Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari jumlah
tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan
dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun
adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase.
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya
bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, protein dan daging serta
rendah serat.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Blok Sistem Pencernaan
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan mengerti pengertian cancer colon
2. Mahasiswa mengetahui etiologi atau penyebab cancer colon
3. Mahasiswa bisa menjelaskan patofisiologi ,manifestasi klinis serta komplikasi dari cancer colon
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan serta penatalaksanaan dari cancer
colon
5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien cancer colon
C. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta sistematika
Bab II Anatomi fisiologi colon yang terdiri atas anatomi colon dan fungsi colon
Bab III Teori cancer colon yang terdiri atas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,penatalaksanaan serta asuhan keperawatan
Bab IV Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI COLON
A. Anatomi
Usus besar atau Kolon memiliki panjang ±1-1,5m terdapat penyempitan (lipatan-lipatan ke
dalam) dan diantaranya terdapat tonjolan (lipatan-lipatan dan bergelembung). Pada pertemuan
usus halus dan usus besar terdapat suatu penyempitan yang disebut klep ileosekum sehingga
makanan tidak dapat kembali ke usus halus.
Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltic
didalam usus besar. Reflex ini menyebabkan defekasi / pembuangan air besar. Terdapat apendiks
vermiformis atau umbai cacing. Apendiks juga terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama
seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosa-nya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang
dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak dibawah sekum dan
sebagian dibelakang sekum atau disebut retrosekum.
Sekum terletak di derah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Disini kolon naik
melalui daerah sebelah kanan lumbal dan disebut kolon asendens. Dibawah hati berbelok pada
tempat yang disebut fleksura hepatica, lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan umbilical
sebagai kolon transverses. Dibawah limpa membelok sebagai fleksura sinistra/fleksura lienalis
dan kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens. Didaerah kanan
iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk kolon sigmiodeus/kolon
pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan menjadi rectum. Rectum 10cm terbawah dari
kolon, dimulai pada kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal yang ±3cm panjangnya.
Saluran ini berakhir ke dalam anus yang dijaga otot internal dan eksternal.
Struktur
Kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus halus. Serabut
longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut
dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus daripada yang ada pada usus halus, dan tidak
memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa kelenjar tubuler dalam usus halus dan dilapisi
epithelium silinder yang memuat sel cangkir. Struktur rectum serupa dengan kolon, tetapi
dinding yang berotot lebih tebal dan membrane mukosanya memuat lipatan-lipatan membujur
yang disebut kolumna Morgani. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus. Sel yang
melapisi saluran anus berubah sifatnya; epithelium bergaris menggantikan sel-sel silinder.
Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya tertutup.
B. Fungsi
Fungsi Usus Besar:
(1) Absorpsi air, garam dan glukosa
(2) Sekresi musin oleh kelenjar didalam lapisan dalam
(3) Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon didalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan
sayuran hijau, dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh kerja bakteri guna eksresi.
(4) Defekasi (pembuangan air besar)
Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasan
teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama. Hal ini
disebabkan reflex gastrokolik yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini
mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai, peristaltic dialam usus terangsang, merambat
ke kolon dan sisa makanan dari hari sebelumnya akan mencapai sekum dan mulai bergerak. Isi
kolon pelvis masuk ke dalam rectum; sentral peristaltic keras terjadi didalam kolon dan terjadi
perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal; sfingter anus mengendor dan kerjanya berakhir.
Susunan feses. Feses berisi sangat banyak bakteri, kebanyakan mati, lepasan epithelium
dari usus, jumlah kecil zat nitrogen, terutama musin; juga garam, terutama kalsium fosfat, sedikit
zat besi, selulosa, sisa zat makanan lain yang tidak tercerna dan air.
BAB III
CANCER COLON
A. Definisi
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang
menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan
neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI, 2008 : 268).
B. Etiologi
Terdapat empat etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu:
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-buahan),
kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
• Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
• Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma.
• Kondisi ulserative Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma
kolon.
3. Genetik: Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak yang orang tuanya sehat (FKUI, 2001
:207).
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran
pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang
tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi
kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diit tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan
sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging
yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet
dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi
waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung
sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh Day Adventists
).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis ( seperti
brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang
membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma Colon :
tubular,villous dan tubulo villous (akan di bahas pada polips). Meskipun hampir besar kanker
Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous
adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini di
karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada
tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s juga
mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda
dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan
menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
C. Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon berdasarkan metastasis menurut modifikasi DUKES adalah
sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :
KELAS A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
KELAS B : penetrasi melalui dinding usus
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
KELAS C : invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat
buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
KELAS D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak
dapat dioperasi lagi.
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar
getah bening regional, M =jarak metastese) :
T = Tumor
T Tumor primer
T0 Tidak ada tumor
T1 Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
M = Jarak Metastase
M Metastasis jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh Ada
M1 Metastasis jauh
2. Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya
biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling sering
di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada massa
terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank
eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3. Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus
setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan.
Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat,
lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat
sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus,
timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan
bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal.
D. Patofisiologi
Kanker colon 95 % terutama adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai
sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal
serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus
dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat
reseksi dila kukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastase ke kelenjar limfe.
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
3. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal
4. Penyebaran secara transperitoneal
5. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan
efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding
usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya
metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177)
E. Tanda dan Gejala
Gejala sangat ditentukan dengan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker belokasi. Gejala yang umum terjadi:
Adanya perubahan dalam defekasi
Darah pada feses
Konstipasi
Perubahan dalam penampilan feses
Tenesmus
Anemia
Perdarahan rektal
Kanker colon kanan:
Dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut.sedikit
kecenderungan mengalami obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer.
Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi
dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik), mukus jarang terlihat
karena tercampur feses. Pada orang yang kurus, kanker kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi
jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen,
dan kadang-kadang pada epigastrium.
Kanker kolon kiri:
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks.
Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar,
sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus
maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah
kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe
atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang
bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada
alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rektal adalah evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
Tabel Perbedaan manifestasi klinis dari kolon kanan dan kolon kiri
F. Pemeriksaan Diagnostik
a) Endoskopi :
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b) Radiologis:
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium
enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker keparu.
c) Ultrasonografi (USG):
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d) Histopatologi:
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah
adenokarsinoma danperlu ditentukan diferensiansi sel.
e) Laboratorium: P e m e r i k s a a n H b p e n t i n g u n t u k m e m e r i k s a k e m u n g k i n a n pasien
mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210).
G. Penatalaksanaan
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang.
Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker. Satu-satunya pengobatan definitive adalah pembedahan reseksi dan
biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5cm di sebelah distal dan
proksimal dan tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asenden biasanya dilakukan
hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal untuk kanker di kolon transversal
dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi.
Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat
anastomosis kolorektal transversal untuk kanker di rektosigmoid dan rectum atas dilakukan
rektosigmoidektomi dan rectum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis.
Desenden kolorektal pada kanker di rectum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat
anastomosis kolorektal.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar
gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga
membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel
kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan
lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah,
sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira
50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena
digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran
sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat
sementara atau permanen.
H. Komplikasi
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi
tumor atau kanker atau melalui penyebaran metastase yang termasuk:
1. Perforasi usus besar yang disebabkan peritonotis
2. Obstruksi pada usus besar
3. Pembentukan abses
4. Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
5. Biasanya tumor atau kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan.
I. Asuhan Keperawatan
Kasus Ca Colon
Tn B (40 th) dirawat sudah hari ke -2 dengan keluhan : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu
berlendir dan darah, dan 1 minggu terakhir ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami
obstipasi, kadang juga mengalami distensi abdomen, sudah 1 bulan ini BB klien turun 20% (BB
awal 70 kg), tidak nafsu makan dan juga nyeri sedang BAB atau tenesmus. Saat pemeriksaan
fisik di dapat data : KU lemah , TTV 110/60 mmHg, N: 72 x/menit, suhu 37,40 C , RR :
20x/menit, conjungtiva anemis,distensi abdomen, nyeri tekan di abdomen. Hasil colonoscopy:
berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.
I . Pengkajian
BIODATA KLIEN
Nama : Tn B
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Register : 1330091193
alamat : Jalan tak berujung no 10 blok A kecamatan asmara kelurahan damaisentosa
Status Perkawinan : menikah
Keluarga Terdekat : Ny. Mercedes mariety
Diagnosa Medis : Ca Colon
ANAMNESE
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : sudah 1 bulan ini BAB nya selalu berlendir dan darah, dan 1 minggu terakhir
ini BAB nya darah segar dan sering juga mengalami obstipasi, kadang juga mengalami distensi
abdomen
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
b. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
c. Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa
pra operasi).
d. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
e. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker /terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat
transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
f. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi)
IMT : 56/1,782
: 18kg/m
III. Analisa Data
DO:
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Perut pasien terlihat agak membesar
3 DS: Gangguan rasa Spasme otot sekunder
Pasien mengatakan susah untuk BAB nyaman nyeri akbiat kanker usus
(obstipasi) besar
Pasien mengatakan kadang juga mengalami
kembung (distensi abdomen)
Pasien mengatakan nyeri saat BAB
(tenesmus)
Pasien mengatakan nyeri tekan pada
abdomen
DO :
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Skala nyeri saat BAB 5
Perut pasien terlihat agak membesar
minum berkurang
DO :
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
Pasien terlihat lemas
Turgor kulit pasien tidak elastis
Kulit pasien kering
IMT : BB/TB (m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m
IMT : 56/1,782
: 18kg/m
DO:
KU lemah
Kesadaran compos mentis
TTV
- TD : 110/60 mmHg,
- N : 72 x/menit,
- suhu : 37,40 C ,
- RR : 20x/menit,
Pasien terlihat conjungtiva anemis,
IMT : BB/TB (m) 2
: 70/1,782
: 22 kg/m
IMT : 56/1,782
: 18kg/m
2 DS
- Pasien mengatakan gatal pada daerah
insisi
DO
- Luka pasien terlihat kemerahan pemajanan terhadap
Infeksi mikro organisme
- Pasien tampak memegangi luka meningkat
- TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 78 x/menit
RR : 19 x/menit
S : 37,8 0 C
- Hb : 10 gr/dl
3 DS
- Pasien mengeluh lemas
- Pasien mengeluh nyeri di bagian
abdomen
- Pasien mengeluh susah bergerak
DO kelemahan
Intoleransi aktivitas
- Pasien tampak pucat fisik/nyeri.
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Tonus otot
3333 3333
3333 3333
4 DS : Kerusakan integritas luka pembedahan
- Pasien mengeluh tidak nyaman di area kulit
pembedahan
- Pasien mengeluh gatal pada abdomen
DO :
- Kulit pasien tampak kemerahan pada
daerah pembedahan
5 DS Kurang pengetahuan Tidak mendapat
- Keluarga pasien bertanya bagaimana perawatan dan informasi/tidak
perawatan pasien pengobatan post mengingat
operasi
- Keluarga pasien mengatakan masih
bingung untuk melakukan perawatan
dan pengobatan pada pasien
DO
- Keluarga pasien tampak cemas
-
mendenga
rkan
keluhan
atau
pertanyaa
n dari
pasien/kel
uarga
pasien
- berikan
pendidika
n
kesehatan
untuk
perawatan
dirumah
J. JURNAL
The Journal of National Cancer Institute
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa apa yang Anda makan dapat mempengaruhi
kesempatan Anda untuk bertahan hidup kanker usus besar.
Penelitian ini adalah yang pertama untuk melihat dampak bahwa nutrisi tertentu terhadap
kemungkinan kekambuhan penyakit pada orang dengan kanker usus besar, salah satu penyebab
utama kematian kanker di Amerika Serikat. Ditemukan bahwa orang yang diobati untuk penyakit
Tahap 3, di mana sel-sel tumor telah menyebar ke kelenjar getah bening, telah sangat meningkat
kemungkinan mati atau mengalami kekambuhan jika diet mereka terasa berat dalam makanan
kaya karbohidrat yang menyebabkan lonjakan gula darah dan insulin .
Para pasien yang mengonsumsi paling karbohidrat dan makanan dengan beban glikemik
tinggi - ukuran sejauh mana satu porsi makanan akan meningkatkan gula darah - memiliki
kesempatan 80 persen lebih besar untuk meninggal atau mengalami kekambuhan selama masa
studi sekitar tujuh tahun dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat terendah. Tahap 3
pasien kanker usus besar biasanya memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun sekitar 50
sampai 65 persen.
Penelitian ini, bagaimanapun, adalah observasional, yang berarti hanya bisa menyoroti
hubungan antara karbohidrat dan hasil kanker tanpa membuktikan penyebab langsung dan
akibat. Para peneliti juga memperoleh beberapa data dari kuesioner makanan yang mewajibkan
pasien untuk mengingat rincian tentang diet mereka, sebuah metode yang dapat diandalkan.
Namun, para peneliti, yang menerbitkan temuan mereka dalam The Journal of National
Cancer Institute, percaya insulin mungkin memainkan peran penting dalam kekambuhan kanker
usus besar. Kronis tingkat insulin yang tinggi telah dikaitkan dengan kekambuhan kanker dan
kematian pada penelitian sebelumnya, dan orang-orang dengan riwayat diabetes tipe 2 atau
plasma meningkat C-peptida, penanda produksi insulin jangka panjang, juga telah ditemukan
memiliki peningkatan risiko kanker usus besar. Satu hipotesis adalah bahwa insulin dapat
mendorong pertumbuhan sel-sel kanker dan mencegah kematian sel atau apoptosis, dalam sel-sel
kanker yang telah menyebar.
"Ini bukan hanya bahwa semua karbohidrat buruk atau bahwa Anda harus menghindari
semua gula," kata Dr Jeffrey A. Meyerhardt, penulis utama penelitian dan seorang profesor
kedokteran di Dana-Farber Cancer Institute di Boston. Ini tidak sesederhana 'gula menyebabkan
kanker untuk tumbuh.”
Dia menambahkan: "karbohidrat dan gula yang berbeda menyebabkan respon yang
berbeda dalam tubuh Anda. Saya pikir orang harus fokus pada diet yang seimbang "dan makanan
pengganti yang berhubungan dengan beban glikemik rendah atau karbohidrat untuk makanan
yang memiliki tingkat yang lebih tinggi.
Sebelumnya penelitian yang diterbitkan oleh kelompok Dr Meyerhardt menunjukkan
bahwa Tahap 3 pasien kanker usus besar yang paling dekat mengikuti diet gaya Barat - dengan
asupan tinggi daging, lemak, biji-bijian olahan dan makanan penutup manis - telah tiga kali lipat
peningkatan kekambuhan dan kematian dari penyakit ini dibandingkan dengan mereka yang
paling kuat menyimpang dari pola makan Barat.
Untuk studi ini, Dr Meyerhardt dan timnya ingin melihat apa asupan karbohidrat sejauh
dapat mempengaruhi perkembangan penyakit, sehingga mereka diikuti sekitar 1.000 Tahap 3
pasien kanker usus mengambil bagian dalam uji klinis yang disponsori oleh National Cancer
Institute. Para pasien, yang memiliki semua menjalani operasi dan kemoterapi sebagai bagian
dari perawatan mereka, memberikan informasi tentang diet mereka dan kebiasaan gaya hidup.
Tapi peneliti melampaui hanya karbohidrat dan asupan gula, dengan langkah-langkah glikemik
akun.
Indeks glikemik, suatu ukuran gizi semakin populer, terlihat pada tingkat di mana
makanan yang mengandung karbohidrat meningkatkan tingkat puasa seseorang gula darah dan
kebutuhan selanjutnya untuk insulin. Minuman manis, roti putih dan karbohidrat yang diproses
lainnya peringkat lebih tinggi pada indeks, sementara mereka yang dicerna lebih lambat, seperti
nasi merah, banyak sayuran, biji-bijian tidak dimurnikan dan kacang-kacangan, memiliki nilai
indeks yang lebih rendah.
Barometer lain, bagaimanapun, adalah beban glikemik, yang mengacu pada efek gula
darah porsi standar makanan. Sebuah beban glikemik dari 10 atau kurang untuk makanan
umumnya dianggap rendah, sementara 20 atau lebih tinggi. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa beban glikemik dan total asupan karbohidrat adalah prediktor terbaik kekambuhan kanker
dan kematian, dan link terkuat pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.
Dr Meyerhardt mengatakan temuan ini menunjukkan bahwa pasien kanker usus besar
akan bijaksana untuk menjaga beban glikemik dalam pikiran ketika membuat keputusan
makanan, mencari cara untuk bekerja ke diet makanan mereka yang peringkat rendah pada skala.
"Jadi jika Anda berpikir tentang minuman, kebanyakan jus dan soda pasti memiliki beban
glikemik lebih tinggi daripada air rasa dan jus tomat dan hal-hal seperti itu," katanya. "Buah-
buahan seperti tanggal atau kismis memiliki banyak glikemik yang sangat tinggi, sedangkan
buah-buahan segar seperti apel, jeruk atau melon semua memiliki gula tetapi memiliki beban
glikemik yang sangat rendah. Pengganti beras merah untuk putih, biji-bijian, bukan roti putih,
dan bukannya memiliki kentang tepung sebagai lauk Anda, kacang pengganti dan sayuran. "
Salah satu ahli yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Somdat Mahabir, ahli
epidemiologi gizi dengan divisi National Cancer Institute pengendalian kanker dan ilmu
populasi, mengatakan temuan dari studi terbaru harus ditanggung dalam penelitian lebih lanjut.
Tapi sementara itu, membuat perubahan diet yang mengurangi beban glikemik adalah
rekomendasi yang wajar bagi pasien kanker usus besar, katanya, karena hanya bisa membantu,
tidak berbahaya.
"Hasil penelitian ini perlu dikonfirmasi, tetapi indikasi saat ini bahwa diet adalah penting
untuk kelangsungan hidup kanker usus besar," kata Dr Mahabir.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel
DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar). Penyebab pasti dari kanker colon ini masih
belum jelas (idiopati), tetapi ada beberapa faktor resiko yang dapat memicu terjadinya kanker
colon yaitu diet tidak sehat, dan mengkonsumsi makanan yang kurang serat. Dan
penatalaksanaan dari kanker colon ini harus berdasarkan stadium kanker yang diderita oleh
pasien.
B. Saran
Mulai dari sekarang ubahlah pola hidup menjadi pola hidup sehat, dengan mengatur pola
makan, mengkonsumsi makanan yang berserat, serta jangan terlalu banyak makan makanan yang
mengandung bahan zat kimia/pengawet karena dapat membahayakan tubuh kita (usus).