Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada autopsi klinis
didapatkan bahwa ukuran ginjal organ dewasa rata-rata adaah 11,5 cm (panjang) x
6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau
kurang lebih 0,4% dari berat badan.1
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang disebut
kapsula fibrosa (true capsule) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak
perirenal. Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula
adrenal/suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal
dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota. Fasia ini berfungsi
sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta
mencegah ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu fasia
Gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi
atau menghambat metastasis tumor ginjal ke organ di sekitarnya. Di luar fasia
Gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak
pararenal.1
4. Eliminasi bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh dari darah dan
dikeluarkan melalui urin (misalnya obat, pestisida, zat aditif pada
makanan).
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
Cedera ginjal dapat terjadi secara (1) langsung akibat benturan yang
mengenai daerah pinggang atau (2) tidak langsung yaitu merupakan cedera
deselerasi akibat pergerakan ginjal secara tiba-tiba di dalam rongga
retroperitonium. Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitonium menyebabkan
regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri
renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang
selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-
cabangnya. Cedera ginjal dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada
ginjal, antara lain hidronefrosis.2 Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal, yaitu1:
4
1. Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman pada abdomen bagian atas atau
pinggang merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada ginjal.
2. Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau
radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin
meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma
iatrogenik semakin meningkat , tetapi kemudian menurun setelah
diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal .
3. Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Trauma
tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja
atau perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga
mengenai organ organ lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari
ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam
rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal
atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis.
2.4 Patofisiologi
Ruptur ginjal adalah robek atau koyaknya jaringan ginjal secara paksa.8
Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum menyebabkan regangan
pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika intima arteri renalis.
Robekan ini akan memicu terbentuknya bekuan-bekuan darah yang selanjutnya
dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya. Cedera
ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan pada ginjal, antara
lain hidronefrosis, kista ginjal, atau tumor ginjal.1,9
Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal
dibedakan menjadi: (1) cedera minor, (2) cedera major, (3) cedera pedikel atau
pembuluh darah ginjal. Terdapat dua penggolongan derajat pada ruptur ginjal
yaitu sebagai berikut.1
Tabel 1. Kalsifikasi trauma/cedera ginjal10
Klasifikasi pencitraan Federle Klasifikasi AAST (American
Associate of Surgery)
Kategori Tingkat cedera Derajat Tingkat cedera
I MINOR 1 Kontusio dan/atau
Kontusi hematoma
Laserasi korteks 2 subkapsular
(tidak meluas ke calyx) Laserasi korteks < 1
II MAJOR cm, tidak sampai
Laserasi korteks kaliks
(meluas ke calyx) 3 Laserasi korteks > 1
Ruptur ginjal cm, tidak sampai
6
III CATHATROPHIC kaliks
Trauma sampai ke
pedikulus ginjal 4 Laserasi korteks
IV SHATTERED hingga
KIDNEY corticomedullary
Perlukaan sampai di junction atau hingga
pelviureteric junction collecting system
5 Cedera arteri atau
vena renalis disertai
perdarahan
Avulsi pedikel ginjal
Ginjal terbelah
(shattered kidney)
7
2.5 Diagnosis
1. Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat
bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada
organ lain yang menyertainya. Pada trauma derajat ringan mungkin hanya
didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat
hematuria makroskopik ataupun mikroskopik.1
Derajat cedera pada ginjal tidak selalu berbanding lurus dengan parah
tidaknya hematuria yang terjadi; hematuria makroskopik dapat terjadi pada trauma
ginjal yang ringan dan hanya hematuria ringan pada trauma mayor.9
Pada trauma mayor atau rupture pedikel sering kali pasien datang dalam
keadaan syok berat dan terdapat hematoma di daerah pinggang yang makin lama
makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin pasien tidak sempat menjalani
pemeriksaan IVP karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak
membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup banyak. Untuk
itu harus segera dilakukan eksplorasi laparatomi untuk menghentikan perdarahan.1
Patut dicurigai adanya cedera pada ginjal jika terdapat:(1)
a. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan
perut bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas
pada daerah itu
b. Hematuria
c. Fraktur costa bawah (T8-12) atau fraktur prosessus spinosus
vertebra
d. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang
e. Cedera deselarasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau
kecelakaan lalu lintas
2. Gambaran Radiologis
Adapun indikasi untuk dilakukan pemeriksaan radiologi adalah apabila
ditemukan tanda-tanda sebagai berikut:12
- Luka tembus dengan hematuria
- Trauma tumpul dengan hematuria dan hipotensi
8
- Hematuria mikroskopik dengan peritoneal lavage (+)
- Trauma tumpul yang berhubungan dengan perlukaan ginjal
(kontusio/hematoma di daerah pinggang, fraktur costa bagian
bawah, dan fraktur vertebra thoracolumbal)
A. Foto Konvensional
Pemeriksaan Intra Venous Urography (IVU) mungkin akan berguna pada
kasus ruptur ginjal.13
Gambaran yang terlihat adalah pembengkakan pada ginjal, kontras yang
ekstravasasi keluar, tampakan massa perdarahan juga bisa terlihat, serta tampak
kelainan ekskresi jika dibandingkan dengan ginjal sebelah.14
Apabila terdapat dugaan jumlah produksi urin yang sedikit, IVU dapat
menemukan letak kelainan dan mengestimasi jumlah kehilangan cairan tersebut.
Namun, walaupun IVU sangat mudah dan banyak digunakan, harus diingat bahwa
IVU memberikan ekspose radiasi yang cukup tinggi sehingga harus
dipertimbangkan jika ingin dilakukan pada anak-anak. IVU juga harus
diperhatikan pemakaiannya pada orang-orang dengan gangguan fungsi ginjal,
neuropati, dan alergi yang mungkin akan sangat berbahaya jika menerima ekspose
radiasi.13
10
C. CT-Scan
Sejauh ini CT-Scan adalah modalitas yang paling baik untuk melihat
gambaran ruptur ginjal karena informasi yang diberikan berkaitan dengan
morfologi dan fungsional ginjal bisa didapatkan dalam satu kali pemeriksaan
saja.16
Pada pasien dengan trauma abdomen, pemeriksaan CT-scan lebih baik
digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan luas perlukaan dan juga lebih
bermanfaat untuk melihat organ retroperitoneum, khususnya ginjal.17
Gambaran yang mungkin didapatkan pada ruptur ginjal adalah memar atau
kontusi ginjal, umunya muncul sebagai gambaran zona focal yang kurang
penyangatannya karena ekskresi tubular yang terganggu sementara. Jika terdapat
Hematoma intrarenal akan muncul sebagai area yang termarginasi sangat tipis
tanpa penyangatan. Untuk Hematoma subscapular biasanya memperlihatkan
bentuk lentikular sesuai dengan displacement yang terjadi pada korteks renalis.
Jika terdapat perdarahan minor, sisa pendarahan ekstrarenal akan tertahan pada
perirenal space dan meluas ke kompartemen-kompartemen retroperitoneal yang
saling berdekatan. Laserasi ginjal akan terlihat sebagai sebuah garis atau bentuk
irisan (wedge-shape) yang hipodens. “Shattered kidney” adalah laserasi
mengelilingi ginjal menghasilkan multiple fragmen.16
11
Gambar 7. Tampak hematoma mengelilingi ginjal kiri dan ekstravasasi
material kontras mengindikasikan ruptur renal(16)
12
Gambar 10. Laserasi korteks renal >1 cm, tanpa disertasi ruptur pada
collecting system atau ekstravasasi urin(18)
Gambar 12. Shattered kidney, avulsi ureteropelvic junction, dan laserasi atau
trombosis arteri dan vena renalis(18)
13
D. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Sebenarnya CT-scan adalah modalitas utama untuk menilai kasus
hematuria pada trauma abdomen akut. Walaupun hasil penelitian pada binatang
membuktikan bahwa MRI mempunyai keakuratan yang sama bahkan lebih
dibandingkan CT-scan, peralatan MRI ini kurang tersedia dimana-mana, serta
membutuhkan waktu yang lebih lama. Seperti halnya CT-scan, pada MRI juga
dapat terlihat ekstravasasi kontras, bahkan mampu membedakan hematoma
perirenal dan intrarenal.19
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah urinalisis. Pada
pemeriksaan ini diperhatikan kekeruhan, warna, pH urin, protein, glukosa dan sel-
sel. Hematuria makroskopik atau mikroskopik seringkali ditemukan pada
pemeriksaan ini. Jika hematuria tidak ada, maka dapat disarankan pemeriksaan
mikroskopik. Meskipun secara umum terdapat derajat hematuria yang
dihubungkan dengan trauma traktus urinarius, tetapi telah dilaporkan juga kalau
14
pada trauma (ruptur) ginjal dapat juga tidak disertai hematuria. Akan tetapi harus
diingat kalau kepercayaan dari pemeriksaan urinalisis sebagai modalitas untuk
mendiagnosis trauma ginjal masih didapatkan kesulitan.9
2.6 Komplikasi
Jika tidak mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat, trauma major dan
trauma pedikel sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan
kematian. Selain itu kebocoran sistem kaliks dapat menimbulkan ekstravasasi
urine hingga menimbulkan urinoma, abses perirenal, urosepsis, dan kadang
menimbulkan fistula renokutan. Dikemudian hari pasca cedera ginjal dapat
menimbulkan penyulit berupa hipertensi, hidronefrosis, urolitiasis, atau
pielonefritis kronis.1
2.7 Penatalaksanaan
15
2.8 Prognosis
Dengan follow-up yang dilakukan secara hati-hati, kebanyakan kasus
ruptur ginjal memiliki prognosis yang baik, dengan proses penyembuhan yang
berlangsung secara spontan dan mengembalikan fungsi ginjal. Pengawasan
terhadap excretory urography dan tekanan darah juga dapat menjamin deteksi dan
manajemen yang tepat akan kejadian hidronefrosis dan hipertensi.9
16
BAB III
PENUTUP
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai
macam trauma baik tumpul maupun tajam sehingga hal tersebut akan mudah
terjadinya rupture pada ginjal.
17
DAFTAR PUSTAKA
19