You are on page 1of 4

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin

untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan
secara efisien. Seiring waktu, penurunan produksi insulin dan kadar glukosa darah
meningkat. Dalam patofisiologi diabetes melitus tipe 2, dimulai dengan gangguan fase
earlypeak yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase sekresi
insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih
banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada
orang normal di mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta.
NIDDM ditandai dengan adanya kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin.
Gambaran klini terjadinya DM tipe 2 ini yaitu melalui keluhan klasik seperti penurunan
berat badan, banyak kencing, banyak minum, banyak makan. adapun keluhan lain yang
terjadi yaitu gangguan saraf tepi / kesemutan, gatal / bisul, gangguan ereksi dan
keputihan. dalam menegakkan diagosis dm dapat dilakukan berdasarkan cara
pelaksanaan TTGO menurut WHO 1985.
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada kaki yang disebabkan
oleh diabetes mellitus. Faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik
merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi vaskuler,
serta infeksi. Gangguan mikrosirkulasi selain menurunkan aliran darah dan hantaran
oksigen pada serabut saraf juga menurunkan aliran darah ke perifer hingga
aliran darah tidak cukup dan terjadi iskemia dan gangren. Faktor lain yang juga
berperan adalah trauma tekan yang terjadi terus-menerus, respon imun pasien dan jenis
mikroba.
Penderita kaki diabetik yang masuk rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma
kecil yang tidak dirasakan oleh penderita. Mayoritas pasien yang diamputasi kakinya
bermula dengan munculnya ulkus pada kaki. Deteksi awal dan perawatan yang baik
bisa mencegah dari tindakan amputasi.

Faktor risiko DM tipe 2 seperti genetik, usia, stres, minim gerak, pola
makan yang salah, dan obesitas. Pencegahannya dilakukan pada tiga level, yaitu
primer berupa penyuluhan pada faktor risiko; sekunder berupa diagnosis dini
(skirning), pengobatan, dan diet; tersier berupa tindakan rehabilitatif untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal. Adapun strategi penanggulangan DM
yaitu primordial prevention, health promotion, spesific protection, early diagnosis
and prompt treatmen, disability limitation dan rehabilitation. Tindakan
penanggulangan iaalah pengendalian DM yang lebih diprioritaskan pada
pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor risiko DM seperti upaya
promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Dan adapun faktor penanggulangan Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu melalui edukasi,
perencanaan Makan, Aktivitas fisik dan Pengobatan.

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya. Pada penyandang DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat
sel dan semua tingkatan anatomik. Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan
berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih,
tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi
ulkus/gangren diabetes. 1
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada kaki yang
disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya
kaki diabetik merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik,
insufisiensi vaskuler, serta infeksi. Gangguan mikrosirkulasi selain menurunkan aliran
darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf juga menurunkan aliran darah ke perifer
hingga aliran darah tidak cukup dan terjadi iskemia dan gangren. Faktor lain yang juga
berperan adalah trauma tekan yang terjadi terus-menerus, respon imun pasien dan jenis
mikroba.3
Penderita kaki diabetik yang masuk rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma
kecil yang tidak dirasakan oleh penderita. Mayoritas pasien yang diamputasi kakinya
bermula dengan munculnya ulkus pada kaki. Deteksi awal dan perawatan yang baik
bisa mencegah dari tindakan amputasi.4

Terjadinya masalah kaki diawali dengan status hiperglikemia pada penyandang DM


yang menyebabkan neuropati dan vaskulopati. Neuropati, baik neuropati sensorik,
motorik dan otonom akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang
kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabkan infeksi mudah menyebar menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah
yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes.1

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana seperti
klasifikasi Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool,
sampai klasifikasi Wagner yang lebih terkait dengan pengelolaan kaki diabetes, juga
klasifikasi Texas yang lebih kompleks tetapi lebih mengacu kepada pengelolaan kaki
diabetik. Suatu klasifikasi mutakhir dianjurkan olehInternational Working Group on
Diabetic Foot yaitu klasifikasi PEDIS. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat
ditentukan kelainan apa yang lebih dominan, vaskular, infeksi atau neuropati, sehingga
arah pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya suatu ulkus gangren
dengan critical limb ischemiatentu lebih memerlukan tindakan untuk mengevaluasi dan
memperbaiki keadaan vaskularnya terlebih dahulu. Sebaliknya, kalau faktor infeksi
menonjol, tentu pemberian antibiotik harus adekuat. 1
Klasifikasi Wagner 1
Wagner 0: Kulit intak/utuh
Wagner 1: Tukak superfisial
Wagner 2: Tukak dalam (sampai tendo, tulang)
Wagner 3: Tukak dalam dengan infeksi
Wagner 4: Tukak dengan gangren terlokalisasi
Wagner 5: Tukak dengan gangren luas seluruh kaki.

1.Adhi , Bayu.T1, Rodiyatul F. S. dan Hermansyah,2011. An Early Detection Method


of Type-2 Diabetes Mellitus in Public Hospital. Telkomnika, Vol.9, No.2, August
2011, pp. 287-294.

2. Tjeyan, Suryadi R.M, 2007.Risiko Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kalangan


Peminum Kopi Di Kotamadya Palembang Tahun 2006-2007. Department Of Public
Health And Community Medicine, Medical Faculty, Sriwijaya University, Palembang
30126, Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2, Desember 2007: 54-60 Hal 54.

3. Shahab, Alwi,2006.Diagnosis Dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus (Disarikan


Dari Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Di Indonesia : Perkeni 2006).Subbagian
Endokrinologi Metabolik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fk Unsri/ Rsmh Palembang,
Palembang.

4. Indraswari, Wiwi.2010. Hubungan Indeks Glikemik Asupan Makanan Dengan


Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Rsup
Dr. Wahidin Sudirohusodo. Skripsi Sarjana. Program Studi Ilmu Gizi , Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.

5. Rakhmadany, dkk. 2010. Makalah Diabetes Melitus. Jakarta : Universitas Islam


Negeri

6. Agustina, Tri ,2009.Gambaran Sikap Pasien Diabetes Melitus Di Poli Penyakit


Dalam Rsud Dr.Moewardi Surakarta Terhadap Kunjungan Ulang Konsultasi Gizi. KTI
D3. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Ilmu penyakit dalam.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2006.h.1874-91.
8. Yaturu, S. Obesity and type 2 diabetes. Journal of DiabetesMellitus. 2011; 1(4);10-6.

You might also like