Lichen simplex chronicus is induced by rubbing and scratching secondary to itch.

The prurigo nodule is induced by

picking and scratching most commonly, but not always, in response to itch. Various factors incite itch in both disorders and
not all are well understood. A vari- able association between lichen simplex chronicus and atopic disorders has been
reported, ranging from around 26% to 75%.16,17 Similarly, a subset of patients with pru- rigo nodularis has coexistent atopic
eczema. Here, pru- rigo nodules occur in concert with subacute prurigo, lichenification, and xerosis. “Besnier prurigo”
refers to the pruriginous nodules seen in atopic dermatitis. In the nonatopic nodular prurigo group, systemic causes of
pruritus, including renal insufficiency, hyper- or hypo- thyroidism, liver failure, HIV disease, parasitic infection, or an
underlying malignancy must be excluded. Hepa- titis B and C have been reported as associations without liver failure.18
Prurigo nodularis has also been reported to occur in the setting of celiac disease in the presence or absence of dermatitis
herpetiformis.19,20 The relationship between lichen simplex chronicus and radiculopathy has been preliminarily
investigated.21 Further studies are needed to clarify whether an association exists.

Lichen simplex chronicus diinduksi dengan menggosok dan menggaruk akibat gatal. Nodul prurigo
diinduksi dengan menggosok dan menggaruk paling umum, tetapi tidak selalu, sebagai respons terhadap
rasa gatal. Berbagai faktor termasuk gatal di kedua gangguan dan tidak semuanya dipahami dengan baik.
Sebuah hubungan bervariasi antara lichen simplex chronicus dan gangguan atopik telah dilaporkan, mulai
dari sekitar 26% hingga 75% .16,17 Demikian pula, pasien dengan prurigo nodularis memiliki eksim atopik.
Di sini, nodul prurigo terjadi bersama dengan prurigo subakut, likenifikasi, dan xerosis. "Besnier prurigo"
mengacu pada nodul pruriginous yang terlihat pada dermatitis atopik. Pada kelompok prurigo nodular
nonatopic, penyebab sistemik pruritus, termasuk insufisiensi ginjal, hiper atau hipotiroidisme, gagal hati,
penyakit HIV, infeksi parasit, atau keganasan yang mendasari harus dikeluarkan. Hepatitis B dan C telah
dilaporkan sebagai asosiasi tanpa gagal hati.18 Prurigo nodularis juga telah dilaporkan terjadi pada
pengaturan penyakit celiac dengan ada atau tidaknya dermatitis herpetiformis.19,20 Hubungan antara
lichen simplex chronicus dan radiculopathy telah diselidiki lebih awal.21 Penelitian lebih lanjut diperlukan
untuk memperjelas apakah ada hubungan.

Environmental factors have been implicated in induc- ing itch, such as heat, sweat, and irritation associated with
anogenital lichen simplex chronicus.17 The pres- ence of emotional or psychological factors in patients with prurigo
nodularis and lichen simplex chronicus has been alluded to in the literature. One study of prurigo nodularis patients found
that around half of 46 patients had a history of depression, anxiety, or other treatable psychological disorders.22 Lichen
simplex chronicus patients also had higher depression scores in one study.23
Whether these emotional factors are secondary to the pri- mary dermatologic disease or whether they are primary and
causative, altering perception of itch, is unclear. It has been postulated that neurotransmitters that affect mood, such as
dopamine, serotonin, or opioid peptides modulate perception of itch via descending spinal path- ways.14 Obsessive-
compulsive disorder (OCD) has also been associated with picking in these disorders.24

Faktor lingkungan telah terlibat dalam menginduksi gatal, seperti panas, keringat, dan iritasi yang
berhubungan dengan anogenital liken simplex chronicus. 17 Kehadiran faktor emosional atau psikologis
pada pasien dengan prurigo nodularis dan lichen simplex chronicus telah disinggung di literatur. Satu
penelitian terhadap pasien prurigo nodularis menemukan bahwa sekitar setengah dari 46 pasien
memiliki riwayat depresi, kecemasan, atau gangguan psikologis yang dapat diobati.22 Pasien kronik liken
simpleks juga memiliki skor depresi yang lebih tinggi dalam satu penelitian.
Apakah faktor emosional sekunder akibat penyakit dermatologi primer atau apakah mereka primer dan
kausatif, mengubah persepsi gatal, tidak jelas. Telah dipostulatkan bahwa neurotransmitter yang
mempengaruhi suasana hati, seperti dopamin, serotonin, atau peptida opioid memodulasi persepsi gatal
melalui jalan setapak yang menurun. Obsesif-kompulsif (OCD) juga dikaitkan dengan pemetikan pada
gangguan ini.
At a microscopic level, increased numbers of Merkel cells are also seen adjacent to the dermal nerve fibers and mast cells
in prurigo nodularis. It is thought that this complex may mediate the abnormally heightened perception of touch and
itch in these patients. Nerve growth factor (NGF) is overexpressed in prurigo nodu- laris lesions and it has been
implicated in the pathogen- esis of the characteristic cutaneous neural hyperplasia seen.25 NGF is produced and released
by mast cells, which are increased in number and size on histologic sections. It upregulates the expression of
neuropeptides, such as calcitonin gene-related peptide and substance P. These are thought to mediate inflammation and
itch. conscious and to the point of replacing the sensation of itch with pain, or may be unconscious, occurring dur- ing
sleep. Itch severity is worse with sweating, heat, or irritation from clothing. Itching is also worse in times of
psychological distress.18

Pada tingkat mikroskopis, peningkatan jumlah sel Merkel juga terlihat berdekatan dengan serabut saraf
dermal dan sel mast di prurigo nodularis. Diperkirakan bahwa kompleks ini dapat memediasi persepsi
sentuhan yang meningkat secara abnormal dan gatal pada pasien-pasien ini. Faktor pertumbuhan saraf)
diekspresikan secara berlebihan pada lesi prurigo nodularis dan telah terlibat dalam patogenesis dari
hiperplasia saraf kulit yang khas yang terlihat.25 NGF diproduksi dan dilepaskan oleh sel mast, yang
meningkat dalam jumlah dan ukuran pada bagian histologis. Ini meningkatkan ekspresi neuropeptida,
seperti peptida dan substansi kalsitonin yang terkait dengan gen P. Ini dianggap sebagai mediasi
peradangan dan gatal.hal ini menggantikan sensasi gatal dengan rasa sakit, atau mungkin tidak sadar,
terjadi selama tidur. Keparahan gatal lebih buruk dengan berkeringat, panas, atau iritasi dari pakaian.
Gatal juga lebih buruk pada saat tekanan psikologis.18

Epidemiologi
Lichen simplex chronicus affects adults, predomi- nantly from ages 30 to 50. Females are affected more commonly than
males. Prurigo nodularis may occur at any age, but most patients are between 20 and 60 years.14 Men and women are
equally affected. Patients with coexistent atopic dermatitis have been found to have any earlier age of onset (mean: 19
years) as com- pared to the nonatopic group (mean: 48 years).15