Professional Documents
Culture Documents
Persediaan (inventory), dalam konteks produksi dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur
(idle resource) karena tidak dapat langsung digunakan melainkan harus menunggu proses lebih lanjut
yang dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran
seperti dijumpai pada sisem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti dijumpai pada sistem rumah
tangga (Supranto, Johanes. 2009).
Alasan utama keberadaan persediaan dalam suatu sistem adalah tidak semua sumber daya bisa
didatangkan ketika sumber daya tersebut sedang dibutuhkan, sehingga diperlukan penjamin berupa
persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Disamping itu, keberadaan persediaan juga
menimbulkan beberapa risiko yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut,
terutama biaya-biaya yang timbul.
Menyimpan bahan-bahan yang di hasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan apabila
bahan tersebut tidak ada dipasaran
Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran proses produksi
karena dapat mencapai penggunaan mesin secara optimal
Menghilangkan resiko dari material yang dipesan dibawah kualitas standar sehingga harus
dikembalikan
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang dan memberikan pelayanan
maksimal kepada pelanggan.
Dalam persediaan, menurut Taha,Hamdy A (1987) tedapat empat kategori biaya yang terlibat, yaitu:
Secara normal, biaya perpesanan tidak naik bila kuantitas pesanan berubah. Tetapi
bila semakin banyak item yang dipesan setiap kali pemesanan, maka jumlah pemesanan
per periode akan turun, maka biaya pemesanan total akan turun.
Karena kedua ongkos tersebut diatas mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan,
makan didalam sistem persediaan ongkos tersebut sering disebut sebagai ongkos
pengadaan (Procurement Cost).
Hubungan dari keempat biaya diatas yang dapat meminimalkan cost perusahaan dapat di
gambarkan sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑃𝑢𝑟𝑐ℎ𝑎𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑒𝑡𝑢𝑝 𝐻𝑜𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑂𝑢𝑡
(𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 ) = ( )+( )+( )+( )
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡
Biaya
Holding Cost
Order
Cost
Pada gambar ini dapat dilihat bahwa holding cost berbanding lurus dengan tingkat persediaan,
sedangkan setup cost berbanding terbalik dengan tingkat persediaan.
Model Persediaan
1. Model persediaan dengan kebutuhan tetap (deterministik), apabila permintan dari waktu ke
waktu bersifat konstan. Permintaan deterministic dapat bersift serius, bahwa laju pemakaian
tetap konstan sepanjang waku atau diartikan dimana permintaan diketahui dengan pasti tetap
bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya.
2. Model persediaan dengan kebutuhan tidak tetap (probabilistik), apabil pemintn brng dari
waktu ke waktu tidak diketahui sebelumnya dan selalu berubah-ubah sehinggga besarnya
permintaan mengikuti suatu distribusi peluang tertentu, dan tingkat persediaan di masa yang
akan datng didassarkan pada masa sekarang.
Dalam kenyataan di lapangan kebutuhan selalu bergantung kepada waktu sehingga kebutuhan
tidak lagi bersifat konstan tetapi telah berubah menjadi vriabel dan bersifat tak tentu. Dalam bidang
statistika kejadian yang bersifat tak tentu, tentunya akan mengikuti sebuah pola distribusi sehingga
dapat dihitung besarnya kemungkinan kejadian ini terjadi.
Berdasarkan besarnya peluang-peluang kejadian kebutuhan yang bersifat tidak tentu dapat
dipergunakan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan tingkat persediaan optimum. Ada tiga
model persediaan yang bersifat probabilistic, yaitu:
ti : Tenggang waktu
Cp : Stock-out cost (biaya kekurangan barang per unit per satuan waktu )
TC : Jumlah biaya
Model persediaan deterministik adalah model persediaan dimana permintaan dari waktu ke waktu
bersifat konstan. Permintaan dapat bersifat statis, artinya laju permintaan konstan sepanjang waktu
atau permintaan bervariasi dari satu periode ke periode berikutnya tetapi tidak diketahui pasti
(Dimyati, Tjutju Tarliah, 2010). Model persedian deterministik iyang akan dikemukakan dalam
penelitian ini yaitu model persediaann stock out.
Dalam model ini dapat timbul kejadian dimana persediaan barang tidak mencukupi yang dapat
mengakibatkan dua kemungkinan, yaitu:
Kemungkinan pertama adalah yang paling umum, karena barang yang masih kurang akan dipenuhi
dari produksi pada putrn berikutnya. Akan tetapi perusahaan akan menderita kelebihan biaya yng
dinamakan stock out cost, situasi dari model ini adalah sebagai berikut:
(gambar)
Misalkan tingkat persediaan awal pesanan adalah L dan jumlah permintaan adalah Q, maka terdapat
kekurangan sebanyak (Q-L) pada tiap interval waktu t. ini akan ditutup pada awal pesanan berikut
setelah tenggang waktu t2. Karena itu timbul biaya stock out sebesar Cp tiap satuan barang. Dari
persman (2.1) maka analisis biaya untuk model ini adalah:
TC=CS + CC + Cp ..(2.2)
2𝐷.𝐶 𝐶𝑐 +𝐶𝑝
Q0 = √ 𝑇.𝐶 𝑠 𝐶𝑝
..(2.4)
𝑐
Model persediaan kebutuhan tidak tetap dengan tenggang waktu
Dalam model ini kebutuhan selama satu periode waktu bersifat fix atau deterministik, tetapi dalam
setiap kurun waktu terdapat kebutuhan yang tidak tetap selama tenggang waktu. Secara grafis situasi
model tersebut diperlihatkan dalm gambar dibawah ini
Persediaan
Q
Q Q
R
ഥt
𝐷
R– Dt
Stock Out
ti ti ti Waktu
t t t
(R − ̅̅̅
𝐷𝑡 ) CC ..(2.5)
∑~
𝐷𝑡 >𝑅(𝐷𝑡 − 𝑅 )𝑝(𝐷𝑡 ) 𝐶𝑝 𝑁 ..(2.6)
Sehiingga jumlah biaya selama satu periode T berdasarkan jumlah dari kedua biaya diatas yaitu:
𝐷
(TC)2 =(R − ̅̅̅
𝐷𝑡 ) CC + ∑~
𝐷𝑡 >𝑅(𝐷𝑡 − 𝑅 )𝑝(𝐷𝑡 ) 𝐶𝑝 (𝑄 ) ..(2.7)
0
Nilai TC sangat berpengaruh terhadap biaya perusahaan maka nilai TC yang digunakan harus nilai TC
yang serendah mungkin. Untuk menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini digunakan model
ini. Alasan digunakannya model ini karena adanya kebutuhan selama tenggang waktu yang bersifat
tidak tetap dan kemungkinan tidak sama dengan kebutuhan yang diharapkan, bahkan ada
kemungkinan terjadinya stock out.
Sedangkan menetukan reorder point maksimum dapat diperoleh dari persamaan berikut:
𝐶 𝑄0
F(R0) ≥ 1− 𝐶𝑐 = F(Dt) ..(2.8)
𝑝 𝐷