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan

kelainan bawaan uterus.


Patofisiologi Abortus

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang

menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus

desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,

penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak

perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil

konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya

(blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus

papiraseus.

Jumat, 28 September 2012


makalah abortus
BAB II
PEMBAHASAN
A. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu
hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22
minggu)

Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
 Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8
minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
 Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
 Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
 Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi
uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil
konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada
kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas
bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus,
maserasi atau fetus papiraseus.

Manifetasi Klinis
 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
 Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
 Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk
dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan
keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri
pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang
 Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Komplikasi
 Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan
darah.
B. JENIS –JENIS ABORTUS
Diagnosis
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-
tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit
disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau
lebih.
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atauartifisial /
terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).

Abortus spontan diduga disebabkan oleh :


- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)

Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens, abortus
inkomplet dan abortus komplet.
1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Ciri :
perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih
hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi
kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin
dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika
sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan
alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi
rencana penatalaksanaan / tindakan.

Penatalaksanaan
 Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
 Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila
pasien panas
 Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup.
 Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas
ferosus 600 – 1.000 mg
 Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
 Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat
masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di
dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks
terbuka.
Penatalaksanaan :
 Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam
dengan diberikan morfin
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai
8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
 Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas
mungkin ditransfusi darah
 Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg
intramuskular
 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan,
tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
 Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
 Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
 Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu
atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau
menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
 Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan
kuret tajam
 Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama
12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam
dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin
setelah pasien istirahat satu hari.
 Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam
20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya
terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
 Penanggulangan infeksi :
a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah
kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol
5000 mg tiap 6 jam
c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan
gentamisin, penisilin dan gentamisin.
 Tingkatkan asupan cairan
 Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
 Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
7. Abortus terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan
wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita
dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah psikis). Dapat juga
atas pertimbangan / indikasi
kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak
dirujuk beri pengobatan
sama dengan yang
diberikan pada pasien yang
hendak dirujuk, selama 10
hari :
Di rumah sakit :
 Rawat pasien di ruangan
khusus untuk kasus infeksi
 Berikan antibiotik intravena,
penisilin 10-20 juta IU dan
streptomisin 2 g
 Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
 Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
 Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
 Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
 Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas
darah, kultur darah, dan tes resistensi.
 Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
 Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi
atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas

PRINSIP

Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu


1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
2. Tentukan dulu, janin mati atau
hidup. Jika memungkinkan,periksa
dengan USG
3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin sudah mati, B-
HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin.

C. DIAGNOSTIK

1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor risiko
/ predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum buruk lakukan
resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari
ostium ?
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan
SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga
apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak
(melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada
tidaknya massa atau tanda akut lainnya.

D. TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS

Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi),
jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan jaringan,
kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret

Pertimbangan
Kehamilan usia lebih dari 12
minggu sebaiknya
diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50
U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal,
terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi.
Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik
gestasional ganas / PTG).

Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus


1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh Imunologi
sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan
dengan terjadinya abortus.

Penatalaksanaan pasca abortus


Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-
hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian
kontrasepsi kondom atau pil).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah dan
organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin untuk itu, yaitu
dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia diatas 12
minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.

B. Saran

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun didalam


kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya
dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.
DAFTAR PUSTAKA

Hamilto Persis Mary, Dasar-Dasar Keprawatan Maternitas, Edisi – 6, Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1995.
Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidabnan Kandungan dan Keluarga
Berencana, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1998.
Lynda Jual Capertino, Diagnosa Keperawatn, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1998.
Mochtar Rustam Prof, Dr, MPIL, Sinopsis Obstetri Jilid 2, Pene

You might also like