Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Sasaran
a. Bagi Masyarakat
Menurut Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) manfaat posyandu bagi
masyarakat adalah:
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi anak balita dan ibu,
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau
gizi buruk,
3. Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A,
4. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah
serta imunisasi tetanus toxoid (TT),
5. Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah,
6. memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan
anak,
7. apabila mendapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas
menyusuidapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas,
8. dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita.
b. Bagi Kader
Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) mengidentifikasi manfaat Posyandu
bagi kader antara lain:
1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap,
2) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu,
3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan,
4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.
c. Bagi Puskesmas
Menurut Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu
bagi puskesmas adalah:
1. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama,
2. dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat,
3. Meningkatkan efesiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian
pelayanan terpadu.
d. Bagi Sektor lain
Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu bagi
sector lain adalah:
1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan
AKB sesuai kondisi setempat.
2. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.
2.5 Pelaksanaan 5 meja pada posyandu balita
Sistem 5 meja tersebut tidak berarti bahwa Posyandu harus memiliki 5 buah meja
untuk pelaksanaanya, tetapi kegiatan Posyandu harus mencakup 5 pokok kegiatan:
Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui
Meja 2 Penimbangan balita
Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan
Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui
Meja 5 Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit
a. Meja 1 ( Pendaftaran ).
Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita. Bila anak sudah punya KMS berarti
bulan lalu sudah pernah ditimbang dan namanya dicatat pada secarik kertas. Secarik
kertas ini diselipkan di KMS . Kemudian ibu balita diminta membawa anaknya
timbangan dengan menggunakan sarung timbangan atau sering disebut Dacin caranya
3) Tahap 3 : Sebelum digunakan, letakkan bandul geser pada angka nol. Batang
4) Tahap 4 : Pasang sarung timbang, atau celana timbang, atau kotak timbang
celana timbang, atau kotak timbang dengan cara memasukkan pasir kedalam kantung
7) Tahap 7 : Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul
geser.
8) Tahap 8 : catatlah hasil penimbangan pada secarik kertas yang sudah
batang dacin ketali pengaman kemudian baru anak diturunkan. ( Depkes RI , 2000 )
c. Meja 3 ( Pencatatan )
Pengisian KMS. Buka KMS balita yang bersangkutan. Pindahkan hasil penimbangan
anak dari secarik kertas ke KMSnya. Pada penimbangan pertama isilah semua kolom
yang tersedia pada KMS. Bila ada kartu kelahiran,catatlah bulan lahir anak dari kartu
tersebut. Setelah anak ditimbang tuliskan titik berat badannya pada titik temu garis
1) Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil dengan resiko
2) Penyuluhan kesehatan.
Untuk semua balita mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil penimbangan
bulan.
d) Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.
tubuh anak setiap bulan februari dan agustus bagi bayi umur 6 – 12 bulan dan anak
balita 1 – 5 tahun.
g) Pentingnya stimulasi perkembangan anak balita dirumah.
h) Tentang bahaya mencret bagi balita, ASI terus diberikan seperti biasa, walaupun
anak sedang mencret.
i) Tentang bahaya infeksi saluran pernafasan akut Balita yang batuk pilek dengan
j) Tentang demam pada balita. Sering merupakan tanda – tanda malaria, campak,
e. Meja 5 ( YANKES )
Pelayanan kesehatan pada meja 5 dilakukan oleh petugas kesehatan dengan bentuk
1) Pemberian Imunisasi.
Manfaat imunisasi adalah untuk melindungi anak dan balita dari beberapa penyakit
b) Imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejam, dan tetanus.
2) Jadwal Imunisasi :
9 bulan Campak
3) Pemeriksaan kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil dapat dilakukan pada tiap trimester kehamilan
yaitu :
a) Trimester I 1 x
b) Trimester II 1 x
c) Trimester III 2 x
4) Pengobatan.
Pengobatan anak sakit meliputi pemberian obat bagi anak diare, panas, batuk pilek
dan beberapa penyakit yang tidak memerlukan perawatan di puskesmas atau rumah
sakit.
Untuk meja 1 s/d 4 dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja 5 dilaksanakan
oleh petugas kesehatan diantaranya: Dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan
sebagainya.
sistem 5 meja ini untuk mempermudah dalam pemberian pelayanan dan pencatatan.
Selain itu dengan sistem 5 meja kita dapat melibatkan peran serta masyarakat menjadi
kader posyandu.. Pada dasarnya semua balita yang datang ke posyandu diharapkan
dapat memanfaatkan semua fasilitas pelayanan yang di berikan pada sistem 5 meja
ini dikarenakan balita mengalami tumbuh kembang sehingga perlu dipantau oleh
Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (kelurahan/desa atau dengan
sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok Pengelola Posyandu yang
keanggotaanya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu tersebut
dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk organiasi Unit Pengelola
Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam
unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.
Pembiayaan Posyandu
1. Sumber biaya
Pembiayaan posyandu berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Masyarakat :
1) Iuran pengguna / pengunjung Posyandu.
2) Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
3) Sumbangan/donator dari perorangan atau kelompok masyarakat.
4) Sumber dana sosial lainnya, missal dana sosial keagamaan, zakat, infaq, sodaqoh , dsb.
Apabila forum peduli kesehatan kecamatan telah terbentuk, upaya pengumpulan dana
dari masyarakat ini seyogyanya dikoordinir oleh Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.
b. Swasta/Dunia Usaha
Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat ,menunjang pembiayaan Posyandu,.
Misalnya dengan menjadikan posyandu sebagai anak angkat perusahaan. Bantuan yang
diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai sukarelawan
posyandu.
c. Hasil usaha
Pengurus dan kader posyandu dapat melakukan usaha yang hasilnya disumbangkan untuk
biaya pengelolaan posyandu. Contoh, kegiatan usaha yang dilakukan antara lain :
1) Kelompok Usaha Bersama (KUB)
2) Hasil karya kader posyandu, misalnya kerajina, Taman Obat Keluarga (TOGA).
d. Pemerintah
Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal pembentukan, yakni
berupa dana stimulant atau bantuan lainnya dalam bentuk sarana dan prasarana posyandu
yang bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, APBDes dan
sumbe lain yang sah dan tidak mengikat.
Adapun sumber – sumber pembiayaan tersebut dapat berasal dari APBN, APBD propinsi
dan APBD Kab/kota, dan sumber-sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat dana
tersebut digunakan untuk :
a. Biaya operasional kesekretariatan/sekretaris tetap.
b. Biaya operasional pembinaan, supervisi, bimbingan teknis.
c. Biaya operasional penyelenggaraan posyandu, seperti pengadaan PMS, dacin, obat-obatan,
vaksin, dsb.
d. Dukungan biaya operasional Kader,dsb.
2.7 KMS
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan
pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat KMS di
Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan
pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari
1. penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan,
pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan
2. menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan
pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian
suplementasi gizi dan rujukan
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS
harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada
anak.
1.1 Fungsi utama KMS ada 3, yaitu;
a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak
tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anakmengikuti
grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami
gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan
kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI
pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti
pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare.
1.2 Cara Membaca KMS
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Contoh: Diketahui Umur anak 5 bulan dengan berat badan7.01 kg
Z-score = (7.01 – 7,5 ) : 0.8 = - 0.6 SD
= status gizi buruk
Berdasarkan pengukuran secara antropometri diketahui bahwa status gizi anak tersebut adalah
“gizi buruk” sedangkan pertumbuhannya pada KMS dinilai baik, ini menunjukan bahwa KMS
tidak dapat dijadikan ajuan sendiri dalam mengetahui status gizi anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah
kelompok-kelompok rentan yakni ibu hamil, ibu menyusui bayi dan balita. Oleh
sebab itu pelayanan Posyandu mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatan ibu dan
anak, imunisasi, gizi, penanggulangan diare, dan keluarga berencana.Tujuan
dikembangkan Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan. Manfaat
posyandu bagi kader, bagi puskesmas, maupun bagi sektor lain bermacam-macam
sesuai dengan perannya masing-masing. Akan tetapi masih ada faktor yang
mempengaruhi ketidakberhasilan posyandu itu sendiri. Sehingga angka kematian
bayi dan balita serta angka kematian ibu masih belum terjadi penurunan sesuai
dengan target yang diharapkan
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional selain mengetahui dan melaksanakan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan SOP, hendaknya juga dibekali dengan pengetahuan
mengenai perkembangan kesehatan bayi dan balita di Indonesia khususnya tentang
konsep posyandu balita dan faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan posyandu
tersebut. Sehingga sebagai tenaga kesehatan dapat memperbaiki perihal yang telah terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli. 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. USU : FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat).
(Judul artikel ini adalah Pengertian Kader Posyandu Kesehatan, Definisi Menurut Depkes)
http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-saku-posyandu.pdf
Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta Masyarakat
dalam UPKM. Dalam http://www.library.usu.ac.id.
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan Balita di Posyandu.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI, 2009, Buku Pegangan Kader Posyandu, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, diakses di www.promkes.depkes.go.id, tanggal 2 Nov 2014, 15.00 WIB
Kementrian Kesehatan RI, 2012, Ayo Ke Posyandu Setiap Bulan, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, diakses di www.promkes.depkes.go.id, tanggal 2 Nov 2014, 15.00 WIB