You are on page 1of 7

Inventory

Persediaan (inventory), dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur
(idle resource) karena tidak dapat langsung digunakan melainkan harus menunggu proses lebih lanjut
yang dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran
seperti dijumpai pada sisem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti dijumpai pada sistem rumah
tangga (Supranto, Johanes. 2009).

Alasan utama keberadaan persediaan dalam suatu sistem adalah tidak semua sumber daya bisa
didatangkan ketika sumber daya tersebut sedang dibutuhkan, sehingga diperlukan penjamin berupa
persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Disamping itu, keberadaan persediaan juga
menimbulkan beberapa risiko yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut,
terutama biaya-biaya yang timbul.

Menurut Sofyan Assauri (1993) persediaan memiliki beberapa manfaat diantaranya:

 Menyimpan bahan-bahan yang di hasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan apabila
bahan tersebut tidak ada dipasaran
 Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran proses produksi
karena dapat mencapai penggunaan mesin secara optimal
 Menghilangkan resiko dari material yang dipesan dibawah kualitas standar sehingga harus
dikembalikan
 Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang dan memberikan pelayanan
maksimal kepada pelanggan.

Dalam persediaan, menurut Taha,Hamdy A (1987) tedapat empat kategori biaya yang terlibat, yaitu:

1. Biaya Pengadaan (Setup Cost/Ordering Cost)


Biaya pengadaan dibedakan menjadi dua sesuai dengan asal-usul barang, yaitu biaya
pemesanan (ordering cost) bila suatu barang yang diperlukan berasal dari pihak luar
(supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila suatu barang diperoleh dengan cara
memproduksi sendiri.
a. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang
dari luar. Biaya ini pada umumnya meliputi;
- Pemrosesan pesanan
- Biaya ekspedisi
- Biaya telepon atau keperluan komunikasi lainnya
- Pengeluaran surat menyurat, foto kopi dan perlengkapan administrasi
- Biaya pengepakan
- Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan
- Biaya pengiriman ke gudang, dan seterusnya.

Secara normal, biaya perpesanan tidak naik bila kuantitas pesanan berubah. Tetapi
bila semakin banyak item yang dipesan setiap kali pemesanan, maka jumlah pemesanan
per periode akan turun, maka biaya pemesanan total akan turun.

b. Biaya pembuatan (Setup Cost)


Ongkos pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan
memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul didalam pabrik, yang meliputi ongkos
menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan sebagainya.

Karena kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan,
makan didalam sistem persediaan ongkos tersebut sering disebut sebagai ongkos
pengadaan (Procurement Cost).

2. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)


Biaya pembelian dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item jika item
tersebut berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi perunit bila item tersebut
berasal dari internal perusahaan atau diperoduksi sendiri oleh perusahaan.

3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)


Biaya penyimpanan (Holding Cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya
suatu item. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung
dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila
kuantitas bahan yang di pesan semakin banyak , atau rata-rata persediaan semakin tinggi.
Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :
a. biaya modal
Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana moda perusahaan
mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank.
b. biaya gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya
gudang.
c. biaya kadaluarsa (Absolence)
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi
dan model, seperti pada barang elektronik.
d. biaya asuransi.
Barang yang disimpan dalam jumlah banyak pasti diasuransikan untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran.
4. Biaya Kekurangan (Shortage Cost)
Biaya kekurangan adalah biaya yang timbul akibat tidak terpenuhinya permintaan konsumen
karena kehabisan barang. Meskipun analisis biaya cukup sukar dilakukan karena terkadang
biaya ini sulit untuk diperinci dan ditaksir, namun analisis biaya tetap sebagai pusat dalam
persediaan karena keputusan yang optimal terhadap keputusan meminimumkan biaya. Biaya-
biaya yang termasuk biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang muncul sebagai berikut:
a. Kehilangan penjualan
b. Kehilangan pelanggan,
c. Biaya pemesanan khusus
d. Terganggunya proses produksi.

Hubungan dari keempat biaya diatas yang dapat meminimalkan cost perusahaan dapat di
gambarkan sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 𝐻𝑜𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑂𝑢𝑡
(𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 ) = ( )+( )+( )+( )
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡

TC =Cpu +Cs + Cc + Cp ...(2.1)

Biaya

Holding Cost
Order
Cost

Persediaan Optimum Tingkat


Persediaan

Gambar 2.1 Meminimumkan Total Cost

Pada gambar ini dapat dilihat bahwa holding cost berbanding lurus dengan tingkat persediaan,
sedangkan setup cost berbanding terbalik dengan tingkat persediaan.

Model Persediaan

Menurut P. Siagian (1987) ada dua macam model persediaan yaitu:

1. Model persediaan dengan kebutuhan tetap (deterministik), apabila permintan dari waktu ke
waktu bersifat konstan. Permintaan deterministic dapat bersift serius, bahwa laju pemakaian
tetap konstan sepanjang waku atau diartikan dimana permintaan diketahui dengan pasti tetap
bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya.
2. Model persediaan dengan kebutuhan tidak tetap (probabilistik), apabil pemintn brng dari
waktu ke waktu tidak diketahui sebelumnya dan selalu berubah-ubah sehinggga besarnya
permintaan mengikuti suatu distribusi peluang tertentu, dan tingkat persediaan di masa yang
akan datng didassarkan pada masa sekarang.

Model persediaan dengan kebutuhan probabilistik maupun deterministik diilustrasikan dalam


gambar sebagai berikut:
Static
Deterministik
Dinamik
Demand
Stasioner
Probabilistik
Non
Stasioner

Gambar 2.1 Kebutuhan Deterministik dan Probabilistik

Dalam kenyataan di lapangan kebutuhan selalu bergantung kepada waktu sehingga kebutuhan
tidak lagi bersifat konstan tetapi telah berubah menjadi vriabel dan bersifat tak tentu. Dalam bidang
statistika kejadian yang bersifat tak tentu, tentunya akan mengikuti sebuah pola distribusi sehingga
dapat dihitung besarnya kemungkinan kejadian ini terjadi.

Berdasarkan besarnya peluang-peluang kejadian kebutuhan yang bersifat tidak tentu dapat
dipergunakan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan tingkat persediaan optimum. Ada tiga
model persediaan yang bersifat probabilistic, yaitu:

1. Model persediaan dengan kebutuhan tidak tetap


2. Model persediaan kebutuhan tidak tetap dengan tenggang waktu
3. Model persediaan dengan cadangan penyangga

Notasi yang digunakan pada penelitian ini:

T : Satu periode waktu

ti : Tenggang waktu

t : Satu kurun waktu putran produksi

R : Reorder point (titik pengadaan kembali)

R0 : Reorder point (titik pengadaan kembali) yang optimum

Q : Besarnya persediaan (besarnya tingkat produksi)

Q0 : Besarnya tingkat produksi optimum

D : Besarnya kebutuhan (permintaan) selama satu periode yang konstan

D0 : Kebutuhan (permintaan) selama satu periode yang random

D1 : Kebutuhan (permintaan) rata-rata selama tenggang waktu

L : Tingkat persediaan awal pesanan

Cs : Set-up cost (biaya pengadaan barang tiap kali pengadaan)


Cc : Carrying cost (biaya penyimpanan barang per unit per satuan waktu)

Cp : Stock-out cost (biaya kekurangan barang per unit per satuan waktu )

TC : Jumlah biaya

Model kebutuhan tetap dengan stock out

Model persediaan deterministik adalah model persediaan dimana permintaan dari waktu ke waktu
bersifat konstan. Permintaan dapat bersifat statis, artinya laju permintaan konstan sepanjang waktu
atau permintaan bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya tetapi tidak diketahui pasti
(Dimyati, Tjutju Tarliah, 2010). Model persedian deterministik iyang akan dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu model persediaann stock out.

Dalam model ini dapat timbul kejadian dimana persediaan barang tidak mencukupi yang dapat
mengakibatkan dua kemungkinan, yaitu:

1. Barang yang masih kurang akan dipenuhi kemudian

2. Permintaan akan dibatalkan sama sekali

Kemungkinan pertama adalah yang paling umum, karena barang yang masih kurang akan dipenuhi
dari produksi pada putrn berikutnya. Akan tetapi perusahaan akan menderita kelebihan biaya yng
dinamakan stock out cost, situasi dari model ini adalah sebagai berikut:

(gambar)

Misalkan tingkat persediaan awal pesanan adalah L dan jumlah permintaan adalah Q, maka terdapat
kekurangan sebanyak (Q-L) pada tiap interval waktu t. ini akan ditutup pada awal pesanan berikut
setelah tenggang waktu t2. Karena itu timbul biaya stock out sebesar Cp tiap satuan barang. Dari
persman (2.1) maka analisis biaya untuk model ini adalah:

TC=CS + CC + Cp ..(2.2)

Sehingga jumlah rata-rata biaya sebesar:


1 1
(TC)1= CS + 2 L. CC . t1 +2 (Q – L).Cp .t2
..(2.3)

Dan tingkat persediaan optimum dihitung dengan persamaan:

2𝐷.𝐶 𝐶𝑐 +𝐶𝑝
Q0 = √ 𝑇.𝐶 𝑠 𝐶𝑝
..(2.4)
𝑐
Model persediaan kebutuhan tidak tetap dengan tenggang waktu

Dalam model ini kebutuhan selama satu periode waktu bersifat fix atau deterministik, tetapi dalam
setiap kurun waktu terdapat kebutuhan yang tidak tetap selama tenggang waktu. Secara grafis situasi
model tersebut diperlihatkan dalm gambar dibawah ini

Persediaan
Q

Q Q

R
ഥt
𝐷
R– Dt

Stock Out
ti ti ti Waktu

t t t

Gambar 2.2 Model Tidak Tetap dengan Tenggang waktu

Asumsi pada model ini adalah sebagai berikut:

a. Safety Stock atau cadangan penyangga sifatnya harus non negatif


Safety Stock = (R − ̅̅̅
𝐷𝑡 ) ≥ 0
b. Selama tenggang waktu hanya terjadi satu kali pemesanan.
Analisis dari fungsi biaya pada model ini menggunakan persamaan (2.2). Dengan rincian
biaya sebagai berikut:
1) Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan per unitnya adalah Cc maka besarnya biaya penyimpanan adalah

(R − ̅̅̅
𝐷𝑡 ) CC ..(2.5)

2) Biaya Stock Out


Biaya kekurangan barang per unit yitu Cp maka besarnya biaya stock out adalah
sebagai berikut:

∑~
𝐷𝑡 >𝑅(𝐷𝑡 − 𝑅 )𝑝(𝐷𝑡 ) 𝐶𝑝 𝑁 ..(2.6)

Sehiingga jumlah biaya selama satu periode T berdasarkan jumlah dari kedua biaya diatas yaitu:
𝐷
(TC)2 =(R − ̅̅̅
𝐷𝑡 ) CC + ∑~
𝐷𝑡 >𝑅(𝐷𝑡 − 𝑅 )𝑝(𝐷𝑡 ) 𝐶𝑝 (𝑄 ) ..(2.7)
0

Nilai TC sangat berpengaruh terhadap biaya perusahaan maka nilai TC yang digunakan harus nilai TC
yang serendah mungkin. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini digunakan model
ini. Alasan digunakannya model ini karena adanya kebutuhan selama tenggang waktu yang bersifat
tidak tetap dan kemungkinan tidak sama dengan kebutuhan yang diharapkan, bahkan ada
kemungkinan terjadinya stock out.

Sedangkan menetukan reorder point maksimum dapat diperoleh dari persamaan berikut:
𝐶 𝑄0
F(R0) ≥ 1− 𝐶𝑐 = F(Dt) ..(2.8)
𝑝 𝐷

You might also like