Professional Documents
Culture Documents
Penyalahgunaan NAPZA
Angka prevalensi penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya)
di 12 provinsi mengalami kenaikan terutama di Jakarta (BNN, 2016). Untuk mengurangi
peningkatan pemakaian NAPZA diperlukan kebijakan pemerintah dan pencegahan
penyalahgunaan NAPZA. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya akan membahas tentang
kebijakan pemerintah dan pencegahan penyalahgunaan NAPZA.
A. Kebijakan pemerintah
1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
menyatakan :
a. bahwa mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan,
dan/atau menggunakan narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
seksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan merupakan tindak
pidana narkotika karena sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar
bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan nasional
Indonesia;
b. bahwa tindak pidana narkotika telah bersifat nasional yang dilakukan dengan
menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan
organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di kalangan
generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan
negara sehingga UndangUndang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk
menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut.
Negara wajib menyediakan sumber daya manusia, program rehabilitasi dan fasilitas
rehabilitasi. Saat ini lembaga rehabilitasi yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat
hanya mampu menyediakan lebih kurang 18.000 orang per tahun, sedangkan kebutuhan
untuk rehabilitasi sebagaimana hasil penelitian dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
Puslitkes UI tahun 2011 diperkirakan untuk 1,19 juta orang yang memerlukan rehabilitasi
baik rehabilitasi rawat jalan maupun rawat inap serta rehabilitasi yang ada di dalam lapas dan
rutan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kerjasama yang kuat dan terus menerus oleh
pemerintah dalam hal ini BNN, kementerian kesehatan dan kementerian sosial, pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota, serta komponen masyarakat. Diharapkan di seluruh provinsi
dan kabupaten/kota paling tidak tersedia satu tempat rehabilitasi yang diinisiasi oleh
pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota untuk memberikan pemulihan kesehatan kepada
warganya sendiri (Kemenkes RI, 2014).
Daftar Pustaka
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009. Dipetik pada Maret, 23, 2018 melalui
http://bnn.go.id/_multimedia/document/20171017/uu352009.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Rpublik Indonesia Nomor 2 tahun 2017. Dipetik pada Maret, 23, 2018
melalui http://www.hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._2_ttg_Perubahan_
Penggolongan_Narkotika_.pdf
Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2014). Pendekatan Spiritual Dalam Rehabiliasi Sosial Korban
Penyalahgunaan Narkoba Di Pesantren Inabah Surabaya. Dipetik pada Maret, 23, 2018 melalui
https://media.neliti.com/media/publications/52816-ID-pendekatan-spiritual-dalam-rehabilitasi.pdf
Lampiran