You are on page 1of 62

LEMBAR PENGESAHAN

Lembar pengesahan di buat sebagai bukti bahwa Mahasiswa Prodi Profesi


Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang.
Kelompok 2 yang beranggota :
1. Afrizal Febiansyah
2. Himmatul Auliya Afifah
3. Laili Istiana
4. Maftuhah
5. Salim Abdul Ghani
Telah melakukan Presentasi Askep Ruang Sedap Malam di RSJ. Dr.
Radjiman Widyodiningrat Lawang Malang dengan judul Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi Pendengaran.

Malang, 25 Januari 2018

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Wiwiek Widiatie, S. Kep.Ns., M.Kes.) (Retno Dyah G., S. Kep. Ns. )

Mengetahui
Kepala Ruang Sedap Malam

(Luluk Minarti, SST.)

1
KATA PENGANTAR\

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah seminar
keperawatan jiwa yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Masalah Utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran”

Penulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas


praktik Keperawatan Jiwa serta memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan jiwa.

Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Jiwa dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang


2. Kepala Bidang Perawatan RSJ dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang
Beserta Staf.
3. Dosen dan Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Jiwa
4. Kepala Ruang Sedap Malam RSJ dr. Radjiman Widyodiningrat Lawang
beserta Seluruh Perawat Ruangan.
5. Teman-teman mahasiswa Profesi Ners FIK Unipdu kelompok dua.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau
kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Untuk itu penyusun sangat
mengharapkan adanya masukan dan kritikan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 1 Februari 2018

Penyusun Kelompok 2

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan/ keperawatan
yang bermutu tinggi kepada masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan bila
perawat mampu menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach), menerapkan hasil penelitian/ pengetahuan terbaik
(evidence based practice), bekerja dengan baik bersama tim kesehatan, serta
melakukan pengkajian kemampuan diri/reflek diri untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari aspek profesional yang harus dikuasai.
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan
antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan,
sensasi somatic dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa
manusia masih mempunyai kemampuan dalam Membandingkan mana yang
merupakan respon dari dirinya.
Halusinasi merupakan respon persepsi paling maladapatif. Jika klien
sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra
(pendengaran, penglihatan, penghidupan, pengecapan, dan perabaan),
sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus pasca
indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada.
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Asuhan
keperawatan juga menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri
dari pengkajian menentukan masalah atau diagnosa, menyusun rencana
tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi.

B. Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk memahami proses terjadinya halusinasi.

3
2. Untuk memahami penyebab, tahapan dan jenis-jenis halusinasi.
3. Untuk mempelajari penyusunan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan halusinasi.
4. Untuk memberikan Asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
halusinasi

C. Manfaat
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat
sebagai berikut :
1. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
halusinasi kelak di lapangan.
2. Sebagai bahan referensi untuk para pembaca.

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Masalah Utama
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1 Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren :
persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa
yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien
gangguan jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah
satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi (Yusuf, 2015).

2 Rentang Respon

5
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut.
Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan
b. Respon psikosossial
Meliputi :
1) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma social budaya dan
lingkungan, ada pun respon maladaptive antara lain :

6
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam
(Damaiyanti,2012).
Menurut (Yusuf, 2015), Rentang respons neorobiologi yang paling
adaptif adalah adanya pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang
harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif adalah adanya waham,
halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran
rentang respons neorobiologi.
Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses pikir  Gangguan proses


 Persepsi akurat tidak terganggu berpikir/waham
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Emosi tidak stabil  Kesukaran proses
 Perilaku cocok  Perilaku tidak biasa emosi
 Hubungan sosial  Menarik diri.  Perilaku tidak
harmonis. terorganisasi
 Isolasi sosial.
3 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang
dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin

7
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga
timbul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda
atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat
terakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi
halusinasi.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
a. Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
b. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta
zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas
termasuk halusinasi.
c. Faktor psikologis

8
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi
realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,
motorik, dan sosial (Yusuf, 2015).

3. Tahapan halusinasi
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan
Laraia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :
a. Fase I (comforting) :Klien mengalami perasaan mendalam seperti
ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah dan bibir tanpa suara, pergerakkan mata yang
cepat, diam dan asyik sendiri, respon verbal yang lambat. Fikiran
dan pengalaman sesori masih ada dalam control kesadaran non
psikotik. Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara
umum, halusinasi merupakan suatu kesenangan.
b. Fase II (Condemning) :Pengalaman sensori menjijikkan,
menakutkan dan menyalahkan. Klien mulai lepas kendali dan
mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan.Selain itu, tingkat kecemasan berat secara umum
halusinasi yang menyebabkan perasaan antipasti, merasa dilecehkan
oleh pengalaman sensori tersebut. Disini terjadi peningkatan
tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah),
perhatian dengan lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap

9
pengalaman sensori kerja, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
c. Fase III (controling) : Klien berhenti menghentikan perlawanan
terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut, klien
bisa mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman halusinasi
tidak dapat di tolak lagi. Klien menyerah dan menerima
pengalaman sensori (halusinasi), kesepian bila pengalaman sensori
berakhir psikotik, perintah halusinasi ditaati, dan perhatian
terhadap lingkungan berkurang hanya beberapa detik. Di sini klien
sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan
dengan orang lain.
d. Fase IV (Conquering) : Pengalaman sensori menjadi mengancam
jika klien mengikuti perintah halusinasi (klien sudah dikuasai oleh
halusinasi). Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri,
tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan. Klien panik pengalaman sensori mungkin
menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasi, biar
berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada.
4 Jenis Halusinasi
NO JENIS HALUSINASI KARAKTERISTIK
1 Halusinasi pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling
sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan
yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai ke
percakapan lengkap antara dua orangatau lebih
tentang orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar di mana klien mendengar
perkatan bahwa pasien disuruh untuk melakukan

10
sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
2 Halusinasi penglihatan Halusinasi dimana seseorang kadang melihat
sesuatu yang menakutkan, Seperti :
- Apa yang dapat dilihat seolah – olah
berbentuk : orang,binatang, barang, atau
benda.
- Apa yang dilihat seolah – olah tidak
berbentuk : sinar,kilatan,atau pola cahaya.
- Apa yang dilahat seolah – olah berwarna atau
tidak berwarna .
3 Halusinasi penciuman Halusinasi yang seolah- olah mencium suatu bau
(olfaktori) tertentu.
Membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin atau
feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering
akibat stroke, tumor, kejang atau domensia.
4 Halusinasi pengecapan Halusinasi yang seolah – olah mengecap suatu
(guatatorik) zat atau rasa tentang sesuatu yang dimakan.
Merasa mengecap sesuatu rasa seperti rasa
darah, urin atau feses.
5 Halusinasi perabaan Halusinasi yang seolah – olah merasa di raba –
raba,disentuh,di colek – colek , ditiup,dirambati
ulat,dan disinari. Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati, atau orang lain.
6 Halusinasi gerak Halusinasi yang seolah – olah merasa badannya
bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa
anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
Merasakan pergerakan tubuhnya seperti berdiri

11
tanpa bergerak
7 Halusinasi visceral Halusinasi alat tubuh bagian dalam yang seolah
– olah ada perasaan tertentu yang timbul di tubuh
bagian dalam ( mis. Lambung seperti di tusuk –
tusuk jarum ).

8 Halusinasi hipnagogik Halusinasi dimana persepsi sensorik bekerja


yang salah yang terdapat pada orang
normal,terjadi tepat sebelum bangun tidur.

9 Halusinasi histerik Halusinasi yang timbul pada neurosis histerik


karena konflik emosional.

5 Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon
verba lambat
c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang ain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang
tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik
dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
g. Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya) dan takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengikuti perintah

12
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton
(Prabowo, 2014).

1. Penatalaksanaan pada Pasien Halusinasi


Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terpauti sebagai kiatnya.
Halusinasi visual sering terjadi pada saat klien bangun tidur / saat akan tidur
ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan termenung / melamun. Dalam
penatalaksanaan mengenal tuk-tuk proses keperawatan klien dengan
halusinasi yaitu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan
bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun sebabnya.
3. Menjelaskan cara-cara mengatasi (menghardik, nonton tv dan melakukan
pekerjaan tertentu yang menyembunyikan.
4. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien,
bagaimana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga.
5. Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis, dosis,
kegunaan maupun efek samping (Rasmun, 2001).

2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi


Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan
sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus
mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan
mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya
secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien
halusinasi perawat harusbersikap jujur, empati, terbuka dan selalu
memberi penghargaan namun tidak boleh tenggelam juga menyangkal
halusinasi yang klien alami. Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari
tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.

13
1. Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
a) Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai factor
perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu
factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan
 Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa
disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien
dibesarkan.
 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan
adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan
gangguan orientasi realitas.
 Faktor genetic
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui,
tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

14
b) Faktor Presipitasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk
koping.Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi,
objek yang ada dilingkungan juga suasana sepi/isolasi adalah sering
sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik.
 Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan
Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi
berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai
mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :
1) Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi
rangsang eksternal yang diberikan oleh
lingkungannya.Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan
obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu
terjadi.Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan.Klien tidak sanggup lagi menentang perintah

15
tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua prilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi
menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri.
Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu.
Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi
tidak berlangsung.
5) Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial,
sehingga interaksi dengan manusia lainnya merupakan
kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung
menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak
sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem

16
kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai
dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

6) Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan
menggunakan sumber koping dilingkungan. Sumber koping
tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
7) Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
C. Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan Effect

Perubahan sensori persepsi Core Problem

Isolasi sosial : menarik diri Cause

D. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi
E. Rencana asuhan Keperawatan
Tujuan Umum
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus
a. TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya

17
1) Kriteria Hasil
Setelah 1 X interaksi, pasien mampu membina hubungan saling percaya
dengan perawat dengan kriteria: ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang, dan kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengungkapkan perasaannya.
2) Intervensi
a) Bina hubungna saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
b) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
c) Perkenakan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
d) Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai pasien
e) Buat kontrak yang jelas
f) Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta
menerima apa adanya
g) Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
pasien
h) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
i) Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada ekspresi
perasaan pasien.
b. TUK 2 : pasien dapat mengenal halusinasinya
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 X interaksi, pasien dapat menyebutkan:
a. Isi
b. Waktu
c. Frekuensi
d. Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
2) Intervensi
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi ( verbal dan
nono verbal)

18
c) Bantu mengenal halusinasi
d) Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarivikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan pasien isi, waktu, dn
frekuensi halusinasi pagi, siang , sore, malam atau sering, jarang )
e) Diskusikan tentang apa yang dirasakaan saat terjadi hausinasi
f) Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi
g) Diskusikan tentang dampak yang akan dialami jika pasien
menikmati halusinasinya.
c. TUK 3 : pasien dapat mengontrol halusinasinya
1) Kriteria Hasil:
Setelah 2 X interaksi pasien menyebutkan tindakan yang biasanya
diakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
2) Intervensi
a) Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan paisen
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol halusinasi
d) Bantu pasien memiih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya
e) Pantau pelaksanaan tindakan yang telah dipiih dan dilatih, jika
berhasi beri pujian
d. TUK 4 : pasien dapat dukungan dari keluarga daam mengontrol hausinasi
1) Kriteria Hasil:
Setelah 2 X interaksi keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti
pertemuan dengan perawat
2) Intervensi
a) Buat kontak pertemuan dengan keluarga (waktu, topik, tempat)
b) Diskusikan dengan keluarga : pemgertian halusianasi, tanda gejala,
proses terjadi, cara yang bisa diakukan oleh pasien dan keluarga
untuk memutus halusinasi, obat-obat halusinasi, cara merawat
pasien halusinasi dirumah, beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan.

19
c) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
e. TUK 5 : pasien dapat menggunakan obat dengan benar
1) Kriteria Hasil
Setelah 2 X interaksi pasien mendemonstrasikan penggunaan obat
dengan benar
2) Intervensi
a) Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis,
nama, frekuensi, efek samping minum obat
b) Pantau saat pasien minum obat
c) Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat
d) Beri reinforcemen jika pasien menggunakan obat dengan benar
e) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter
f) Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat jika terjadi
hal-ha yang tidak diinginkan (Prabowo, 2014).

20
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal MRS : 01 Januari 2018


Tanggal Dirawat di Ruangan : 04 Januari 2018
Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2018
Ruang Rawat : Sedap Malam

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny “RM”
Umur : 37 Tahun
Alamat : Purwoasri - Kediri
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan :-
JenisKel. : Perempuan
No RM : 74xxx

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
“Saya dibawa kesini sama kakak saya namanya mbk Aminah”
b. Data sekunder
Menurut perawat ruangan sesuai status px, pasien dibawa ke RS karena
pasien gelisah,mondar-mandir, marah-marah.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan ingin pulang dan ingin dituliskan alamatnya.
Px mengatakan mendengar suara suara yang mengajaknya bicara.

III. FAKTOR RIWAYAT SEKARANG (PRESIPITASI)

21
Pasien kambuh sejak 5 bulan yang lalu. pasien sering keluyuran selama 5
bulan, tidak pernah pulang, mondar-mandir ke pasar. Dengan membawa
bungkusan barang kotor, bicara senyum sendiri, penyebabnya tidak pernah
minum obat, kemudian dibawa keluarga ke RSJ

IV. FAKTOR PENYAKIT DAHULU ( FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya, “saya kesini sudah 4 kali.”

2. Faktor penyebab/pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik - √ - -
2. Aniaya seksual - - - -
3. Penolakan - - - -
4. Kekerasan dalam keluarga - - - -
5. Tindakan kriminal - - - -
Jelaskan:
“ iya mbk, saya pernah memukul”
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

b. Pernah melakukan upaya/percobaan/bunuh diri


Pasien mengatakan tidak pernah melakukan upaya percobaan bunuh diri
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan,


kematian, perpisahan)
Pasien mengatakan ayah meninggal saat berumur 5 tahun “ saya sedih dan
suka menyendiri”
Diagnosa Keperawatan : Respon pasca trauma

d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)

22
Tidak
“Saya tidak pernah sakit selama ini”
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Riwayat penggunaan NAPZA


Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat-obatan dan minum
minuman alkohol
Diagnosa Keperwatan : -

3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya


Jelaskan :
Berobat ke RSJ hasilnya membaik, tetapi px dirumah tidak mau minum
kontrol dan minum obat.
Diagnosa Keperawatan : Regimen terapeutik inefektif.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggotakeluarga yang gangguan jiwa ? Tidak
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan

23
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram

Keterangan :
: Perempuan : Dekat
: Laki – laki
: Meninggal
: Orang tinggal serumah
: Perkawinan
: Klien

Jelaskan:
Klien anak kedua dari 3 bersaudara, klien diasuh oleh kedua orang
tuanya dengan baik dan adil, pada saat umur 5 tahun ayah klien
meninggal. Klien dekat dengan kakak pertamannya, klien suka
menyendiri dan jarang bercerita saat ada masalah. Klien sekarang tinggal
ibu dan adiknya.
2. KonsepDiri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan dirinya cantik, bisa berdandan tidak ada yang kurang
pada dirinya. Bagian yang paling di senangi adalah mata karena menurut
pasien banyak manfaatnya, bagian tubah yang tidak disenangi “tidak ada”
b. Identitas :

24
Pasien mengatakan nama saya “RM” suka dipanggil “R” saya punya
kakak dan adik perempuan, saya juga punya satu anak namanya putri.
Saya seneng jadi perempuan.
c. Peran :
Di Rumah : Pasien mengatakan sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara
Di RSJ : Ny “R” berperan sebagai pasien. Pasien diberi
tanggungjawab ssssuntuk membersihkan ruangan (menyapu
dan mencuci), pasien juga membantu kegiatan yang ada di
Ruang Sedap Malam RSJ Lawang.
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan menerima statusnya sebagai adik dari kakaknya dan
mengatakan ingin cepat pulang
e. Harga diri :
Pasien merasa puas dengan keadaannya, suka dengan nama yang
diberikan oleh ibunya, pasien dekat dengan kakaknya. Pasien mengatakan
sering menyendiri dan suka menyendiri dengan alasan tidak suka keluar
rumah.
Diagnosa Keperawatan : HDR

3. Hubungan sosial ( di rumah dan di RS )


a. Orang yang berarti/terdekat:
Di Rumah : Pasien mengatakan dekat dengan kakaknya
Di RSJ : Pasien mengatakan tidak mempunyai teman yang terdekat.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan
social:
Di Rumah : “saya tidak pernah keluar dari rumah, saya suka dirumah
dan sendiri”.
Di RSJ : Pasien mengikuti kegiatan yang ada di ruang Sedap
Malam ( menyapu, senam, cuci piring, membuang sampah,
dll)

25
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien mengatakan bahwa dirinya senang dirumah dan menyendiri
dirumah karena “saya tidak suka keluar rumah” “saya malu”
Diagnosa Keperawatan : HDR

4. Spiritual
a. Agama

Agama Islam dengan mengakui Tuhan satu dan mengatakan dirinya


sholat.
b. Pandangan terhadap jiwa
Pasien menyadari bahwa dirinya gangguan jiwa.
“saya sakit jiwa”
Masalah / DiagnosaKeperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum

Pasien tampak bersih, kuku bersih dan agak panjang, gigi kuning, bicara
sendiri, jarang bersosialisasi dengan teman temannya. ;p-

2. Kesadaran ( kuantitas )

Kesadaran composmentis, E= 4 V= 5 M=6

3. Tanda Vital

TD : 130/80 MmHg

Suhu : 36,9° C

Nadi : 88 x/Menit

Pulse : 20 x /menit

4. Ukur
BB : 53 kg
TB : 159 cm

26
5. Keluhan Fisik

“saya tidak pernah sakit”

Masalah / DiagnosaKeperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan umum usia : penampilan pasien terlihat sesuai dari umurnya.
Cara berpakaian sesuai dan tidak terbalik, serta tidak kotor. Kebersihan
baju bersih, sandal bersih.
Masalah / DiagnosaKeperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan.

2. Pembicaraan
Cara bicara pasien cepat, keras, sesuai pertanyaan, dan berulang-
ulang,meloncat – loncat, gagap.
Masalah / DiagnosaKeperawatan: Kerusakan Kounikasi.

3. Aktifitasmotorik/Psikomotor
Pasien sering duduk menyendiri bicara dan tertawa sendiri dan kadang
marah-marah, melakukan aktivitas jika petugas kesehatn memberi
perintah.
Masalah/ DiagnosaKeperawatan : Defisit Aktivitas
4. Afek dan Mood
a. Mood
Khawatir, pasien sering meminta dituliskan alamat rumahnya, pasien
selalu meminta pulang.

b. Afek
Labil, pasien dapat berubah-ubah emosi secara cepat tanpa
dikendalikan.
Masalah / DiagnosaKeperawatan: Gangguan Proses Pikir
5. Interaksi selama wawancara
 Kontak mata kurang

27
 Defensif
Jelaskan:
Pasien tidak fokus terhadap lawan bicara, dan mempertahankan pendapatnya,
dengan mengatakan “Ndak apa apa mbak himma”
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial.

6. Persepsi – Sensorik
Halusinasi
 Pendengaran
Ilusi
 Tidak ada
Jelaskan:
Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara seorang perempuan yang
mengajaknya untuk bicara, “saya disuruh pulang, suaranya muncul saat saya
sendiri, saya nggak suka dengan suara-suara itu, kadang suara itu saya marahin.
Suara itu pergi kalau saya bicara dengan orang lain”.
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Dengar
7. Proses Pikir
a. ArusPikir:
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkumstansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilanganasosiasi
 Flight of idea
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 PengulanganPembicaraan/perseverasi

28
 Afasia
 Asosiasibunyi
Jelaskan:
Klien sering merubah-rubah topik pembicaraan dan sering mengatakan “Ndak
papa mbak”
b. Isi Pikir
 Fobia (Monofobi)
Jelaskan:
Pasien mengatakan takut bila sendirian, karena suara-suara itu pasti datang, kalau
sendiri
c. Bentuk Pikir
 Otistik
Jelaskan:
Pasien mengatakan bahawa dirinya ada yang mengajak bicara.
Masalah / DiagnosaKeperawatan: Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran
a. Orientasi
Jelaskan:
“Saya ada di Rumah Sakit Jiwa”. “Ruang Sedap Malam”. “Hari senin,
bulan Januari tahun 2018”. “Jam setengah 5” “mbak rina”.
b. Menurun
 Kesadaran Berubah
Kesadaran pasien berubah-berubah, pasien sering mendengar-
mendengar suara-suara, pasien suka bicara, tertawa sendiri, dan marah-
marah.
Masalah / DiagnosaKeperawatan: Gangguan Proses Pikir

9. Memori
 Pasien dapat mengingat kejadian > 1 bulan misal: “Bapak meninggal
saat saya umur 5 tahun”
 Pasien dapat mengingat kejadian ≤ 1 bulan misal: “saya disini sudah
18 hari.

29
 Pasien dapat mengingat kejadian kurun waktu 10 detik sampai 15
menit misal: saat saya menanyakan nama saya kembali pasien dapat
menyebutkannya.

Masalah / DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

10. Tingkat konsentrasi dan berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
Jelaskan:
Konsentrasi pasien mudah beralih, berubah-rubah topik saat diajak berbicara, dan
kontak mata yangg kurang serta mudah beralih.
b. Berhitung
Pasien dapat berhitung
Masalah / DiagnosaKeperawatan : Gangguan Proses Pikir

11. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna
Jelaskan:
Tidak ada gangguan
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
12. Daya tilik diri
Jelaskan:
Tidak mengingkari penyakit yang diderita. Pasien tahu bahwa dirinya ada dirumah
sakit jiwa, dan mengatakan bahwa dirinya sedang sakit jiwa.

Masalah / DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

30
Jelaskan: pasien tahu saat saat ini, berada di RSJ untuk disembuhkan sakit
jiwanya, pasien mengetahui rumahnya ada dikediri, dan tempat tinggal bersama
ibu dan kakaknya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan Diri
1) Mandi
Jelaskan:
Pasien mengatakan mampu, mandi sendiri tanpa bantuan dari
orang lain (mandi 2x sehari, mau memakai sabun, tidak sikat gigi
dan jarang memakai shampo), berpakaian berhias dan berdandan
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
Keperawatan
2) Berpakaian, Berhias, Berdandan
Jelaskan:
Pasien mampu berpakaian dan mampu berhias seperti, memakai
bedak dan menyisir rambut.
3) Makan
Jelaskan:
Pasien mengatakan mampu makan sendiri, pada saaat bergabung
dengan pasien lain. Makan 3x sehari habis, tidak ada keluhan.
Pasien tidak mengacak acak makanan serta tidak pernah merebut
makanan pasien lain.
4) Toileting (BAB dan BAK)
Jelaskan:
Pasien mengatakan BAB satu kali sehari, BAK 3 kali/hari. Klien
mau BAB dan BAK di WC (Toilet), klien mau cebok dengan
tangannya.
3. Nutrisi

Barapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari

31
3x sehari, nafsu makan baik, 1 porsi habis tidak menyisakan
makanan.
4. Istirahat dan tidur
 Tidur Siang, Lama : 13.00 s/d 15.00
 Tidur Malam, Lama : 21.00 s/d 05.00
 Aktifitas sebelum/sesudah tidur : duduk duduk dikamar.
Jelaskan:
Klien mengatakan pada saat tidur siang selama 2 jam dan tidur
malam selama kurang lebih 8 jam dan aktivitas sebelum tidur,
duduk-duduk di kamar dan berbaring, tidak ada gangguan tidur.
5. Kemampuan lain-lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien belum mampu mengantisipasi kebutuhan hidup. Terbukti
klien saat ditanya “bagaimana memenuhi kebutuhan hidup bila
tidak bekerja”, klien menjawab “Ndak papa”
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya : Pasien
mampu membuat keputusan berdasarkan keinginannya, terbukti
saat diminta memilih di RSJ atau dirumah, pasien mengatakan
“ingin pulang”
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatannya sendiri :
Klien belum mampu mengatur penggunaan obatnya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Koping Inefektif.
6. Sistem Pendukung : Keluarga, Terapis Dan Kelompok Besar
Jelaskan:
Klien mendapat dukungan dari terapis pada saat di RSJ.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
Keperawatan

32
IX. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minuman lkhohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan
 Teknikrelaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Mencideraidiri
 Lain-lain…………….  Lain-lain (Menyendiri)
Jelaskan :
Ketika ada masalah pasien lebih senang dipendam sendiri dan
menyendiri.Masalah / Diagnosa Keperawatan : Koping Inefektif.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kelompok lain.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya.
Klien mengatakan bahwa klien jarang berhubungan dengan tetangga dan
lingkungan, karena senang menyendiri.
 Pendidikan pasien hanya sampai SMP dan pasien mengatakan “ndak ada
masalah”
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak pernah bekerja.
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Klien mengatakan tinggaldengan ibu dan kakaknya.
 Tidak ada masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Klien mengatakan bahwa dirinya masih ketergantungan dengan kakak dan
ibunya, dikarenakan tidak ada pekerjaan.
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
“Saya sehat-sehat aja”.
 Masalah lainnya, spesifiknya
Masalah/ DiagnosaKeperawatan : Isolasi Sosial.

33
XI. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Jawaban: Ya.
Penjelasan: Klien mengatakan bahwa klien adalah lulusan smp klien sudah
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya. Menurut status pendidikan yang
kurang akhirnya mengatasi masalah dengan di pendam sendiri.
Masalah / Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan

XII. ASPEK MEDIS


Diagnosis Medik : F.20.1 Schizophrenia Hebephrenik
Axis 1 : F.20 Schizophrenia Hebephrenik
Axis 2 :
Axis 3 :
Axis 4 :
Axis 5 :
Terapimedik :
- Tablet haloperidol 5mg 1-0-1
- Tablet clorpromazine 100mg 0-0-1
- Tablet trihexipenidil 2mg 1-0-1

34
ANALISA DATA

MASALAH /

NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN

DS: “ iya mbk, saya pernah memukul” Resiko Perilaku Kekerasan

DO:
1. - tegang saat bercerita
- Pembicaraan kasar jika
menceritakan marahnya
2. DS: Pasien mengatakan ayah meninggal Respon Pasca Trauma
saat berumur 5 tahun “ saya sedih dan
suka menyendiri”

DO: - klien sering menyendiri


3. DS: Berobat ke RSJ hasilnya membaik, Regimen Terapeutik Inefektif
tetapi px dirumah tidak mau kontrol dan
minum obat.

DO: -
4. DS: Pasien merasa puas dengan HDR
keadaannya, suka dengan nama yang
diberikan oleh ibunya, pasien dekat
dengan kakaknya. Pasien mengatakan
sering menyendiri dan suka menyendiri
dengan alasan tidak suka keluar rumah,
karena saya malas dan malu.

DO:

35
- Kontak mata kurang.
- Tampak malas-malasan.
- Tidak mau bercakap-cakap
dengan orang lain
5. DS:” Saya bingung mbak”. Gangguan Kerusakan
Komunikasi
DO: Cara bicara pasien cepat, keras,
sesuai pertanyaan, dan berulang-
ulang,meloncat – loncat, gagap.
6. DS: “saya malas saya tidur saja” Defisit Aktivitas

DO: pasien sering duduk-duduk di


bed, beraktivitas jika diberikan perintah
7. DS: Gangguan Proses Pikir
- Labil, pasien dapat berubah-ubah emosi
secara cepat tanpa dikendalikan.
- Pasien mengatakan takut bila sendirian,
karena suara-suara itu pasti datang,
kalau sendiri
Pasien mengatakan bahawa dirinya ada
yang mengajak bicara.
-
DO: menyendiri
Marah marah tanpa sebab
8. DS: pasien mengatakan bila Koping individu inefektif
menghadapi suatu permasalahan lebih
senang di pendam sendiri dan
menyendiri
DO:
9. DS: Pasien tidak fokus terhadap lawan Kerusakan Interaksi Sosial

36
bicara, dan mempertahankan
pendapatnya, dengan mengatakan
“Ndak apa apa mbak himma”

DO: pasien tidak fokus terhadap


lawannya
10. DS: Pasien mengatakan sering Gangguan Sensori Persepsi:
mendengar suara-suara seorang Halusinasi Dengar
perempuan yang mengajaknya untuk
bicara, “saya disuruh pulang, suaranya
muncul saat saya sendiri, saya nggak
suka dengan suara-suara itu, kadang
suara itu saya marahin. Suara itu pergi
kalau saya bicara dengan orang lain”.

DO: bicara sendiri


Tertawa sendiri
Marah tanpa sebab

XIII. DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Respon Pasca Trauma
3. Regimen Terapeutik Inefektif
4. Koping Individu Inefektif
5. Isolasi Sosial
6. Kerusakan Komunikasi
7. Defisit Aktivitas
8. Gangguan Proses Pikir
9. Kerusakan Interaksi Sosial
10. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Dengar

37
XIV. POHON MASALAH
Efek Resiko Perilaku Kekerasan Kerusakan Komunikasi

Problem Gangguan Persepsi Sensori


:Halusinasi Gangguan Proses
Pikir

causa Isolasi Sosial HDR

Koping Respon Regimen DPD


Individu Pasca Terapeutik
Inefektif Trauma Inefektif

XV. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi Sosial
3. Resiko perilaku Kekerasan

Malang, 22 Januari 2018


Perawat yang mengkaji

______________________
NIM/NIRM: ……………...

38
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
DENGAR
Nama : Ny “RM” DxMedis :
No.CM : Ruangan :

No. Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
TUM : 1. Kriteria Hasil 1. Bina hubungan saling
Pasien dapat Setelah 1 X interaksi, pasien percaya dengan
mengontrol mampu membina hubungan menggunakan prinsip
halusinasi yang saling percaya dengan komunikasi terapeutik
dialaminya perawat dengan kriteria: a. Sapa pasien dengan
f. TUK 1 : a. Ekspresi wajah ramah baik verbal
g. Pasien dapat bersahabat, maupun non verbal
membina b. Menunjukkan rasa b. Perkenakan nama,
hubungan saling senang, dan kontak nama panggilan dan
percaya mata, mau berjabat tujuan perawat
tangan, berkenalan
c. Mau menyebutkan c. Tanyakan nama
nama, mau duduk lengkap dan
berdampingan dengan panggilan yang
perawat, disukai pasien
d. Mau mengungkapkan d. Buat kontrak yang
perasaannya. jelas
e. Tunjukkan sikap jujur
dan menunjukkan
sikap empati serta
menerima apa adanya
f. Beri perhatian kepada
pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar
pasien

39
g. Beri kesempatan
pasien untuk
mengungkapkan
perasaannya
2. Dengarkan ungkapan
pasien dengan penuh
perhatian ada ekspresi
perasaan pasien.

TUK 2 : 2. Kriteria Hasil 1. Adakan kontak sering


Pasien dapat Setelah 2 X interaksi, dan singkat secara
mengenal pasien dapat bertahap
halusinasinya menyebutkan: 2. Observasi tingkah laku
a. Isi yang terkait dengan
b. Waktu halusinasi ( verbal dan
c. Frekuensi nono verbal)
d. Situasi dan kondisi 3. Bantu mengenal
yang menimbulkan halusinasi, jika pasien
halusinasi tidak sedang
berhalusinasi
klarivikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan
dengan pasien isi,
waktu, dn frekuensi
halusinasi pagi, siang ,
sore, malam atau
sering, jarang )
4. Diskusikan tentang apa
yang dirasakaan saat
terjadi hausinasi
5. Dorong untuk
mengungkapkan

40
perasaan saat terjadi
halusinasi
6. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialami jika pasien
menikmati
halusinasinya.

TUK 3 : 3. Kriteria Hasil: 1. Identifikasi bersama


Pasien dapat Setelah 2 X interaksi tentang cara tindakan
mengontrol pasien menyebutkan jika terjadi halusinasi
halusinasinya tindakan yang biasanya 2. Diskusikan manfaat
diakukan untuk cara yang digunakan
mengendalikan paisen
halusinasinya. 3. Diskusikan cara baru
untuk memutus/
mengontrol halusinasi
4. Bantu pasien memiih
cara yang sudah
dianjurkan dan latih
untuk mencobanya
5. Pantau pelaksanaan
tindakan yang telah
dipiih dan dilatih, jika
berhasi beri pujian

TUK 4 : pasien 4. Kriteria Hasil: 1. Buat kontak pertemuan


dapat dukungan Setelah 2 X interaksi keluarga dengan keluarga
dari keluarga menyatakan setuju untuk (waktu, topik, tempat)
daam mengontrol mengikuti pertemuan dengan 2. Diskusikan dengan
hausinasi perawat keluarga : pengertian
halusianasi, tanda
gejala, proses terjadi,

41
cara yang bisa
diakukan oleh pasien
dan keluarga untuk
memutus halusinasi,
obat-obat halusinasi,
cara merawat pasien
halusinasi dirumah,
beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat
bantuan.
3. Beri reinforcement
positif atas keterlibatan
keluarga
TUK 5 : pasien 5. Kriteria Hasil 3) 1. Diskusikan tentang
dapat Setelah 2 X interaksi pasien manfaat dan kerugian tidak
menggunakan mendemonstrasikan minum obat, dosis, nama,
obat dengan penggunaan obat dengan frekuensi, efek samping
benar benar minum obat
4) 2. Pantau saat pasien minum
obat
g) 3. Anjurkan pasien minta
sendiri obatnya pada perawat
h) 4. Beri reinforcemen jika
pasien menggunakan obat
dengan benar
i) 5. Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
j) 6 Anjurkan pasien
berkonsultasi dengan
dokter/perawat jika terjadi
hal-ha yang tidak diinginkan

42
43
FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum intraksi/ pertemuan dengan klien )

Hari Senin tgl 22 januari 2018

A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...................................
2. Diagnosa Keperawatan.
..................................................................................................................
..................................................................................................................
....................................
3. Tujuan Khusus ( TUK)
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

4. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
2. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan nama, nama panggilan, dengan tujuan perawat
berkenalan
4. Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai pasien
5. Buat kontak yang jelas
6. Tunjukan sikap yang terbuka
7. Dengarkan ungkapan perasaan pasien dengan empati
8. Penuhi kebutuhan dasar pasien
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum, Selamat Siang, saya perawat dari unipdu
2. Evaluasi/ validasi
Kalau ibu namanya siapa?
3. Kontrak
Topik : ibu nanti saya akan memperkenalkan diri ibu, nanti gantian
ibu ya?
Waktu : Kira-kira berapa lama ya ? bagaimana kalaui 20 menit?

44
Tempat : Kita ngobrol disini atau diluar?
B. FASE KERJA
Ibu kenalkan nama saya himmatul auliyah afifah, ibu bisa panggil saya
himma. Disini saya akan merawat ibu selama 2 minggu? Ibu
senangnya di panggil siapa? Ibu tinggalnya diamana? Apa yang ibu
rasakan hari ini?
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif
Pasien mengatakan namanya Riamah dan suka dipanggil Riamah
rumahnya di purwosari kediri
Evaluasi Obyektif
- Pasien mau mengatakan nama dan tempat tinggalnya
- Pasien mengeluh meminta untuk dituliskan alamatnya
rumahnya.
- Pasien mengatakan ingin pulang
- Pasien tampak menggerakan bibir tanpa bicara ( komat kamit)
dan sesekali terlihat bicara dan tersenyum sendiri
2. Rencana Tindak Lanjut
- Lakukan BHSP
- Identifikasi adanya halusinasi pendengaran atau pengelihatan
3. Kontrak yang akan datang
Topik : ibu besok kita ketemu lagi ya? Tentang kenapa ibu bisa
sampai disini ? dan saya lihat tadi ibu bicara dengan siapa?
Waktu: besok kita akan bertemu, ibu ingin jam berapa?
Tempat : ibu mau bicara dimana?

45
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama :...................... Ruang:................. No
RM:..................................

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


dx & jam KEPERAWATAN
22/01/18 1. Memberi salam terapeutik S: klien mengatakan
2. Memperkenalkan nama, nama namanya riamah
panggilan, asal tujuan rumahnya purwosari
perawat berkenalan kediri
3. Menanyakan nam lengkap O: - klien merespon saat
dan panggilan kesukaan klien ditanya namanya
4. Menanyakan tempat tinggal -kontak mata kurang
klien - klien terkadang terlihat
5. Membuat kontrak yang jelas bicara dan tersenyum
dengan klien sendiri
6. Membuat kontrak untuk A: klien belum mampu
kegiatan selanjutnya BHSP
P: ulangi TUK 1

46
FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum intraksi/ pertemuan dengan klien )

Hari Selasa tgl 23 januari 2018


A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien
DS : klien mengatakan namanya riamah rumahnya di purwosari klien
mengatakan mbak tuliskan alamat rumah saya biar saya bisa pulang
DO :- klien merespon saat ditanya namanya
- Kontak mata kurang
2. Diagnosa Keperawatan
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.....................................
3. Tujuan Khusus ( TUK)
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
2. Sapa pasien dengan ramah dan baik
3. Tanyakan pada pasien apakah masih mengingat nama kita
4. Tanyakan apa yang dirasakan pasien saat ini
5. Buat kontak yang jelas
6. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati
7. Identifikasi adanya halusinasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum. Selamat pagi ibu, bagaimana kabarnya?
2. Evaluasi/ Validasi
Ibu masih ingat dengan saya?
3. Kontrak
Topik : bagaimana ibu bisa sampai disini?
Waktu : bagaimana kalau 20 menit?
Tempat : kita bicara disini atau diluar?
B. FASE KERJA

47
Ibu riamah ingat nama saya? Hari ini apa yang ibu rasakan? Bagaiman
ibu riamah bisa sampai disini? Siapa yang membuat ibu riamah kesini?
Saya lihat ibu kelihatannya sedang bercakap cakap dengan seseorang,
saya boleh tau itu siapa?

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif
Pasien mengatakan tidak kenapa kenapa, dan tidak berbicara
dengan siapa siapa
Pasien mengatakan bisa sampai kesini karena dibawa oleh
kakaknya
Evaluasi Obyektif
- pasein menyangkal saat ditanya dia sedang bercakap cakap
- pasien menyangkal dengan intonasi tinggi
- pasien tampak gelisah
- kontak mata kurang

2. Rencana Tindak Lanjut


- Lakukan BHSP
- Identifikasi adanya halusinasi pendengaran
3. Kontrak yang akan datang
Topik : ibu besok kita ketemu lagi ya? Besok ibu cerita, ibu sedang
bicara dengan siapa?
Waktu: besok kita bertemu jam berapa?
Tempat : ibu riamah ingin bicara dimana?

48
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama:................. Ruang :................. No RM :............................

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


dx & jam KEPERAWATAN
23/01/18 1. Memberi salam terapeutik S: klien mengatakan bisa
2. Memperkenalkan nama, nama sampai kesini karena
panggilan, asal tujuan dibawah oleh kakaknya,
perawat berkenalan klien mengatakan tidak
3. Menanyakan nam lengkap sedang berbicara dengan
dan panggilan kesukaan klien siapa siapa
4. Menanyakan tempat tinggal O:
klien - klien menyangkal saat
5. Membuat kontrak yang jelas ditanya sedang berbicara
dengan klien dengan siapa
6. Membuat kontrak untuk - klien menyangkal
kegiatan selanjutnya dengan intonasi tinggi
- klien tampak gelisah
- kontak mata kurang
- bicara bicara, marah
dan tertawa sendiri
A: klien mampu BHSP
P: lanjut SP1 klien
halusinasi

49
FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum intraksi/ pertemuan dengan klien )

Hari Rabu tgl 24 januari 2018

A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien
DS : klien mengatakan bisa sampai disini karena dibawa oleh
kakaknya , klien mengatakan tidak sedang berbicara dengan siapa
siapa
DO: klien menyangkal saat ditanya sedang berbicara dengan siapa
siapa dan dengan intonasi yang tinggi , klien tampak gelisah , kontak
mata kurang
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK)
TUK 2 : klien dapat mengenal halusinasinya ( mengenai jenis, isi,
waktu, frekuensi, situasi, respon)
TUK3 : klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
4. Mengidentifikasi frekuensi klien terhadap halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
8. Membuat jadwal kegiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN


A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore ibu riamah, bagaimana kabarnya ?
2. Evaluasi / Validasi
Ibu riamah masih ingat saya ?
3. Kontrak

50
Topik : ibu ria saya lihat kemarin bicara sendiri, ibu sedangn bicara
dengan siapa? Bagaimana kalau kita membahas apa yang ibu
bicarakan?
Waktu : bagaimana kalau 20 menit?
Tempat : kita bicara disini atau diluar
B. FASE KERJA
Ibu ria kemarinkan saya lihat bicara sendiri, apa ibu ria mendengar
suara suara yang mengajak bicara? Ibu ria tampak wujudnya ndak?
Apa yang dikatakan suara tersebut ? ibu ria sering dengar suara itu
tidak? Waktu ngapain ibu ria dengarnya, kalau suara itu muncul apa
yang mbak ria lakukan, ibu ria saya punya beberapa cara untuk
mencegah suara, suara itu muncul. Pertama dengan menghardik suara
tersebut kedua dengan bercakap cakap ketiga melakukan aktivitas yang
sudah terjadwal dan yang keempat dengan minum obat yang teratur.
Caranya begini: saat suara muncul langsung ibu tutup telinga dan
bilang didalam hati saya tidak mau dengar , kamu suara palsu diulang
ulang terus sampai suara itu ridak terdengar lagi mengerti ibu ria
sekarang?

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan ibu ria setelah latihan tadi ?
Evaluasi Obyektif
Kalau suara itu muncul lagi coba latihan yang tadi diterapkan, coba
ibu ria jelaskan jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu berhalusinasi
, kapan saja dan dalam keadaan seperti apa?
2. Rencana Tindak Lanjut
- Membuat jadwal kegiatan harian klien
- Mendemonstrasikan cara menghardik halusinasi
3. Kontrak yang akan datang
Topik : ibu besok kita bercakap cakap lagi , kita akan diskusikan
dan latihan mengendalikan dengan bercakap dengan orang lain
Waktu : ibu ria mau jam berapa? Jam 4 bagaimana?
Tempat : tempatnya disini lagi ya ibu?

51
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama :............. Ruang :.................... No RM :...................

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


dx & jam KEPERAWATAN
23/01/18 1. Mengidentifikasi jenis S: klien mengatakan
halusinasi klien sedang berbicara dengan
2. Mengidentifikasi isi seseorang wanita suara
halusinasi klien itu mengajak bicara saat
3. Mengidentifikasi waktu saya sendiri , saya selalu
halusinasi klien menjawab , klien juga
4. Mengidentifikasi frekuensi mengatakan “ suara itu
klien terhadap halusinasi pergi saat ibu ria datang
5. Mengidentifikasi situasi yang kesini:”
menimbulkan halusinasi O:
6. Mengidentifikasi respon - klien merespon saat
klien terhadap halusinasi ditanya
7. Mengajarkan klien cara - kontak mata kurang
mengontrol halusinasi - klien mencoba
dengan cara menghardik menghindari kontak mata
8. Membuat jadwal kegiatan - klien masih terlihat
klien komat kamit
A: klien mampu
mengidentifikasi jeni, isi,
frekuensi, situasi, waktu,
dan respon
Klien belom mampu
latihan mengontrol
halusinasi dengan
menghardik
P: ulangi SP1 klien
halusinasi poin 7 dan 8

52
FORMAT

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

(Dibuat setiap kali sebelum intraksi/ pertemuan dengan klien )

Hari Kamis tgl 25 januari 2018

A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien
DS : klien mengatakan sedang berbicara dengan seorang
wanita, suara itu mengajak klien berbicara saat klien sendiri,
klien senang dengan suara itu, suara itu pergi saat mbak hima
datang
DO : klien merespon saat ditanya, kontak mata kurang, klien
menghindari kontak mata dan klien masih terlihat komat kamit
2. Diagnosa Keperawatan
GSP: Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 3 klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan (SP 1)
7. mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
8. mengevaluasi jadwal kegiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
A. FASE ORIENTASI
C. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN
D. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Assalamu’alaikum mbak riamah, bagaimana kabarnya ?
2. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak ria hari ini, semalam bisa tidur? Suara
suara yang di dengar masih muncul atau tidak?
3. Kontrak
Topik : hari ini saya ulang lagi bagaimana cara menghardik
halusinasinya
Waktu : bagaimana kalau 20 menit?
Tempat : kita bicara disini atau diluar
E. FASE KERJA

53
Mbak ria kemaren kegiatannya apa saja? Tadi pagi saya lihat mbak ria
masih bicara sendri. Apakah mbak ria masih mendengar suara suara?
Apa yang mbak ria dengar itu tidak nyata, itu tidak ada wujudnya, dan
harus di hilangkan. Mbak ria kemaren sudah belajar bagaimana cara
menghardik, mbak ria sudah bisa kan? Coba tunjukan ke saya
bagaimana cara menghardiknya?
F. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif
Klien mengatakan : ndak bisa dan menyangkal halusinasinya
Evaluasi Obyektif
 Klien tidak mau mendemostrasikan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
 Klien mengubah – ubah topik pembicaraan
 Klen tersenyum sendiri
2. Rencana Tindak Lanjut
- Memotifasi dan memberikan penjelasan manfaat dari
meghardik halusinasi
- Melatih cara menghardik halusinasi
- Mendemonstrasikan cara menghardik halusinasi
- Mengevaluasi jadwal harian pasien
3. Kontrak yang akan datang
Topik : mbak besok kita bercakap cakap lagi , kita akan diskusikan
dan latihan mengendalikan dengan bercakap dengan orang lain
Waktu : mbak ria mau jam berapa? Jam 11 bagaimana?
Tempat : tempatnya disini lagi ya mbak?

54
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama :............. Ruang :.................... No RM :...................

No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI


dx & jam KEPERAWATAN
23/01/18 9. Mengidentifikasi jenis S: klien mengatakan
halusinasi klien sedang berbicara dengan
10. Mengidentifikasi isi seseorang wanita suara
halusinasi klien itu mengajak bicara saat
11. Mengidentifikasi waktu saya sendiri , saya selalu
halusinasi klien menjawab , klien juga
12. Mengidentifikasi frekuensi mengatakan “ suara itu
klien terhadap halusinasi pergi saat ibu ria datang
13. Mengidentifikasi situasi yang kesini:”
menimbulkan halusinasi O:
14. Mengidentifikasi respon - klien merespon saat
klien terhadap halusinasi ditanya
15. Mengajarkan klien cara - kontak mata kurang
mengontrol halusinasi - klien mencoba
dengan cara menghardik menghindari kontak mata
16. Membuat jadwal kegiatan - klien masih terlihat
klien komat kamit
A: klien mampu
mengidentifikasi jeni, isi,
frekuensi, situasi, waktu,
dan respon
Klien belom mampu
latihan mengontrol
halusinasi dengan
menghardik
P: ulangi SP1 klien
halusinasi poin 7 dan 8

55
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan teori gangguan persepsi sensori halusinasi yang telah


dijelaskan didalam tinjauan pustaka dan studi kasus pada Ny “RM” dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi yang berada diruangan Bangau di dapatkan
data sebagai berikut:

Aspek Teori Kasus kelolaan


Definisi Salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien Pasien mengatakan
mengalami perubahan persepsi sensori, seperti sering mendengar suara-
merasakan sensasi palsu yang berupa suara, suara seorang
penglihatan, pengecap, perabaan, atau perempuan yang
penghidupan. Klien merasa stimulus yang mengajaknya untuk
sebetulnya tidak ada bicara.
Selain itu, perubahan persepsi sensori: “saya disuruh pulang,
halusinasi juga bisa diartikan sebagai persepsi suaranya muncul saat
sensori tentang suatu obyek, gambaran, dan saya sendiri, saya nggak
pemikiran yang sering terjadi tanpa adanya suka dengan suara-suara
rasangan dari luarmeliputi semua system itu, kadang suara itu
penginderaan (pendengaran, penglihatan, saya marahin. Suara itu
penciuman, perabaan, dan pengecapaan) pergi kalau saya bicara
dengan orang lain”.

Pasien memiliki ciri-ciri gangguan persepsi sensori halusinasi sesuai


dengan definisi gangguan persepsi sensori halusinasi yaitu klien
mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara. Klien merasa stimulasi yang sebetulnya tidak ada.
Tanda dan  Menarik diri Klien dirumah sering
gejala kluyuran,

56
 Tersenyum sendiri mendengarkan suara
 Bicara sendiri orang yang
 Memandang satu arah menyuruhnya mondar

 Menyerang tiba-tiba mandir kepasar dengan

 Arah gelisah membawa bungkusan

Pada halusinasi dengar karakteristiknya yaitu: barang kotor, bicara dan

 Mendengar suara-suara atau bisikan, tersenyum sendiri

paling sering suara orang. sendiri, klien suka

yang menyendiri, kontak


 Suara berbentuk kebisingan
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas mata kurang dan tiba
berbicara tentang klien, bahkan sampai tiba pandangan kosong
ke percakapan lengkap antara dua orang
atau lebih tentang orang yang
mengalami halusinasi
 Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu,
kadang-kadang dapat membahayakan.
Berdasarkan tanda dan gejala dari teori yang ditemukan di atas, pasien
memiliki tanda gejala gangguan persepsi sensori halusinasi. Hal ini
membuktikan pasien mengalami halusinasi khususnya yaitu halusinasi
pendengaran.
Faktor Factor predisposisi adalah factor resiko yang Factor klien mengalami
predisposisi mempengaruhi jeis dan jumlah sumber yang gangguan persepsi
dapat dibangkitkan oleh individu untuk sensori halusinasi
mengatasi stress. Factor predisposisi dapat adalah klien memiliki
meliputi: riwayat gangguan jiwa
 Faktor perkembangan 4 kali masuk RSJ.
 Faktor sosio kultur biokimia
 Faktor psikologis, dan

57
 Faktor genetik
Berdasarkan faktor predisposisi yang ada. Hal ini sudah membuktikan
klien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh klien dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi
Sumber Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan Kemampuan personal
koping strategi seseorang. Individu dapat mengatasi : jika ada masalah klien
stress dan ansietas dengan menggunakan tidak mau bercerita
sumber koping yang ada di lingkungan. kepada siapapun dan
Dukungan social dan keyakinan budaya dapat lebih banyak di pendam
membantu seseorang dapat mengintegrasikan sendiri.
pengalaman yang menimbulkan stress dan Dukungan sosial :
mengadopsi strategi koping yang efektif klien tidak pernah
bercerita tentang
masalahnya kepada
pasien lain tetapi tetapi
kadang kakaknya
kadang bertanya tetapi
tidak di jawab.
Keyakinan positif :
Klien memiliki
kemauan untuk sembuh
dan cepat pulang.
Dapat disimpulkan bahwa klien memiliki keyakinan positif yang dapat
memotivasi klien untuk melakukan usaha untuk sembuh
Mekanisme Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang Mekanisme koping
koping diharapkan pada pengendalian stress, upaya yang di gunakan Ny
penyelesaian masalah secara langsung dan “R” adalah adaptive.
mekanisme pertahanan lain yang digunakan Terbukti klien berbicara
untuk melindungi diri. dengan beberapa teman
yang ada di ruangan,

58
dan klien tidak
menghindar dari klien
yang lainnya.
Mekanisme koping pasien adalah adaptive

Dari pengkajian yang telah di lakukan, gangguan yang paling menonjol adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi.

59
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan


keperawatan pada klien Ny. RM dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat persamaan antara teori dasar gangguan persepsi sensori


halusinasi dengan pasien kelolaan gangguan persepsi sensori
halusinasi baik secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes,
sumber koping, mekanisme koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan persepsi
sensori halusinasi merupakan tindakan utama yang harus dilakukan
oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
3. Terapi aktifitas kelompok : gerak yang terprogram dapat membantu
memberikan kegiatan pada klien gangguan persepsi sensori halusinasi
selama di rumah sakit
4. Melatih klien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara
terus menerus penting dilakukan untuk mengatasi gangguan persepsi
sensori halusinasi

1.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut:
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori
halusinasi hendaknya hubungan salin percaya dilakukan secara bertahap,
mulai dari perawat kemudian perawat lain serta pada klien lainnya
2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten
3. Terapi aktivitas kelompok stimulus hendaknya dilakukan secara teratur
4. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan

60
61
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.
Yusuf. A, Fitriasari, Nihayati. H.E. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa. Jakarta: salemba medika

62

You might also like