You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan,


penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam
bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga dapat meningkatkan
status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak
balita untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu sehingga mereka dapat
memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI,
2006).
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada masyarakat
setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti
lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita
lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI, 2006).
Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena di
setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan pada Tahun
1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu, pada Tahun 2005 meningkat
menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada Tahun 2008 menjadi 269.202
posyandu (Depkes RI, 2009). Ditinjau dari aspek kualitas masih ditemukan banyak
masalah, antara lain kelengkapan sarana dan keterampilan kader yang belum memadai
(Depkes RI, 2006).
Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu merupakan
tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu meningkatkan
pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi posyandu tersebut yaitu
meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta dedikasi kader di
posyandu, memperluas sistem posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah, menciptakan iklim kondusif untuk
pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran
serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan
posyandu dan memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga
profesional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
Peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi pelayanan posyandu
yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan penyakit menular
dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya penimbangan balita.
Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan
balita.
Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan
bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu
sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu
dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1) Pendaftaran; (2)
Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS); (4) Penyuluhan; dan
(5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari posyandu balita ?


2. Bagaimana tujuan dari posyandu balita ?
3. Bagaimana pelaksanaan sistem 5 meja posyandu ?
4. Bagaimana kader pada posyandu balita ?
5. Bagaimana KMS pada posyandu balita ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui tentang posyandu balita.


2. Mahasiswa mengetahui tujuan dari posyandu balita.
3. Mahasiswa mengetahui pelaksanaan sistem 5 meja posyandu.
4. Mahasiswa mengetahui kader pada posyandu balita.
5. Mahasiswa mengetahui KMS pada posyandu balita.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi
(Depkes, 2011).

Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan


kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam
mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan
masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (Meilani, 2009).

Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan


berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi,
pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan
keluarga dan kesejahteraan sosial. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat,
yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama
masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, intas sektor dan lembaga terkait
lainnya (Depkes, 2011).

2.2 Sasaran

Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah kelompok-kelompok rentan yakni ibu


hamil, ibu menyusui bayi dan balita. Oleh sebab itu pelayanan Posyandu mencakup
pelayanan-pelayanan: kesehatan ibu dan anak, imunisasi, gizi, penanggulangan diare, dan
keluarga berencana. Tujuan dikembangkan Posyandu sejalan dengan tujuan
pembangunan kesehatan (Depkes, 2009).
2.3 Tujuan

Menurut Sulistyorini (2011) tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah sebagai


berikut:
a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil,
melahirkan, dan nifas). AKI dsn AKB masih cukup tinggi meskipun dari tahun
ketahun sudah dapat diturunkan,
b) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera),
c) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untu mengembangkan
kegiatan kesehatan dan Keluarga Berenacana (KB) serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera,
d) Posyandu berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera,
e) Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan
kesejahteraan ibu, bayi, dan balita dan keluarga serta mempercepat penurunan
angka kematian ibu, bayi dan balita.

2.4 Manfaat Posyandu

a. Bagi Masyarakat
Menurut Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) manfaat posyandu bagi
masyarakat adalah:
1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi anak balita dan ibu,
2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau
gizi buruk,
3. Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A,
4. Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah
serta imunisasi tetanus toxoid (TT),
5. Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah,
6. memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan
anak,
7. apabila mendapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas
menyusuidapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas,
8. dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita.

b. Bagi Kader
Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) mengidentifikasi manfaat Posyandu
bagi kader antara lain:
1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap,
2) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu,
3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan,
4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.

c. Bagi Puskesmas
Menurut Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu
bagi puskesmas adalah:
1. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama,
2. dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat,
3. Meningkatkan efesiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian
pelayanan terpadu.
d. Bagi Sektor lain
Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat posyandu bagi
sector lain adalah:
1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan
AKB sesuai kondisi setempat.
2. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing sektor.
2.5 Pelaksanaan 5 meja pada posyandu balita
Sistem 5 meja tersebut tidak berarti bahwa Posyandu harus memiliki 5 buah meja
untuk pelaksanaanya, tetapi kegiatan Posyandu harus mencakup 5 pokok kegiatan:
 Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui
 Meja 2 Penimbangan balita
 Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan
 Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui
 Meja 5 Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit

a. Meja 1 ( Pendaftaran ).

Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita. Bila anak sudah punya KMS berarti

bulan lalu sudah pernah ditimbang dan namanya dicatat pada secarik kertas. Secarik

kertas ini diselipkan di KMS . Kemudian ibu balita diminta membawa anaknya

menuju tempat penimbangan.


b. Meja 2 ( Penimbangan Balita )

Penimbangan balita selain menggunakan timbangan bayi juga bisa menggunakan

timbangan dengan menggunakan sarung timbangan atau sering disebut Dacin caranya

adalah sebagai berikut :

1) Tahap 1 : Gantungkan dacin pada dahan pohon, pelana rumah, atau

penyangga kaki tiga.

2) Tahap 2 : Periksalah, apakah dacin sudah tergantung dengan kuat. (Cobalah

tarik kuat – kuat batang dacinnya kearah bawah).

3) Tahap 3 : Sebelum digunakan, letakkan bandul geser pada angka nol. Batang

dacin dikaitkan dengan tali pengaman.

4) Tahap 4 : Pasang sarung timbang, atau celana timbang, atau kotak timbang

yang kosong pada dacin.

5) Tahap 5 : Seimbangkan dacin yang sudah dibebani sarung timbang, atau

celana timbang, atau kotak timbang dengan cara memasukkan pasir kedalam kantung

pelastik diujung batang timbangan.

6) Tahap 6 : Anak ditimbang : seimbangkan sampai jarum timbang tegak lurus.

7) Tahap 7 : Tentukan berat badan anak dengan membaca angka diujung bandul
geser.
8) Tahap 8 : catatlah hasil penimbangan pada secarik kertas yang sudah

diselipkan didalam KMS.

9) Tahap 9 : Kembalikan bandul geser keangka nol. Perhatian, masukkan ujung

batang dacin ketali pengaman kemudian baru anak diturunkan. ( Depkes RI , 2000 )

c. Meja 3 ( Pencatatan )

Pengisian KMS. Buka KMS balita yang bersangkutan. Pindahkan hasil penimbangan

anak dari secarik kertas ke KMSnya. Pada penimbangan pertama isilah semua kolom

yang tersedia pada KMS. Bila ada kartu kelahiran,catatlah bulan lahir anak dari kartu

tersebut. Setelah anak ditimbang tuliskan titik berat badannya pada titik temu garis

tegak dengan garis datar.

d. Meja 4 ( Penyuluhan kesehatan dan PMT )

1) Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil dengan resiko

tinggi, WUS yang belum mengikuti KB.

2) Penyuluhan kesehatan.

Untuk semua balita mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil penimbangan

pada bulan ini.

Ibu balita diberi penyuluhan :

a) Pentingnya menimbang balita setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan balita.

b) Pentingnya ASI saja ( ASI Eksklusif ) sampai anak umur 4 bulan.

c) Pentingnya pemberian makanan pendamping ASI bagi anak berumur diatas 4

bulan.
d) Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.

e) Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita.

f) Pentingnya pemberian vitamin A untuk pencegahan kebutaan dan daya tahan

tubuh anak setiap bulan februari dan agustus bagi bayi umur 6 – 12 bulan dan anak

balita 1 – 5 tahun.
g) Pentingnya stimulasi perkembangan anak balita dirumah.

h) Tentang bahaya mencret bagi balita, ASI terus diberikan seperti biasa, walaupun
anak sedang mencret.
i) Tentang bahaya infeksi saluran pernafasan akut Balita yang batuk pilek dengan

nafas sesak atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.

j) Tentang demam pada balita. Sering merupakan tanda – tanda malaria, campak,

demam berdarah yang dapat membahayakan anak.

k) Tentang pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut.

3) Pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, Pil ulangan,kondom.

e. Meja 5 ( YANKES )

Pelayanan kesehatan pada meja 5 dilakukan oleh petugas kesehatan dengan bentuk

pelayanan sebagi berikut :

1) Pemberian Imunisasi.

Manfaat imunisasi adalah untuk melindungi anak dan balita dari beberapa penyakit

infeksi yang berbahaya.Yang perlu mendapatkan pelayanan imunisasi adalah anak

umur 2 – 12 bulan. Imunisasi bagi sasaran ini adalah :

a) Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC

b) Imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, batuk rejam, dan tetanus.

c) Imunisasi Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan.

d) Imunisasi Campak untuk mencegah penyakit campak.

e) Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis.

2) Jadwal Imunisasi :

Umur Jenis Imunisasi

2 bulan BCG, DPT 1, Polio 1

3 bulan HB 1, DPT 2, Polio 2

4 bulan HB 2, DPT 3, Polio 3

5 bulan HB3, Polio 4

9 bulan Campak

3) Pemeriksaan kehamilan.
Pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil dapat dilakukan pada tiap trimester kehamilan

yaitu :

a) Trimester I 1 x

b) Trimester II 1 x

c) Trimester III 2 x

4) Pengobatan.

Pengobatan anak sakit meliputi pemberian obat bagi anak diare, panas, batuk pilek

dan beberapa penyakit yang tidak memerlukan perawatan di puskesmas atau rumah

sakit.

5) Pelayan kontrasepsi IUD, Suntikan, Pil KB, dan Kondom.

Untuk meja 1 s/d 4 dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja 5 dilaksanakan

oleh petugas kesehatan diantaranya: Dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan

sebagainya.

Kegiatan lain setelah kegiatan pelayanan di dalam posyandu

1) Mencatat hasil kegiatan dalam register balita.

2) Membahas bersama – sama kegiatan lain atas saran petugas.

3) Menetapkan jenis kegiatan yang dilaksanakan misalnya : Penyuluhan KB,

makanan pendamping ASI, Pemanfaatan pekarangan atau peragaan keterampilan.

Pada pelaksanaan kegiatan posyandu idealnya semua pos pelayanan menggunakan

sistem 5 meja ini untuk mempermudah dalam pemberian pelayanan dan pencatatan.

Selain itu dengan sistem 5 meja kita dapat melibatkan peran serta masyarakat menjadi
kader posyandu.. Pada dasarnya semua balita yang datang ke posyandu diharapkan

dapat memanfaatkan semua fasilitas pelayanan yang di berikan pada sistem 5 meja

ini dikarenakan balita mengalami tumbuh kembang sehingga perlu dipantau oleh

tenaga kesehatan maupun orang tua. ( Depkes RI, 2000 )

2.6 Kader dalam Posyandu Balita


Pengertian kader
kader adalah pria atau wanita yang berbadan sehat jasmani dan rohani serta mau bekerja
secara sukarela mengelola posyandu (Din.kes.prov.jatim, 2006).
Kader posyandu merupakan pilar utama penggerak pembangunan khususnya di bidang
kesehatan (www.purwakarta.go.id). Mereka secara swadaya dilibatkan oleh puskesmas
dalam kegiatan pelayanan kesehatan desa yang salah satunya adalah pemberian imunisasi
Polio. Tanpa mereka kegiatan pelayanan kesehatan di desa tidak banyak artinya (Mardiati,
2006). Kader posyandu sebaiknya mampu menjadi pengelola posyandu, karena merekalah
yang paling memahami masyarakat di wilayahnya (Dinkes.Prov. Jatim, 2006). Kader bertugas
melaksanakan penyuluhan di posyandu, salah satunya penyuluhan tentang bayi / balita
mengenai jadwal pemberian imunisasi dan manfaatnya (Dinkes.Prov.Jatim, 2005).
Tugas kader
Tugas-tugas kader posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka Posyandu,
meliputi :
a. Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat
pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan atau materi
penyuluhan.
b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk datang ke
Posyandu.
c. Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa
dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka
Posyandu.
d. Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader
Posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
ii. Tugas kader pada kegiatan bulanan Posyandu
a. Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja,
meliputi :
1. Meja 1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau ballita, yaitu menuliskan nama balita pada
KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil, yaitu
menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register ibu hamil.
2. Meja 2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan pada
secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
3. Meja 3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan
balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4. Meja 4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang
bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data
KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
5. Meja 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas
kesehatan, PLKB, PPL, dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan antara lain : Pelayanan
Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana, Pengobatan Pemberian pil penambah darah (zat
besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.
b. Kegiatan setelah pelayanan bulanan Posyandu
Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :
1. Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam buku register
atau buku bantu kader.
2. Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu pada
bulan berikutnya. Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang
rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).
3. Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan) merupakan tindak lanjut dan
mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
Melaksanakan kegiatan di luar posyandu :
a. Melaksanakan kunjungan rumah
i. Setelah kegiatan di dalam Posyandu selesai, rumah ibu-ibu yang akan dikunjungi
ditentukan bersama.
ii. Tentukan keluarga yang akan dikunjungi oleh masing-masing kader. Sebaiknya diajak pula
beberapa ibu untuk ikut kunjungan rumah.
iii. Mereka yang perlu dikunjungi adalah :
a. Ibu yang anak balitanya tidak hadir 2 (dua) bulan berturut-turut di Posyandu
b. Ibu yang anak balitanya belum mendapat kapsul vitamin
c. Berat badanny tidak naik 2 (dua) bulan berturut-turut
d. Berat badannya di bawah garis merah KMS
e. Sasaran Posyandu yang sakit
f. Ibu hamil yang tidak menghadiri kegiatan Posyandu 2 (dua) bulan berturut-turut
g. Ibu hamil yang bulan lalu dikirim atau dirujuk ke puskesmas
h. Ibu yang mengalami kesulitan menyusui anaknya
i. Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapat kapsul iodium
j. Balita yang terlalu gemuk
b. Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan Posyandu
i. Langsung ke tengah masyarakat
ii. Melalui tokoh masyarakat atau pemuka agama atau adat
c. Membantu petugas kesehatandalam pendaftaran, penyuluhan, dan berbagai usaha
kesehatan masyarakat.
Organisasi
. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada saat


pembentukan posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sehingga dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi permasalahan dan kemampuan sumber daya.
Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan kader Posyandu yang
merangkap sebagai anggota.

Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (kelurahan/desa atau dengan
sebutan lain), selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok Pengelola Posyandu yang
keanggotaanya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu tersebut
dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk organiasi Unit Pengelola
Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam
unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.

Keterangan Per Bagian :

 Ketua : Bertugas dalam melakukan koordinasi dari masing-masing Seksi ,


Memimpin rapat pertemuan rutin dan melakukan pengecekan serta Evaluasi dari
masing-masing program
 Sekretaris : Bertugas melakukan pencatatan setiap kegiatan baik rencana
kegiatan maupun hasil kegiatan pada setiap program, membantu koordinasi mengenai
administrasi pembukuan Posyandu Sekar Gambir

 Bendahara : Bertugas sebagai pengelola dana / anggaran yang ada pada


posyandu.
 SIE. Kesehatan : Bertanggung jawab terhadap semua program dan penyusunan
program yang berkaitan dengan Kesehatan
Contoh : Pemantauan Balita Gizi buruk/BGM, Pemantauan Kejadian Penyakit,
Pemantauan Ibu ASI, dll

 SIE. PMT : Bertugas dalam pengelolaan PMT untuk kegiatan Posyandu.


 SIE. Pengembangan : Bertugas dalam perencanaan program yang inovatif
serta Sistem informasi yang berkaitan dalam pelaksanaan posyandu, untuk
meningkatkan kualitas posyandu itu sendiri.
CONTOH ORGANISASI

Pengorganisasian Pembinaan Posyandu


1. Dasar pemikiran pengorganisasian
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan beersumber daya masyarakat,
yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Bantuan pemerintah, dapat berupa fasilitasi, bimbingan teknis, pemenuhan
sarana/prasrana dasar, seperti : bantuan, vaksin, obat-obatan, diacin, sarung timbangan, dan
sebagainya. Dengan pengertian seperti ini, maka fungsi pembinaan dari pemerintah terhadap
posyandu pada hakekatnya tetap ada. Oleh karena itu, fungsi pembinaan dari pemerintah
tersebut perlu dikoordinasikan dan di organisasikan.
Adapun kelembagaan yang mengkoordinasikan fungsi pembinaan dari pemerintah itu, di
organisasikan melalui wadah kelompok kerja operasional posyandu (pokjanal posyandu). De
desa/kelurahan dikoordinasikan melalui pokja posyandu. Fungsi pembinaan tersebut meliputi
3 (tiga) aspek manajemen, yaitu aspek program, aspek kelembagaan, dan aspek personil atau
sumber daya manusia pengelola posyandu.
Unsur-unsur yang duduk dalam pengorganisasian pokjanal posyandu / pokja posyandu
tidak terbatas pada komponen instansi pemerintah saja, tetapi juga dapat melibatkan unsure-
unsur lain seperti Lembaga Profesi, Perguruan Tinggi, LSM, Swasta/dunia usaha dan
sebagainya.
Tujuan pengorganisasian pokjanal/pokja posyandu adalah untuk mengkoordinasikan
berbagai upaya pembinaan yang berkaitan dengan peningkatan fungsi dan kenerja posyandu,
yang secara operasional dilaksanakan oleh unit atau kelompok pengelola posyandu di desa,
melalui mekanisme pembinaan secara berjenjang oleh pokjanal posyandu di daerah.
2. Kedudukan pokjanal posyandu
Hubungan dan mekanisme kerja dalam fungsi koordinasi pembinaan dilakukan secara
berjenjanh antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Secara organisasi, pokjanal
posyandu pusat bertanggung jawab kepada Menteri dalam negeri melalui Direktur Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan desa selaku penanggung jawab Harian Pokjanal Posyandu
pusat. Sedangkan didaerah, kedudukan organisasi pokjanal posyandu secara fungsional
bertanggung jawab kepada Gubernur di Provinsi, kepada Bupati/walikota di kabupaten/kota.
Dan camat di kecamatan. Sedangkan pokja posyandu di desa/kelurahan bertanggung jawab
kepada kepaladesa/ kepala kelurahan.
3. Pembentukan pokjanal posyandu
Pokjanal posyandu pusat dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan Menteri dalam
Negeri.sedangkan di daerah pokjanal posyandu dibentuk dan ditetapkan dengan Surat
Keputusan gubernur untuk pokjanal Posyandu propinsi, Bupati/walikota untuk pokjanal
posyandu Kabupaten/Kota, camat untuk pokjanal Posyandu Kecamatan dan pokja posyandu
di Desa/Kelurahan di tetapkan melalui keputusan kepala desa/lurah.
4. Prinsip-prinsip pengorganisasian pokjanal posyandu
Pembentukan organisasi pokjanal/pokja posyandu diserahkan sepenuhnya kepada
pemerintah daerah masing-masing, namun diharapkan tetap menganut prinsip-prinsip sebagai
berikut :
a. Musyawarah mufakat
b. Struktur organisasi ramping, sederhana, dan kaya fungsi.
c. Keanggotaannya fungsional berdasarkan kompetensi masing-masing unsure, sehingga ada
kejelasan fungsi dan peran masing-masing dalam pengoganisasian pokjanal/pkja posyandu.
d. Mengutamakan prinsip koordinasi dan konsultasi.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat.

5. Tugas pokok dan fungsi pokjanal posyandu


Secara garis besar pokjanal/pokja posyandu mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai
berikut :
1) Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan maupun perkembangan kegiatan yang
berkaitan dengan kualitas program, kelembagaan dan SDM/pengelola program.
2) Menyampaikan berbagai data, informasi dan masalah kepada instansi/lembaga terkait untuk
penyelesaian tindak lanjut.
3) Menganalisis masalah dan kebutuhan intervensi program berdasarkan pilihan alternative
pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan local.
4) Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber pendanaan
untuk mendukung kegiatan pembinaan dan operasional posyandu, serta kesekretariatan
pokjanal/pokja posyandu.
5) Mengupayakan sumber-sumber pendanaan dalam mendukung operasional posyandu.
6) Melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, advokasi, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan program/kegiatan posyandu secara rutin dan terjadwal.
7) Memfasilitasi penggerakan dan pengembangan partisipasi, gotong royong, dan swadaya
masyarakat dalam mengembangkan posyandu.
8) Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
9) Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala desa/ Camat/Bupati / Walikota /
Gubernur/ Menteri sesuai dengan kedudukan pokjanal dari tingkat desa/kelurahan setempat
sampai tingkat pusat.

6. Mekanisme Hubungan kerja


Berdasarkan pada uraian tugas pokok dan fungsi pokjanal posyandu, serta peran dari
masing-masing unsur dalam pokjanal posyandu, yang secara kelembagaan menerapkan
prinsip dan cirri pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan posyandu sebagaimana
tersebut diatas, maka mekanisme hubungan kerja pokjanal posyandu, adalah sebagai berikut :
a. Mekanisme hubungan kerja secara vertical
Pada dasarnya secara hierarki organisasi tidak ada hubungan kerja langsung antara
pokjanal posyandu pusat dan daerah, karena tidak ada kewajiban pertanggungjawaban
kegiatan secara berjenjang. Oleh karena itu, mekanisme hubungan kerja pokjanal posyandu di
pusat dan daerah di dasarkan pada azas konsultasi dan distribusi informasi (bukan pelaporan).
b. Mekanisme hubungan kerja secara horizontal
Mekanisme hubungan kerja antar atau sesame pokjanal posyandu bersifat koordinasi dan
kemitraan yang di dasarkan pada kepentingan inter dan antar daerah dalam
penanganan maupun kelangsungan pembinaan program.
c. Mekanisme hubungan kerja dengan organisasi /kelembagaan lain sejenis :
Tidak dapat dihindari keberadaan berbagai organisasi/kelembagaan yang membina
sesuatu program yang sejenis, seperti Badan Perbaikan Gizi Daerah (BPGD), Tim Upaya
Peningkatan Gizi Keluarga (UPGK), Pokja BKB, forum PAUD, Tim Pangan dan Gizi, badan
Ketahanan Pangan, dsb. Mempunyai hubungan kerja dengan pokjanal posyandu secara
koordinatif dan konsultatif.

Pembiayaan Posyandu

1. Sumber biaya
Pembiayaan posyandu berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Masyarakat :
1) Iuran pengguna / pengunjung Posyandu.
2) Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat.
3) Sumbangan/donator dari perorangan atau kelompok masyarakat.
4) Sumber dana sosial lainnya, missal dana sosial keagamaan, zakat, infaq, sodaqoh , dsb.
Apabila forum peduli kesehatan kecamatan telah terbentuk, upaya pengumpulan dana
dari masyarakat ini seyogyanya dikoordinir oleh Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.
b. Swasta/Dunia Usaha
Peran aktif swasta/dunia usaha juga diharapkan dapat ,menunjang pembiayaan Posyandu,.
Misalnya dengan menjadikan posyandu sebagai anak angkat perusahaan. Bantuan yang
diberikan dapat berupa dana, sarana, prasarana, atau tenaga, yakni sebagai sukarelawan
posyandu.
c. Hasil usaha
Pengurus dan kader posyandu dapat melakukan usaha yang hasilnya disumbangkan untuk
biaya pengelolaan posyandu. Contoh, kegiatan usaha yang dilakukan antara lain :
1) Kelompok Usaha Bersama (KUB)
2) Hasil karya kader posyandu, misalnya kerajina, Taman Obat Keluarga (TOGA).
d. Pemerintah
Bantuan dari pemerintah terutama diharapkan pada tahap awal pembentukan, yakni
berupa dana stimulant atau bantuan lainnya dalam bentuk sarana dan prasarana posyandu
yang bersumber dari dana APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, APBDes dan
sumbe lain yang sah dan tidak mengikat.

2. Pemanfaatan dan pengelolaan dana


Pengelolaan dana dilakukan oelh pengurus posyandu, dana harus disimpan ditempat yang
aman dan jika mungkin mendatangkan hasil. Untuk keperluan biaya rutin disediakan kas
kecil yang dipegang oleh kader yang ditunjuk. Setiap pemasukan dan pengeluaran harus
dicatat dan dikelola secara bertanggung jawab.

Pembiayaan pokjanal posyandu

Adapun sumber – sumber pembiayaan tersebut dapat berasal dari APBN, APBD propinsi
dan APBD Kab/kota, dan sumber-sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat dana
tersebut digunakan untuk :
a. Biaya operasional kesekretariatan/sekretaris tetap.
b. Biaya operasional pembinaan, supervisi, bimbingan teknis.
c. Biaya operasional penyelenggaraan posyandu, seperti pengadaan PMS, dacin, obat-obatan,
vaksin, dsb.
d. Dukungan biaya operasional Kader,dsb.

2.7 KMS
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan
pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat KMS di
Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan
pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari
1. penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan,
pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan
2. menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan
pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian
suplementasi gizi dan rujukan
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS
harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada
anak.
1.1 Fungsi utama KMS ada 3, yaitu;
a. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak
tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anakmengikuti
grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami
gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
b. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan
kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI
pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
c. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti
pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare.
1.2 Cara Membaca KMS

Spoiler for KMS:

Cara membaca KMS


a. Isikan bulan lahir anak pada 0 bulan lahir
b. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.
c. Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.
d. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan
• Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan
• Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis datar (berat badan).
• Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan sebelumnya anak
ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus
• Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak dapat dihubungkan

1.2.1 Menentukan Status Pertumbuhan anak
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis
pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan
Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM). Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah
seperti tertera sebagai berikut:
Contoh disamping menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan anak
dalam KMS: Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami anak. Contoh :
a. TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya; kenaikan
berat badan < KBM (<800 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan berat badan >
KBM (>900 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat badan > KBM
(>500 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan < KBM (<400 g)
e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat badan < KBM (<300 g)
2. Penilaian Status gizi
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya
adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain, seperti Umur, Berat Badan, dan Tinggi Badan.
Pedoman yang digunakan adalah berdasarkan standar table Nation Center For Health Statistic
(NCHS). Status gizi anak dapat diketahui dengan mencocokan umur (dalam bulan) dengan berat
badan pada standar table WHO-NCHS.
Dalam KMS kita tidak dapat mengetahui secara langsung status gizi anak kita, karena untuk
mengetahui status gizi perlu dilaksankan pengukuran secara antropometri. Akan tetapi KMS
dapat menjadi ajuan untuk menilai status gizi anak atau sebagai tindak lanjut kewaspadaan
Contoh Kasus
Misalakan seorang anak yang berumur 5 bulan yang pada KMSnya mengalami pertumbuhan
yang baik dikarenakan setiap bulannya mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Untuk
mengetahui status gizi anak tersebut diperlukan pengukuran antropometri, berdasarkan indeks
BB/U, dengan status gizi baik, gizi buruk, gizi normal atau gizi lebih.
Berdasarklan penimbangan diperoleh catatan sebagai berikut.
• Pada bulan 0 (kelahiran) 3.05 kg
• Pad bulan pertama 4.06 kg
• Pada bulan kedua 4.7 kg
• Pada bulan ketiga 5.47 kg
• Pada bulan keempat 6.41 kg
• Pada bulan kelima 7.01 kg
Untuk mengetahui status gizi anak tersebut yaitu dapat digunakan rumus Zscore
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
• NIS : Nilai Induvidual Subjek
• NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
• NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Spoiler for WHO STD:

Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Contoh: Diketahui Umur anak 5 bulan dengan berat badan7.01 kg
Z-score = (7.01 – 7,5 ) : 0.8 = - 0.6 SD
= status gizi buruk
Berdasarkan pengukuran secara antropometri diketahui bahwa status gizi anak tersebut adalah
“gizi buruk” sedangkan pertumbuhannya pada KMS dinilai baik, ini menunjukan bahwa KMS
tidak dapat dijadikan ajuan sendiri dalam mengetahui status gizi anak.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah
kelompok-kelompok rentan yakni ibu hamil, ibu menyusui bayi dan balita. Oleh
sebab itu pelayanan Posyandu mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatan ibu dan
anak, imunisasi, gizi, penanggulangan diare, dan keluarga berencana.Tujuan
dikembangkan Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan. Manfaat
posyandu bagi kader, bagi puskesmas, maupun bagi sektor lain bermacam-macam
sesuai dengan perannya masing-masing. Akan tetapi masih ada faktor yang
mempengaruhi ketidakberhasilan posyandu itu sendiri. Sehingga angka kematian
bayi dan balita serta angka kematian ibu masih belum terjadi penurunan sesuai
dengan target yang diharapkan
3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan yang profesional selain mengetahui dan melaksanakan tindakan
keperawatan yang sesuai dengan SOP, hendaknya juga dibekali dengan pengetahuan
mengenai perkembangan kesehatan bayi dan balita di Indonesia khususnya tentang
konsep posyandu balita dan faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan posyandu
tersebut. Sehingga sebagai tenaga kesehatan dapat memperbaiki perihal yang telah terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli. 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. USU : FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat).

Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.

(Judul artikel ini adalah Pengertian Kader Posyandu Kesehatan, Definisi Menurut Depkes)

Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan Balita di Posyandu. http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id. 18.00 wib. 5


April 2010

http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-saku-posyandu.pdf

Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta Masyarakat
dalam UPKM. Dalam http://www.library.usu.ac.id.
Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan Balita di Posyandu.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga,
Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Kemenkes RI bekerjasama dengan Kelompok Kerja Oprasional (POKJANAL POSYANDU),


(2011), Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Diakses,
tanggal 2 Nov 2014, 16.23.

Kementrian Kesehatan RI, 2009, Buku Pegangan Kader Posyandu, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, diakses di www.promkes.depkes.go.id, tanggal 2 Nov 2014, 15.00 WIB

Kementrian Kesehatan RI, 2012, Ayo Ke Posyandu Setiap Bulan, Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, diakses di www.promkes.depkes.go.id, tanggal 2 Nov 2014, 15.00 WIB

You might also like